Tampilkan postingan dengan label Olahraga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Olahraga. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Januari 2018

D Zawawi Imron Menyerap Kebersamaan

Cirebon, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Penyair masyhur D. Zawawi Imron, yang sekarang berumur 69 tahun, datang ke Munas-Konbes NU 2012 dengan semangat tinggi. Ia sudah datang di Pesantren Kempek, Jumat dini hari (14/9).

Di arena Munas, penyair yang sudah menelorkan 14 buku antologi puisi dan dua buku berisi esai-esai kebudayaan serta keislaman, mendatangi diskusi dadakan yang diselenggarakan santri-santri Cirebon.

D Zawawi Imron Menyerap Kebersamaan (Sumber Gambar : Nu Online)
D Zawawi Imron Menyerap Kebersamaan (Sumber Gambar : Nu Online)

D Zawawi Imron Menyerap Kebersamaan

Pada acara pembukaan kemarin (Sabtu, 15/9), Zawawi ketemu banyak orang yang sudah lama dikenalnya. Dengan Gus Mus ia berpelukan di tengah ribuan orang. Bertemu KH Malik Madani dan KH Panji Taufik yang juga asal Madura, diajak foto-foto oleh peserta dan santri-santri.

"Sore nanti yang akan ke Pesantren Babakan sebentar, diminta ceramah dadakan," jawabnya ketika ditanya agenda di Cirebon hari ini." 

"Saya di sini menyerap rasa kebersamaan yang jarang ditemui di tempat lain. Kebersamaan itu bukan hanya makan bersama, tapi juga dialog-dialog untuk mendengarkan suara-suara kebenaran secara berjamaah," kata D Zawawi Imron yang selalu mengenaan kopyah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia merasakan bahwa Munas ulama sangat penting dan tepat untuk kembali mencanangkan akal sehat secara kolektif. "Akal Sehat kolektif itu artinya kebenaran dan keberuntungan menjadi milik bersama," terangnya.

"Kita semua berangkat dari qolbun salim, hati yang lurus. Ini harus dijalin dalam bentuk rasa persaudaraan yang inten, bahwa yang melahirkan kesadaran betapa pentingnya kehadiran orang lain dalam kehidupan masing-masing orang," lanjutnya.

Zawawi memberi catatan, kebersamaan yang sudah terjalin pada NU belum banyak ditegaskan dalam tindakan nyata di masyaraat.

"Saya datang ke sini karena saya percaya ulama itu kalangan yang dapat melakukan rekayasa dalam pengertian positif, agar umat itu nantinya tidak hanya obyek dari kekuasaan atau permainan politik," ujarnya.

Penyair yang mulai mempublikasikan karya-karyanya sejak tahun 1973 ini mengusulkan agar Ulama bekerja sama dengan kaum intelektual guna memecahkan masalah. "Ulama dan intelektual itulah yang diharapkan kesadarannya pada realita kehidupan umat."

D. Zawawi Imron mengaku datang ke Cirebon tidak dari kampungnya, di Batangbatang, Sumenep. Ia baru saja datang dari Pontianak-Kalimantan Barat. Dia diundang pengurus NU Cabang Kota Pontianak untuk berceramah di hadapan mahasiswa-mahasiswa di tiga perguruan tinggi.

Ia tiba di Jakarta Jumat pagi (14/9). Lalu langsung ke kantor PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Dari PBNU ia berangkat ke Cirebon bersama Ahmad Mauladi, Muhammad Syafi, dan saya. 

"Perjalanan dengan orang tua bernama D. Zawawi Imron itu menyengangkan sekali. Terasa terang walaupun di jalan malam hari. Merasa menjadi santri karena diberi nasihat-nasihat. Nasihatnya indah sekali karena disampaikan melaui puisi-puisinya. Humor Madura yang dilontarkan bikin kawa tertawa," cerita Mauladi. 

Sementara itu, Muhammad Syafi berkomentar, "Saya senang sekali jalan bersama dengan beliau. Tapi ini juga tantangan, agar sesampai di Cirebon, tempat Munas ulama lebih menyenangkan lagi, bukan menyenangkan kita, tapi umat dan saudara-saudara sebangsa yang sedang murung ini."

D. Zawawi Imron berencana meninggalkan Cirebon Senin pagi (17/9). Ia akan ke Jakarta untuk melanjutkan perjalanan ke Ambon. Empat hari, ia akan berceramah di depan para guru.

"Saya sudah seminggu meninggalkan rumah, dan baru tiba di rumah lagi minggu depan."

Penulis: Hamzah Sahal

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, IMNU, Pertandingan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 18 Januari 2018

Rais Syuriyah PCINU Jerman Kupas ISIS di Turki

Istanbul,PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bertempat di Turkiye Yazarlar Birligi, PCINU Turki bersilaturahim dengan Rais Syuriyah PCINU Jerman Dr Syafiq Hasyim yang baru saja menyelesaikan program doktoralnya dari Universitas Freie Berlin untuk kajian Islam kontemporer.

Selain dihadiri anggota PCINU, silaturahmi pada Jumat (8/8) diskusi ini diikuti mahasiwa Indonesia di Istanbul, Ruhum. Masyarakat Turki yang mempunyai minat yang sama tentang perkembangan di negara-negara Timur Tengah saat ini juga ada yang ikut.

Rais Syuriyah PCINU Jerman Kupas ISIS di Turki (Sumber Gambar : Nu Online)
Rais Syuriyah PCINU Jerman Kupas ISIS di Turki (Sumber Gambar : Nu Online)

Rais Syuriyah PCINU Jerman Kupas ISIS di Turki

Syafiq menjelaskan, fenomena ISIS tidak bisa hanya dilihat melalui kacamata kultural atau agama saja karena ada kepentingan ekonomi-politik di belakang organisasi multietnik ini. “Dikarenakan fenomena ISIS termasuk baru, belum ada informasi yang valid atau pun pengetahuan mendalam seperti artikel ilmiah di jurnal,” kata Syafiq

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Syafiq, ISIS bisa dibilang membawa paham radikalisme yang jika tidak diantisipasi masyarakat Indonesia akan berdampak langsung kepada keamanan dan perdamaian yang dijunjung tinggi para pendiri negara kita.

Syafiq juga menyingung soal media massa yang yang menulis gerakan radikal tersebut. Menurutnya, sekarang kebebasan dalam berbicara sudah dalam fase tahap lanjut. Siapa saja di Indonesia bebas mengemukakan pendapat pribadi masing-masing. Didukung dengan akses internet yang semakin hari kian cepat dan bisa dijangkau secara mudah, termasuk telepon seluler,arus informasi mengalir tanpa saringan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kini, kata dia, setiap orang dengan mudah memproduksi “wartanya” sendiri, berdasarkan analisis sendiri, lalu dipublikasikan sendiri. “Kaidah jurnalistik sayangnya diabaikan,” tambahnya.

Di satu sisi, lanjutnya, hal itu merupakan tanda kebebasan berpendapat yang menggembirakan. Akan tetapi, di sisi lain, itu menyebabkan bergesernya tren bacaan masyarakat.

Dulu, kata dia, mereka merujuk pada artikel ilmiah, jurnal, makalah maupun sejenisnya, kini berganti menjadi bacaan artikel populer yang sangat instan. “Orang tidak lagi menilik sesuatu berdasarkan sumber yang otoritatif, tetapi melihat dari popularitas seorang tokoh yang tidak mumpuni,” jelasnya.

Ia mencontohkan, belakangan banyak orang yang mencibir kepakaran Prof Quraish Shihab dan menyanjung “fatwa instan” dari seseorang yang tidak dikenal sebagai ilmuwan dan penulis yang berintegritas.

Kembali kepada ISIS, Syafiq berpendapat diperlukan penelitian yang mendalam supaya tidak menyebabkan adanya kesalahan informasi yang dapat  meracuni pikiran publik. “Kita harus beralih dari memproduksi pengetahuan berbasis konspirasi menuju pengetahuan berbasis riset,” tegasnya.

Ia menyesalkan, apa yang terjadi sekarang, masyarakat umum lebih menyukai bacaan populer daripada analisis ilmiah sehingga terkadang tulisan intelektual beberapa akademisi dianggap sebagai perpanjangan tangan dari budaya Amerika yang liberal.

Dalam menyikapi ISIS, pesan Syafiq, kita harus tahu bahwa ideologi ini tidak cocok untuk diaplikasikan di negara Indonesia bahkan tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, sehingga berbahaya bagi kelangsungan ideologi bangsa Indonesia.

Selain menggali nilai-nilai NU yang moderat, ia menegaskan pentingnya memahami nation and character building seperti yang dulu ditegaskan pendiri bangsa Republik Indonesia. “Lihat Jerman, Amerika, juga Turki misalnya, mereka memiliki nilai-nilai budaya bangsanya sendiri yang sulit dipengaruhi seketika.”

Indonesia, kata pakar hukum Islam ini, membutuhkan itu. Apa yang disebut sebagai “manusia Indonesia,” sekarang tidak jelas dan malas untuk diperdebatkan dalam ruang publik. Maka, upaya untuk deradikalisasi juga searah dengan kehendak untuk mengenali kembali nation and character building itu. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 15 Januari 2018

Bentengi Moral, Wajibkan Makesta IPNU-IPPNU di Sekolah

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Untuk kesekian kalinya Pimpinan Komisariat Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) SMK NU Ma’arif 2 Jekulo, Kudus, Jawa Tengah, mengadakan agenda Masa Kesetiaan Anggota (Makesta). Acara diikuti oleh 289 peserta kelas X dan dipandu oleh tim instruktur Pimpinan Anak Cabang (PAC) Kecamatan Jekulo. Selama dua? hari acara ini berlokasi di madrasah setempat dalam pembagian dua ruang terpisah, pada Kamis-Jum’at (14-15).

Wakil Kepala Urusan Kurikulum Madrasah, Mohammad Badawi, mengatakan, Makesta ini diadakan untuk menguatkan ideologi Ahlussunnah wal Jama’ah dan moral pelajar. Terdapat peningkatan jumlah peserta didik SMK NU Ma’arif 2, namun berasal tak hanya dari latar belakang NU. Karenanya, Makesta dirasa cukup penting untuk mengajarkan ihwal ke-NU-an pada para calon teknisi mesin, komputer dan jaringan ini.

Bentengi Moral, Wajibkan Makesta IPNU-IPPNU di Sekolah (Sumber Gambar : Nu Online)
Bentengi Moral, Wajibkan Makesta IPNU-IPPNU di Sekolah (Sumber Gambar : Nu Online)

Bentengi Moral, Wajibkan Makesta IPNU-IPPNU di Sekolah

“Kami tidak pernah pilih-pilih pelajar. Yang NU maupun selainnya, kami terima. Melihat semakin banyak gerakan-gerakan yang menggerogoti NU dan Aswaja, maka mereka perlu mengikuti IPNU-IPPNU. Apalagi gerakan Islam radikal juga meluas, mereka benar-benar perlu penyelamatan sejak dini,” terang Badawi yang juga mantan aktivis PMII semasa kuliahnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Moral juga yang kami tekankan di sini. Sekarang ini, PR terbesar para pendidik adalah soal moralitas pelajar. Terutama lagi untuk pelajar putri, mereka sangat rawan. Dibutuhkan penekanan aspek moral, agar selain pandai otomotif, juga berakhlakul karimah,” lanjut Badawi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Badawi juga mengatakan, pihaknya menjalin komunikasi dengan pengurus ranting. Ini dilakukan di antaranya untuk koordinasi agar peserta didiknya juga aktif dalam IPNU-IPPNU di desanya masing-masing.

Madrasah ini tengah berusaha menekankan peran Pimpinan Komisariat (PK). Sejak semula berdiri, madrasah memang telah menyelenggarakan agenda Makesta yang wajib bagi peserta didik baru. Namun sejauh ini, peran PK belum begitu optimal.

“Sejak berdiri, tahun 2009, madrasah telah mengadakan Makesta setiap tahun ajaran baru. Namun karena tergolong baru, Pimpinan Komisariat masih belum dapat aktif optimal dalam program kerjanya. Para pengurus cenderung lebih menginduk pada instruksi dari pihak madrasah. Ke depan, kami ingin agar Pimpinan Komisariat bisa lebih optimal lagi dalam menyusun dan melaksanakan progam kerjanya sendiri, tanpa harus menunggu instruksi,” terang Badawi.

Beberapa materi yang disampaikan saat Makesta berlangsung, yakni Ahlussunnah Waljama’ah, Ke-NU-an, Ke-IPNU-IPPNU-an, serta Keorganisasian. Selain IPNU-IPPNU, para peserta didik SMK NU Ma’arif 2 Kudus ini juga aktif dalam kegiatan ekstra pencak silat, Pagar Nusa. Setelah ini, rencananya mereka segera mengadakan diklat jurnalistik dan menerbitkan majalah. (Istahiyyah/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anti Hoax, Ubudiyah, Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 14 Januari 2018

Rais NU Karanganyar: Kader Harus Halau Fitnah Masif atas PBNU

Karanganyar, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Rais Syuriyah PCNU Karanganyar KH Ahmad Hudaya meminta alumni Kader Penggerak Nahdlatul Ulama untuk terus membentengi paham Ahlussunah wal Jama’ah an-Nahdiyah yang sekarang sedang diserang secara masif oleh golongan yang tidak suka dengan NU melalui dunia maya. Selain itu Kader Penggerak NU harus memahami dan mengamalkan khittah NU 1926.

“Masifnya fitnahan kepada Pengurus Besar NU, dalam hal ini Kiai Said Aqil Siroj terus mendapat fitnahan yang luar biasa baik dari media sosial maupun pemberitaan media online. Untuk itu sebagai kader harus cepat mengklarifikasinya, agar fitnahan tersebut tidak menjadi sebuah ‘kebenaran’,” katanya? saat bertausiyah pada temu kader alumni Penggerak NU di gedung PCNU Karanganyar, Ahad (30/1).

Rais NU Karanganyar: Kader Harus Halau Fitnah Masif atas PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Rais NU Karanganyar: Kader Harus Halau Fitnah Masif atas PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Rais NU Karanganyar: Kader Harus Halau Fitnah Masif atas PBNU

"Karena berita-berita yang tidak benar atau hoax jika terus menerus disebarkan, maka akan dianggap menjadi sebuah kebenaran, dan ini sangat berbahaya" imbuhnya

Selain itu juga, Kiai Hudaya mengingatkan kepada kader NU untuk benar-benar memahami dan mengamalkan khittah NU 1926 dengan cara membaca sejarah pertumbuhan dan perkembangan NU dari masa-kemasa, karena garapan NU luas seperti sosial keagamaan, pendidikan dan lain sebagainya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Sebagai Kader Penggerak tidak boleh kehabisan energi dalam berkhidmat di tubuh NU, berjuang dan berkhidmat adalah proses, dan hasil dari perjuangan tersebut bukan wilayah kita, tapi wilayah Allah SWT," pesannya. (Ahmad Rosyidi/Mahbib)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Pendidikan, Budaya PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 12 Januari 2018

NU Layani ‘Tantangan’ Kelompok Islam Garis Keras

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Genderang perang mulai ditabuh Nahdlatul Ulama (NU) untuk menghadapi gerakan dari kelompok Islam garis keras yang muncul akhir-akhir ini. Organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia ini siap melayani ‘tantangan’ kelompok Islam radikal yang sudah sangat meresahkan warga nahdliyin (sebutan untuk warga NU) itu.

Pada Sabtu (25/2) lalu, Pimpinan Pusat (PP) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) mengeluarkan maklumat yang berisi tentang peneguhan kembali terhadap ajaran dan amaliyah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang selama ini dijalankan oleh warga nahdliyin. Sebanyak 8 ketua Pengurus Wilayah LDNU se-Indonesia menandatangani maklumat yang merupakan respon atas tuduhan sesat terhadap ajaran dan amaliyah NU itu.

NU Layani ‘Tantangan’ Kelompok Islam Garis Keras (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Layani ‘Tantangan’ Kelompok Islam Garis Keras (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Layani ‘Tantangan’ Kelompok Islam Garis Keras

“…kami menyadari dengan sepenuh hati, bahwa dewasa ini telah tumbuh dan berkembang gejala pemikiran dan gerakan ke-Islam-an (al-harakah al-islamiyyah) melalui praktek-praktek keagamaan yang dapat melunturkan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah ala NU, maka dengan ini kami menyatakan: …Senantiasa menjalankan amaliah ibadah Ahlussunnah wal Jamaah ala NU, melestarikan praktek-praktek dan tradisi keagamaan salafush shalih; sepert salat-salat sunnat, salat tarawih 20 rakaat; wirid, salawat, qunut, talqin, ziarah qubur, tahlil, manaqib, ratib, maulid Nabi, haul, dan istighotsah; serta toleran terhadap tradisi budaya yang sesuai dengan nilai-nilai Islam sebagai bagian dari dakwah Ahlussunnah wal Jamaah ala NU,” demikian salah satu poin dalam maklumat tersebut.

Ketua Umum PP LDNU KH Nuril Huda kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan, gerakan kelompok garis keras itu sudah melewati batas toleransi. Karena mereka tidak lagi sebatas mengambilalih masjid-masjid milik warga nahdliyin, melainkan sudah berani menghasut dan menuduh NU adalah sesat.

“Masjid-masjid NU mulai diambilalih. Muncul banyak buku-buku yang menghujat ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah ala NU. Salat tarawih 20 rakaat; wirid, salawat, qunut, talqin, ziarah qubur, tahlil, maulid Nabi, istighotsah dan lain-lain dianggap ajaran sesat. Ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi,” terang Kiai Nuril di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (27/2).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Apalagi, lanjut Kiai Nuril, gerakan mereka sudah sangat luas dan hampir merata di seluruh daerah, tidak hanya daerah yang berbasis nahdliyin. Jika NU tak segera mengambil sikap tegas, maka bukan mustahil tradisi keagamaan yang dijalankan warga nahdliyin selama ini akan hilang.

Tak hanya itu. Hal yang paling dikhawatirkan NU, menurut Kiai Nuril, adalah keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 pun ikut terancam. Pasalnya, kuat disinyalir, kelompok Islam garis keras tersebut berkeinginan menjadi Indonesia sebagai negara Islam.

Karenanya, selain peneguhan kembali terhadap ajaran dan amaliyah Aswaja ala NU, dalam maklumat tersebut juga ditegaskan bahwa NU tetap pada komitmennya untuk setia menjaga keutuhan NKRI. NU tak ingin ada pihak-pihak tertentu yang mencoba mengusik keberadaan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Ditambahkan Kiai Nuril, sebagai tindak lanjut atas maklumat tersebut, setiap PW LDNU se-Indonesia akan menguatkan barisan dalam rangka menghadapi gerakan kelompok Islam garis keras tersebut. “Kita sudah tetapkan ada lima zona konsolidasi NU. Antara lain, zona Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan. Masing-masing zona ini akan menghimpun dan mengkonsolidasikan seluruh PW LDNU di provinsi yang berada di wilayahnya,” jelasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Keberadaan zona-zona tersebut, kata Kiai Nuril, diharapkan dapat menata dengan rapih gerakan dakwah NU di daerah-daerah. Dengan demikian, masjid-masjid NU serta ajaran dan amaliyah NU dapat terjaga. “Walaupun berbeda prinsip, tapi kita ingin sama-sama saling menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing. Tidak ada lagi tuduhan bahwa NU adalah sesat dan sebagainya,” pungkasnya. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Cerita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 07 Januari 2018

Bus Haram

Saat baru tiba di tanah suci Makkah, Marno ingin menjalankan ibadah sunnah di Masjidil Haram. Karena jarak antara pemondokan dan masjid sangat jauh, ia harus menaiki bus umum untuk yang pertama kalinya di Makkah.

Marno pun menghadang bus jurusan Masjidil  Haram di pinggir jalan. Setiap bus yang menuju arah jalur masjidil haram, sang kernet bus menawarkan kepada calon penumpang termasuk Marno.

 “Haram, haram...” kata kernet bus kepada pada penumpang di pinggir jalan.

Ditawari demikian, Marno hanya geleng-geleng kepala. Begitu pula bus lainnya dengan jurusan yang sama, Marno tetap enggan menaikinya.

Bus Haram (Sumber Gambar : Nu Online)
Bus Haram (Sumber Gambar : Nu Online)

Bus Haram

Mendengar kalimat ‘haram’, Marno jadi ragu. “Masa iya naik bus haram,” katanya dalam hati.

Karena ragu, akhirnya Marno kembali ke pemondokan. Ia pun ditanya temen-temennya satu kamar,”kenapa tidak jadi ke Masjidil Haram?.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Bus-nya haram semua,” katanya jengkel. (Qomarul Adib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 29 Desember 2017

Diresmikan, Klinik Kesehatan NU Lumajang Langsung Beroperasi

Lumajang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Klinik kesehatan milik Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang telah lama digadang-gadang warga akhirnya terwujud.

Prosesi peresmian klinik tersebut dilakukan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Kamis (19/3), dan disaksikan ribuan warga NU, Ketua Komisi C DPRD Jawa Timur H Thoriqul Haq, Bupati Lumajang H Asat Malik beserta jajaran muspida kabupaten, dan para pimpinan partai politik Lumajang.

Diresmikan, Klinik Kesehatan NU Lumajang Langsung Beroperasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Diresmikan, Klinik Kesehatan NU Lumajang Langsung Beroperasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Diresmikan, Klinik Kesehatan NU Lumajang Langsung Beroperasi

Dengan ditandatanganinya prasasti oleh Wakil Gubernur Jatim dan Bupati Lumajang, klinik NU langsung beroperasi. Terdapat 8 kamar dengan 8 bed untuk rawat inap, 2 bed unit gawat darurat, dan sebuah ambulance siap dijalankan. Ada 3 orang dokter yang siap melayani pasien dibantu 11 perawat dan 7 bidan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam acara yang diadakan di halaman Masjid Al Kautsar depan kantor PCNU setempat itu, Thoriqul Haq selaku ketua Komisi C DPRD Jatim menyerahkan bantuan dana 15 juta rupiah dan sebuah sepeda motor untuk kegiatan operasional klinik baru. Sementara Bupati Lumajang turut menyumbang sebesar 10 juta rupiah.

Ketua PCNU Syamsul Huda menyampaikan terima kasih terutama kepada H Thoriqul Haq, warga NU asli Lumajang, yang ikut memprakarsai berdirinya klinik sejak awal. Tahun anggaran 2015 Provinsi Jatim melalui APBD akan membantu 1 Miliar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ke depan, PCNU merencanakan pengembangan klinik menjadi sebuah rumah sakit NU dengan pembebasan lahan di belakang klinik. Hingga saat ini sudah terkumpul donasi warga sebesar 460 juta.

Gus Ipul berharap kekurangan dana bisa segera teratasi dengan keterlibatan Bupati Lumajang yang juga ketua MWCNU di salah satu kecamatan setempat.

“Dimana-mana pemimpin itu, termasuk bupati, harus komunikasi. Teko-muni-kasih (datang-bicara-memberi),” sentil Gus Ipul kepada bupati disambut gerr hadirin. “Jangan berlagak datang-bicara-langsung pergi (tidak memberi bantuan),” lanjutnya disambut tawa hadirin yang kian ramai. (Saiful Ridjal/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Perkaya Wawasan Budaya Agar Tak Keliru Pahami Islam Nusantara

Pacitan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Konsep Islam Nusantara yang dicetuskan oleh PBNU selalu menarik untuk diperbincangkan dalam berbagai kesempatan. Baik dalam forum resmi seperti seminar ilmiah maupun dalam kajian lesehan.

Berdiskusi secara lesehan, puluhan kader Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Pacitan, Jawa Tengah dengan serius mendiskusikan Islam Nusantara sebagai upaya memperkaya wawasan budaya dan intelektualitas kader.

Perkaya Wawasan Budaya Agar Tak Keliru Pahami Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)
Perkaya Wawasan Budaya Agar Tak Keliru Pahami Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)

Perkaya Wawasan Budaya Agar Tak Keliru Pahami Islam Nusantara

Ketua Pengurus Komisariat Perguruan tinggi (PKPT) IPNU Sekolah Tinggi Agama Islam NU (STAINU) Pacitan, Mawan Hedianto mengatakan, wawasan para kader tentang keislaman dan politik kebangsaan harus selalu diperbarui seiring dengan berkembangnya problematika zaman. para kader tidak boleh tertinggal dengan isu-isu kekinian yang terjadi di tengah persoalan bangsa.

“Kader IPNU IPPNU juga harus mempunyai wawasan politik untuk membangun dan memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Tentunya dengan santun dan sesuai dengan ajaran Islam Nusantara,” katanya saat membuka diskusi di gedung MUI Pacitan, Ahad (13/3).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pada diskusi yang bertema ‘Posisi politik dan budaya dalam Islam Nusantara” ini, Aktivis Lakpesdam NU Pacitan, Dani Patria Krisna memaparkam apa itu Islam Nusantara, bagaimana Islam Nusantara menyatu dengan budaya dan kearifal lokal serta seperti apa hubunganya dengan politik kebangsaan.

Menurut Dani, salah satu definisi Islam nusantara adalah ajaran yang memegang erat kearifan lokal. Islam dibawa masuk ke Indonesia, katanya, bukan hanya melalui ajaran syar’i saja, akan tetapi melalui nilai filosofis, toleransi, kasih sayang, dan menghargai budaya yang telah lama ada di Nusantara. Sehingga Islam dengan mudah masuk dan diterima masyarakat pribumi.

“Pelajar NU diharap lebih dalam lagi dalam menelaah konsep Islam Nusantara ini,” katanya.

Dani mencontohkan, di Pacitan saja, tumbuh bermacam-macam budaya lokal. Semuanya memiliki dasar dan nilai tersendiri. Sehingga perlu dilakukan pemahaman secara utuh agar tidak mudah memvonis budaya lokal bertentangan dengan agama. Bukan berarti budaya terdapat unsur menyekutukan Tuhan.

“Memahami budaya merupakan salah satu wujud syukur kepada Allah. Tanpa kita sadari selama ini kita juga kurang, bahkan tidak bersyukur akan segala nikmatnya,” imbuhnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Melalui kajian ini, Dani mengajak para pelajar NU mampu menjaga dan mempelajari Islam Nusantara dalam bidang politik dan budaya, untuk menanggulangi masuknya aliran dan paham radikal di kalangan pelajar. (Zaenal Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Nahdlatul Ulama, Hikmah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

GP Ansor se-Tondano Raya Diskusi Nilai-nilai Kebangsaan

Minahasa, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - GP Ansor Kabupaten Minahasa menggelar Konferensi Pimpinan Anak Cabang GP Ansor se-Tondano Raya yang dirangkai dengan dialog kebangsaan di Aula Asrama Kamasan Papua Tataran Patar Tondano, Sabtu, (13-14/5).

Ketua panitia Dody Hendrawan Arbi mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang turut membantu panitia, terutama sahabat Theo Umbas selaku Ketua KNPI Minahasa.

GP Ansor se-Tondano Raya Diskusi Nilai-nilai Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor se-Tondano Raya Diskusi Nilai-nilai Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor se-Tondano Raya Diskusi Nilai-nilai Kebangsaan

Dalam dialog kebangsaan bertema "Meneguhkan semangat kebangsaan dan pluralisme di Tanah Minahasa" panitia menghadirkan narasumber Kapolres Minahasa AKBP Syamsubair, akademisi Denni Pinontoan dan Kebudayaan Minahasa, dan Pengurus Pusat Lesbumi Irfan Basri.

Kegiatan dihadiri dan resmi dibuka oleh Wakil Bupati Minahasa Ivan Sarundajang. Ivan mengapresiasi pemuda Ansor atas pelaksanaan kegiatan konferensi GP Ansor dan dialog kebangsaan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ivan menjelaskan pentingnya saling menghargai dan menghormati tanpa memandang perbedaan-perbedaan ideology. Saling menghargai dan menghormati itulah yang terpenting. Ia menegaskan, “Pancasila dan NKRI adalah hasil warisan para pendiri bangsa yang peting kita jaga secara bersama.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kapolres Minahasa Syamsubair menjelaskan pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban sehingga bisa menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat.

Denni Pinontoan menjelaskan pentingnya menjaga keberagaman di Minahasa, karena Minahasa itu tidak hanya satu agama, tetapi semua agama ada di Minahasa sehingga Minahasa itu seperti Indonesia kecil.

Sementara itu, Irfan Basri mempertegas pentingnya menjaga persaudaraan Nusantara yang sudah sekian lama ada, sebelum ada agama-agama yang diakui oleh negara. problem di bangsa ini bukan soal siapa yang benar dan salah, tetapi soal ekonomi politik.

Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan organisasi kepemudaan (OKP) baik Cipayung maupun paguyuban yang ada di Minahasa. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pondok Pesantren, News, Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 24 Desember 2017

Ansor Probolinggo dan Kraksaan Lakukan Temu Teknis dengan Peserta BPUN

Probolinggo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Kraksaan dan Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, Jumat (15/4) menggelar tehnical meeting (temu teknis) peserta BPUN 2016 bertemapt di gedung Auditorium Hasan Center Probolinggo.

Kegiatan ini diawali dengan pembacaan istighotsah sebagai pembuka. Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Probolinggo Muhlisun Azka Mahbubi mengatakan, pihaknya berusaha mengemas kegiatan semenarik mungkin, juga sambil memperkenalkan tradisi Warga NU.

Ansor Probolinggo dan Kraksaan Lakukan Temu Teknis dengan Peserta BPUN (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor Probolinggo dan Kraksaan Lakukan Temu Teknis dengan Peserta BPUN (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor Probolinggo dan Kraksaan Lakukan Temu Teknis dengan Peserta BPUN

“Tradisi spiritual warga NU semoga menjadi spirit para peserta agar senantiasa berusaha keras dan berdoa,” ujar Muhlisun.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Kraksaan, Taufik kepada mengungkapkan rasa bahagianya karena di tahun ini, dua cabang Gerakan Pemuda Ansor mengadakan kegiatan bersama. Ini sebagai jalan memperkuat tradisi gotong royong daerah Kabupaten Probolinggo.

“Pengurus ranting Gerakan Pemuda Ansor, pasti sudah tau apa saja kegiatan pengurus anak cabangnya. Dengan begitu mereka akan semangat bergerak menjalankan amanah dengan sebaik mungkin,” jelas Taufik.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kegiatan bersama ini juga sebagai ajang silaturrahim antara dua cabang yang sama-sama berada di daerah Probolinggo. Dalam mengemban amanah memajukan anak bangsa ini,” imbuhnya. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 22 Desember 2017

Ribuan Hektare Sawah Banjir, Petani Majalengka Rugi Ratusan Juta

Majalengka, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua Lembaga Pemberdayaan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Majalengka Jakfar menyatakan prihatin atas terendamnya ribuan hektare sawah milik petani di empat desa di kecamatan Ligung dan kecamatan Sumberjaya, Majalengka. Banjir akibat luapan sungai Cikamangi ini, menyebabkan kerugian yang ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Banjir merendam empat desa itu seperti desa Sukawera, desa Leuweunghapit, desa Majasari kecamatan Ligung, dan desa Lojikobong kecamatan Sumberjaya.

Ribuan Hektare Sawah Banjir, Petani Majalengka Rugi Ratusan Juta (Sumber Gambar : Nu Online)
Ribuan Hektare Sawah Banjir, Petani Majalengka Rugi Ratusan Juta (Sumber Gambar : Nu Online)

Ribuan Hektare Sawah Banjir, Petani Majalengka Rugi Ratusan Juta

Jakfar menjelaskan, jika musim hujan tiba sungai Cikamangi meluap dan tanaman padinya dipastikan terendam banjir. Masalah banjir ini terjadi setiap tahunnya. Lazimnya air baru surut setelah empat hari. Ironisnya, pemerintah daerah maupun instansi terkait lainnya belum menangani masalah klasik ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kalau sering terendam banjir, tanaman padi menjadi rusak dan kami selalu gagal panen hingga rugi puluhan juta rupiah,” kata Jakfar saat ditemui PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah di mushola samping Gedung PCNU Majalengka, Selasa, (3/2) siang.

Dulu, Jakfar bercerita, para petani sempat menormalisasikan sungai tapi itu sudah berlangsung lama. "Kalau sekarang belum digaruk lagi, jadi air sungai meluap lagi," katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut para warga, banjir luapan sudah terjadi setiap tahun terhitung dari tahun 2000 hingga merendam ratusan tanaman padi. "Sampai sekarang masih turun hujan, airnya masih menggenangi ribuan hektare tanaman padi milik petani," tuturnya.

Pihak LPPNU Majalengka menuntut Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) segera menormalisasi aliran sungai Cikamangi karena selalu merugikan petani. "Kami harap BBWSC segera turun tangan, agar kerugian petani tidak terjadi setiap tahunnya,” jelasnya. (Aris Prayuda/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian, Olahraga, Aswaja PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 14 Desember 2017

Ratusan Santri dan Siswa Maarif NU se-Lombok Tengah Ikuti Gerak Jalan

Loteng, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Wakil Bupati Lombok Tengah H Lalu Fathul Bahri melepas ratusan peserta gerak jalan indah di depan Bencingah Agung Adiguna Alun-Alun Tastura, Kamis (25/8). Kegiatan itu merupakan rangkaian perayaan HUT Ke-71 RI.

Gerak jalan itu khusus diikuti kalangan pelajar LP Ma’arif NU. “Gerak jalan ini murni diikuti santri yang sekolah di Yayasan Maarif se-Kabupaten Lombok Tengah,” kata Fathul usai melepas gerak jalan, Kamis (25/8).

Ratusan Santri dan Siswa Maarif NU se-Lombok Tengah Ikuti Gerak Jalan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ratusan Santri dan Siswa Maarif NU se-Lombok Tengah Ikuti Gerak Jalan (Sumber Gambar : Nu Online)

Ratusan Santri dan Siswa Maarif NU se-Lombok Tengah Ikuti Gerak Jalan

Sedianya, gerak jalan ini dilakukan selang beberapa hari setelah 17 Agustus. Karena tersangkut banyaknya kegiatan pemerintahan, kegiatan ini diundur.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Memeriahkan gerak jalan ini, masing-masing pengurus NU di setiap kecamatan sudah membentuk panitia khusus. Sehingga semua santri yang ada di bawah binaan Ma’arif mendelegasikan pesertanya,” tuturnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kegiatan gerak jalan di kalangan santri mungkin ini kali pertama dilaksanakan di Lombok Tengah. Kegiatan ini akan menjadi pembuka bagi seluruh santri yang ada di daerah itu.

Rencananya, gerak jalan tahun depan dari semua madrasah baik di bawah naungan NU, Nahdlatul Wathan, dan Muhammadiyah. “Insya Allah kegiatan ini adalah pembuka ikon terbesar di kalangan santri, dalam memeriahkan 17 Agustus,” ujarnya.

Kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan di negara ini. Apa yang dilakukan ini merupakan bagian dari do’a.

“Memang kita tidak ikut berperang memperjuangkan kemerdekaan, namun memeriahkan dengan semacam ini merupakan bagian dari do’a,” ucapnya. (Hadi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 09 Desember 2017

Warga Mojokerto Padati Haul ke-13 KH Basyarudin Ismail

Mojokerto, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Haul ke-13 pendiri pesantren Darul Hikmah KH Basyarudin Ismail, sekaligus tokoh agama dan masyarakat Mojokerto, diikuti ribuan masyarakat dan santri Mojokerto, Rabu (14/5). Sejak pagi kompleks pesantren di Kedungmaling kecamatan Sooko, Mojokerto, sejumlah kegiatan digelar seperti khotmil Qur’an, tahlil, dan istighotsah.

Warga Mojokerto Padati Haul ke-13 KH Basyarudin Ismail (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga Mojokerto Padati Haul ke-13 KH Basyarudin Ismail (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga Mojokerto Padati Haul ke-13 KH Basyarudin Ismail

Tampak hadir dalam haul ini pengasuh pesantren Tahfidzul Qur’an kota Mojokerto KH Hafidz. Haul ini ditutup dengan taushiyah yang disampaikan Rais Syuriyah PCNU Mojokerto KH Chusain Ilyas.

“Kegiatan semacam ini rutin diselenggarakan setiap tahun. Tahun ini sengaja digelar agak berbeda dan lebih meriah tanpa meninggalkan esensi haul,” kata ketua panitia haul Rianto.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Masih menurut Rianto, haul tahun-tahun sebelumnya biasanya diperingati para santri yang berjumlah ratusan. Sedangkan tahun ini haul juga melibatkan ribuan warga Mojokerto yang turut mendoakan almarhum.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

KH Basyarudin Ismail adalah seorang yang gigih menyebarkan Islam di Mojokerto khususnya di kawasan Sooko. Ia tokoh yang disegani masyarakat.

Sementara alumni pesantren Darul Hikmah Adam Faisal mengatakan, ketika para tokoh dan ulama masih berdebat perihal sekolah formal di pesantren, Kiai Basyarudin menjadi orang pertama di Mojokerto yang mengawali pendirian pendidikan formal mulai sekolah dasar hingga aliyah.” (Iqbal/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam, Olahraga, Tegal PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 06 Desember 2017

Rakernas Dai-Daiyah LDNU Ditunda

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dai dan daiyah (juru dakwah perempuan) yang digagas Pengurus Pusat (PP) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) ditunda. Penundaan itu dilakukan karena PP LDNU ingin hajatan besar untuk mengumpulkan para dai dan daiyah dari seluruh Indonesia itu lebih maksimal.

“Penundaan ini terjadi karena arahan PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) terkait dengan keinginan agar acara itu lebih optimal dan aksesnya lebih besar,” kata Sekretaris Jenderal PP LDNU Khoirul Huda Baasyir kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyahdi Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (6/12)

Rakernas Dai-Daiyah LDNU Ditunda (Sumber Gambar : Nu Online)
Rakernas Dai-Daiyah LDNU Ditunda (Sumber Gambar : Nu Online)

Rakernas Dai-Daiyah LDNU Ditunda

Sebagaimana diberitakan situs ini beberapa waktu lalu, PP LDNU berencana mengumpulkan para dai dan daiyah se-Indonesia untuk membahas strategi mempertahankan dan mengembangkan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja). Semula, acara tersebut akan diselenggarakan pada 8-12 Desember tahun ini.

PP LDNU, kata Khoirul—demikian panggilan akrabnya—memohon maaf atas penundaan itu kepada seluruh pengurus wilayah (PW) dan pengurus cabang (PC) LDNU se-Indonesia. “Sekali lagi, penundaan ini semata karena agar persiapan yang bersifat nasional ini bisa lebih matang, lebih optimal,” tandasnya.

Mengenai kepastian penyelenggaraan acara yang bertujuan untuk meneguhkan kembali ajaran Aswaja NU itu, Khoirul mengatakan, pihaknya masih akan mengkomunikasikannya kembali dengan para pengurus LDNU. Namun, lanjutnya, kemungkinan akan digelar akhir bulan Januari tahun depan.

“Kemungkinan tanggal 29-31 Januari 2007. Tempatnya, insya Allah di Asrama Haji, Pondok Gede, Bekasi. Nanti, pastinya menunggu hasil rapat kami,” terang Khoirul.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Berkaitan dengan penundaan acara yang bakal diikuti sekitar 200 orang dai dan daiyah dari 32 propinsi itu, Khoirul berharap kepada PW dan PC LDNU se-Indonesia agar segera mengirimkan formulir pendelegasian peserta. Karena, menurutnya, hingga saat ini baru sekitar 60 persen PW dan PC LDNU yang telah menyerahkan formulir tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ditegaskan Khoirul, peserta Rakernas tersebut terdiri dari lima orang. Di antaranya adalah ketua dan sekretaris PW LDNU se-Indonesia, dua mubalig panggung, masing-masing laki-laki dan perempuan, dan satu akademisi. “Diharapkan mereka dapat memberikan masukan tentang strategi dakwah yang lebih responsif dan sesuai dengan tuntutan zaman,” imbuhnya. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Internasional, Olahraga, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 23 November 2017

Guyub-Rukunnya Takjilan di Wonosobo

Wonosobo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Nikmatnya bulan Ramadhan benar-benar terasa saat datangnya waktu berbuka. Apalagi jika buka puasa dilakukan bersama tetangga dan kerabat dengan makanan takjil ala kadarnya di mushola atau di masjid.

Tradisi Takjilan ini hampir dilakukan setiap warga nahdliyin yang ada di Wonosobo. Hanya saja untuk penyajiannya berbeda-beda. Ada yang menggunakan tampah atau penampan. Ada juga yang hanya disajikan di piring.

Guyub-Rukunnya Takjilan di Wonosobo (Sumber Gambar : Nu Online)
Guyub-Rukunnya Takjilan di Wonosobo (Sumber Gambar : Nu Online)

Guyub-Rukunnya Takjilan di Wonosobo

Sore itu, Kamis (25/7) sekitar pukul 17.30 lantunan suara adzan terdengar di masjid atau Mushola di wilayah Wonosobo. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di Desa Wanarata takjilan diadakan di empat tempat, yaitu di Masjid dan tiga Mushola. “Seusai membaca Al Qur’an kita selalu menyempatkan diri untuk berbuka puasa di masjid, meskipun dengan lauk apa adanya. Namun nikmatnya sangat terasa,” terang Imam, salah seorang warga. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Takjilan diadakan di masjid tersebut rutin setiap hari di bulan Ramadhan. Bagi siapa saja yang ingin memberikan makanan buka, bisa mengisi pada daftar yang telah disediakan di Masjid maupun Mushola. “Kami sudah menyediakan daftar bagi masyarakat yang akan bershadaqoh,” jelasnya.  

Untuk minuman, remaja dan muda-mudi gotong royong, tentunya dengan dibagi kelompok tugas memasak air minum, “nggodok wedang”.

Satu hal yang pasti adalah guyub rukun warga dari anak-anak hingga orang tua semua ikut takjilan. Hal lainnya adalah, buka rasanya bertambah nikmat bila dilakukan bersama-sama. “Kalau minumnya sudah disediakan,” paparnya.

Sama halnya dengan pemuda di dusun, Warga Nahdliyin Sukorejo yang selalu menyempatkan untuk buka bersama di masjid. Musti hanya dengan gorengan dan minuman seadanya. Namun, rasa kebersamaan dan kenikmatanlah yang mereka idamkan. “Rasanya berbeda berbuka bersama dimushola dengan di rumah,” jelas Santoso seusai membaca Al Qur’an.

Kenikmatan takjilan itu, dilaksanakan hampir semua masjid di Wonosobo. Sebab tradisi itu sudah turun temurun.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Fathul Jamil

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Pertandingan, AlaSantri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 21 November 2017

KH Mahfudh Sumolangu, Pejuang Komandan Angkatan Oemat Islam

Salah satu kiai yang berjasa besar pada masa revolusi kemerdekaan, adalah Kiai Mahfudh Abdurrohman Sumolangu. Kiai ini, berada di barisan kiai militer, yang menggerakkan laskar-laskar santri di negeri ini. Kiai Mahfudh, menggerakkan pasukan Hizbullah-Sabilillah, di kawasan Kedu? Selatan. Kemudian, pasukan ini disebut sebagai Angkatan Oemat Islam.

Siapakah sebenarnya Kiai Mahfudh Abdurrahman? Mengapa ia dianggap pemberontak dalam narasi sejarah militer negeri ini?

KH Mahfudh Sumolangu, Pejuang Komandan Angkatan Oemat Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Mahfudh Sumolangu, Pejuang Komandan Angkatan Oemat Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Mahfudh Sumolangu, Pejuang Komandan Angkatan Oemat Islam

Kiai Mahfudh al-Hasani merupakan putra dari Syekh as-Sayid Abdurrahman bin Ibrahim al-Hasani. Ia merupakan keturunan dari Syeikh as-Sayid Abdul Kahfi al-Hasani, yang merupakan keturunan ke-10 dari Sayyid Abdul Qodir al-Jilani al-Hasani. Jika dirunut silsilahnya, yakni sebagai berikut:? Kiai Mahfudh bin Abdurrahman bin Ibrahim (Syekh Abdul Kahfi ats-Tsani) bin Muhammad bin Zainal Abidin bin Yusuf bin Abdul Hannan bin Zakariya bin Abdul Mannan bin Hasan bin Yusuf bin Jawahir bin Muhtarom bin Syekh Sayyid Muhammad Ishom a-Hasani (Syekh Abdul Kahfi Awwal).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Mahfudh lahir di kompleks pesantren al-Kahfi pada 27 Rajab 1319/9 November 1901. Ia memiliki tiga saudara, yakni Syekh Sayyid Thoifur al-Hasani dan Syarifah Ghonimah al-Hasani serta 6 saudara seayah lain ibu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pada usai 7 tahun, Kiai Mahfudh sudah hafal al-Qur’an. Ia juga menghafal hadist Arbain Nawawi. Ketika usai 16 tahun, Mahfudh remaja mendapat izin ayahandanya untuk mondok di pesantren Tremas Pacitan, yang diasuh Kiai Dimyati. Ketika ngaji di Tremas, Kiai Mahfudh menyusun dua kitab: al-Fawaidus Sharfiyyah (kitab sharaf) dan al-Burhanul Qathi’ (fiqh madzhab Syafi’i), yang diselesaikan pada Ramadhan 1336 H (Juni 1918). Setelah ngaji di Tremas, Kiai Mahfudh kemudian meneruskan belajarnya di pesantren Jamsaren Solo, serta pesantren Darussalam

Watucongol, Muntilan, Magelang.

?

Ayahanda Kiai Mahfudh, yakni Syekh Abdurrahman bin Ibrahim merupakan kiai ‘alim yang menguasai banyak ilmu. Beliau berhaluan Ahlussunnah wal-Jama’ah, mengikuti fiqh madzhab Malikiyyah, dan penganut Tariqah as-Syadziliyyah. Akan tetapi, Syekh Abdurrahman menyarankan putranya untuk menganut fiqh madzhab Syafi’i. Karena, madzhab Syafi’i banyak dianut oleh warga muslim Indonesia, dan cocok dengan kultur orang Indonesia.

Menggerakkan Santri

Kiai Mahfudh termasuk sosok ulama yang inovatif dan menginspirasi parasantri. Selain keilmuan agama dan tasawuf yang mendalam, Kiai Mahfudh juga menggerakkan santri di bidang pertanian dan perekonomian. Hal ini, dimaksudkan agar para santri dapat mandiri di hadapan rezim kolonial? pada masa itu. Pada tahun 1940an, Kiai Mahfudh menggerakkan bermacam usaha, di antaranya pengolahan kopra, industri minyak goreng, pemintalan benang, produksi madu, pabrik rokok, perdagangan kayu jati, dan pemilik penggilingan padi. Pada waktu itu, usaha-usaha yang dirintis Kiai? Mahfudh menjadikan santri-santri dan penduduk di kawasan Kebumen memperoleh manfaat positif.

Ketika menjelang kemerdekaan, Kiai Mahfudh juga bergerak untuk melawan kolonial. Beliau sering bertukar pikiran dengan Syekh Hasyim Asy’arie melalui surat menyurat. Kiai Mahfudh juga akrab dengan Kiai Wahid Hasyim, putra Syekh Hasyim Asy’arie. Dengan demikian, Kiai Mahfudh merupakan salah satu tokoh kunci yang menggerakkan santri dalam menjemput kemerdekaan. Nasionalisme Kiai Mahfudh menjadi catatan penting bagi pergerakan kaum santri, terutama di kawasan Kedu Selatan, dalam melawan penjajah, baik sebelum proklamasi kemerdekaan, maupun? sesudahnya.

Kiai Mahfudh juga aktif berjuang di medan pertempuran dan memiliki strategi jitu dalam mengorganisasi pasukan. Ia membentuk laskar santri, dalam barisan Angkatan Oemat Islam. AOI terbentuk pada 27 Ramadhan 1346 H/ 4 September 1945. Pada waktu itu, tentara nasional sebagai pasukan militer Negara Indonesia belum sepenuhnya solid. Masa awal kemerdekaan, masih dalam transisi kepemimpinan, ekonomi dan konsolidasi pasukan militer. Pasukan-pasukan militer yang terdiri dari berbagai latar belakang ideologi, golongan dan etnis, masih tercerai berai. Pasukan? yang dikomando Panglima Soedirman juga masih menata barisan. Hal ini, sebagaimana tercatat dalam thesis Atik Maskanatun Ni’amah (2013), “Biografi Syaikh Mahfudh al-Hasani Somalangu Kebumen (1901-1950)”.

Pemimpin Militer

Menurut Gus Dur, Angkatan Oemat Islam (AOI) muncul akibat kebijakan pimpinan militer (APRIS) pasca pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949. Kebijakan ini menghendaki peleburan laskar-laskar perlawanan ke dalam APRIS setelah usainya perang kemerdekaan. Namun, peleburan itu dengan? misi bahwa hanya orang-orang yang mendapat pendidikan ‘Sekolah Umum Belanda’ saja yang menduduki jabatan komandan Batalyon. Pada konteks ini, Syekh Mahfudh Abdurrahman berminat menjadi komandan batalyon ini, yang akan dibentuk dan bermarkas di Purworejo. Akan tetapi, karena alasan ijazah dan kebijakan pemerintah yang tidak memberikan ruang negosiasi, maka karier Kiai Mahfudh terhalang. Akhirnya, yang menjadi Komandan Batalyon adalah pemuda bernama Ahmad Yani.

Akar sejatinya adalah kebijakan Re-Ra (restrukturisasi dan rasionalisasi) yang digelorakan Kabinet Hatta pada 1948. Kebijakan ini, atas usulan Wakil Panglima Besar AH Nasution. Melalui program Rera, personil Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan dipangkas menjadi separuh? dari seluruh personil, dengan kualifikasi khusus yakni mereka yang memiliki ijazah. Mereka yang mendapat pendidikan militer di zaman Belanda dan Jepang mendapat prioritas, karena memiliki persyaratan administratif. Akan tetapi, kalangan santri tidak mendapatkan tempat dan

disingkirkan dari jalur karier militer. Padahal, laskar-laskar santri berperan penting dalam perang kemerdekaan.

Syekh Mahfudh Abdurrahman risau dengan hal ini. Ia mengomando lebih dari 10.000 pasukan dan sekitar 30.000 massa tambahan yang menguatkan barisan laskar. Kiai Mahfudh ingin agar pasukannya dapat diakomodir oleh kebijakan negara, mengingat jasa penting dan kegigihan melawan penjajah pada masa kemerdekaan. Pasukan Angkatan Oemat Islam (AOI) merasa tidak? diperhatikan oleh pemerintah. Mereka memang sebagian besar dari kalangan santri dan petani, yang tidak memiliki akses pendidikan formal. Padahal, ketika pasukan NICA menyerbu berbagai kawasan di Jawa Tengah, pasukan AOI dengan gigih melawan penjajah. Sebagai Ketua PPRK (Panitia

Pertahanan Rakyat Kebumen) yang berkedudukan di bawah Bupati Kebumen, Kiai Mahfudh mengerakkan pasukannya di garda depan menghadapi NICA. Pasukan AOI menjaga garis demarkasi Sungai Kemit, Gombong Timur (Kuntowijoyo, 1970).

Ketika menjaga demarkasi barat Yogyakarta—ketika menjadi Ibu Kota RI—Kiai Mahfudh sempat was-was karena demarkasi timur, di kawasan Madiun terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat (FDR) pimpinan Amir Syarifuddin. Tentu saja, peristiwa Madiun pada 1948? menguras energi laskar, tentara dan rakyat. Kiai Mahfudh merasa bahwa NICA akan memanfaatkan situasi ini dengan menjebol demarkasi Sungai Kemit dan menyerbu Yogyakarta, agar RI jatuh ke tangan Belanda. Pada 18 Desember 1948, tentara NICA menggelar kampanye militer Doortot? naar Djokdja. Kampanye militer ini berhasil menawan Soekarno-Hatta, sebagai pemimpin Republik Indonesia. Operasi militer NICA ini, membuat pasukan TNI dan laskar-laskar tercerai berai. Kemudian, setelah peristiwa ini, terjadi penandatanganan kesepakatan di Istana Rijswik, pada 27 Desember 1949. Kesepakatan ini, merupakan lanjutan dari Konferensi Meja Bundar, dengan rumusan pendirian Republik Indonesia Serikat (RIS) yang didukung APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) sebagai tentara nasional. Tentu saja, kesepakatan ini membawa masalah tersendiri bagi pasukan-pasukan militer yang telah terkoordinasi pada era sebelumnya.

Pasukan AOI mendapat tawaran dari APRIS untuk bergabung. Kiai Mahfudh menolak bergabung, karena melihat bahwa kebijakan Rera merugikan laskar-laskar dan terutama AOI. Setidaknya, ada empat ancaman pasca kebijakan Rera: (1) ancaman eksistensi organisasi, (2) ancaman kehilangan posisi sosial ekonomi, (3) ancaman kehilangan posisi politis (4) ancaman kehilangan posisi budaya. Kiai Mahfudh sebenarnya sudah tidak memikirkan tentang karier militer atau posisinya sebagai komandan laskar. Akan tetapi, nasib puluhan ribu pasukan dan simpatisan laskar Hizbullah-Sabilillah, dan Pasukan AOI di kawasan Kedu Selatan menjadi keprihatinan Kiai Mahfudh. AOI pada masa itu, memiliki pengaruh besar di Wonosobo, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen dan Purworejo. Bahkan, kharisma Kiai Mahfudh melebihi otoritas pejabat Bupati Kebumen pada masa itu, RM

Istikno Sosrobusono (Widiyanta, 1999).

Meski pasukan AOI sudah bergabung dengan Batalyon Lemah Lanang, akan tetapi masalah tidak berhenti. Para pasukan AOI yang memiliki prinsip keagamaan kuat, berbeda tradisi dengan pasukan didikan Militarie Academie Hindia Belanda, yang menjadi pasukan APRIS. Akibatnya, terjadi perkelahian antar pasukan, hingga satu pasukan AOI meninggal. Kolonel Sarbini di Magelang, menganggap peristiwa ini sebagai percikan pemberontakan.

Menurut keterangan Kiai Afifuddin (kerabat Kiai Mahfudh), hingga menjelang 1 Agustus 1950, Kiai Mahfudh sama sekali tidak menyiapkan konsep-konsep untuk mendirikan negara tersendiri, sebagaimana yang dilakukan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo di Jawa Barat. Kiai Mahfudh hanya ingin memperluas kawasan kepoetihan, semacam kawasan kaum muslim untuk memperluas interaksi komunitas. Akan tetapi, pembicaraan tentang ide Kiai Mahfudh ini juga tidak ada tindak lanjutnya. Pertemuan para pimpinan Batalyon 423 dan 426 (berasal dari laskar Hizbullah-Sabilillah), hanya ditujukan sebagai pertemuan untuk membahas kebijakan Rera dari pemerintah. Maka, dapat dibayangkan, betapa Kiai Mahfudh sangat kaget ketika pesantren Sumolangu diserbu oleh pasukan

TNI, pada pagi hari 1 Agustus 1950. Bangunan pesantren dan rumah-rumah penduduk di kawasan Sumolangu, Candiwulan dan Candimulyo serta kawasan sekitarnya menjadi rusak. Masjid kuno yang berusia lebih 400 tahun juga mengalami kerusakan parah. Arsip-arsip dibakar. Sekitar 1000 orang tewas pada hari itu.

Kejadian ini, membawa luka mendalam bagi pengikut-pengikut Kiai Mahfudh yang berhasil meloloskan diri. Mereka kemudian membangkitkan perlawanan dengan pasukan Batalyon Lemah Lanang, yang kemudian bergabung dengan sisa-sisa Batalyon 426 dan 423 MMC (Merabu Merapi Complex) di kawasan Gunung Slamet. Inilah yang kemudian menjadi stigma Kiai Mahfudh dan? pengikutnya semakin memburuk di hadapan pemerintah. Buku-buku sejarah yang ditulis setelah peristiwa ini, dalam sudut pandang militer, memandang Kiai Mahfudh dan pasukannya sebagai pemberontak. Padahal, yang sebenarnya terjadi, adalah intrik politik dan kepentingan para elite? militer dalam misi Rera, yang ingin menyingkirkan kaum santri dalam peta militer negeri ini.

Kiprah Angkatan Oemat Islam (AOI) sebagai laskar pejuang untuk menegakkan NKRI di kawasan Kedu Selatan perlu ditulis ulang dengan sudut pandang sejarah yang sebenarnya. AOI selama ini dianggap sebagai pemberontak dan memiliki jaringan dengan orang-orang komunis. Tentu saja, hal ini merupakan pandangan yang salah, mengingat kiprah AOI di bawah komando Kiai Mahfudh Abdurrahman sangat gigih membela NKRI. (Munawir Aziz)

Referensi:

AN Ni’amah, Biografi Syaikh Mahfudh Al-Hasani Somalangu Kebumen (1901 M-1950 M) [1], Thesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

A Zuhriyah, Angkatan Oemat Islam (Aoi): Studi Historis Gerakan Radikal Di Kebumen 1945-1950 [2], Thesis Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.

D Widiyanta, Angkatan Oemat Islam 1945-1950: studi tentang Gerakan Sosial di Kebumen, Jakarta: FIB-Universitas Indonesia, 1999.

Kuntowijoyo, Angkatan Oemat Islam 1945-1950: Beberapa Tjatatan Tentang Pergerakan Sosial, Yogyakarta: UGM, 1970.

Munawir Aziz, Wakil Sekretaris LTN PBNU, Periset Islam Nusantara :::: Twitter: @Moenawiraziz. Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, AlaSantri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 12 November 2017

UIM Lakukan Muhasabah di Peringatan Nuzulul Quran

Makassar, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Civitas akademika Universitas Islam Makassar (UIM) memperingati malam Nuzulul Quran buka puasa bersama di Auditorium KH Muhyiddin Zain UIM, Jumat (10/) sore. Mereka menjadikan peringatan ini sebagai momentum untuk mengoreksi dan mengevaluasi diri.

Rektor UIM Dr Majdah M Zain di hadapan segenap civitas akademikanya menuturkan UIM perguruan tinggi Islam yang dalam proses pembelajarannya banyak mengkaji nilai-nilai Al-Quran.

UIM Lakukan Muhasabah di Peringatan Nuzulul Quran (Sumber Gambar : Nu Online)
UIM Lakukan Muhasabah di Peringatan Nuzulul Quran (Sumber Gambar : Nu Online)

UIM Lakukan Muhasabah di Peringatan Nuzulul Quran

UIM mewajibkan civitas akademika setiap tahunnya untuk memperingati hari Nuzulul Quran sebagai proses muhasabah dan koperatif sistem dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Semoga peringatan Nuzulul Qur’an menambah atmosfer kehidupan beragama di tengah masyarakat,” kata Hj Majdah.

Tampil sebagai pembawa hikmah Nuzulul Quran Wakil Rais Syuriyah NU Sulsel Anregurutta KH Busthani Syarief. Menurut salah seorang pendiri Universitas Islam Makassar, Al-Quran diturunkan di muka bumi ini untuk umat manusia dalam bahasa Arab.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Tujuan diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan pembeda antara yang haq dan batil," ujar Gurutta Busthani.

Al-Quran diturunkan sebagai risalah manusia dari kegelapan dunia menuju dunia yang penuh kedamaian, keberagamaan, dan penuh dengan nilai-nilai Islam, tandas Gurutta Busthani.

Tampak hadir para pengurus Syuriyah dan Tanfidziyah NU Sulsel, Wakil Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Al-Gazali A Rahman Idrus, Kepala Kanwil Kemenag Sulsel H Abd Wahid Thahir yang juga Ketua PCNU Makassar, Sekretaris Kopertis Wilayah IX Sulawesi Hawignyo, para Wakil Rektor UIM, para Dekan sekampus UIM, dan para ketua lembaga dan banom NU Sulsel. (Andy M Idris/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 13 Oktober 2017

9 Guru Madrasah Terima Satya Lencana dari Presiden Jokowi

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebanyak sembilan guru dan pendidik madrasah menerima penghargaan Satya Lencana dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Pemberian penghargaan itu diberikan Presiden dalam kesempatan peringatan Hari Guru Nasional (HGN) di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (24/11).

9 Guru Madrasah Terima Satya Lencana dari Presiden Jokowi (Sumber Gambar : Nu Online)
9 Guru Madrasah Terima Satya Lencana dari Presiden Jokowi (Sumber Gambar : Nu Online)

9 Guru Madrasah Terima Satya Lencana dari Presiden Jokowi

Mereka yang mendapat Satya Lencana adalah Masyitoh (Guru RA Muadz bin Jabal 2 Bantul Yogyakarta), Elvi Rahmi (Guru MIN Gulai Bancah Bukittinggi Sumbar), Nur Hasanah Rahmawati (Guru MTsN Maguwoharjo, Selman, Yogyakarta), dan Intan Irawati (MAN 15 Jakarta Timur). 

“Keempatnya adalah juara I pada pemilihan guru teladan dan berprestasi tingkat nasional tahun 2014,” terang Direktur Pendidikan Madrasah Kemanag RI, M Nur Kholis Setiawan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain itu, Nur Syarifah (Kepala RA Khadijah Muslimat NU Tabanan, Bali), Supriadi (Kapala MIN Kendari, Sultra), Lewak Karma (Kepala MTsN Al-Khoiriyah Buleleng, Bali), dan Nurlela (Kepala MAN 12 Jakarta Barat, DKI Jakarta). Mereka juga para juara I pada pemilihan kepala RA/Madrasah teladan dan berprestasi tingkat nasional tahun 2014. “Nurlela saat ini bertugas sebagai Kepala MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan,” kata Nur Kholis.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Satu orang yang juga mendapat Satya Lencana adalah Mustain, Juara I Pengawas Madrasah yang sehari-hari bertugas di Kankemenag Kabupaten Jepara,” tambah Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.

Menurut Nur Kholis, kesembilan guru ini memang layak menerima penghargaan Satya Lencana dari Presiden RI, Joko Widodo pada perayaan HGN tahun ini yang mengambil tema “Guru Mulia Karena Karya”. Mereka adalah para pendidik yang sudah mendedikasikan dirinya dalam pelaksanaan tugas pendidikan secara baik dan professional. “Karya mereka adalah para peserta didik yang baik, berprestasi, dan berakhlakul karimah,” tuturnya.

Puncak perayaan HGN di Istora Senayan dihadiri oleh Presiden Jokowi dan sejumlah menteri Kabinet Kerja seperti Mensesneg Pratikno, Menag Lukman Hakim Saifuddin, dan Mendikbud Anis Baswedan. 

Dalam peringatan yang dihadiri oleh 12.000 guru lebih, Presiden menekankan pentingnya guru sebagai pembentuk karakter bangsa. Guru, menurut Presiden adalah agen perubahan karakter bangsa. Perubahan karakter bangsa bisa dimulai dari kelas-kelas dan sekolah-sekolah. “Sekolah tidak hanya tempat menuntut ilmu pengetahuan melainkan arena pembelajaran anak-anak kita dalam membentuk karakter mereka,” ucap Presiden.

Selain itu, Presiden menegaskan, guru bukan hanya sebuah pekerjaan, tapi guru menyiapkan masa depan generasi bangsa. Presiden meyakini karya guru-guru dapat melukis masa depan Indonesia. Kualitas masa depan bangsa ini ditentukan oleh guru-guru hari ini. Menurut Presiden, guru adalah teladan bagi generasi masa depan dan pembelajar yang terus belajar. “Karena itu, guru bukan hanya sekedar pendidik, melainkan peletak dasar masa depan bangsa kita,” tandas Presiden. (Red: Fathoni)

Sumber: kemenag.go.id

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kiai, Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 23 September 2017

Soal ‘Pembegalan’ Madrasah di OSN, Ini Sikap PP LP Ma’arif NU

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pasal 17 ayat (2) UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No 20/2003 menyatakan, Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.

“Atas dasar itu, kami yang menaungi seluruh pendidikan tingkat dasar dan menengah di lingkungan NU menyampaikan protes keras terhadap perlakuan diskriminatif yang dilakukan oleh Disdik Kabupaten Semarang terhadap tiga MI yang telah menjuarai Olimpiade Sains Nasional (OSN),” tegas Ketua PP LP Ma’arif NU, KH Z Arifin Junaidi melalui rilis yang diterima PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Rabu (11/3) yang juga mengutip Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 (1) UU yang sama.

Soal ‘Pembegalan’ Madrasah di OSN, Ini Sikap PP LP Ma’arif NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Soal ‘Pembegalan’ Madrasah di OSN, Ini Sikap PP LP Ma’arif NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Soal ‘Pembegalan’ Madrasah di OSN, Ini Sikap PP LP Ma’arif NU

Sebagai pengelola pendidikan tingkat dasar dan menengah di lingkungan NU dengan jumlah satuan pendidikan sebanyak 13 ribu unit yang terdiri dari MI, SD, MTs, SMP, MA, SMA, dan SMK, pihaknya meminta kepada:?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

(1) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar untuk menyertakan 3 (tiga) madrasah, yaitu MI Al-Bidayah di Desa Candi (Juara Pertama Mata Pelajaran Matematika), MI Wonokasihan Jambu (Juara Pertama Mapel IPA), dan MI Kalirejo (Juara Ketiga Mapel IPA) mengikuti seleksi OSN berikutnya di tingkat Provinsi Jawa Tengah sebagaimana mestinya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

(2) Direktur Pendidikan Dasar kedepannya harus menyertakan madrasah sebagai bagian dari pseserta kegiatan OSN, sebagaimana nomenklatur kegiatan tersebut yang tidak membedakan antara madrasah dan sekolah.

Sementara itu, Sekretaris PP LP Ma’arif NU, Zamzami, S.Ag.,M.Si., menjelaskan, menurut angka partisipasi kasar (APK), madrasah juga dijadikan tolak ukur untuk mengevalusi mutu pendidikan nasional.

“Jika keberadaan dan prestasi mereka terdiskriminasi seperti ini, jangan jadikan ajang OSN sebagai tolak ukur mutu sains di tingkat pendidikan dasar,” ujarnya melalui sambungan telepon.

Dia juga menerangkan, madrasah itu satuan pendidikan formal menurut UU, kata ‘nasional’ dalam singkatan OSN secara otomatis kegiatan tersebut merupakan wadah kompetisi untuk seluruh anak bangsa di setiap satuan pendidikan.

“Jadi jelas, pernyataan Disdik Kabupaten Semarang yang menjelaskan bahwa keikutsertaan madrasah di OSN hanya sampai tingkat kabupaten sangat diskriminatif dan tidak mendidik sama sekali,” tandasnya.

Seperti yang telah diinformasikan sebelumnya, OSN dilaksanakan pada 24 Februari lalu di UPTD Tuntang. Peserta juara tersebut bersaing dengan seluruh SD/MI se-Kabupaten Semarang. Setelah pengumuman juara, semua peserta dikumpulkan. Saat itu disampaikan bahwa, dari MI hanya sampai di tingkat kabupaten. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Jadwal Kajian PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 22 September 2017

Aminuddin Ma’ruf Ketum PB PMII 2014-2016

Jakarta,PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Aminuddin Ma’ruf terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia periode 2014-2016 pada Kongres Jambi yang berlangsung 30 Mei sampai 10 Juni 2014.

Amin, kader PMII yang diusung Cabang Jakarta Timur tersebut menyelesaikan S1 di Universitas Negeri Jakarta dan melanjutkan S2 di Universitas Trisakti. Di PB PMII sebelumnya ia dipercaya sebagai Ketua Biro Pemberdayaan Ekonomi.

Aminuddin Ma’ruf Ketum PB PMII 2014-2016 (Sumber Gambar : Nu Online)
Aminuddin Ma’ruf Ketum PB PMII 2014-2016 (Sumber Gambar : Nu Online)

Aminuddin Ma’ruf Ketum PB PMII 2014-2016

Salah seorang pengurus PB PMII, Abdul Malik, menceritakan proses pemilihan di kongres tersebut. Menurut dia, awalnya yang mencalonkan diri menjadi ketua umum sekitar 15 orang. Setelah beberapa calon mengundurkan diri, 5 kandidat maju pada putaran pertama.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kata Malik, pada putaran pertama itu Muammarullah Umam mendapat 51 suara, Aminuddin Ma’ruf 38,? Abdul Aziz 7, Zaini Mustakim 41, Jabidi Ritonga 35, Miftahul Aziz 45. Sementara pada putaran kedua Aminuddin 102, Muammarullah Umam 74, Miftahul Aziz 64.? ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Aminuddin terpilih secara demokratis pada kongres tersebut,” kata Abdul Malik melalui telpon Selasa (10/6). (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Lomba PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah