Tampilkan postingan dengan label Fragmen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fragmen. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Februari 2018

Isu Agama di Pilkada Serentak Rawan Pecah Belah Umat

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj (Kang Said) mengajak segenap aktivis politik dan para pemuka agama untuk mengantisipasi terjadinya perpecahan umat dalam pilkada serentak pada 9 Desember mendatang. Kang Said mengimbau agar calon kepala daerah maupun pemuka agama di mana pun untuk tidak menggunakan isu agama dalam merebut dukungan politik.

Isu Agama di Pilkada Serentak Rawan Pecah Belah Umat (Sumber Gambar : Nu Online)
Isu Agama di Pilkada Serentak Rawan Pecah Belah Umat (Sumber Gambar : Nu Online)

Isu Agama di Pilkada Serentak Rawan Pecah Belah Umat

Demikian disampaikan Kang Said di hadapan sedikitnya 70 peserta diskusi publik yang bertajuk “Pancasila Rumah Kita: Perbedaan Adalah Rahmat”di Jakarta, Rabu (26/8) siang.

“Jangan jualan agama baik agama Islam atau agama lainnya di pilkada serentak. Bahaya sekali kalau agama diperjualbelikan,” kata Kang Said yang menjadi salah satu narasumber di forum ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Narasumber lain dalam diskusi ini Executive Scretary Konferensi Waligereja Indonesia Romo Edy Purwanto, perwakilan dari Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Pdt Albertus Patty, serta utusan Perwakilan Umat Buddha Indonesia Bhiksu YM Dutavira Mahastavira.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mereka yang berkepentingan merebut dukungan publik, kata Kang Said, harus menjunjung tinggi UU Pilkada sebagai konstitusi yang berlaku. Semua aturan itu dibuat sedemikian rupa memang dimaksudkan untuk menghindari kecurangan, cara-cara kotor yang berdampak pada perpecahan di tengah masyarakat.

“Terlebih lagi kalau negara negara berdasarkan atas agama. Ini sangat berbahaya sekali. Kalau berbeda kepentingan, bisa saling mengafirkan,” tegas Kang Said.

Menurut Kang Said, agama yang dipeluk calon kepala daerah tertentu tidak bisa menjamin yang bersangkutan bersih dari segala cela ke depannya. “Belum lagi kalau korupsi, mau disalahkan agamanya? Kan tidak mungkin agamanya,” tandas Kang Said. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 16 Februari 2018

Kabar Duka, Ketua PCNU Kabupaten Sukabumi Ajengan Basith Wafat di Dubai

Jakarta,PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun... kabar duka bagi warga NU karena salah seorang panutannya, KH Abdul Basith wafat di Dubai, Uni Emirat Arab pada Rabu (15/3) sekitar pukul 11.30 waktu setempat.

Ia adalah Ketua PCNU Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pengasuh Pondok Pesantren Al-Amin Cicurug, dan Ketua Majelis Silaturahim Pondok Pesantren dan Majelis Talim Kota dan Kabupaten Sukabumi.

Kabar Duka, Ketua PCNU Kabupaten Sukabumi Ajengan Basith Wafat di Dubai (Sumber Gambar : Nu Online)
Kabar Duka, Ketua PCNU Kabupaten Sukabumi Ajengan Basith Wafat di Dubai (Sumber Gambar : Nu Online)

Kabar Duka, Ketua PCNU Kabupaten Sukabumi Ajengan Basith Wafat di Dubai

Menurut Wakil Sekretaris PCNU Kabupaten Sukabumi Daden Sukendar, Ajengan Basith sedang menjalankan ibadah umrah bersama Bupati Kabupaten Sukabumi H. Marwan Hamami dan 18 orang lain. Sebelum ke Arab Saudi, rombongan berziarah ke Yordania. Kemudian transit di Dubai.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketika di Dubai tersebut, lanjut dia, yang mendapat informasi dari salah seorang rombongan, Ajengan Basith meninggal karena serangan jantung. Ia sempat dilarikan ke sebuah rumah sakit, tapi jiwanya tidak tertolong. (Abdullah Alawi)

?

(Baca juga:? Belajar dari Kesuksesan Gerakan Sedekah di Sukabumi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 28 Januari 2018

Gus Mus Beri Pengarahan Pertama sebagai Rais Aam

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. KH Musthofa Bisri atau Gus Mus menyampaikan pengarahan pertama sebagai Pejabat Rais Aam PBNU dalam Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah di kantor PBNU Jakarta, Senin (3/3). Rapat antara lain membahas agenda Munas-Konbes NU, Mei 2014 mendatang.

Dalam arahannya, Gus Mus menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi sosial-keagamaan, bukan organisasi politik. Menurut Gus Mus, perjalanan NU semenjak Kembali ke Khitah pada 1984 menunjukkan tidak adanya perubahan paradigma berorganisasi. NU belum serta merta menjadi organisasi sosial keagamaan seperti pada awal didirikan pada 1926.

Gus Mus Beri Pengarahan Pertama sebagai Rais Aam (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus Beri Pengarahan Pertama sebagai Rais Aam (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus Beri Pengarahan Pertama sebagai Rais Aam

“Gus Mus mencontohkan, dulu sebelum menjadi partai, para anggota membayar ianah syahriyah (iuran bulanan). Ketika menjadi partai politik, syahriyah anggota bergeser menjadi sumbangan fraksi. Setelah kembali ke khittah mestinya dari sumbangan fraksi dikembalikan menjadi ianah syahriyah lagi,” kata Wakil Sekjen PBNU, H Sulton Fathani kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah usai mengikuti rapat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menjelang pelaksanaan Pemilu 2014, Gus Mus juga mengimbau para pengurus NU untuk memperhatikan arahan dari Almarhum KH Sahal Mahfudh pada saat Rapat Pleno Wonosobo 2012.

Rapat Harian membahas persiapan Musyarawah Nasional dan Konferensi Besar (Munas-Konbes) NU akan diselenggarakan pada bulan Mei mendatang atau setelah pelaksanaan Pemilu 2014. Menurut Sulton, ada empat materi yang telah disiapkan yakni tentang code of conduct penyiaran agama, metode pemilihan pemimpin NU dengan ahlul halli wal aqdi, rekomendasi NU soal ketatanegaraan dan rekomendasi di bidang ekonomi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dihadiri para pengurus PBNU lengkap antara lain, Katib Aam KH Malik Madani, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, dan Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Sa’ad Ali, serta para pengurus lainnya dari jajaran syuriyah dan tanfidziyah.

Usai mengikuti Rapat Harian di lantai 5 kantor PBNU, Gus Mus bersama Ketua Umum Said Aqil dan pengurus lainnya menyempatkan menengok ruang redaksi PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan berbincang dengan kru redaksi.

Pada hari yang sama, sebelumnya diadakan tahlilan 40 hari meninggalnya KH Sahal Mahfudh yang diikuti oleh para pengurus, petugas sekretariat, dan jamaah Masjid An-Nahdlah di lantai dasar kantor PBNU. (A. Khoirul Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Santri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 19 Januari 2018

HIPSI Berdakwah Lewat Wirausaha

Cirebon, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. HIPSI atau Himpunan Pengusaha Santri Indonesia, sebuah lembaga yang dibentuk di bawah Rabithah al-Maahid al-Islamiyyah (RMI) atau asosiasi pesantren se-Indonesia, menempuh jalur dakwah lewat jalur wirausaha. Menurut HIPSI, nilai-nilai kejujuran dan kerja keras bisa didakwahkan lewat entrepreneurship.

Demikian disampaikan Mohammad Gozali, Ketua Umum HIPSI, di sela Munas-Konbes NU 2012 di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, Senin (17/9) lalu.

HIPSI Berdakwah Lewat Wirausaha (Sumber Gambar : Nu Online)
HIPSI Berdakwah Lewat Wirausaha (Sumber Gambar : Nu Online)

HIPSI Berdakwah Lewat Wirausaha

“Dakwah selalu diidentikkan dengan penyampaian ajaran Islam lewat kata-kata di forum-forum pengajian atau di tempat-tempat ibadah. Padahal Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah lewat berbagai media yang hasilnya juga tak kalah efektif dibandingkan dengan kata-kata, yakni "bilhal" atau perbuatan, khususnya perdagangan,” katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

HIPSI  menjadi institusi yang bukan menciptakan calon pencari kerja, tapi kader pesantren yang mampu menciptakan peluang pekerjaan dan menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin serta menciptakan pengusaha baru kreatif dan inovatif

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

HIPSI yang didirikan di Pesantren Al-Yasini Pasuruan ini juga sudah dideklarasikan di sejumlah daerah, seperti Jatim, Jateng, Kalimantan dan Palembang. Sejumlah provinsi lain seperti Jabar berikut DKI menjadi target berikutnya. 

Menurut Gozali, seminar dan deklarasi HIPSI sudah dilakukan kepada santri dari ratusan, salah satunya di  pesantren Alqurthuby Bondowoso, dikumpulkan 300-an santri yang dididik targetnya agar mereka memiliki jiwa wirausaha. Diharapkan mereka setelah lulus dari pesantren, tidak lagi bingung mencari, melainkan justru bisa membuka lapangan pekerjaan.

HIPSI berdiri awal 2012, tepatnya bulan Februari. Waktu itu sekitar 2008 dirinya dan beberapa teman santri, sudah gandrung berbicara tentang bisnis. Melihat semangat sekelompok  anak muda itu, maka RMI mengakomodasinya dalam sebuah lembaga resmi, maka berdirilah HIPSI.

RMI membawahi 23.000 pondok pesantren se-Indonesia, tapi rata-rata, mereka ini lebih fokus ke ilmu agama jarang sekali yang menyentuh ekonomi. Secara legalitasnya HIPSI di bawah RMI atau menginduk ke RMI, organisasi pondok pesantren di bawah NU itu memiliki misi menjadi wadah pengembangan pendidikan wirausaha santri yang mandiri. 

Mochammad Ghozali menegaskan, target ke depan HIPSI menjadi organisasi wadah pengkaderan pengusaha  dan jejaring ekonomi di kalangan nahdiyyin. Beralamat kantor di Jl Kayun 38-40 Surabaya, sampai saat ini telah memiliki hampir 1000-an santri pengusaha anggota yang tersebar merata di Jawa Timur dan beberapa di daerah lain. 

Menurutnya, HIPSI yang berada di bawah RMI sebagai organisasi pondok pesantren di bawah NU itu memiliki misi menjadi wadah pengembangan pendidikan wirausaha santri yang mandiri, Targetnya 1 juta pengusaha santri dalam 10 tahun kedepan.

Misi lainnya adalah menyinergikan kekuatan ekonomi santri di seluruh Indonesia serta pemberdayaan ekonomi masyarakat.

"Dakwah secara umum sudah banyak dilakukan oleh para tokoh, tapi dakwah lewat perdagangan ini yang masih terbilang jarang disentuh bahkan diabaikan. Padahal Nabi dulu juga berdagang dan itu bagian dari dakwah beliau," kata Gozali.

Sekretaris Pengurus Pusat RMI Miftah Fakih, dihubungi PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan, HIPSI diharapkan menjadi wadah untuk memunculkan sebanyak mungkin pengusaha dari kalangan pesantren. 

“RMI sudah berpesan bahwa HIPSI ini anggotanya harus NU atau warga pesantren, lebih khusus lagi harus punya background pesantren atau pernah nyantri di pesantren,” katanya. 

Redaktur: A. Khoirul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Amalan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 18 Januari 2018

Rais Syuriyah PCINU Jerman Kupas ISIS di Turki

Istanbul,PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bertempat di Turkiye Yazarlar Birligi, PCINU Turki bersilaturahim dengan Rais Syuriyah PCINU Jerman Dr Syafiq Hasyim yang baru saja menyelesaikan program doktoralnya dari Universitas Freie Berlin untuk kajian Islam kontemporer.

Selain dihadiri anggota PCINU, silaturahmi pada Jumat (8/8) diskusi ini diikuti mahasiwa Indonesia di Istanbul, Ruhum. Masyarakat Turki yang mempunyai minat yang sama tentang perkembangan di negara-negara Timur Tengah saat ini juga ada yang ikut.

Rais Syuriyah PCINU Jerman Kupas ISIS di Turki (Sumber Gambar : Nu Online)
Rais Syuriyah PCINU Jerman Kupas ISIS di Turki (Sumber Gambar : Nu Online)

Rais Syuriyah PCINU Jerman Kupas ISIS di Turki

Syafiq menjelaskan, fenomena ISIS tidak bisa hanya dilihat melalui kacamata kultural atau agama saja karena ada kepentingan ekonomi-politik di belakang organisasi multietnik ini. “Dikarenakan fenomena ISIS termasuk baru, belum ada informasi yang valid atau pun pengetahuan mendalam seperti artikel ilmiah di jurnal,” kata Syafiq

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Syafiq, ISIS bisa dibilang membawa paham radikalisme yang jika tidak diantisipasi masyarakat Indonesia akan berdampak langsung kepada keamanan dan perdamaian yang dijunjung tinggi para pendiri negara kita.

Syafiq juga menyingung soal media massa yang yang menulis gerakan radikal tersebut. Menurutnya, sekarang kebebasan dalam berbicara sudah dalam fase tahap lanjut. Siapa saja di Indonesia bebas mengemukakan pendapat pribadi masing-masing. Didukung dengan akses internet yang semakin hari kian cepat dan bisa dijangkau secara mudah, termasuk telepon seluler,arus informasi mengalir tanpa saringan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kini, kata dia, setiap orang dengan mudah memproduksi “wartanya” sendiri, berdasarkan analisis sendiri, lalu dipublikasikan sendiri. “Kaidah jurnalistik sayangnya diabaikan,” tambahnya.

Di satu sisi, lanjutnya, hal itu merupakan tanda kebebasan berpendapat yang menggembirakan. Akan tetapi, di sisi lain, itu menyebabkan bergesernya tren bacaan masyarakat.

Dulu, kata dia, mereka merujuk pada artikel ilmiah, jurnal, makalah maupun sejenisnya, kini berganti menjadi bacaan artikel populer yang sangat instan. “Orang tidak lagi menilik sesuatu berdasarkan sumber yang otoritatif, tetapi melihat dari popularitas seorang tokoh yang tidak mumpuni,” jelasnya.

Ia mencontohkan, belakangan banyak orang yang mencibir kepakaran Prof Quraish Shihab dan menyanjung “fatwa instan” dari seseorang yang tidak dikenal sebagai ilmuwan dan penulis yang berintegritas.

Kembali kepada ISIS, Syafiq berpendapat diperlukan penelitian yang mendalam supaya tidak menyebabkan adanya kesalahan informasi yang dapat  meracuni pikiran publik. “Kita harus beralih dari memproduksi pengetahuan berbasis konspirasi menuju pengetahuan berbasis riset,” tegasnya.

Ia menyesalkan, apa yang terjadi sekarang, masyarakat umum lebih menyukai bacaan populer daripada analisis ilmiah sehingga terkadang tulisan intelektual beberapa akademisi dianggap sebagai perpanjangan tangan dari budaya Amerika yang liberal.

Dalam menyikapi ISIS, pesan Syafiq, kita harus tahu bahwa ideologi ini tidak cocok untuk diaplikasikan di negara Indonesia bahkan tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, sehingga berbahaya bagi kelangsungan ideologi bangsa Indonesia.

Selain menggali nilai-nilai NU yang moderat, ia menegaskan pentingnya memahami nation and character building seperti yang dulu ditegaskan pendiri bangsa Republik Indonesia. “Lihat Jerman, Amerika, juga Turki misalnya, mereka memiliki nilai-nilai budaya bangsanya sendiri yang sulit dipengaruhi seketika.”

Indonesia, kata pakar hukum Islam ini, membutuhkan itu. Apa yang disebut sebagai “manusia Indonesia,” sekarang tidak jelas dan malas untuk diperdebatkan dalam ruang publik. Maka, upaya untuk deradikalisasi juga searah dengan kehendak untuk mengenali kembali nation and character building itu. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 11 Januari 2018

MKQ Nasional, Jaring Mahasiswa Ahli Kaligrafi

Yogyakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Demi terjalinnya silaturahim antarkaligrafer dari kalangan mahasiswa serta menjaring mahasiswa yang ahli dalam desain kaligrafi, panitia festival seni Al-Qur’an menyelenggarakan Musabaqah Khatil Qur’an (MKQ) nasional, Senin (18/2).?

MKQ Nasional, Jaring Mahasiswa Ahli Kaligrafi (Sumber Gambar : Nu Online)
MKQ Nasional, Jaring Mahasiswa Ahli Kaligrafi (Sumber Gambar : Nu Online)

MKQ Nasional, Jaring Mahasiswa Ahli Kaligrafi

MKQ yang diselenggarakan di gedung rektorat lama lantai dua UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini diikuti oleh 17 peserta putra serta 12 peserta putri.?

Mereka merupakan delegasi dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Di antaranya, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Syarif Hidayatullah, Universitas Gajah Mada serta berbagai perguan tinggi lainnya. ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebagai juri dalam lomba tersebut, hadir Robet Nasrullah, Saiful Adnan, serta Humaidi Ilyas yang mereka merupakan kaligrafer tingkat nasional. ?

Menurut Mustofa, penanggungjawab MKQ ini pada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, peserta diberi alokasi waktu sebanyak delapan jam, yaitu dari jam 09.00-16.00 waktu setempat. Lomba dimulai dengan pengundian maqro (teks yang akan ditulis, red.). Kemudian dilanjutkan dengan sesi pertama, yaitu pembentukan desain, serta sesi kedua, yaitu menulis maqro’ dan hiasannya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mutofa juga menuturkan bahwa lima besar dari putra dan putri akan dipamerkan ketika malam penutupan serta pengumuman para pemenang pada nanti malam, Selasa (19/2).?

Redaktur ? ? : Hamzah Sahal

Kontributor : Nur Hasanatul Hafshaniyah?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 04 Januari 2018

Yayasan Darul Ma̢۪arif Sumbar Gelar Pelatihan Guru PAUD

Pariaman, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan tahapan pendidikan yang penting dalam melahirkan anak-anak cerdas bangsa ke depan. Untuk itu, apresiasi yang positif perlu diberikan kepada pengelola dan guru PAUD.

Pembina Yayasan Darul Ma’arif Sumatera Barat Darmansyah mengungkapkan hal itu ketika membuka Pelatihan Pengelola dan Peningkatan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ma’arif Sumatera Barat tahun 2012, Ahad (23/9) di Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Desa Kajai Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman. Pelatihan diikuti 50 orang pengelola dan guru PAUD Azzahrah Ma’arif di Kabupaten Padangpariaman dan Kota Pariaman.

Yayasan Darul Ma̢۪arif Sumbar Gelar Pelatihan Guru PAUD (Sumber Gambar : Nu Online)
Yayasan Darul Ma̢۪arif Sumbar Gelar Pelatihan Guru PAUD (Sumber Gambar : Nu Online)

Yayasan Darul Ma̢۪arif Sumbar Gelar Pelatihan Guru PAUD

Darmansyah mengingatkan, para guru dan pengelola jangan dipaksa anak-anak menguasai pelajaran matematika, hafalan tertentu. Karena dapat merugikan anak itu sendiri di kemudian hari.  “Kenapa anak PAUD lebih banyak bernyanyi, ketimbang belajar matematika. Karena masa anak-anak itu mudah menerima sesuatu dan cepat bosan. Anak-anak masih bersih dari dosa, hatinya suci, sehingga mudah ingat dan cepat bosan,” kata Darmansyah yang juga Wakil Ketua PWNU Sumatera Barat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua Panitia Pelatihan Pengelola dan Peningkatan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ma’arif Sumatera Barat tahun 2012 Armaidi Tanjung menyebutkan, pelatihan menampilkan empat narasumber. Masing-masing  Ketua Yayasan Darul Ma’arif  Sumbar/Wakil Ketua PWNU Sumbar  Dasril (Penguatan Nilai-Nilai Aswaja Bagi Pengelola dan Guru PAUD), Pembantu Pimpinan  Bidang PAUD/PK-PLK Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat Wismawetti (Strategi Pembelajaran PAUD), Kasi Pendidikan Keagamaan Bidang Pekapontren Kanwil Kemenag Provinsi Sumatera Barat  H Syahrizal (Kebijakan Kementerian Agama Sumbar Terhadap Pengembangan PAUD dan Raudhatul Atfal (RA) di Sumatera Barat) dan Pembina PAUD Azzahrah Ma’arif Kab. Padangpariaman/Kota Pariaman  Armaidi Tanjung (Pentingnya  PAUD Dalam Melahirkan Generasi Bangsa Yang Cerdas).

”Pelatihan dimaksudkan untuk memberikan informasi dan peningkatan wawasan bagi pengelola dan guru PAUD Azzahrah Ma’arif di Padangpariaman dan Kota Pariaman. Kegiatan ini difasilitasi oleh Yayasan Darul Ma’arif Sumatera Barat dan Kasubdit Kelembagaan dan Kemitraan Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Ditjen PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,” kata Armaidi Tanjung penulis buku Pariaman Dulu, Kini dan Masa Depan ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Redaktur : A. Khoirul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Warta, Fragmen, Quote PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 03 Januari 2018

Kiat Pesantren Hadapi Tantangan Masa Depan

Lamongan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Sebagai lembaga pendidikan klasik dan tertua di Indonesia, pesantren kini sedang mengalami tantangan yang berat. Pasalnya, pesantren tidak hanya dituntut dapat meningkatkan mutu pendidikan, tetapi juga harus mampu bersaing dalam bidang ekonomi dengan mengembangkan ekonomi berbasis pesantren.

Demikian disampaikan Ketua Umum Robithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), KH. Mahmud Ali Zen saat menjadi pembicara dalam dalam seminar dengan tema “Pesantren dan Tantangan Masa Depan” yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Besar Alumni Tarbiyatut Tholabah (IKBAL TABAH) di Auditorium Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Rabu (10/11) kemarin.

Selain KH. Mahmud Ali Zen, hadir pula dalam seminar tersebut anggota DPR RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) H. Taufikurrahman Saleh dan kandidat doktor dari Universitas Kebangsaan Malaysia Drs. Zaini Mahbub, M.Sc.

Menurut Kiai Mahmud – sapaan akrab KH. Mahmud Ali Zen – sistem yang dapat dipraktikkan oleh Pesantren di Indonesia adalah  sistem ekonomi syariah, sebagaimana diterapkan oleh Pesantren Sidogiri Pasuruan. Sistem tersebut dinilai paling cocok diterapkan, karena tidak bertentangan dengan syariat Islam. Pesantren Sidogiri yang menerapkan sistem tersebut terbukti telah mengalami perkembangan ekonomi yang sangat baik. “Pesantren bisa membangun ekonomi dan sistem yang diterapkan sesuai dengan syariat Islam,” paparnya kepada ratusan peserta seminar.

Dikatakannya, untuk membangun pendidikan pesantren yang bermutu serta mempunyai visi ekonomi dibutuhkan keteladanan para pimpinan pesantren. Sebab, Rasulullah sendiri selama hidup memimpin umatnya selalu memberikan contoh terlebih dahulu sebelum mengajak kepada kebaikan. “Rosulullah pada saat itu tidak hanya memberi konsep, tapi juga contoh,” jelasnya.

Kiai yang kini menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ini menambahkan, jika ada kemauan dan tekad yang bulat, semua pesantren di Indonesia akan mampu membangun ekonomi yang kuat. Sebab, Allah pada dasarnya menciptakan manusia ini sebagai umat yang terbaik, termasuk masyarakat pesantren. “kalian bisa menjadi umat terbaik bagi manusia,” ungkapnya sambil mengutip salah satu ayat Al-Quran.

Sementara itu, anggota DPR RI H. Taufikurrahman Saleh memaparkan pentingnya reformasi di bidang pendidikan, karena hingga saat ini mutu pendidikan Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara lain. Reformasi pendidikan, menurutnya, harus dilakukan jika bangsa Indonesia ingin mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. “Kita ini belum melakukan reformasi pendidikan. Jadi, sebenarnya reformasi ekonomi kita belum, pendidikan juga belum,” kata mantan Ketua Komisi VI DPR RI yang membidangi pendidikan ini.

Putra Kiai Saleh ini menambahkan, pendidikan Indonesia selama ini belum mempunyai visi yang jelas, karena menyimpang dari fakta dan realita yang terjadi di masyarakat. Semakin banyaknya pengangguran disebabkan visi pendidikan yang belum jelas, sehingga dari tahun ke tahun angka pengangguran mengalami peningkatan. “kita itu masih mengajari anak-anak kita untuk belajar sekolah, bukan untuk hidup. Kalau dulu orang diajara cara menyuntik sapi, sekarang harus langsung praktek nyuntik,” ungkapnya.

Lantas, cara apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan? Langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah reformasi kurikulum pendidikan, karena saat ini peserta didik ditunutut bisa belajar cepat. Reformasi tersebut harus dilakukan secara terus menerus karena kondisi masyarakat yang terus berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Selain itu, lanjutnya, peningkatan mutu pendidikan harus ditopang dengan tenaga pendidik yang berkualitas. Karena itu, pelatihan guru harus dilakukan secara terus menerus, sehingga guru benar-benar mampu mengemban tugas sebagai tenaga pendidik. “Guru harus berkualitas. Jadi mereka harus dilatih. Tapi jangan harap semua daerah itu sama. Itu harus disesuaikan dengan daerahnya,” ungkapnya.

Ditambahkanya, peningkatan mutu pendidikan memang masih menghadapi persoalan yang kompleks. Di samping menyangkut masalah dana, juga masalah sistem pendidikan, baik yang bersifat makro dalam arti pendidikan nasional secara keseluruhan, maupun mikro dalam arti sistem internal di masing-masing lembaga pendidikan. “Kualitas pendidikan juga ditentukan oleh metode, pola pengembangan serta atmosfer yang tumbuh berkembang dalam institusi pendidikan yang bersangkutan,” kata Taufik.(amh)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiat Pesantren Hadapi Tantangan Masa Depan (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiat Pesantren Hadapi Tantangan Masa Depan (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiat Pesantren Hadapi Tantangan Masa Depan

Jumat, 22 Desember 2017

PCNU Prioritaskan Program Kaderisasi dan SDM Kader

?Depok, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Musyawarah kerja cabang Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Depok menitikberatkan program kerjanya ke depan pada bidang organisasi dan sumber daya manusia kader. Mereka berencana melakukan konsolidasi internal hingga pengurus anak ranting NU untuk menjalankan program kerjanya.

PCNU Prioritaskan Program Kaderisasi dan SDM Kader (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Prioritaskan Program Kaderisasi dan SDM Kader (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Prioritaskan Program Kaderisasi dan SDM Kader

Menurut Ketua PCNU Depok Ustadz Raden Salamun di tanah Baru, Beji kota Depok, terdapat delapan pembahasan dalam Muskercab. Kesemuanya meliputi aspek diniyah, dakwah, pendidikan, mabarot, hukum, ekonomi, organisasi dan  politik.

"Kita menargetkan sejumlah 500 kelompok anak ranting NU, 63 ranting NU, dan dua MWCNU yang akan direstrukturisasi kepengurusannya tahun ini," kata Salamun di STIH IBLAM Depok, Ahad (18/5).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Program ini, menurutnya, dapat mengintensifkan komunikasi  sesama ormas dan lintas agama. PCNU Depok sempat menjadi inisiator halaqoh lintas agama pada Oktober 2013 lalu untuk meningkatkan persatuan warga Depok.

"Tentunya, kita menanamkan paham aswaja NU agar munculnya aliran sempalan bisa diminalisasi di Depok," tutur Salamun.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara Wakil Bendahara NU Depok H Bukhori berharap agar kepengurusan baru PCNU Depok bisa berperan dalam memberdayakan masyarakat. Salah satunya, dalam bidang agama serta pemberdayaan ekonomi.

"Banyak peran yang bisa diambil NU. Sampai saat ini, ormas berlambang sembilan bintang itu tetap diharapkan perannya di masyarakat," terang H Buchori. (Aan Humaidi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Fragmen, Sejarah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 15 Desember 2017

LKNU Bekali Pencegahan Stunting 150 Tokoh Agama Brebes

Brebes, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Pusat Lembaga Kesehatan Nahdhlatul Ulama (LKNU) memberikan pembekalan kepada 150 tokoh agama di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, tentang pencegahan stunting atau gangguan pertumbuhan tubuh secara maksimal (cebol). Program hasil kerja sama dengan UNICEF ini digelar secara bergelombang.

Gelombang pertama  dilaksanakan  di Pondok Pesantren Al Hikmah Benda Sirampog untuk 44 tokoh agama dari Kecamatan Tonjong, 3-5 Juni 2015; gelombang kedua di Pondok Pesantren Assalafiyah 2  (52 tokoh agama Wanasari dan Jatibarang), 8-10 Juni 2015; dan gelombang ketiga di Pondok Pesantren Assalafiyah 1 (44 dari Bulakamba dan Ketanggungan), 12-14 Juni 2015.

LKNU Bekali Pencegahan Stunting 150 Tokoh Agama Brebes (Sumber Gambar : Nu Online)
LKNU Bekali Pencegahan Stunting 150 Tokoh Agama Brebes (Sumber Gambar : Nu Online)

LKNU Bekali Pencegahan Stunting 150 Tokoh Agama Brebes

Materi yang diberikan selama 3 hari meliputi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Brebes tentang pencegahan stunting, gizi ibu hamil, pemenuhan hak anak, peran keluarga dalam tumbuih kembang anak dilihat dari sudut agama Islam, pentingnya penggerakan dan penyuluhan tokoh agama, praktek dakwah stunting, dan penyusunan rencana tindak lanjut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Angka prevalensi stunting di Kabupaten Brebes yang cukup tinggi, dimana menurut Data Riskesdas 2013 tercatat stunting di Brebes sebanyak 37 persen, ini mestinya menjadi persoalan serius yang harus di cegah bersama-sama, karena jika ke depan dibiarkan, maka generasi yang akan datang menjadi generasi yang lemah, dan ini menjadikan persoalan bagi daerah juga persoalan nasional, ujar Umi Wahyuni Koordinator Program Pencegahan Stunting LKNU, Rabu (9/6).

Umi juga menambahkan, tokoh agama yang dilatih tahun ini difokuskan pada 35 desa intervensi Program Keluarga Harapan (PKH) Prestasi, dengan perincian 5 kecamatan yakni Tonjong, Jatibarang, Wanasari, Bulakamba, dan Ketanggungan. untuk Desa intervensi antara lain: Pepedan, Purwodadi, Galuh Timur, Kalijurang, Tonjong, Linggapura, Watujaya, Kutayu, Kutamendala, Karangjongkeng, Negarayu, Kupu, Kertabesuki, Sawojajar, Klampok, Dukuhringin, Jagalempeni, Wanasari, Pebatan, Sigentong, Siasem, Jatibarang Kidul, Kertasinduyasa, Kendawa, Jubang, Cipelem, Petunjungan, Banjaratma, Tegalglagah, Luwungragi, Kluwut, Padakaton, Ketanggungan, Dukuhturi, dan Baros.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"LKNU akan memberikan dukungan kepada 35 desa terutama untuk kegiatan pelaksanaan selama 4 bulan ke depan, semua tokoh agama yang sudah dilatih diharapkan untuk melakukan penggerakan dan penyuluhan baik di keluarga penerima PKH, majlis taklim, pondok pesantren, jamiyahan, dan pertemuan lainnya, dengan harapan warga NU yang disosialisasikan nantinya bisa memahami dan mau berbuat terbaik untuk masa depan generasi yang akan datang," imbuhnya.

Di setiap pelatihan yang diselenggarakan, setiap peserta juga diberikan pembekalan dari fasilitator PP LKNU Sulthonul Huda tentang cara mengisi matrik penggerakan dan penyuluhan. Matrik ini untuk memudahkan peserta pada akhirnya saat melakukan pertanggungjawaban administrasi kepada LKNU.  Sisi yang lain juga ada praktek dakwah dari peserta dalam membawakan dakwah pencegahan stunting, dikasih waktu masing-masing 7 menit. (Wasdiun/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah, Ulama, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 14 Desember 2017

Sidang Pleno, Rais Aam Berharap Hasil Munas-Konbes Solutif

Lombok Barat, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rais Aam PBNU KH Maruf Amin secara resmi membuka Sidang Pleno Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2017 yang digelar di Pondok Pesantren Darul Quran, Bengkel, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (25/11).

Sidang Pleno, Rais Aam Berharap Hasil Munas-Konbes Solutif (Sumber Gambar : Nu Online)
Sidang Pleno, Rais Aam Berharap Hasil Munas-Konbes Solutif (Sumber Gambar : Nu Online)

Sidang Pleno, Rais Aam Berharap Hasil Munas-Konbes Solutif

Sidang Pleno menjelang penutupan ini diisi laporan dari sidang-sidang komisi, antara lain Bahtsul Masail Maudluiyah, Bahtsul Masail Waqiiyah, Bahtsul Masail Qanuniyah, Organisasi, Program, dan Rekomendasi. Sebelumnya diskusi intensif dilaksanakan masing-masing komisi di forum terpisah.

Rais Aam berharap hasil dari keputusan Munas-Konbes NU kali ini menjadi solusi dan sumbangsih signifikan bagi kehidupan bangsa dan negara, dan bisa menjadi panduan bagi seluruh warga NU di berbagai tingkatan, mulai dari pusat, wilayah, cabang, wakil cabang, hingga ranting.

"Menjadi garis-garis yang akan menjadi panduan bagi langkah-langkah NU ke depan," kata Kiai Maruf didampingi Wakil Rais Aam KH Miftahul Ahyar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sidang dipimpin oleh Ketua PBNU Robikin Emhas. Turut duduk di atas panggung, Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, Ketua PBNU H Marsudi Syuhud. Sidang pleno diikuti oleh seluruh peserta Munas-Konbes NU 2017 yang terdiri dari delegasi PWNU seluruh Indonesia, utusan pondok pesantren, dan lain sebagainya. 

Musyawirin (sebutan untuk peserta forum ini) sebelumnya tersebar di enam sidang komisi, yakni Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan aktual), Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Maudlu’iyyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan tematik), Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qanuniyyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan berkaitan dengan perundang-undangan), Program, Organisasi, dan Rekomendasi.

Perhelatan yang dibuka Presiden Joko Widodo ini akan ditutup Wakil Presiden Jusuf Kalla sekitar pukul 13.30 WITA di lokasi sidang pleno. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 03 Desember 2017

Meneladani Para Wali, Media Siber Bisa Jadi Alat Dakwah

Tangerang Selatan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia, Mahasiswa Ahlit Thariqah Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah (Matan) Cabang Ciputat menggelar diskusi di Kafe Kuy, Jl. Ir. H. Juanda, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (16/8), dengan tema “Religiusitas dalam Media Siber, Menggapai Cahaya Kemerdekaan”.

KH Ahmad Shodiq sebagai narasumber pada kesempatan tersebut mengingatkan bahwa siber itu sangat penting. Hal ini mengingatkannya pada para wali dulu yang berdakwah menggunakan berbagai media sebagai alat penyampainya.

Meneladani Para Wali, Media Siber Bisa Jadi Alat Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)
Meneladani Para Wali, Media Siber Bisa Jadi Alat Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)

Meneladani Para Wali, Media Siber Bisa Jadi Alat Dakwah

“Siber sebagai alat penting, karena para awliya kita bermain alat,” ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Siber saat ini menurutnya seperti syairnya Syaikh Hamzah Fansuri. Penulis Zinatul Muwahhidin itu sangat menginspirasi para sastrawan Indonesia. Mengutip Abdul Hadi WM, sastrawan saat ini tidak bisa lepas dari Hamzah Fansuri. Ketokohan Mursyid Tarekat Qodiriyah itu tidak diragukan lagi, mengingat Sunan Ampel saja menitipkan muridnya, yakni Sunan Derajat.

Hamzah Fansuri sebagai seorang sufi, menggunakan syair sebagai media dakwahnya. Hal ini dilanjutkan oleh Syamsuddin Al-Sumatrani dan Raja Ali Haji pada akhir abad ke-19. Sunan Bonang memainkan degung pada saat itu. Sunan Kalijaga memainkan wayang sebagai alatnya berdakwah. Maka Kiai Shodiq berkesimpulan, siber adalah alat dakwah layaknya alat-alat lainnya yang digunakan oleh para wali terdahulu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Posisi siber, saya kira sama dengan dulu para awliya,” ungkapnya.

Sementara itu, Syekh Berni Ahmad mengatakan, bahwa siber sebagai hilir, sedangkan hulunya adalah akhlak. “Media siber adalah hilir, sementara hulunya adalah akhlak,” ujar pria yang mengaku masih mutasyabih dengan murid Tarekat itu.

Senada dengan keduanya, pendiri Tasawuf Underground Abdul Halim Ambiya mengutip pernyataan, ath-thariqatu khoirun minal madah, metode itu lebih penting daripada materi. “Kalau anak pesantren tidak masuk di medsos, bahaya!” tegasnya.

Pria yang berbaiat tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah kepada Abah Anom itu mengingatkan, bahwa para pemuda yang bertarekat harus masuk ke dunia siber itu dengan menggunakan bahasa-bahasa anak zaman sekarang. “Pemuda bertarekat harus masuk dengan bahasa gaul,” ujarnya.

Lain halnya dengan Kapolsek Ciputat Kompol. Tatang Syarif. Pria yang tinggal menunggu waktu purnanya itu mengingatkan agar para pemuda Islam menjaga NKRI, sebab negara Indonesia ini didirikan oleh orang-orang Islam. Dari sembilan panitia inti persiapan kemerdekaan Indonesia, delapan di antaranya orang Islam.

“Mari, kita jaga NKRI!” kata polisi yang mengaku sempat tinggal di pesantren selama enam bulan itu.

Kegiatan ini diawali dengan dzikiran dan maulidan bersama diiringi hadrah Himpunan Qari-Qariah Mahasiswa (HIQMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, para peserta datang dari berbagai latar belakang organisasi di Ciputat. (Syakir NF/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Tegal, Pesantren PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 30 November 2017

Hukum Puasa Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah

Sepuluh hari pertama pada bulan Dzulhijjah merupakan hari istimewa. Di hari-hari itu terkumpul berbagai macam ibadah yang bisa bergabung menjadi satu waktu di mana tidak dimiliki oleh bulan-bulan lain. Di antaranya ada ibadah shalat, puasa, sedekah (kurban) dan haji. Ibadah haji ini tidak bisa didapatkan di bulan lain.

Sepuluh hari awal Dzulhijjah merupakan momen hari penting yang digunakan Allah untuk bersumpah dalam Surat Al-Fajr

Hukum Puasa Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah (Sumber Gambar : Nu Online)
Hukum Puasa Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah (Sumber Gambar : Nu Online)

Hukum Puasa Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah

? (1) ? ? (2

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Artinya, “Demi waktu subuh (1) Dan sepuluh malam (2).”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan sejumlah ulama salaf dan ulama kontemporer lain menaggapi bahwa sepuluh malam yang dimaksud pada ayat ini adalah sepuluh malam pertama pada bulan Dzulhijjah.

Argumentasi ini diperkuat dengan hadis yang dikutip Ibnu Katsir dari Shahih Bukhari.

? ? ? ?: "? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?" -? ? ? ? -?: ? ? ? ? ? ?: "? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?" (2

Artinya, “Dari Ibnu Abbas dengan kualitas hadis marfu. Tidak ada hari-hari di mana amal sholih lebih disukai Allah pada hari itu dari pada hari-hari ini, maksudnya sepuluh hari Dzul Hijjah. Kemudian para sahabat bertanya, ‘Dan bukan pula jihad, ya Rasulallah?’ Rasul lalu menjawab, ‘Dan tidak pula jihad di jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar membawa diri dan hartanya kemudian ia pulang tak lagi membawa apa-apa,’" (HR Bukhari 969).

Dengan hadits di atas, cukup jelas bahwa ibadah apapun bentuknya pada sepuluh hari tersebut sangat dianjurkan, termasuk shalat, puasa dan lain sebagainya. Hanya saja, karena puasa dilarang pada hari Idul Adha, maka puasa terhitung sebanyak sembilan hari.

Sungguh tidak tepat jika ada orang yang mengatakan bahwa puasa awal Dzulhijjah tidak ada dalilnya. Keumuman hadits marfu di atas cukup menjadi dasar puasa 9 hari Dzulhijjah di mana Nabi mendorong umatnya untuk berbuat amal saleh.

Ada spesifikasi puasa yang lebih ditekankan oleh Rasul dari pada ibadah 9 hari Dzulhijjah yaitu puasa pada tanggal 9 atau yang terkenal dengan puasa hari Arafah bagi selain orang yang sedang menjalankan ibadah haji.

Orang yang sedang menjalankan ibadah haji tidak disunahkan menjalankan puasa tersebut karena Rasulullah saat haji juga tidak menjalankan puasa Arafah.

? ? ? ?) ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? " ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? " ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? " ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? " ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Pengarang kitab (Al-Muhadzab) berkata, ‘Dan disunahkan bagi selain orang yang berhaji untuk puasa pada hari Arafah, karena mengacu pada hadits yang diriwayatkan oleh Qatadah, dia berkata. Berkata Rasulullah SAW, ‘Puasa hari Asyura bisa menghapus dosa selama setahun. Puasa hari Arafah menghapus dosa dua tahun. Setahun sebelumnya dan setahun yang akan datang.’"

Dan tidak disunahkan (puasa) tersebut bagi orang sedang berhaji karena berdasar pada hadis yang diriwayatkan oleh Umul Fadhl binti Haris. ‘Sesungguhnya para ulama berbeda pendapat mengenai hal tersebut pada hari Arafah tentang apa yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW.

Sebagian ulama mengatakan bahwa Rasul dulu (saat berhaji) berpuasa sedangkan sebagian yang lain mengatakan tidak berpuasa. Lalu Umul Fadhl menghaturi Rasul segelas susu sedang beliau masih duduk di atas ontanya pada padang Arafah, lalu Rasul meminumnya. Karena berdoa pada hari ini (Arafah) adalah sangat besar pahalanya sedang puasa itu melemahkannya, maka tidak puasa itu lebih utama. (Al-Majmu, juz 6, halaman 379).

Dengan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan. Pertama, puasa sembilan hari pertama Dzulhijjah adalah sunah berdasar atas keumuman hadits Rasulullah tentang keutamaan hari-hari tersebut untuk menjalankan ibadah sunah apapun bentuknya.

Kedua, puasa tanggal sembilan Dzulhijjah atau puasa Arafah adalah kesunahan yang lebih spesifik lagi dengan pahala seperti puasa dua tahun. Setahun di masa lampau dan setahun yang akan datang. Wallahu a‘lam. (Ahmad Mundzir)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Internasional, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 24 November 2017

LPPNU Kraksaan Gelar Sarasehan Selamatkan Petani Tembakau

Probolinggo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-89 NU, Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) NU Cabang Kraksaan menggelar diskusi terbatas dan sumbang saran dengan tema Selamatkan Petani Tembakau di Kantor PCNU Kraksaan Kabupaten Probolinggo, Kamis (5/7).

Prof Dr Kabul Santoso, MS dari Universitas Negeri Jember saat menjadi narasumber menuturkan besarnya kontribusi industri rokok dalam perekonomian nasional, diantaranya jumlah cukai yang mencapai 88 trilyun pada tahun ini saja sehingga sektor ini layak untuk mendapat perhatian.

LPPNU Kraksaan Gelar Sarasehan Selamatkan Petani Tembakau (Sumber Gambar : Nu Online)
LPPNU Kraksaan Gelar Sarasehan Selamatkan Petani Tembakau (Sumber Gambar : Nu Online)

LPPNU Kraksaan Gelar Sarasehan Selamatkan Petani Tembakau

Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Kraksaan KH. Ahmad Muzammil menjelaskan selain untuk memperingati Harlah NU ke-89, sarasehan tentang pertembakauan ini digelar dalam rangka untuk menyambut masa tanam tembakau tahun 2012. Dimana selama ini kegiatan yang digelar hanya budidaya tembakau saja.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

”Kegiatan ini merupakan salah satu terobosan baru yang digagas oleh LPPNU Cabang Kraksaan sehubungan dengan adanya regulasi tentang pertembakauan yang rupanya secara tidak langsung akan berdampak pada keberlangsungan petani tembakau di Kabupaten Probolinggo,” ujar Muzammil.

Menurut Muzammil, rencana regulasi baru ini telah membuat petani tembakau resah. Pasalnya regulasi ini bisa berpengaruh ke industri rokok. Jika industri rokok bermasalah, maka akan berdampak pada petani tembakau. Pasalnya dalam regulasi nanti juga disebutkan bahwa industri rokok harus mengemas sebanyak 20 batang setiap kemasannya. Hal inilah yang tentunya akan berdampak pada industri rokok.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

”Melalui kegiatan ini kami berharap petani tembakau memperoleh wawasan mengenai peraturan pertembakauan yang akan membawa dampak meskipun secara tidak langsung,” jelas Muzammil.

Sedangkan Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Probolinggo Mahbub Zunaidi menyambut baik kegiatan yang dicetus oleh LPPNU Cabang Kraksaan ini. Menurutnya, kegiatan ini merupakan langkah nyata dalam memberikan wawasan terhadap petani tembakau terkait rencana adanya regulasi tembakau yang akan berimbas kepada industri.

”Dalam regulasi tersebut setidaknya ada tiga poin penting yang membuat resah petani tembakau. Yaitu, keterangan kemasan bahaya merokok minimal 40 % dari kemasan rokok, terkait iklannya dan adanya penambahan kawasan tanpa asap rokok,” ungkap Mahbub.

Namun Mahbub menjelaskan hingga saat ini pihaknya masih belum menerima surat edaran dalam bentuk apapun terkait rencana regulasi pertembakauan tersebut. ”Apapun nanti yang terjadi terkait rencana regulasi tersebut, kami berharap tidak merugikan petani tembakau yang ada di Kabupaten Probolinggo,” harap Mahbub.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua LPPNU Cabang Kraksaan KH. Amin Subarkah menjelaskan tanaman tembakau menjadi sesuatu yang menarik untuk diangkat dan dibahas. Apalagi setelah adanya rencana regulasi baru yang akan segera digulirkan yang tentunya secara tidak langsung akan berdampak kepada petani tembakau.

”Kami akan bekerja sama dengan APTI (Assosiasi Petani Tembakau Indonesia) akan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas VO Paiton. Sehingga hasil tembakau VO Paiton bisa dibeli industri di atas titik impas sehingga mampu mengangkat derajat petani tembakau,” ungkap KH. Amin Subarkah.

Selain diisi oleh Prof. Dr. Kabul Santoso, MS dari Universitas Negeri Jember, sarasehan yang diikuti oleh 100 orang peserta ini juga diisi oleh narasumber dari Koalisi Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK) Yogyakarta. Kegiatan ini digelar sehubungan dengan adanya peraturan anti tembakau yang menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan hidup kaum tani serta di sektor tani lainnya.

Redaktur ? ? : Mukafi Niam

Kontributor : Syamsul Akbar

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Nahdlatul Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 23 November 2017

Meziarahi Makam Pencipta Nama dan Lambang NU

Surabaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya merayakan hari lahir (harlah) yang jatuh pada 16 Rajab 1437 H atau bertepatan dengan 24 April 2016 dengan berziarah makam para pendiri atau orang-orang yang berjasa besar terhadap NU.

Makam yang dikunjungi, antara lain Sunan Ampel, pencipta nama NU KH Mas Alwi Abdul Azis, Sunan Bungkul yang dikenal sebagai kakek Sunan Ampel, lalu pencipta lambang NU KH Ridlwan Abdullah di kompleks makam Tembok, Surabaya.

Meziarahi Makam Pencipta Nama dan Lambang NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Meziarahi Makam Pencipta Nama dan Lambang NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Meziarahi Makam Pencipta Nama dan Lambang NU

"Instruksi PBNU, peringatan Harlah ke-93 tahun ini digelar secara sederhana. Malam ini (Sabtu) ziarah ke makam Sunan Bungkul menjadi titik terakhir ziarah ke muassis. Di makam Sunan Bungkul sekalian digelar tahlilan," kata ketua PCNU KH Mubibbin Zuhri.



PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kisah Lambang NU



Bersamaan Harlah ke-93 ini, Wakil Katib PCNU Surabaya Ustadz Maruf Khozin membuat catatan tentang penuturan Gus Saiful Halim, cucu KH Ridlwan Abdullah. Pada catatan yang dibagikan ke Nahdliyin ini disampaikan sejarah pendirian NU. Setelah malam didirikan, para kiai meminta Kiai Ridlwan membuat lambang NU. Mengapa Kiai Ridlwan yang ditunjuk?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Cucu KH Ridlwan, Gus Saiful Halim menceritakan bahwa setelah mondok di Syaikhona Kholil Bangkalan, Kiai Ridlwan pernah bekerja di rumah orang Belanda. Pemilik rumah tersebut adalah pelukis. Suatu ketika tanpa disengaja Kiai Ridlwan menumpahkan tinta di kanvas lukisannya. Kiai Ridlwan gugup dan sedih, namun memberanikan diri memperbaiki lukisan tersebut sebisanya.

Dan ternyata si tuan Belanda tersebut tidak marah karena hasil lukisan Kiai Ridlwan bagus. Maka sejak itulah bakat seni melukis Kiai Ridlwan terlihat.

Pada Kiai Ridlwan, para Kiai memberi syarat kriteria lambang NU. Hadratussyekh KH Hasyim Asyari ketika itu mengatakan, "Membuat lambang NU tidak meniru lambang lain, lambang tersebut harus punya haibah, tidak membosankan sampai kapan pun.”

Menurut Ustadz Ma’rif Khozin, tidak mudah di masa itu dengan membandingkannya di masa digital sekarang. Syarat pertama tadi karena sebelum berdirinya NU, sudah ada Muhammadiyah dan Persis yang juga memiliki lambang.

“Beberapa lambang telah beliau buat, beliau ajukan ke beberapa kiai, selalu ditolak dan tidak diterima. Seolah beliau sudah habis inspirasinya, maka beliau salat Istikharah meminta petunjuk kepada Allah, maka pada jam 3 sebelum Subuh setelah beliau merebahkan tubuh. Kiai Ridlwan bermimpi ada bumi yang dikelilingi 9 bintang,” katanya.

Ini membuatnya terperanjat dan menulisnya secara sederhana di atas kertas. Setelah salat Subuh Kiai Ridlwan menyempurnakan gambar tersebut. Paginya, ia sampaikan kepada beberapa Kiai, termasuk Rais Akbar. Kiai Ridlwan menyampaikan bahwa ini hasil istikharah.

Di lain pihak, Kiai Nawawi Sidogiri juga mendapat Istikharah Surat Ali Imran 103, yaitu tentang Tali Allah, yang oleh Kiai Wahab diilustrasikan dengan 2 tali terikat di bawah. Maka saat kongres NU pertama di Peneleh Surabaya lambang NU telah sempurna. (Maulana/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 19 November 2017

KH Maksum Mahfudz: Dialog Internal Umat Islam Langkah Awal Perdamaian Dunia

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Wakil Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) Prof Dr KH Maksum Mahfudz memandang bahwa upaya mewujudkan perdamaian dunia yang dilakukan oleh lintas iman tampak jalan di tempat. Kebuntuan ini, menurutnya, lebih dikarenakan belum adanya satu suara di lingkungan agama masing-masing termasuk Islam.

Prof Maksum menyampaikan terima kasih kepada penggerak dialog-dialog lintas iman. NU sendiri mendukung dan kerap memfasilitasi pertemuan-pertemuan tokoh dari pelbagai agama. Namun kesamaan pandangan hanya terjadi di lingkungan elit dari sekte tertentu dalam agama yang memang memiliki pandangan toleran dan moderat. Sementara sekte-sekte di dalam agama itu sendiri masih terjadi pergolakan.

KH Maksum Mahfudz: Dialog Internal Umat Islam Langkah Awal Perdamaian Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Maksum Mahfudz: Dialog Internal Umat Islam Langkah Awal Perdamaian Dunia (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Maksum Mahfudz: Dialog Internal Umat Islam Langkah Awal Perdamaian Dunia

“Dari sini kami berpikir, untuk mencapai ke arah sana masalah di kalangan internal umat Islam harus diselesaikan,” kata Waktum NU Prof Maksum pada pertemuan ulama dari mancanegara dalam forum International Summit of Moderate Islamic Leaders (Isomil) atau pertemuan internasional para pemimpin Islam moderat di Gedung Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Senin (9/5) siang.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

NU dengan semangat Islam yang toleran dan moderat melakukan uji coba di Afghanistan. Organisasi keagamaan dan kemasyarakatan Indonesia ini mempertemukan sejumlah tokoh agama dari belasan kelompok di Afghanistan yang saling berseteru. Alhamdulillah mereka menyadari bahwa umat Islam terhadap pemeluk agama lain dan terhadap kelompok lain di internal umat Islam harus bersikap toleran.

“Ternyata masalah di internal umat Islam sendiri adalah masalah people to people. Di luar Afghanistan, kita ingin konflik antarkelompok dalam Islam sendiri terselesaikan di belahan negara Islam lainnya. Melalui forum Isomil ini, NU ingin menginspirasi negara Islam di dunia untuk membawa semangat persaudaraan, moderat, dan toleran,” kata Prof Maksum.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Forum internasional ini diikuti oleh 35 utusan dari 25 negara di dunia. Seluruh peserta hingga kini telah memenuhi kuota. “Alhamdulillah 99% peserta sudah hadir. Hanya peserta dari Amerika dan Libya yang masih dalam perjalanan,” kata Ketua Panitia Isomil H Imam Aziz.

Pertemuan ini dihadiri tokoh agama Islam dari pelbagai belahan dunia, para intelektual, dan pengurus wilayaha NU se-Indonesia. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pesantren, Fragmen, Aswaja PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 17 November 2017

PWNU Lampung Akan Dirikan Universitas

Bandar Lampung, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung dalam waktu dekat akan mendirikan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Lampung. Rencana tersebut telah mendapat dukungan dan respons positif dari segenap pengurus NU dan masyarakat Lampung.

PWNU Lampung Akan Dirikan Universitas (Sumber Gambar : Nu Online)
PWNU Lampung Akan Dirikan Universitas (Sumber Gambar : Nu Online)

PWNU Lampung Akan Dirikan Universitas

PWNU Lampung menggelar rapat panitia pendirian UNU Lampung di Kantor PWNU setempat, Bandar Lampung, Sabtu (13/12). Rapat yang dipimpin Ketua PWNU Lampung KH Soleh Bajuri dan Ketua Panitia Pendirian UNU Lampung Dr. Nasir ini membahas persiapan pendirian perguruan tinggi NU satu-satunya di Provinsi Lampung itu.

Dalam pertemuan tersebut PWNU Lampung membentuk Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama dengan menunjuk Dr. H. Aom Karomani sebagai ketua dan Dr. Abdul Syukur, M.Ag sebagai wakilnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“UNU Lampung yang akan didirikan harapannya dapat memberikan kontribusi pada penyempurnaan atau peningkatan model universitas Islam yang sudah ada dan berkembang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban,” ujar Soleh Bajuri.

Menurutnya, saat ini sudah banyak kader NU di Lampung yang bergelar profesor, S3, S2 baik dari dalam negeri maupun luar negeri. “Dengan begitu, banyak sumber daya yang mumpuni di segala bidang untuk mendukung didirikannya Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Lampung,” tambah Soleh Bajuri. (Rudi Santoso/Mahbib)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Foto: Ketua PWNU Lampung KH Soleh Bajuri

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Meme Islam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 08 November 2017

Menelusuri Sanad Keilmuan Islam Nusantara dari KH Taufiq Pekalongan

Pekalongan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah?

Tim Anjangsana Islama Pascasarjana STAINU Jakarta tiba di kediaman ulama kharismatik asal Pekalongan KH Taufiq, Selasa (24/1) siang di Pondok Pesantren At-Taufiqy Rowokembu, Wonopringgo, Pekalongan, Jawa Tengah.

Rombongan Anjangsana tiba tepat ketika Kiai Taufiq mengadakan pengajian rutin hari Selasa untuk para ibu atau perempuan. Rombongan menelusuri jalan menuju Pesantren At-Taufiqy yang dipenuhi oleh ribuan ibu-ibu dalam posisi ndeprok membaca sholawat.

Menelusuri Sanad Keilmuan Islam Nusantara dari KH Taufiq Pekalongan (Sumber Gambar : Nu Online)
Menelusuri Sanad Keilmuan Islam Nusantara dari KH Taufiq Pekalongan (Sumber Gambar : Nu Online)

Menelusuri Sanad Keilmuan Islam Nusantara dari KH Taufiq Pekalongan

Setiap mengadakan pengajian, jamaah Kiai Taufiq memang selalu meluber hingga ke ujung jalan raya. Mereka menggelar berbagai jenis alas mulai dari koran, plastik, dan tikar mengisi halaman-halaman rumah penduduk.

Setelah pengajian selesai, rombongan Anjangsana menuju ruang penerimaan tamu di depan asrama putra Pesantren At-Taufiqy. Usai berbincang-bincang sejenak dengan pengurus pesantren, rombongan ditemui langsung oleh Kiai Taufiq.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Usai mencium tangan Kiai Taufiq, rombongan memulai diskusi dan menyimak dengan khusyu ujaran-ujaran kiai yang dinilai mempunyai banyak karomah oleh masyarakat ini.

Guru Kiai Taufiq

Kiai Taufiq berguru ke Syekh Masduqi Lasem. Syekh Masduqi sendiri murid dari Syekh Umar Hamdan Al-Mahrasi al-Makki, Syekh Abbas al-Maliki al-Makki, Syekh Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki Al-Makki, dan Syekh Al-Baqir.

Kiai Taufiq memberikan penjelasan Bahwa dahulu Gus Dur pernah menulis di Majalah Tempo sekiar tahun 1980-an tentang karomah dan keilmuan Islam Nusantara Syekh Yasin Al-Fadany dan Syekh Maduqie, baik pemikiran, karya manuskrip, hingga pengabdian tak terhingga untuk umat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Syekh Masduqi mendapat gelar Asy-Syekh dikarenakan termasuk salah satu Ulama Indonesia yang mengajar di Masjidil Haram. Waktu itu sebutan Syekh dimiliki oleh 3 orang Ulama, yaitu Syekh Masduqi Al-Lasimy, Syekh Mahfudz Termas (kakak kandung Syekh Dimyati) dan Syekh Yasin Al-Fadany.

Di antara murid-murid Syekh Masduqi yaitu KH Ishomuddin (Pati), KH Salim (Madura), KH Mahrus Ali (Liriboyo, Kediri), KH Zayadi (Probolinggo), KH Abdullah Faqih (Langitan), KH Miftahul Akhyar (Surabaya), KH Jazim Nur (Pasuruan), KH Nur Rohmat (Pati), KH Zuhdi Hariri (Pekalongan), KH Taufiq (Pekalongan), KH Abdul Ghoni (Cirebon), KH Nur Rohmat (Pati), KH Abdul Mu’thi (Magelang) KH Abdulloh Schal (Bangkalan, Madura), KH Mashduqi (Cirebon) KH Makhtum (Cirebon), dan KH Syaerozi (Cirebon).

Mursyid Thariqah

Kiai Taufiq pernah mondok ke Krapyak. Sempat kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Walau berhasil lulus, Kiai Taufiq tidak pernah mengambil ijazahnya. Dia membantu Mbah Ali Maksum di pondok.?

Saat ini, Kiai Taufiq dikenal sebagai Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah. Syekh Nadzim Al-Haqqoni dan Syekh Hisyam Kabbani selalu mengarahkan ke Kiai Taufiq atas siapa saja yang meminta ijazah thariqah.

Terkait pendidikan di Pesantren At-Taufiqy, Kiai Taufiq konsisten dengan pendidikan salaf. Dia juga mendorong agar santri menguasai berbagai bidang keterampilan, selain selalu menjaga kebersihan dan kedisiplinan.

Saat tiba kesempatan rombongan Anjangsana menilik pesantren, Kiai Taufiq menerangkan bahwa arsitektur bangunan pondok dikreasi dan dibangun sendiri oleh santri. Mereka memanfaatkan material tradisional yangikonstruksi secara menarik, unik, dan bersih. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 22 Oktober 2017

Terbitnya Perpres 87/2017, Usaha Keras Ketum PBNU Demi Madrasah

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah 



Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Ishfah Abidal Aziz mengatakan, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Rabu (6/9) di Istana Negara Jakarta merupakan hasil dari perjuangan para kiai dan warga NU. Hanya NU yang secara terbuka melakukan penolakan di mana-mana dalam waktu yang cukup panjang.

Terbitnya Perpres 87/2017, Usaha Keras Ketum PBNU Demi Madrasah (Sumber Gambar : Nu Online)
Terbitnya Perpres 87/2017, Usaha Keras Ketum PBNU Demi Madrasah (Sumber Gambar : Nu Online)

Terbitnya Perpres 87/2017, Usaha Keras Ketum PBNU Demi Madrasah

Tanpa mengurangi peran kiai dan pengurus NU yang lain, lebih khusus, Ishfah memuji Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj tak bosan-bosannya berjuang keras dalam menolak Permendikbud 23 yang kemudian dibatalkan Perpres itu. Kiai Said mengkampanyekan menolak kebijakan yang mengandung muatan full day school (FDS) itu di mana-mana dalam setiap kesempatan.  

“Perpres yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo hari ini tak lepas atas usaha keras Kiai Said yang intens berjuang melalui komunikasi dan pertemuan intensif dengan Presiden,” katanya di gedung PBNU, Jakarta. 

Menurut Ishfah, Kiai Said bertemu presiden tidak kurang dari tiga kali dan sekali dengan Wapres untuk meminta Permendikbud dibatalkan. 

Upaya Kiai Said itu, lanjutnya, karena kecintaanya terhadap madrasah diniyah dan pesantren demi kaum Nahdliyin. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Bukan karena menterinya dari Muhammdiyah lantas NU menolak Permendikbud itu. Sekalipun menterinya dari NU, Kiai Said akan menolak jika kebijakan itu ngotot dilakukan,” jelasnya.

Apresiasi atas usaha PBNU itu disampaikan Pengurus Cabang NU di daerah-daerah. Hinggga sore tadi, Kiai Said menerima telpon dari Cirebon, Majalengka, Bogor (Jawa Barat), Demak, Jepara (Jawa Tengah), Kota Surabaya dan PW Jawa Timur. Mereka mengucapkan terima kasih kepadanya.

Berikut perbedaan Permendikbud 23/2017 dan Perpres 87/2017 soal peraturan hari sekolah:

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Permendikbud 23/2017





Pasal 2: 

(1) Hari Sekolah dilaksanakan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari atau 40 (empat puluh) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu.

(2) Ketentuan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari atau 40 (empat puluh) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk waktu istirahat selama 0,5 (nol koma lima) jam dalam 1 (satu) hari atau 2,5 (dua koma lima) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu.

(3) Dalam hal diperlukan penambahan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekolah dapat menambah waktu istirahat melebihi dari 0,5 (nol koma lima) jam dalam 1 (satu) hari atau 2,5 (dua koma lima) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu.

(4) Penambahan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk dalam perhitungan jam sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 

Perpres 87/2017

Pasal 9: 

(1) Penyelenggaraan PPK pada jalur Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilaksanakan selama 6 (enam) atau 5 (lima) hari sekolah dalam 1 (satu) Minggu.

(2) Ketentuan hari sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan bersama-sama dengan Komite Sekolah/Madrasah dan dilaporkan kepada Pemerintah Daerah atau kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama setempat sesuai dengan kewenangan masing-masing.

(3) Dalam menetapkan 5 (lima) hari sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), satuan pendidikan dan Komite/Sekolah Madrasah mempertimbangkan: 

a. kecukupan pendidik dan tenaga kependidikan; 

b. ketersediaan sarana dan prasarana; 

c. kearifan lokal; dan 

d. pendapat tokoh masyarakat dan/atau tokoh agama di luar Komite Sekolah/Madrasah. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pondok Pesantren, Fragmen, Syariah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 20 Oktober 2017

Tak Dilakukan Nabi, Bukan Berarti Tak Islami

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin mengatakan, banyak kegiatan yang tidak dipraktikkan Rasulullah SAW bernilai sunnah di zaman sekarang. Tak semua perkara baik sejak masa Nabi hingga kini secara langsung dilaksanakan oleh Nabi.



Tak Dilakukan Nabi, Bukan Berarti Tak Islami (Sumber Gambar : Nu Online)
Tak Dilakukan Nabi, Bukan Berarti Tak Islami (Sumber Gambar : Nu Online)

Tak Dilakukan Nabi, Bukan Berarti Tak Islami

Kiai Ishom mencotohkan, model peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jamak ditemukan di Tanah Air tidak serta merta berstatus bid’ah. Maulid Nabi secara substansial memiliki landasan yang kuat, meski dalam detail pelaksanaannya belum ada di zaman Rasulullah.?

Rasulullah sendiri, sambungnya, memperingati dan menyukuri hari lahirnya dengan cara berpuasa. Hal ini dapat dirujuk dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi.?

”Artinya, diwujudkan dengan perbuatan yang baik. Dan perbuatan yang baik itu tentu tidak hanya puasa. Boleh dengan mengundang orang berkumpul memakmurkan masjid, kemudian diisi bacaan shalawat, bacaan Al-Qur’an, menghadirkan kiai untuk memberikan mau’idhah hasanah tentang akhlak Nabi, kemudian ditutup dengan doa,” ulas Kiai Ishom saat ditemui di Jakarta, Rabu (9/1).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mengacu pada pandangan Sayyid Muhammad al-Maliki dalam Mafahim Yajib An Tushahhah, ia menjelaskan, model peringatan Maulid Nabi di Indonesia tergolong adat atau kebiasaan. Hal itu bagus dilaksanakan selama muatannya positif dan tidak mensyari’atkan perkara yang terlarang.

Qul bifadllillah wa birahmatihi fabidzalika falyafrahu. Jadi upaya kegembiraan umat Islam diwujudkan dalam bentuk peringatan maulid Nabi SAW,” imbuhnya.

Menurutnya, Maulid Nabi adalah bagian dari upaya umat Islam dalam menghargai sejarah. Rasulullah sendiri termasuk orang yang sangat peduli terhadap sejarah nabi-nabi terdahulu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

”Silakan ekspresikan cinta kepada Rasulullah SAW setinggi-tingginya selama tidak seperti orang Nasrani memuji Nabi Isa sebagai anak Tuhan,” katanya.

?

?

Penulis: Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah