Jumat, 30 Juni 2017

Perguruan Tinggi NU Akan Lepas 22 Balon dan Merpati di Monas

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah?

Lembaga Perguruan Tinggi PBNU akan melepaskan 22 balon dan 22 burung merpati area Monumen Nasional (monas) pada peringatan Hari Santri 22 Oktober mendatang.

Menurut Sekretaris LPT PBNU Lukmanul Hakim, pelepasan merpati dan balon adalah simbol kebebasan dan kemerdekaan Indonesia yang telah diperjuangkan bangsa Indonesia. Salah satu elemen yang turut berjuang adalah kalangan santri.

Perguruan Tinggi NU Akan Lepas 22 Balon dan Merpati di Monas (Sumber Gambar : Nu Online)
Perguruan Tinggi NU Akan Lepas 22 Balon dan Merpati di Monas (Sumber Gambar : Nu Online)

Perguruan Tinggi NU Akan Lepas 22 Balon dan Merpati di Monas

“Salah satu simbol perjuangan kalangan santri adalah ketika mengeluarkan Resolusi Jihad NU yang ditetapkan Presiden sebagai Hari Santri pada tanggal 22 Oktober,” katanya di gedung PBNU, Jakarta, (4/10) selepas rapat persiapan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bulan depan.?

Jumlah 22 balon dan merpati, lanjutnya, simbol dari tanggal ditetapkannya Hari Santri pada 2015 lalu.?

LPTNU kata dia, meminta seluruh perguruan tinggi NU untuk memperingati Hari Santri. Tak hanya itu, Hari Santri harus dimanfaatkan sebagai momentum memperkuat di bidang intelektual dan spiritual.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut dia, peserta pelepasan merpati dan balon di Monas akan diikuti mahasiswa dan santri dari perwakilan pendidikan tinggi NU di Jakarta dan sekitarnya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Pelepasan balon dan merpati akan dilakukan sambil membaca Shalawat Nariyah untuk mendoakan agar bangsa kita bersatu, aman lepas dari segala bencana. Dan berharap seluruh bangsa Indonesia mengedepankan akal sehat. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 29 Juni 2017

Pelajar NU Pacitan Kirim Bantuan untuk Korban Bencana di Garut

Pacitan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bencana alam berupa banjir bandang yang menerjang Garut, Jawa Barat, pekan lalu, telah menggerakkan hati banyak orang untuk membantu meringankan beban para korban. Hingga saat ini bantuan itu masih datang silih berganti berbagai daerah di Indonesia. Seperti halnya Pimpinan Cabang IPNU IPPNU Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, yang turut menggirimkan bantuan untuk korban banjir bandang di Garut.

Bantuan yang dikirimkan berupa peralatan sekolah dan bahan makanan pokok. Bantuan secara langsung diterima oleh perwakilan IPNU IPPNU Garut dan Fatayat NU Garut, Senin (3/10). Selanjutnya bantuan langsung didistribusikan kepada para korban yang membutuhkan, yang difokuskan di SMA 15 Garut dan di Rumah Sakit Dr Slamet Garut.

Pelajar NU Pacitan Kirim Bantuan untuk Korban Bencana di Garut (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Pacitan Kirim Bantuan untuk Korban Bencana di Garut (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Pacitan Kirim Bantuan untuk Korban Bencana di Garut

Ketua IPPNU Garut, Jawa Barat, Lilis Sa’adah menyampaikan terima kasih atas kepedulian masyarakat Pacitan yang turut membantu para korban banjir bandang yang menimpa Garut. dia berharap bantuan tersebut bisa bermanfaat dan dapat meringankan beban para korban.

“Terima kasih pula kepada IPNU IPPNU Pacitan ? yang tanggap dan peduli terhadap sesama serta sudah mempercayakan penyaluran bantuan ini kepada kami, IPNU IPPNU Garut,” tulisnya melalui pesan Whatsaps yang dikirim kepada IPNU IPPNU di Pacitan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua IPNU Pacitan, Amrudin, mengatakan, bantuan tersebut merupakan hasil donasi dari masyarakat Pacitan, yang dikumpulkan oleh IPNU IPPNU Pacitan melalui aksi peduli bencana Pacitan dan Garut. Dari penggalangan donasi tersebut, berhasil terkumpul uang sebesar Rp.10.911.800. Donasi ini dibagi untuk korban bencana di Pacitan dan Garut, Jawa Barat.

“Untuk bantuan korban banjir bandang di Garut kami fokuskan untuk para pelajar yang kehilangan banyak peralatan sekolahnya, seperti buku dan alat tulis lainya, ” jelasnya kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

IPNU IPPNU Pacitan menyampaikan terima kasih kepada IPNU IPPNU Garut, yang atas kerjasamanya dapat menyalurkan bantuan dari masyarakat Pacitan kepada masyarakat Garut.

Sementara itu, pada pekan lalu, dua desa di Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan, yaitu Klesem dan Sidomulya diterjang bencana tanah longsor akibat hujan deras yang terus menerus menguyur Pacitan. Longsor mengakibatkan beberapa rumah warga rusak dan menutup akses Jalur Lintas Selatan (JLS) di Pacitan.

Atas kejadian itu, IPNU IPPNU telah memberikan bantuan berupa bahan makanan pokok, yang diserahkan langsung kepada salah satu korban bernama Katemi, warga desa Sidomulyo, Selasa (27/9) lalu.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

IPNU IPPNU Pacitan mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Pacitan yang telah menyisihkan sebagian rizkinya ? untuk para korban bencana alam di Pacitan dan Garut.” Kami ucapkan terima kasih atas kepercayaan ? dan partisipasi masyarakat Pacitan semuanya,” ucap Amrudin. (Zaenal Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hadits, Ubudiyah, RMI NU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 28 Juni 2017

Kartini Nyantri: Inspirasi Perjuangan

Oleh Fathoni Ahmad

Selama ini RA Kartini dikenal sebagai seorang bangsawan Jawa sekaligus priyayi, cara mudah bagi orang yang pertama kali medengar namanya cukup dengan membaca gelarnya, Raden Adjeng (RA). Raden Adjeng Kartini adalah putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kiai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.

Kartini Nyantri: Inspirasi Perjuangan (Sumber Gambar : Nu Online)
Kartini Nyantri: Inspirasi Perjuangan (Sumber Gambar : Nu Online)

Kartini Nyantri: Inspirasi Perjuangan

Secara spesifik, tulisan ini tidak bermaksud membahas geneologi atau silsilah Kartini, tetapi bagaimana pemikiran revolusionernya tumbuh di tengah tradisi paternalisitik yang kental di lingkungan keluarganya. Tidak bisa dipungkiri, kuatnya paternalisitk inilah yang membuat Kartini selalu mencari jawaban dari anomali yang terjadi. Mengapa peran perempuan seolah hanya menjadi pelengkap kehidupan laki-laki? Tentang jawaban pertanyaan ini, Kartini sudah membuktikan diri dan memberi inspirasi bagi para perempuan untuk berperan sesuai dengan kemampuannya di tengah masyarakat dengan tidak menanggalkan perannya sebagai ibu di rumah tangga dan sebagai perempuan sesuai fitrahnya.

Masuk ke topik inti bahwa selain bangsawan Jawa, Kartini ? juga seorang santri. Dia nyantri dan belajar agama kepada Kiai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang, Jawa Tengah ? yang juga dikenal dengan Mbah Sholeh Darat. Sebelum melakukan perjuangan kemerdekaan peran perempuan, pola pikir Kartini terbentuk ketika belajar ngaji kepada Kiai Sholeh Darat. Sebelumnya, kegelisahan demi kegelisahannya muncul ketika fakta yang ada masyarakat hanya bisa membaca Al-Qur’an tetapi tidak diperbolehkan memahami artinya pada zaman itu.

Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis:

Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah



PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Al-Qur’an terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Al-Qur’an tapi tidak memahami apa yang dibaca.





Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.





Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?

RA Kartini melanjutkan kegelisahannya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim kepada Ny Abendanon.

Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al-Qur’an, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.





Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini terlalu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.

Sampai akhirnya Kartini bertemu dengan Kiai Sholeh Darat untuk belajar ngaji dan menanyakan berbagai hal yang menjadi kegelisahannya selama ini terkait dengan tidak diperbolehkannya masyarakat memahami isi dan makna Al-Qur’an. Fakta sejarah yang ada, ternyata kebijakan ini datang dari para penjajah dengan asumsi jika masyarakat memahami Al-Qur’an, maka jiwa merdeka akan tumbuh. Tentu hal ini akan mengancam eksistensi kolonial itu sendiri. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa tidak banyak ulama saat itu yang menerjemahkan Al-Qur’an, bukan tidak mau dan tidak mampu, tetapi harus berhati-hati dengan kebijakan Belanda itu.

Fakta sejarah pertemuan antara RA Kartini dengan Kiai Sholeh Darat memang tidak diceritakan Kartini di setiap catatan surat-suratnya. Hal ini tidak lebih karena Kartini sendiri mengkhawatirkan keselamatan Mbah Sholeh Darat karena tidak tertutup kemungkinan kaum kolonial akan mengetahuinya.

Mbah Sholeh Darat sendiri dalam pengajian yang diberikannya kepada Kartini menjelaskan tentang tafsir surat Al-Fatihah. Hal ini seperti yang diceritakan oleh cucu Mbah Sholeh Darat, Nyai Hj Fadhilah Sholeh. Dalam ceritanya, Nyai Fadhilah mengisahkan:

Takdir mempertemukan Kartini dengan Kiai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.





Kemudian ketika berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak, RA Kartini menyempatkan diri mengikuti pengajian yang diberikan oleh Mbah Sholeh Darat. Saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat al-Fatihah. RA Kartini menjadi amat tertarik dengan Mbah Sholeh Darat.





Kiai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kiai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang kiai.





Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.





Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kiai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog Kartini-Kiai Sholeh.





“Kiai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog.





Kiai Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Adjeng bertanya demikian?” Kiai Sholeh balik bertanya.





“Kiai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al-Fatihah, surat pertama dan induk Al-Qur’an. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.





Kiai Sholeh kembali tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan, “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Qur’an ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al-Qur’an adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Dialog berhenti sampai di situ. Nyai Fadhila menulis Kiai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali berucap “Subhanallah”. Kartini telah menggugah kesadaran Kiai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Jawa.

Dari riwayat di atas, Kartini menemukan cahaya yang menerangi berbagai kegelapan pengetahuan dan ilmu yang selama ini melingkupinya dengan ngaji kepada Mbah Sholeh Darat. Inspirasi inilah yang membuat Kartini memberi judul buku yang berisi surat-suratnya dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Secara historis, dalam pertemuan itu RA Kartini meminta agar Al-Qur’an diterjemahkan. Karena menurutnya, tidak ada gunanya membaca kitab suci tapi tidak memahami artinya. Namun pada saat itu pula penjajah Belanda secara resmi melarang penerjemahan Al-Qur’an. Mbah Sholeh Darat tetap melakukan penerjemahan, Beliau menerjemahkan Al-Qur’an dengan ditulis dalam huruf “Arab gundul” (pegon) sehingga tidak dicurigai dan dipahami penjajah.

Kitab tafsir dan terjemahan Al-Qur’an ini diberi nama Kitab Faidhur-Rohman, tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab pegon. Kitab ini pula yang dihadiahkannya kepada RA Kartini pada saat dia menikah dengan RM Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang. ? Kartini amat menyukai hadiah itu dan mengatakan:

“Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ? ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kiai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa ? yang saya pahami.”

(Inilah dasar dari buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang ditulis RA Kartini, bukan dari sekumpulan surat-menyurat beliau. Dalam hal ini, substansi sejarah Kartini konon telah disimpangkan secara siginifikan). Melalui terjemahan Mbah Sholeh Darat itulah RA Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya yaitu:

“Orang-orang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya.” (QS. Al-Baqarah: 257).

Dalam sejumlah suratnya kepada Abendanon, Kartini banyak mengulang kata “dari gelap menuju cahaya” yang ditulisnya dalam bahasa Belanda, Door Duisternis Toot Licht. Oleh Armijn Pane, ungkapan ini diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang,” yang menjadi judul untuk buku kumpulan surat-menyuratnya.?

Surat yang diterjemahkan Kiai Sholeh adalah Al-Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Namun sayangnya penerjemahan Kitab Faidhur-Rohman ini tidak selesai karena Mbah Kiai Sholeh Darat keburu wafat.

Dari perjumpaannya dengan Mbah Sholeh Darat itu, Kartini juga banyak memahami kehidupan masyarakat yang selama ini terkungkung penjajahan sehingga banyak memunculkan sikap inferioritas terutama di kalangan perempuan. Keterbukaan pandangan dan pemikiran Kartini dari hasil kawruh (belajar) kepada Mbah Sholeh Darat inilah yang membuat langkahnya semakin mantap untuk mengubah tatanan sosial kaum perempuan dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Selamat Hari Kartini!

Penulis adalah Redaktur PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

*) Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sunnah, Kiai, Budaya PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 27 Juni 2017

Malam Ini, Pengajian Tastafi di Banda Aceh Berlanjut

Banda Aceh, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Setelah memulai pengajian tasawuf, tauhid, dan fiqih (Tastafi) perdananya di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Aceh, pada awal Maret lalu, Syekh Hasanoel Basri (Abu MUDI) akan kembali melanjutkan pengajian serupa malam ini, Jumat (4/4), pukul 21.00 WIB di lokasi yang sama.

Malam Ini, Pengajian Tastafi di Banda Aceh Berlanjut (Sumber Gambar : Nu Online)
Malam Ini, Pengajian Tastafi di Banda Aceh Berlanjut (Sumber Gambar : Nu Online)

Malam Ini, Pengajian Tastafi di Banda Aceh Berlanjut

Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) tersebut bulan yang lalu bersama masyarakat Kota Banda Aceh dan sekitarnya bulan lalu mengulas secara detail kandungan kitab Sirus Salikin mengenai syariat, thariqat, dan haqiqat.

Jamaah Pengajian Tastafi malam ini diperkirakan semakin ramai karena masyarakat dari luar Kota Banda Aceh juga berencana untuk mengikuti pengajian ini secara langsung di Masjid Raya Baiturrahman. Pihak Panitia telah jauh hari menyosialisasikan pengajian ini baik melalui surat kabar maupun di jejaring sosial.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua pantia Tgk Marwan Yusuf berharap, Pengajian Tastafi di Masjid Raya dapat menjadi momentum untuk mengembalikan masjid kebanggaan masyarakat Aceh ini seperti yang tertera dalam Qanun Meukuta Alam, “Ahlussunnah Waljamaah I’tiqadan dan Syafii Mazhaban”.

Pada sesi terakhir pengajian, panitia memberikan kesempatan kepada para Jamaah untuk bertanya langsung kepada Abu MUDI. Adapun bagi masyarakat yang berada di luar Kota Banda Aceh, pengajian ini bisa diikuti melalui Radio Pro 1 RRI Banda Aceh dan pertanyaan bisa diajukan melalui SMS dengan mengetik BNA(Spasi)Isi Pertanyaan ke nomor 0852-1322-3010.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam pengajian bulan lalu, Abu MUDI di antaranya memaparkan, Syariat dan Thariqat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan Nabi Muhammad SAW yang telah menerima syariat shalat masih menunggu thariqat (metode) pelaksanaannya. Sedangkan hakikat, menurutnya, bukan sesuatu yang dapat dipelajari, melainkan merupakan satu kedudukan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang telah menjalankan syariat dan thariqat secara benar.

Sebelumnya, Pengajian Tastafi diadakan di Meunasah Al-Latief Kampung Baro, tepat di belakang Mesjid Raya Baiturrahman. Namun, mengingat jumlah jamaah yang semakin meningkat, tempat ini tidak muat lagi menampung jamaah dan panitia mengambil inisiatif untuk memindahkan lokasi pengajian ke Mesjid Raya Baiturrahman. Pengajian ini diadakan sebulan sekali setiap Jumat malam saban awal bulan. (Muhammad Iqbal Jalil/Mahbib)

Foto: Suasana Pengajian Tastafi 7 Maret lalu di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal, Internasional PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 26 Juni 2017

Kebutuhan Internet Tak Terelakkan

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Warga jamiyyah Nahdlatul Ulama (Nahdliyyin) sudah semakin gandrung dengan media internet dalam memperkuat fungsi keorganisasian baik ke dalam maupun keluar. Dalam hal ini PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai situs resmi PBNU menjadi kekuatan perekat dan pemandu bagi terciptanya konsolidasi organisasi.

“Tahun 1980-an saat membuat website www.bumi-nu.com saya masih merasa sendirian. Namun sekarang lembaga-lembaga di bawah naungan NU sudah memakai media internet untuk keperluan organisasi masing-masing,” kata H Said Budairi, usai menerima penghargaan sebagai salah seorang tokoh NU yang berjasa dalam pengembangan teknologi informasi pada acara Tasyakuran Harlah ke-84 NU dan ke-4 PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta, Selasa (28/8) tadi malam.

Kebutuhan Internet Tak Terelakkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Kebutuhan Internet Tak Terelakkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Kebutuhan Internet Tak Terelakkan

Selain Said Budairi, 3 tokoh lainnya yang mendapat penghargaan adalah Ketua Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU), Wakil Rais Syuriah NU Sumatra Barat Tuanku Bagindo Haji Mohhammad Letter, dan Pemimpin Pondok Pesantren Luhur Al-Wasilah Garut KH Thonthowi Djauhari Musaddad.

Keempat tokoh tersebut dinilai berjasa dalam pengembangan dan pemamfaatan teknologi informasi untuk kebutuhan organisasi NU. Sebelumnya direncanakan hanya tiga tokoh NU yang mendapat pernghargaan. “Namun Alhamdulillah Bagindo Leter bisa hadir,” kata Suwadi DP, Ketua Pelaksana Acara.

Pada malam Tasyakuran Harlah ke-84 NU dan ke-4 PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga dianugerahkan penghargaan kepada empat websiter terbaik di lingkungan NU, berturut-turut www.pmii.or.id, www.gp-ansor.orgwww.lakpesdamjombang.org, dan www.muslimat-nu.or.id

Keempat website terbaik itu dipilih dari 22 website yang memenuhi kriteria penilaian, yakni website milik perangkat-perangkat organisasi NU (lajnah, lembaga, dan badan otonom) baik tingkat pusat dan daerah, juga website Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU di luar negeri. Aspek yang dinilai adalah kelengkapan teknis semisal desain grafis, standar kepantasan, keamanan, kemudahan navigasi, pencarian internal, dan kelancaran mesin pencari data.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara kelengkapan non teknis meliputi isi website baik menyangkut kontinuitas, konsistensi dan relevansi dengan back-ground instansi, juga menyangkut jumlah pengunjung dan respon publik, inovasi teknologi serta dampak dan manfaat website bagi masyarakat.(nam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lomba, Ubudiyah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 25 Juni 2017

Ini Karya Ilmiah 10 Santri yang Lolos LKTIS Kemenag 2015

Tangerang Selatan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sepuluh santri dari berbagai pesantren kembali terpilih dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Santri (LKTIS). Para santri tersebut didaulat mempresentasikan hasil risetnya di hadapan para doktor dan guru besar pada seminar hasil pengembangan Karya Ilmiah Santri di Pusdiklat Kemenag, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Senin-Kamis, 1-3 Desember 2015.

Program tahunan ini diinisiasi Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang Diklat Kemenag. Menurut Tarif, salah seorang peneliti Puslitbang Penda, pengembangan karya tulis ilmiah santri sudah dilaksanakan sejak tahun 2008. "Memang pernah terputus, namun itu tidak mengurangi semangat kami untuk tetap melaksanakan program tersebut," ujarnya.

Ini Karya Ilmiah 10 Santri yang Lolos LKTIS Kemenag 2015 (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Karya Ilmiah 10 Santri yang Lolos LKTIS Kemenag 2015 (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Karya Ilmiah 10 Santri yang Lolos LKTIS Kemenag 2015

Sementara itu, Kepala Puslitbang Penda, HM Hamdar Arraiyyah berpesan, khusus kepada para santri agar terus belajar menulis baik dari segi kebenaran isi dan logika kalimatnya. "Sebab, jika ada pernyataan yang salah lalu dipoles sedikit saja kalimat yang salah bisa jadi benar," ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Terkait rencana Kepala Bidang Litbang Nonformal-Informal Muhamad Murtadho yang akan menerbitkan karya para santri tersebut menjadi buku atau bunga rampai pesantren, Hamdar mengaku sangat senang. "Saya termasuk orang yang gembira jika naskah karya santri ini benar-benar dibukukan," tandasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sepuluh santri peneliti

Berikut ini sepuluh santri berikut karya risetnya yang dipilih oleh para peneliti Puslitbang Penda. Pertama, Muhamad Risqil Azizi (Mahad Aly Sukorejo,  Situbondo, Jawa Timur). Judul risetnya: "Nuansa Toleransi dalam Fiqih Kaum Santri: Kajian atas Pandangan Pesantren tentang Relasi Muslim dan Nonmuslim”. Kedua, Ardi Putra (PP Lingkar Studi Al-Quran Ar-Rahmah Yogyakarta): "Implementasi Pendidikan Karakter Toleransi di PP LSQ Yogyakarta."

Ketiga, Asror Basuki (Mahad Aly Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur): "Penanaman Karakter Moderat di Pesantren: Studi Kasus Pembelajaran Pesantren di Mahad Sukorejo Situbondo". Keempat, Laili Nur Azizah (PP Nawesea Yogyakarta). "Pendidikan Karakter Kemandirian Finansial berlandaskan Prophetic Intelligence: Studi Kewirausahaan di PP Raudlatul Muttaqien Kalasan Sleman”.

Kelima, tiga serangkai terdiri atas Syihabuddin Alwy, Ahmad Mushonnif Alfi, dan M Akrom Adabi (PP Al-Anwar 1 Sarang, Rembang, Jawa Tengah): "Nilai Kepedulian Sosial di Pesantren Al-Anwar 1 Sarang Rembang”. Keenam, Siti Nurul Marifah dan Ahmad Riyadi (PP Al-Muayyad Windan, Sukoharjo, Jawa Tengah): "Pengaruh Urban Farming terhadap Kemandirian dan Kepedulian Lingkungan pada Santri di Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan”.

Ketujuh, Sahal Mahfudh (PP Mathaliul Huda Pusat, Kajen, Pati, Jawa Tengah): "Model Pembentukan Karakter Religius (Religious Character Building) Santri Tahfidz al-Quran di Pesantren Mathaliul Huda Pusat Kajen”. Kedelapan, Nur Amanah (PP Al-Hidayah, Cibiru Wetan, Bandung, Jawa Barat): "Implementasi Pendidikan Karakter Kejujuran dan Tanggung Jawab di Pesantren Al-Hidayah Kabupaten Bandung”.

Kesembilan, Feny Nida Fitriyani dan Dede Sukirah (PP Az-Zahra Purwokerto, Jawa Tengah): "Pengembangan Kreativitas Bahasa dan Warna di Pesantren Az-Zahra Karanglesem, Purwokerto, Jawa tengah”. Kesepuluh, Risdianto (PP Mahasiswa An-Najah Purwokerto): "Pengembangan Pesantren Hijau: Upaya Meningkatkan Environment Enterpreneur Santri, Studi Kasus pada PP Mahasiswa An-Najah Purwokerto, Jawa Tengah”. (Musthofa Asrori/Fathoni)

Foto: Usai presentasi hasil riset di Pusdiklat Kemenag Ciputat, Rabu (2/12), sebagian santri berpose dengan para narasumber dan peneliti.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pondok Pesantren, Humor Islam, Kiai PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bahtsul Masail NU Permasalahkan Dana Optimalisasi Haji

Cilacap, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dana setoran calon jamaah haji yang tersimpan di rekening Kementerian Agama RI selama bertahun-tahun telah menghasilkan bunga bank triliunan rupiah. Pemerintah mengatakan bunga yang kerap disebut dana optimalisasi haji (DOH) ini dikembalikan ke jamaah dalam bentuk pelayanan dan peringanan. Bagaimana hukum Islam melihat?

Permasalahan ini mencuat dalam Bahtsul Masail Nasional yang digelar Lembaga Bahtsul Masail NU (LBMNU) di Pondok Pesantren al-Ihya’ Ulumaddin Kesugihan, Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (9/5). Forum ini dihadiri Kasubdit Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Kemenag Hasan Fauzi, Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Syamsul Ma’arif, dan sekitar seratus kiai dari Pulau Jawa.

Bahtsul Masail NU Permasalahkan Dana Optimalisasi Haji (Sumber Gambar : Nu Online)
Bahtsul Masail NU Permasalahkan Dana Optimalisasi Haji (Sumber Gambar : Nu Online)

Bahtsul Masail NU Permasalahkan Dana Optimalisasi Haji

“Uang yang dikeluarkan jamaah haji itu hanya cukup untuk membiayai pesawat, pemondokan Makkah sebagian—70%—terus pemondokan Madinah sebagian. Sudah itu saja,” papar Hasan di hadapan peserta.

Selebihnya, kata Hasan, yang berupa asuransi, jasa pelayanan, dan sejumlah kebutuhan lainnya dinikmati jamaah dari DOH. Ia menjamin dana umat ini tersalurkan secara tepat dan bermanfaat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hasan menjelaskan, besaran DOH yang diterima per jamaah mencapai Rp 7.500.000 pada 2010, Rp 10.900.000 (2011), dan Rp 12.848.000 (2012). Diprediksi, 2013 ini jumlahnya akan naik hingga kisaran 16 juta rupiah untuk setiap jamaah.

Forum bahtsul masail menilai, meski pemerintah berdalih menggunakan DOH untuk kepentingan jamaah, kebijakan sepihak tentang penggunaan dana tersebut patut dipertanyakan keabsahannya. Pasalnya, praktik ini belum disepakati selama akad setoran dana awal berlangsung.

“Inti dari pertanyaan semua itu mengarah pada dua hal. Apakah Kementerian Agama sudah pernah meminta izin untuk mengoptimalkan haji? Ini pertama. Kedua, apakah Kementerian Agama sudah minta izin untuk menggunakan dana optimalisasi itu?” kata Ketua Pengurus Pusat LBMNU KH Zulfa Mustafa menyimpulkan.

Terkait pertanyaan ini, Hasan mengaku belum pernah meminta izin kepada jamaah secara perorangan. Kebijakan penggunaan DOH didasarkan pada persetujuan DPR sebagai representasi rakyat, termasuk calon jamaah haji.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Isu DOH dibahtsul-masailkan karena LBMNU melihat adanya potensi penyelewengan dana dan kehalalan ongkos haji yang dapat mengurangi kesempurnaan ibadah.

Hingga waktu habis, forum belum menuntaskan kesimpulan jawaban atas permasalahan ini. Seluruh pertanyaan yang muncul dicatat dan akan ditindakanjuti pada kesempatan lain. Kompleksitas persoalan dan pentingnya berdiskusi dengan beberapa pihak terkait menjadi alasan penundaan ini.

?

Penulis: Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian Sunnah, Pesantren PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 23 Juni 2017

Menaker: Peranan Tripartit Menentukan Hubungan Industrial yang Harmonis

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dakhiri menegaskan kunci keberhasilan menghadapi persoalan dan tantangan ketenagakerjaan salah satunya ditentukan oleh sejauhmana peran stakeholder (Pemerintah, pengusaha dan pekerja) dalam membangun hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.?

Menaker: Peranan Tripartit Menentukan Hubungan Industrial yang Harmonis (Sumber Gambar : Nu Online)
Menaker: Peranan Tripartit Menentukan Hubungan Industrial yang Harmonis (Sumber Gambar : Nu Online)

Menaker: Peranan Tripartit Menentukan Hubungan Industrial yang Harmonis

Menurut Menaker permasalahan ketenagakerjaan yang menjadi persoalan krusial di dunia saat ini, khususnya di Indonesia, tidak dapat dilihat secara parsial. Semua aspek yang tercakup dalam bidang ketenagakerjaan, mempunyai kaitan satu sama lain, mulai dari aspek perencanaan, pelatihan, penempatan, pelaksanaan hubungan industrial sampai tingkat pengawasannya.

"Kami berharap gerakan Serikat Pekerja/Serikat Buruh kedepan dapat menjadi partner utama pemerintah dan pengusaha dalam pembangunan," kata Menaker Hanif saat membuka acara THE 5th UNI APRO COMMERCE AND FINANCE JOIN CONFRENCE di Jakarta, Selasa (21/11).?





PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Turut hadir Director ICTS and ASEAN Activities UNI Apro Yoko Ogawa; Presiden ASPEK Indonesia Mirah Sumirat; Deputy General Secretary UNI Global Union Christy Hoffman; President UNI Apro Commerce Ian Blandthorn; Regional Secretary UNI Apro Christopher Ng.

Ditambahkan Menaker, jumlah Serikat Pekerja/Serikat Buruh di Indonesia saat ini tercatat sebanyak 7.294 SP/SB dengan jumlah pekerja/buruh sebanyak 2.717.961 orang.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah





"Kekuatan ini merupakan modalitas berharga untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh, terlebih lagi apabila gerakan buruh solid dan terkonsolidasi," kata Menaker.





Menaker Hanif menegaskan pihaknya memiliki keyakinan sama dengan Uni Global Union, hubungan kondusif antara tiga elemen hubungan industrial akan memungkinkan ekonomi domestik mampu mencapai pertumbuhan yang sustainable, productive dan profitable.

“Upaya ini dapat dilakukan melalui media dialog sosial Bipratit dan Tripartit,“ katanya.

Menaker menegaskan ada tiga manfaat dialog sosial antara Pemerintah, Pengusaha dan Pekerja. ? Pertama, melalui dialog sosial di perusahaan, pengusaha dan pekerja bisa sama-sama mendiskusikan masalah hubungan industrial yang dihadapi dan mencari solusi yang tepat.

Kedua, dialog yang sehat juga bisa mendorong kesejahteraan, dimana aspirasi pekerja/buruh ditindaklanjuti oleh adanya kebijakan yang terkait dengan produktivitas kerja, misalnya melalui pelatihan-pelatihan vokasi, perbaikan sistem pengupahan dan perlindungan kerja melalui jaminan sosial.

Ketiga, dialog sosial dapat menjadi sarana bagi Serikat Pekerja/Serikat Buruh untuk merencanakan program pengembangan kompetensi anggotanya sehingga produktivitas mereka meningkat.

Ditambahkan Menaker, paradigma partnership sama sekali tidak akan mereduksi positioning dan bergaining gerakan pekerja/buruh. Sebaliknya, paradigma ini akan memperkuat gerakan buruh menjadi lebih efektif, karena partnership diasumsikan sebagai equal position.

“Saya berharap semoga konfrensi UNI Apro ke-5 ini dapat menghasilkan berbagai terobosan bagi pengembangan hubungan industrial dan pembangunan ekonomi dunia yang berkeadilan,“ katanya. (Red: Kendi Setiawan). Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hikmah, Pemurnian Aqidah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 20 Juni 2017

Kementerian Agama Lunjurkan Empat Model Madrasah Aliyah

Jombang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kementerian Agama RI tahun ini akan meluncurkan empat model madrasah aliyah. Dari empat model tersebut sebagian sudah beroperasi di berbagai daerah di tanah air.

"Pertama MAN Insan Cendikia saat ini ada 9, kemudian Madrasah Keagamaan, Madrasah Kejuruan dan terakhir Madrasah Keterampilan"Terang Dr. Basnang Said, Kasi Kurikulum Madrasah dan Evaluasi Kemenag RI dalam kegiatan Sosialisasi dan Pembinaan Guru Madrasah Di MAN Denanyar, Jombang, Sabtu (1/8)

Kementerian Agama Lunjurkan Empat Model Madrasah Aliyah (Sumber Gambar : Nu Online)
Kementerian Agama Lunjurkan Empat Model Madrasah Aliyah (Sumber Gambar : Nu Online)

Kementerian Agama Lunjurkan Empat Model Madrasah Aliyah

Dikatakan Basnang, tipologi Madrasah Aliyah Keagamaan akan meniru model pesantren, yakni para peserta didik diwajibkan untuk menginap dan mengikuti pengajian kitab kuning dan berbagai macam kegiatan yang sudah disusun dalam kurikulum.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kalau madrasah kejuruan para siswa dididik dan dilatih supaya punya keterampilan khusus agar mereka siap ketika masuk dunia kerja," tambah Ketua LP Maarif NU Sulawesi Barat ini.

Tipologi madrasah aliyah yang terakhir, kata dia, adalah Madrasah Aliyah Reguler namun di dalamnya para siswa akan di berikan berbagai macam keterampilan atau life skill seperti tataboga, otomotif, menjahit, dan sebagainya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain itu, sambungnya, keterampilan atau life skill tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan sumber daya alam lokal, misalnya madrasah yang ada di pesisir, maka life skill yang ditonjolkan adalah keterampilan dalam mengelola sumber daya laut.(Aiz Luthfi/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Pendidikan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

KiaiĆ¢€“Santri Al Muayyad Kompak Nonton Bareng

Solo,PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Nonton bioskop biasanya menjadi sebuah hal yang terlarang di pesantren. Tetapi tidak begitu pada Kamis (30/5) siang kemarin, para santri justru terlihat berkerumun di sebuah Gedung Bioskop di pusat Kota Solo.

Tidak hanya itu, bahkan kiai mereka, juga terdapat dalam rombongan itu. Rupanya rombongan tersebut adalah para santri dan pengajar dari Pesantren Al Muayyad Solo.

KiaiĆ¢€“Santri Al Muayyad Kompak Nonton Bareng (Sumber Gambar : Nu Online)
KiaiĆ¢€“Santri Al Muayyad Kompak Nonton Bareng (Sumber Gambar : Nu Online)

KiaiĆ¢€“Santri Al Muayyad Kompak Nonton Bareng

Pemandangan tak biasa itu terlihat saat penayangan perdana film Sang Kiai, sebuah film yang menceritakan tentang keteladanan seorang guru besar dari kalangan pesantren, KH Hasyim Asy’ari.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Hasyim merupakan seorang pahlawan yang turut memperjuangkan kemerdekaan negeri ini. Dahulu, dia merupakan pengasuh pesantren Tambak Beras Jombang Jawa Timur.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebelum acara nonton dimulai, pengasuh pesantren Al Muayyad Solo, KH Rozaq Shofawi, memimpin doa bersama. Seorang santri Al Muayyad, Shofi Puji Astuti (22), mengatakan baru pertama kali ada acara seperti ini.

“Sebelumnya tidak pernah. Biasanya kan santri tidak diperbolehkan nonton di bioskop,” kata Shofi sembari tersenyum.

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Ajie Najmuddin

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ubudiyah, Doa, Hikmah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Presiden Tawarkan Dokter Kepresidenan untuk Kiai Hasyim

Malang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Presiden Joko Widodo menawarkan bantuan dokter kepresidenan kepada anggota Dewan Pertimbangan Presiden KH Hasyim Muzadi yang kini terbaring karena kesehatannya menurun dalam beberapa hari terakhir.

Presiden Tawarkan Dokter Kepresidenan untuk Kiai Hasyim (Sumber Gambar : Nu Online)
Presiden Tawarkan Dokter Kepresidenan untuk Kiai Hasyim (Sumber Gambar : Nu Online)

Presiden Tawarkan Dokter Kepresidenan untuk Kiai Hasyim

Salah satu dokter RS Lavalette yang menangani KH Hasyim Muzadi, dr Hariadi Moeljosoedirjdo, mengungkapkan empat dokter telah datang bersama rombongan presiden.

"Beliau menawarkan bantuan, termasuk peralatan medis. Peralatan apa saja yang dibutuhkan mereka siap," katanya kepada wartawan usai kunjungan Presiden Joko Widodo di kediaman KH Hasyim Muzadi di Malang, Jawa Timur.

Ia menjelaskan kondisi anggota Watimpres saat ini sudah mulai membaik, hanya perlu perbaiki kondisi tubuh yang menurun dan batuk serta sesak.

"Kalau batuk beliau sulit mengeluarkan riak (dahak) sehingga harus dikasih selang dan infus serta oksigen. Memang perawatan ini bisa di rumah," ujar dia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hariadi mengatakan kondisi bagian tubuh KH Hasyim lainnya semua normal, seperti jantung, nadi dan lainnya terlihat bagus. "Karena beliau sepuh jadi daya tahan tubuhnya menurun. Ini masih mau diskusi sama dokter lainnya nanti," kata Hariadi.

Presiden Jokowi bersama rombongan menjenguk anggota Watimpres KH Hasyim Muzadi di kediamannya di Jalan Jengger Ayam. Presiden ditemani Iriana Widodo dan putranya Kaesang Pangarep, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin bersama istri, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI I Made Sukadana bersama istri, serta Menteri Sekretaris Negara Praktikno.

Presiden mengajak seluruh masyarakat Indonesia mendoakan KH Hasyim Muzadi agar segera sembuh. "Kami berdoa KH Hasyim Muzadi diberikan kesembuhan secepatnya," kata Jokowi. (Antara/Mukafi Niam)?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PMII Airlangga Laksanakan Tadabbur Alam di Gunung Penanggungan

Surabaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sedikitnya 20 kader PMII melakukan pendakian massal dan bersih-bersih di gunung Penanggungan, Jatim. Mereka mengikuti Tadabbur Alam yang difasilitasi Biro Bakti Masyarakat PMII Komisariat Airlangga selama dua hari, Sabtu-Ahad (15-16/11).

"Kegiatan ini merupakan upaya mempererat tali silaturahmi antarkader PMII yang terdapat di Komisariat Airlangga," tutur Kepala Biro Bakti Masyarakat PMII Airlangga Achmad Hanif.

PMII Airlangga Laksanakan Tadabbur Alam di Gunung Penanggungan (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Airlangga Laksanakan Tadabbur Alam di Gunung Penanggungan (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Airlangga Laksanakan Tadabbur Alam di Gunung Penanggungan

Sementara Ketua Komisariat PMII Airlangga Titom, "Tadabbur Alam berhasil membuat kader PMII merefleksikan nilai-nilai gerakan PMII yang tercantum di dalam NDP, Hablum minal alam untuk lebih peduli lagi dengan kelestarian alam.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kegiatan ini, menurutnya, cukup memberi pelajaran bahwa soliditas kader untuk menggapai tujuan sangatlah penting. Tanpa itu organisasi berjalan sekadar hidup tanpa sebuah kegairahan mencapai tujuan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Saya berharap kegiatan seperti ini menjadi tradisi PMII Airlangga. Walau lelah tapi sangat banyak hal yang bisa saya petik dari kegiatan ini tentang semangat, kekeluargaan, dan kesyukuran terhadap ciptaan Tuhan," kata Jojo, salah satu kader PMII Airlangga. (Asrari Puadi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian, Fragmen, AlaNu PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 19 Juni 2017

Pelantikan IPNU-IPPNU Bakalan

Bojonegoro: PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pelantikan Ranting IPNU-IPPNU Desa Bakalan Kecamatan Kapas, di Balai desa Bakalan berlangsung dengan khidmat, Jum’at (2/11).



Pelantikan IPNU-IPPNU Bakalan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelantikan IPNU-IPPNU Bakalan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelantikan IPNU-IPPNU Bakalan

Acara pelantikan dibarengkan dengan acara rutinan pengajian Jum’at Kliwon Fatayat NU dan Muslimat NU Kapas.

“Tiap ada pengajian Anjangsana Rutinan Fatayat NU & Muslimat NU Kapas pasti kita barengkan dengan Pelantikan Ranting IPNU-IPPNU yang sudah berdiri dirantingnya tersebut,” Kata M. Masluhan Ketua PAC IPNU Kapas.

Acara dimulai dengan penampilan grup sholawat At Thohiriyah dari ranting Bakalan, dan selanjutnya prosesi pelantikan dilaksanakan. Yang pertama pelantikan Pengurus Ranting IPNU yang dipimpin oleh tim pelantik dari PC IPNU Bojonegoro. Selanjutnya pelantikan PR. IPPNU yang dipimpin oleh Tim pelantik dari PC. IPPNU Bojonegoro.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Acara tersebut dihadiri oleh ribuan jamah Fatayat NU & Muslimat NU se Kecamatan Kapas, dan warga masyarakat Bakalan sekitarnya. Acara tersebut juga dihadiri oleh Pengurus Cabang NU H. Moch Choiri SH, M.Si.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selanjutnya acara pengajian rutinan Jum’at kliwon dimulai dan sebagai penceramah adalah KH. Moh. Sofiyullah ( Pengasuh Ponpes Al-Rosyid-Kendal Bojonegoro)

Rekan Saiful Mubarrok dan Rekanita Nina Nur Niawati selaku pimpinan ranting IPNU-IPPNU Bakalan siap memimpin dan mengawal perjalanan IPNU-IPPNU kedepan. 

Kontributor: Syamsul Munir

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 17 Juni 2017

Muslim Pasiennya, Kristiani Dokternya

Cirebon, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. “Kesehatan itu tak punya agama,” tegas Jusak I Indrawan, Ketua Yayasan Griya Kesehatan Indonesia dari Geraja Kristen Indonesia Jakarta.

Karena itulah yayasan yang dipimpinnya menurunkan 30 orang tenga medis untuk membantu pengobatan gratis kepada warga sekitar pesantren Kempek , Cirebon, Jawa Barat, Kamis, (13/9).?

Muslim Pasiennya, Kristiani Dokternya (Sumber Gambar : Nu Online)
Muslim Pasiennya, Kristiani Dokternya (Sumber Gambar : Nu Online)

Muslim Pasiennya, Kristiani Dokternya

Meski pengobatan itu ditangani tenaga medis Kristen, ratusan warga Muslim berduyun mendatangi posko kesehatan Yayasan Griya Kesehatan Indonesia tersebut. “Yang bisa kami tangani adalah penyakit ringan seperti ISPA, kulit, dan maag. Tapi ada juga pasien dengan penyakit lain, seperti mata. Ya, kami layani,” ujarnya.?

Diakui Jusak, bakti sosial tersbut merupakan rangkaian dari Musayawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) yang akan berlangsung 14-17 September mendatang, di pesantren Kempek.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kami diminta panitia untuk pengadakan pengobatan gratis. Karena itu tugas kami, kami bersedia. Kami ingin berbagi dengan sesama anak bangsa. Bersama NU, kami sering kali melakukan kegiatan serupa,” tambahnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Mulai besok, kami akan memberikan penanganan lebih untuk peserta Munas-konbes. Kami menyiapkan mobil klinik. Mobil ini berfungsi semacam Unit Gawat Darurat yang bisa menangani sementara untuk penyakit berat seperti jantung.”

Hari sebelumnya, yayasan tersebut juga melakukan hal yang sama di pesantren Darul Maa’rif. "Di pesantren itu target kami melayani 300 orang pasien. Ternyata lebih. Kami melayani 316 warga,” tambahnya.

?

Redaktur ? ? ? ? : Hamzah Sahal

Penulis ? ? ? ? ? : Abdullah Alawi

?

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nasional, Amalan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 13 Juni 2017

Siapa di Balik Aksi 4 November? Ini Penjelasan Ketum GP Ansor

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua GP Ansor H Yaqut Choulil Qoumas, menengerai aksi demonstrasi 4 November berpotensi ditunggangi kelompok radikal. Kelompok radikal tersebut jumlahnya tidak sebanyak kelompok moderat dan toleran, namun berpeluang besar menghancurkan kedamaian di Indonesia.

“Kelompok yang selama ini ada adalah yang berperilaku moderat dan toleran. Tapi yang turun di tanggal 4 ini, di luar ruang pergaulan kami,” kata Gus Atut seperti dikutip dari video berjudul ‘Ansor Ungkap Rencana di Balik Aksi 4 November’ yang diunggah akun youtube 164 Channel.

Siapa di Balik Aksi 4 November? Ini Penjelasan Ketum GP Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)
Siapa di Balik Aksi 4 November? Ini Penjelasan Ketum GP Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)

Siapa di Balik Aksi 4 November? Ini Penjelasan Ketum GP Ansor

Gus Yaqut menambahkan pihaknya mendapat informasi dari banyak pihak terkait aksi 4 November, ada gelombang besar dari kelompok radikal yang dikirim ke Jakarta.

“Ada alumni konflik Poso sebanyak 70 orang yang diberangkatkan. Menyusul dari Solo Raya (Sukoharjo, Klaten, Solo) yang selama ini dikenal sebagai basis kelompok radikal,” kata Gus Yaqut dalam video yang diunggah pertama kali tanggal 2 November.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya dari kelompok-kelompok itu yang paling dikhawatirkan adalah adanya kelompok radikal yang bergerak tidak terorganisir. Mereka bergerak sendiri dan atas kesadaran serta kemauan sendiri.?

“Kalau garis keras yang selama ini lembaganya kita kenal seperti Jamaah Ansorut Tauhid dan Ansori Syariah, kita tidak terlalu khawatir karena saya yakin aparat negara atau intelejen sudah mendapatkan informasi gerakan mereka,” ujarnya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia menyebut aksi penyerangan pos polisi di Tangerang beberapa waktu lalu dilakukan oleh sel tidak terduga. Kelompok atau sel-sel semacam itulah yang kemungkinan besar ikut dalam aksi 4 November ini.

Oleh karena itu, GP Ansor menekankan tidak akan terlibat di dalam aksi 4 November. Kader Ansor dan Banser dilarang baik ikut dalam demo 4 November maupun sekadar menjaga aksi demo, kecuali negara memanggil melalui aparat keamanan untuk menjaga keamanan di ibukota.

Berkaitan dengan isyu yang tersebar di media sosial yang menyerang ulama NU, Gus Yaqut mengatakan salah satu tugas Ansor adalah menjaga ulama.?

“Selalu saya katakan berulang kali, siapa pun yang mengganggu ulama, akan kita lawan. Jangankan menganggu, mencolek saja akan berhadapaan dengan Ansor dan Banser,” tegasnya.

Tonton video lengkapnya di https://www.youtube.com/watch?v=TGj52UZWTH0

(Kendi Setiawan/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, IMNU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 12 Juni 2017

KH Bisri Mustofa tentang Mencintai Pahlawan

Oleh M. Rikza Chamami

Indonesia memiliki banyak pahlawan yang berjuang gigih meraih kemerdekaan. Tentunya perjuangan itu bukan hal sederhana. Mereka rela mengorbankan nyawa, jiwa, raga dan harta demi untuk bangsanya. Maka, mencintai para pahlawan merupakan satu hal yang penting ditanamkan. Salah satu pemikiran yang disampaikan oleh KH Bisri Mustofa adalah tentang cinta kepada para pahlawan.

KH Bisri Mustofa tentang Mencintai Pahlawan (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Bisri Mustofa tentang Mencintai Pahlawan (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Bisri Mustofa tentang Mencintai Pahlawan

KH Bisri Mustofa (selanjutnya disebut Mbah Bisri) merupakan salah satu ulama Nusantara yang lahir di Kampung Sawahan Gang Palen Rembang Jawa Tengah pada tahun 1915. Ayahnya adalah pedagang kaya bernama H Zainal Mustofa (Djojo Mustopo) bin H Yahya (Podjojo) yang dikenal tekun dalam beragama dan sangat mencintai Kiai. Ibunya bernama Hj. Chodijah binti E. Zajjadi bin E. Sjamsuddin yang berdarah Makassar.

Nama Bisri Mustofa dipakai sejak pulang dari ibadah haji. Sebelumnya ia bernama Mashadi. Pernikahan H Zainal Mustofa dengan Hj. Chodijah melahirkan empat anak: Mashadi (Bisri), Salamah (Aminah), Misbach dan Ma’shum.Pendidikan Mbah Bisri dimulai dengan mengaji kepada KH Cholil Kasingan dan H. Zuhdi (kakak tiri). Mbah Bisri juga menjalankan Sekolah Jawa (Sekolah Ongko 2) selama tiga tahun dan dinyatakan lulus dengan mendapat sertifikat.?

Mbah Bisri sempat mondok di Pesantren KH Chasbullah Kajen Pati. Waktu belajar banyak dihabiskan di Pondok Kasingan Rembang belajar dengan Kiai Suja’i (Kitab Alfiyyah) dan dan KH Cholil (Kitab Alfiyyah, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab, Iqna’, Jam’ul Jawami’, Uqudun Juman dan lain lain). Mbah Bisri sempat berniat mengaji di Pondok Pesantren Termas dibawah asuhan KH Dimyati, tapi niat itu gagal karena tidak mendapat restu KH Cholil.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mbah Bisri juga pernah mengikuti khataman Kitab Bukhori Muslim yang dimulai pada 21 Sya’ban 1354 H bersama KH Hasyim Asya’ri di Tebuireng Jombang. Di tengah pengajian itu, tepatnya 10 Ramadan 1354 H, KH Hasyim Asy’ari jatuh sakit dan digantikan oleh KH Ilyas (Kitab Muslim) dan KH Baidlawi (Kitab Tajrid Bukhari).

Mbah Bisri juga memiliki dua guru dari sistem mengaji candak kulak(musyawarah kitab dan hasilnya dipakai mengajar) dengan Kyai Kamil dan Kyai Fadlali di Karanggeneng Rembang. Proses belajar tetap ia jalankan karena merasa haus ilmu, Mbah Bisri memilih mukim di Makkah setelah menunaikan ibadah haji tahun 1936. Di Makkah, Mbah Bisri berguru dengan: ? Syaikh Bakir, Syaikh Umar Chamdan Al Maghrabi, Syaikh Maliki, Sayyid Amin, Syaikh Hasan Masysyath, Sayyid Alawie dan Syaikh Abdul Muhaimin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Berbekal keilmuan itulah, Mbah Bisri kemudian berkembang menjadi figur ulama Nusantara yang dikenal sangat ‘alim. Rasa sayangnya KH Cholil seorang guru dari Mbah Bisri ditunjukkan dengan menjadikannya sebagai menantu. Mbah Bisri dinikahkan dengan putri KH Cholil bernama Ma’rufah pada 17 Rajab 1354 H/Juni 1935 M. Dari pernikahannya ini, Mbah Bisri memiliki anak: Cholil (lahir 1941), Mustofa (dikenal dengan sebutan Gus Mus, lahir 1943), Adieb (lahir 1950), Faridah (lahir 1952), Najichah (lahir 1955), Labib (1956), Nihayah (lahir 1958) dan Atikah (lahir 1964). Pada tahun 1967, Mbah Bisri menikah dengan Hj Umi Atiyah yang berasal dari Tegal dan melahirkan satu anak bernama Maemun (Ahmad Zainal Huda: 2005).

Ilmu yang dimiliki Mbah Bisri diajarkan di Pondok Kasingan dan Pondok Rembang yang kemudian diberi nama Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin (Taman Pelajar Islam). Mbah Bisri dikenal memiliki tiga kemampuan: articulation, documentation dan organizing. Artikulasi dikuasai Mbah Bisri dalam teknik orasi dan pidato dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Kemampuan dokumentasi ditunjukkan dengan hasil karya tulisnya yang sangat banyak (276 kitab dan buku). Dan semangat organisasi dijalankan sebagai wadah perjuangan, baik di tingkat lokal hingga nasional.

Diantara pokok pemikiran Mbah Bisri dalam mencintai pahlawan, ia abadikan dalam bentuk syi’iran Jawa “Ngudi Susilo” dengan menggunakan tulisan pegon, yaitu:

Ngagem blangkon serban sarung dadi gujeng * Jare ora kebangsaan ingkang majeng

Sawang iku Pangeran Diponegoro * Imam Bonjol Tengku Umar kang kuncoro

Kabeh podo belo bongso lan negoro * Podo ngagem destar pantes yen perwiro

Gujeng serban sasat gujeng Imam Bonjol * Sak kancane he anakku aja tolol

Timbang gundul apa ora luweh bagus * Ngagem tutup sirah koyo Raden Bagus

Memakai blangkon, surban dan sarung jadi pembicaraan. Dianggap tidak memiliki jiwa kebangsaan yang maju.

Lihatlah Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol dan Tengku Umar yang sudah terkenal.

Semuanya dari mereka nyata-nyata membela bangsa dan negara dengan menggunakan pakaian kebesaran, nampak seperti Perwira.

Memakai surban sebagaimana Imam Bonjol. Dan janganlah menjadi orang bodoh.

Daripada tidak memakai penutup kepala, nampak kurang bagus. Maka pakailah penutup kepala agar seperti Raden Bagus (priyayi).

Dari pemaknaan syi’ir Jawa ini dapat diambil pemahaman bahwa mencintai para pahlawan itu empat pola yang harus dilakukan: mengikuti jejak cinta bangsa dan negara, memakai pakaian yang bagus dan berwibawa, berilmu pengetahuan dan tidak sombong. Empat makna cinta terhadap perjuangan para pahlawan bangsa ini menjadi sangat penting bagi generasi sekarang.

Pertama, mengikuti jejak cinta bangsa dan negara. Para pahlawan yang telah gugur dalam medan perang benar-benar merasakan perjuangan nyata. Berbeda dengan generasi sekarang yang sudah secara instan menikmati kemerdekaan dan kenyamanan hidup di Indonesia. Maka cinta terhadap tanah air menjadi salah satu bagian dari menghormati para pahlawan pendahulu.?

Kedua, memakai pakaian yang bagus dan berwibawa. Wibawa seseorang, salah satunya memang dapat dilihat dari cara berpakaian. Oleh sebab itu, nasehat Mbah Bisri yang ditulis ini menjadi tauladan bahwa orang yang berpakaian rapi, maka nampak gagah dan siap menjadi pemimpin. Termasuk jenis pakaian yang berbeda blangkong/surban/sarung atau lainnya tidak menjadi pemisah rasa persatuan. Keanekaragaman pakaian itu menandakan potensi lokal yang harus dihargai. Yang paling penting adalah tidak merendahkan pakaian kebesaran yang dimiliki oleh orang lain.

Ketiga, berilmu pengetahuan menjadi salah satu bagian dari mencintai para pahlawan. Sebab tanpa ilmu pengetahuan, maka manusia akan menjadi bodoh. Maka Mbah Bisri berpesan: “Jangan jadi orang tolol/bodoh”. Sebab dengan kebodohan, orang akan gampang ditipu. Dan salah satu alasan penjajah Indonesia mampu berkuasa ratusan tahun karena penduduknya saat itu tidak memiliki ilmu pengetahuan. Penderitaan bangsa kita jangan sampai terulang lagi hanya karena banyak orang bodoh di Indonesia.

Dan keempat, tidak sombong. Setelah mengenang para pahlawan dan menambah ilmu pengetahuan, maka rasa kebangsaan harusnya semakin kuat. Jangan sampai perilaku itu berubah menjadi sombong (tidak menutup kepala). Kesombongan yang dimiliki oleh bangsa ini juga akan melahirkan ego-sektoral dengan melemahkan kelompok lain. Maka pesan tidak sombong ini menjadi penting agar hidup bersama-sama dengan penuh kerukunan mudah tercapai.

Pesan-pesan ulama Nusantara yang demikian ini memang perlu sekali dipahami secara baik. Dengan kekuatan bahasa sastra yang indah dan dapat dilagukan ini, menjadikan kita paham siapa sebenarnya KH Bisri Mustofa. Ia tak lain adalah figur Kiai dengan multitalenta dengan segudang nasehat-nasehat bagi generasi muda. Keberadaan kitab Ngudi Susilo ini juga hingga sekarang masih dipelajari di Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyyah sebagai buku pegangan belajar akhlak. Wallahu a’lam.

Penulis adalah Sekretaris Lakpesdam NU Kota Semarang dana Dosen UIN Walisongo.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Kajian Sunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 11 Juni 2017

Sosiologi Wulan Poso Wong Jowo

Judul: Ramadan di Jawa: Pandangan dari Luar

Penulis: Andre Moller

Tahun terbit: September, 2005

Halaman: xi+309

Sosiologi Wulan Poso Wong Jowo (Sumber Gambar : Nu Online)
Sosiologi Wulan Poso Wong Jowo (Sumber Gambar : Nu Online)

Sosiologi Wulan Poso Wong Jowo

Penerbit: Nalar, Jakarta

Peresensi: Abu Khaer

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

‘Bapak Antropolog’ Indonesia, Koentjaraningrat, sebagaimana dikutip oleh Ceprudin (2010), pernah melukiskan mengenai kegiatan Ramadhan di Jawa dengan menyatakan “orang Jawa senang mencari kesusahan dan menderita ketaknyamanan dengan sengaja untuk tujuan agama.”

Dalam pandangan Guru Besar Antropologi salah satu universitas negeri tersebut, memandang bahwa kesusahan dan penderitaan menjalankan ‘adat’ religius bagi masyarakat Jawa, justru dipandang sebagai kesenangan pribadi, bahkan sebenarnya lebih tepat lagi jika ia mengatakan sebagai suatu kebahagiaan tersendiri, termasuk ketika menyambut, melaksanakan, dan meneruskan tradisi agung umat Islam, shaum Ramadhan. Istilah shiyam ataupun shaum, bukan ‘barang’ atau ‘wacana’ baru bagi orang Jawa. Terlepas dari perbedaan makna shiyam atau shaum dan puasa, orang Jawa lebih memilih istilah sendiri dengan menggunakan istilah wulan puasa.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bagi umat Islam, tak terkecuali di Jawa, percaya bahwa dengan menahan lapar selama satu bulan, ia akan mendapatkan ridho Allah. bagi orang Jawa, puasa, tirakat, bertapa, sudah menjadi adat tradisi yang berlangsung  turun-temurun sejak nenek-moyang dulu. Salah satu contoh, bagaimana puasa telah mengakar dalam kehidupan orang Jawa seperti tercantum dalam Serat Wulang Reh, “Dadiyo lakunireku, cegah dhahar lawan guling, lan aja asukan-sukan, anganggowa sawatawis, ala watake wong suka, nyuda prayitnaning batin.” Orang Jawa sangat menjaga dan terus berusaha meningkatkan kualitas rohani. Seluruh nasihat dalam peribahasa Jawa yang ribuan itu pun, posisinya lebih sebagai ‘’fatwa rohani’’. Bukan rumus perhitungan untuk menyelesaikan persoalan praktis keduniawian, melainkan ajakan untuk menjalankan puasa dan tirakat setiap hari, sepanjang hayat. Jika direnungkan, makna dari cegah dhahar lawan guling, ana sethithik dipangan sethithik, ya jangane ya segane, adalah upaya untuk mengolah dan menata dunia batin manusia.

Puasa dan tirakat di Jawa memang berat, karena cenderung dilakukan setiap hari, setiap saat. Namun, seperti halnya orang yang telah terbiasa memikul beban berat, manakala benar-benar mendapat cobaan (beban kehidupan nyata) tentu akan lebih kokoh, tawakal, dan ikhlas menerimanya. Dengan demikian, beban hidup itu jadi terasa ringan.

Maka tidak mengherankan jika puasa yang dimaknai sebagai upaya pembersihan diri banyak diamalkan orang Jawa sebelum ajaran shiyam Ramadhan diperkenalkan oleh ajaran Islam. umat Islam di Jawa jauh-jauh hari menjelang bulan Ramadhan sudah melakukan ritus-ritus. biasanya diawali sejak bulan Ruwah atau roa (Syakban). Di bulan Ruwah, umat Islam menyibukkan dengan kegiatan atau pekerjaan yang memungkinkan diselesaikan (dipadatkan) pada bulan itu. Di Semarang ada Dugderan yang sangat terkenal dan erat kaitannya dengan Ramadhan di Jawa. Bahkan, dihampir seluruh wilayah pulau Jawa, terutama pedesaannya, pada pertengahan bulan roa, di malam harinya ramai-ramai mengadakan acara nisfu sya’banan, suatu ritus untuk berupaya semoga buku amal perbuatan manusia selama satu tahun di tutup dengan indeks prestasi ke-sholeh-an sebelum menghadapi ‘bulan panen’ amal kebajikan Ramadhan.

Lebih jauh lagi, seiring dengan perkembangan budaya Jawa aksesoris menjelang Ramadhan ada yang menggunakan secara simbol “politis”. Tujuan politis pada bulan Ramadhan dapat dipahami dalam konteks pemikiran yang menganggap Ramadhan sebagai sebuah “momentum”-nya umat Islam. Termasuk di dalamnya adalah kontroversi hisab-rukyat dalam menentukan satu syawal pun ikut mewarnai. Meskipun tidak terjadi kontras begitu serius.

Hal yang masih kontroversi dalam ritus menjelang Ramadhan yaitu nyekar. Nyekar adalah kegiatan berkunjung dan membersihkan makam-makam orang tua atau sanak saudara yang telah terlebih dahulu menghadap kehadirat Illahi biasanya dengan membawa bunga tujuh rupa (umba rampe) untuk ditaburkan di makam dan pembacaan do’a tahlil.  Pro-kontra ini terjadi antara Islam tradisional (pro) dan modernisme (kontra). Bagaimana pun juga umat Islam Jawa mayoritas percaya dan yakin terhadap nyekar sebagai bentuk lain dari perwujudan ziarah kubur, yang bertujuan ketika memasuki bulan Ramadhan diri dalam keadaan suci dan untuk ‘sekedar berusaha’ meringankan beban ukhrowi keluarganya yang telah wafat.

Memasuki bulan Ramadhan menurut orang Jawa harus benar-benar suci secara komprehensif, baik lahir maupun bathin. Dimulai dengan bebersih diri, beranjak sampai skup bebersih lingkungan, dimana ada tradisi bersih lingkungan. Di bulan Ramadhan, lingkungan harus bersih dari kotoran sampah dan juga dipahami bersih dari perbuatan amoral. Karena dianggap dalam bulan ramadhan lebih mengganggu aktifitas berpuasa.

Sebelum berpuasa, umat Islam pada malam hari disunnahkan untuk makan sahur. Alunan ‘musik’ ensambel perkakas dapur yang dimainkan anak-anak atau ta’mir mesjid yang mengumandangkan agar menyegerakan bersahur mengakibatkan suasana menjadi riang dan saling bergotong royong meski ala kadarnya menjadi semakin kuat, tak seperti malam-malam biasa. Pada siang harinya segala lapisan strata sosial, mulai anak-anak sampai dewasa, menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an (Tadarusan). Menjelang sore, sebagian ibu-ibu sibuk mempersiapkan menu untuk berbuka puasa, kaum remaja dan anak muda jalan-jalan sore (JJS) dengan berbagai ragam niatnya, dengan tertib menunggu waktu ifthor tiba.

Di malam hari selesai sholat Isya’ dilanjut dengan sholat tarawih. Sholat tarawih merupakan ritus paling penting sepanjang bulan Ramadhan. Dalam penentuan jumlah raka’at pun disini terjadi perbedaan antara Islam tradisional dan modernis. Meski akhir-akhir ini perdebatan itu sudah mulai mencair.

Malam-malam khusus yang diperingati pada bulan Ramadhan juga ikut meramaikan belantika wulan puasa Jawa. Di antaranya malam Lailatul Qodar dan Nuzulul Qur’an. Bisanya diisi dengan pengajian-pengajian yang berkaitan dengan turunnya al-Qur’an. Umat Islam dan Orang Jawa khususnya, percaya bahwa malam itu penuh dengan berkah dan kemuliaan dibanding dengan seribu bulan.

Ritus yang tidak kalah penting menurut orang Jawa yaitu I’tikaf. I’tikaf tidak begitu populer, biasanya kegiatan i’tikaf dilakukan pada hari-hari ganjil sepuluh hari akhir bulan Ramadhan. Ritus ini sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad sebagai sarana untuk introspeksi dan mendekatkan diri kepada Allah.

Pada hari terakhir menjelang bergantinya bulan Ramadhan ke bulan Syawal (Idul Fitri) untuk menyempurnakan ibadah puasanya umat islam diwajibkan untuk berzakat fitrah (kesucian). Datangnya hari raya Idul Fitri itu diakhiri dengan berbuka puasa hari terakhir bulan Ramadhan dengan ditandai pemukulan beduk di musholla dan masjid setelah ada pengumuman resmi dari Pemerintah.

Pada malam hari ini umat muslim merayakan dengan sangat meriah. Paling banyak dilakukan adalah Takbiran. Ada yang melakukannya dengan sambil keliling kampung dengan menggemakan koor Takbir dengan berulang-ulang sambil membawa lampu ‘oncor’ yang terbuat dari bambu. Tua, muda, perempuan, laki-laki tumpah-ruah sama-sama memeriahkan malam hari ‘kemenangan’ Hari Raya Idul Fitri ini. Pagi harinya umat muslim berbondong-bondong menuju ke mesjid untuk melaksanakan Shalat Id. Tepatnya hari ini tanggal 1 syawal.

Selesai Sholat Id, umat Islam Jawa bersilaturahmi dan bermaaf-maafan. Tujuannya agar dosa sesama manusia selama berinteraksi pada hari itu bisa diampuni Allah. Setelah merasa lega dan puas bermaaf-maafan serta silaturahmi pada hari itu juga dilanjutkan dengan kumpul bareng keluarga sambil menyantap opor ayam dan ketupat bersama-sama keluarga. Acara Hari kemenangan lumrahnya diakhiri dengan kembali nyekar ke pekuburan keluarga. Nyekar disini substansinya sama dengan nyekar menjelang Ramadhan. Hanya bedanya ini dilakukan pada hari raya Idul Fitri dan tentunya dengan busana pakaian yang baru dibeli.

Demikian gambaran Ramadhan berikut dengan aksesoris ritus yang dilakukan orang Jawa. Meskipun dari sisi materiil orang Jawa harus menyediakan lebih dibanding bulan biasanya, tapi semua itu tertutupi dengan senangnya kedatangan bulan suci Ramadhan.

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karya penulis Swedia, Andre Moller ini menarik untuk kita renungkan terutama dalam momen-momen Ramadhan. Buku ini tidak melihat puasa semata-mata dari aspek teologis-normatif, tetapi lebih dari itu, pelaksanaan ibadah puasa dalam buku ini dilihat dari aspek aksesoris yang mengitarinya dan membuat ramadhan menjadi lebih meriah dari bulan-bulan lainnya.

*Koordinator social Karang Taruna PelitaIndonesia Banyuputih Wringin Bondowoso Jatim

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaSantri, Ahlussunnah, Cerita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 10 Juni 2017

Gus Sholah Ajak Santri Kampanyekan Makan Ikan

Jombang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap protein masih memprihatinkan. Karenanya, diperlukan peran berbagai kalangan agar menambah konsumsi protein ? lewat makan ikan menjadi salah satu tradisi di masyarakat.

Ajakan tersebut disampaikan Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, KH Salahuddin Wahid. Dalam pandangan Gus Sholah, sapan akrabnya, peran tersebut dapat diambil ? d oleh santri untuk turut berperan aktif mengkampanyekan budaya makan ikan di tengah masyarakat.

Salah satu caranya, kata Gus Sholah, adalah dengan meningkatkan budidaya perikanan air tawar berbasis pesantren. Dengan meningkatnya budaya makan ikan, diharapkan akan turut meningkatkan konsumsi protein masyarakat.

Gus Sholah Ajak Santri Kampanyekan Makan Ikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Sholah Ajak Santri Kampanyekan Makan Ikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Sholah Ajak Santri Kampanyekan Makan Ikan

Hal itu disampaikan Gus Sholah saat membuka Pelatihan Pembesaran Ikan Lele dengan Sistem Bioflok di Gedung Diklat Pesantren Tebuireng II di Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Jombang, Senin (24/7) awal pekan ini. Pelatihan yang diikuti peserta dari beberapa pesantren di Jombang ini merupakan kerjasama antara Pesantren Tebuireng dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dengan menghadirkan instruktur dari Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Banyuwangi.

Gus Sholah menuturkan, pelatihan yang telah diikuti empat angkatan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pada pertengahan November 2016 lalu. "Saat itu, Bu Susi mengajak Pesantren Tebuireng untuk turut berperan aktif membantu pemerintah dalam kampanye budaya makan ikan dan menantang para santri untuk merintis usaha budidaya ikan air tawar," ungkap Gus Sholah.

Usai pembukaan pelatihan untuk angkatan ketiga dan keempat tersebut, para peserta juga diajak mengikuti panen perdana hasil kegiatan peserta pelatihan angkatan sebelumnya. Panen perdana dipimpin oleh Nyai Hj. Farida Salahuddin (istri Gus Sholah) didampingi beberapa pejabat dari BPPP Banyuwangi dan Dinas Perikanan Jombang.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kepada para santri, Nyai Farida berpesan agar kepercayaan sekaligus tantangan yang diberikan oleh KKP dapat dijaga dengan baik dan amanah. "Minimal, hasil budidaya ikan lele ini nanti harus bisa memenuhi kebutuhan Jasa Boga di Pesantren Tebuireng. Jadi, pondok tidak perlu lagi memesan ikan lele dari luar," harapnya.

Mudir Pesantren Tebuireng Lukman Hakim menuturkan, ikan lele yang dipanen secara perdana merupakan hasil budidaya peserta pelatihan angkatan pertama dan kedua. "Secara keseluruhan, sudah ada 120 orang yang ikut pelatihan. Mereka berasal dari Pesantren Tebuireng dan sembilan pesantren lainnya," ungkap pria kelahiran Banten ini.

Saat ini, tutur Lukman, Pesantren Tebuireng sedang menyiapkan 24 buah kolam lele berdiameter tiga meter bantuan dari KKP. "Mulai awal Agustus, akan ada 40 kolam yang dikelola untuk usaha budidaya ikan lele," ujarnya. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaSantri, Anti Hoax, Nasional PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

TV Anti Imperialisme Diluncurkan

Venezuela, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Presiden Venezuela Hugo Chavez meresmikan stasiun televisi baru Amerika Latin hari Minggu untuk memerangi apa yang disebut pemerintahnya sebagai "imperialisme kebudayaan" dari media AS dan Eropa.
   
Telesur (Telesouth), stasiun televisi berbahasa Spanyol yang  didirikan pemerintah Venezuela, Argentina, Kuba dan Uruguay, mulai menyiarkan komentar dari para pejabat stasiun televisi itu dan  badan penasehat yang terdiri atas para intelektual sayap kiri dan selebriti internasional.
   
"Kami meluncurkan Telesur untuk mematahkan rejim komunikasi ini dan menyampaikan satu visi, satu suara yang sampai kini masih diam. Telesur adalah satu prakarsa untuk menandingi imperialisme kebudayaan," kata Andres Izarra, Direktur utama Telesur dan menteri komunikasi Venezuela.
    
Tujuan usaha yang dibiayai Venezuela itu adalah untuk memberikan satu perspektif Amerika Latin, mempromosi kebudayaan yang beragam dan melawan apa yang disebut para penciptanya sebagai "hegomoni" jaringan internasional dan komersial lokal dalam liputan mereka tentang kawasan itu.
    
Chavez, pemimpin nasionalis berhaluan kiri yang sering menuduh Presiden AS George W. Bush melakukan persekongkolan untuk menggulingkannya, menyebut peluncuran itu sebagai "keberhasilan" dan mengatakan Telesur penting bagi visinya tentang integrasi Amerika Latin dan Karibia.
    
Ia mengatakan saluran itu dapat menarik para pamirsa dari seluruh kawasan dan bahkan Bush "terpaku menonton Telesur. Hubungan dengan AS, pembeli utama minyak Venezuela, memburuk sejak Chavez memerintah tahun 1998 dan memperkokoh hubungan dengan Kuba yang komunis. AS mengimpor 15 persen minyaknya dari Venezuela, pengekspor minyak mentah terbesar kelima di dunia.
    
Chavez mengatakan jaringan televisi itu merupakan pukulan terhadap usaha sejumlah anggota parlemen AS yang berusaha melakukan apa yang idisebut sebagai "perang elektronik."
    
Pekan lalu, DPR AS menyetujui rancangan undang-undang dengan satu amandemen yang memberikan wewenang penyiaran ke Venezuela untuk menghadapi apa yang disebut Washington sebagai retorika anti-Amerika dan anti-kebebasan" ujar Chavez.
   
"AS mengancam kami dengan siaran untuk menetralkan Telesur. Kami telah memperoleh tujuan pertama," kata Chavez dalam percakapan telepon dengan televisi itu sewaktu acara peresmiannya.
   
Chavez juga membela Telesur dalam menghadapi para pengamat yang mengatakan jaringan itu akan menjadi alat propaganda bagi pemerintah "revolusioner’nya  dan bagi sekutu Karibianya, Presiden Kuba Fidel Castro.
   
"Saya yakin Telesur akan mampu mempertahankan independensinya.Telesur tidak akan tergantung pada pemerintah manapun, ia bebas melayari perairan kebenaran dan membantu pembangunan sebuah dunia baru," kata Chavez.
   
Saluran yang berpusat di Caracas itu akan menyiarkan berita melalui satelit dari biro-biro di Buenos Aires (Argentina), Brasilia (Brazil), Montevideo (Uruguay), La Paz (Bolivia), Bogota (Colombia), Caracas (Venezuela), Havana (Kuba), Kota Meksiko (Meksiko) dan Washington.(reuters/atr/cih)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaNu, Tokoh PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

TV Anti Imperialisme Diluncurkan (Sumber Gambar : Nu Online)
TV Anti Imperialisme Diluncurkan (Sumber Gambar : Nu Online)

TV Anti Imperialisme Diluncurkan

Kamis, 01 Juni 2017

Asad: Indonesia Sedang Alami Liberalisasi

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Asad Said Ali mengingatkan kepada warga NU untuk mengantisipasi paham-paham liberal baik di sektor ekonomi maupun agama. Paham tersebut, menurutnya, telah menyiapkan skenario terjadinya perang peradaban.

Asad:  Indonesia Sedang Alami Liberalisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Asad: Indonesia Sedang Alami Liberalisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Asad: Indonesia Sedang Alami Liberalisasi

"Lakpesdam (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia NU) harus menjadi ujung tombak untuk melakukan pembenahan-pembenahan organisasi. Jangan sampai kita kemasukan paham-paham seperti itu dan dianggap sebagai liberal," katanya saat menjadi pembicara kunci dalam acara Program Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) yang diselenggarakan PC Lakpesdam Kudus bekerja sama dengan PP Lakpesdam di Pesantren Raudlatul Mutaallimin, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (20/3).

Asad menyatakan belakangan ini bangsa Indonesia telah mengalami gerakan liberalisasi pada sektor ekonomi. Menurutnya, kekayaan negara sudah dikuasai pihak asing sehingga berdampak pada  masyarakat menjadi terpinggirkan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Untuk melawan liberalisasi ekonomi itu, ia menegaskan NU harus bisa mengembangkan etos kewirausahaannya dan menciptakan banyak pedagang andal dan besar untuk kemajuan Nahdaltul Ulama.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"NU harus membangun kembali Nahdlatut Tujjar untuk menjadikan seorang saudagar maupun pedagang. Bukan berbentuk koperasi, karena koperasi terlalu lama," ujarnya.

Di samping pada sektor ekonomi, kata Asad, agama juga ingin diliberalkan. Kelompok liberal  menyebarkan konsep tasamuh (toleransi) ala Barat yang membolehkan menghujat agama lain.

"Indonesia mau diadakan untuk menjadi liberal terkait penistaan agama yang UU-nya mau dihapuskan. Termasuk contoh lain membolehkan pernikahan sejenis. Kita harus perhatikan hal ini," tandas Asad.

Asad menilai pemahaman tentang toleransi masih terjadi perbedaan pandangan di antara kelompok. Karenanya keduanya perlu dirumuskan terlebih dahulu. "Sekarang ini belum ada rumusannya terhadap orang yang menyebarkan dakwah secara pura-pura, menyinggung perasaan orang dan mengkafir-kafirkan," tegasnya.

Ia menengarai ada upaya kelompok lain yang ingin selalu memprovokasi NU  agar orang-orang NU melakukan kekerasan. "Maka harus kita hadapi dengan dialog dan memperkuat pengetahuan kita tentang dalil-dalil agama yang kuat untuk menghadapi mereka," ungkapnya.

Kegiatan  PPWK ini berlangsung mulai Jumat-Ahad (20-22/3) dan diikuti 45 peserta dari kalangan kiai muda pengasuh pesantren se-Kabupaten Kudus. Selain H Asad Said Ali (Wakil Ketum  PBNU), turut hadir sebagai narasumber H. Abdul Ghafur Maimun (Pengasuh Pesantren Sarang, Rembang), H. Abudl Munim DZ (Wakil Sekjen PBNU), H Abu Hafsin (ketua PWNU Jateng), serta dari tim PP Lakpesdam NU, yakni Yahya Mashum, Marzuki Wahid, dan Ahmad Baso. (Qomarul Adib/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Aswaja, Halaqoh, Nahdlatul Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah