Tampilkan postingan dengan label Ulama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ulama. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Februari 2018

Islam Menjadi Bagian Harmoni di Korea Selatan

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Di era modern Korea Selatan, perkembangan Islam relatif baru karena baru dikenal setelah kedatangan tentara penjaga perdamaian asal Turki dalam Perang Korea, yang memperkenalkan Islam kepada para penduduk lokal.

Selama menjalankan tugas di Korea inilah, ia membangun perkemahan yang digunakan sebagai masjid, dimana ia mulai memperkenalkan Islam, seperti dikutip dari islamkorea.com.

Islam Menjadi Bagian Harmoni di Korea Selatan (Sumber Gambar : Nu Online)
Islam Menjadi Bagian Harmoni di Korea Selatan (Sumber Gambar : Nu Online)

Islam Menjadi Bagian Harmoni di Korea Selatan

Pemerintah Malaysia juga cukup berperan dalam membantu perkembangan Islam di Korsel. Pada tahun 1963, mereka memberikan dana sebesar $33,000 untuk Komunitas Muslim Korea sebagai bantuan untuk membangun masjid. Sayangnya, karena berbagai sebab, upaya pembangunan masjid tersebut gagal.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Meskipun demikian, upaya untuk mengembangkan Islam terus dijalankan dan pada 13 Maret 1967 telah berdiri Yayasan Islam Korea yang mendapat pengesahan dari pemerintah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mimpi pendirian masjid raya tersebut akhirnya terwujud pada 1976 yang berdiri di atas sebidang tanah seluas 1.500 m2 yang disumbangkan oleh President Park Jung Hee, penguasa Korsel waktu itu.

Pembukaan masjid tersebut mendapat sambutan luar biasa dari umat Islam di dunia. Pada upacara pembukaan, hadir 55 perwakilan dari 20 negara Muslim yang turut menyambut gembira berdirinya pusat peribadatan Islam ini.

Sebagaimana Muslim lainnya di dunia, Muslim Korsel juga menjalankan ibadah haji ke Makkah. Jamaah haji pertama dipimpin oleh Haji Subri Seo Jung Gil pada 1960. tahun 1970-an jumlah jamaah haji terbesar berjumlah 130 pada 1978 dan 104 orang pada 1979.

Tantangan

Sebagai minoritas dengan gaya hidup yang berbeda membuat Muslim Korsel menghadapi tantangan berat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Yu Hyun-il, 22, ketua Asosiasi Mahasiswa Muslim di Hankook University of Foreign Studies (HUFS) Seoul kepada Koreatimes menuturkan, masalah makanan halal merupakan persoalan paling berat bagi dirinya.

“Sulit bagi kami untuk tidak makan babi. Dan kami juga hanya diizinkan makan daging yang disembelih secara halal,” katanya.

Ketika di restoran, ia hanya memiliki sedikit pilihan, terutama ikan dan sayur-sayuran.

Laraangan meminum alkohol juga menjadi masalah. Ketika teman-temannya pergi minum, mereka meninggalkannya dan ketika ia pergi bersama-sama dengan mereka dan ia tidak ikut minum, suasana semuanya menjadi tidak nyaman.

Sholat lima waktu juga hal yang aneh bagi banyak orang.

“Beberapa orang heran melihat saya sholat sambil menghadap Makkah,” kata seorang mahasiswa.

Namun demikian, tantangan terbesar adalah prasangka setelah peristiwa serangan 9/11 tahun 2001.

“Kami bukan teroris, melainkan mencintai perdamaian. Kami seperti gadis yang tinggal di depan rumah anda,” kata Hasna Bae.

Bae, yang pertama kali bertemu Muslim ketika pergi ke Amerika Serikat untuk belajar bahasa Inggris mengatakan teman, keluarga dan kenalannya menentang keputusannya menjadi seorang Muslimah.

Orang-orang mengatakan bahwa agama ini berbahaya, dengan menyebutkan sejumlah tindakan teror dan kekerasan yang dilakukan. Dia menjelaskan bahwa agamanya melarang kekerasan dan tindakan kriminal, apapun agamanya.

“Orang mulai heran; tetapi rasa ingin tahunya menjadi lebih besar daripada permusuhan, ini lebih baik.”

Bae kadangkala difoto ketika berada di subway saat mengenakan jilbab, dan kepergiannya ke masjid selalu dianggap luar biasa.

“Saya tidak memiliki banyak teman laki-laki. Saya pikir saya dianggap mengintimidasi mereka.”

Namun demikian, Lee Ju-hwa, kepala departemen pendidikan dan dakwah Federasi Muslim Korea mengatakan, orang-orang mulia membuka diri terhadap agama baru ini.

“Sebelum online forum, banyak orang menuduh kami. Tetapi sekarang saya melihat mereka mencoba memiliki pandangan yang lebih obyektif. Disana terdapat perdebatan sengit, tetapi ini lebih mendorong keterbukaan.“

Dia menunjukkan kepada non-Muslim Korea bahwa Islam melarang seluruh kekerasan, tidak menindas wanita dan seperti pemeluk agama lainnya, berusaha untuk hidup lebih baik. (mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 20 Februari 2018

Dandim: Banser Harus Paham Proxy War

Tangerang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Komandan Kodim 0506 Tangerang Letkol Inf Irhamni Zainal menyampaikan bahwa Banser harus paham tentang proxy war. Ia menjelaskan bahwa proxy war merupakan perang masa kini dimana salah satu pihak menggunakan pihak ketiga atau komponen lainnya untuk berperang melalui aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial dan aspek lainnya.

Dandim: Banser Harus Paham Proxy War (Sumber Gambar : Nu Online)
Dandim: Banser Harus Paham Proxy War (Sumber Gambar : Nu Online)

Dandim: Banser Harus Paham Proxy War

Hal tersebut pada pembekalan Diklatsar Banser Kabupaten Tangerang di Markas Kodim 0506 Tangerang pada Senin (01/06).

Menurutnya seiring perkembangan teknologi, karakteristik perang mengalami pergeseran. Perang tidak lagi banyak dilakukan secara fisik. Salah satu bentuk perang yang sedang dan masih akan terus berlangsung adalah perang proxy.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. Letaknya pada garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim yang baik untuk bercocok tanam sepanjang tahun. Indonesia juga kaya akan sumur-sumur minyak, gas, dan simpanan batubara.?

"Indonesia merupakan sumber energi, sumber pangan, dan sumber air bersih yang akan menjadi incaran kepentingan nasional negara-negara asing di masa depan," ucapnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Untuk itu ia mengingatkan Banser tentang pentingnya meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai gerakan dan ideologi yang berkembang di masyarakat.

”Kelompok-kelompok tersebut seringkali muncul dan bermetaforfosis dalam berbagai bentuk organisasi masyarakat yang mengusung misi-misi tertentu yang cenderung mengancam keutuhan dan kedaulatan bangsa,” tambahnya.

Sementara Khoirun Huda selaku Ketua GP Ansor Kabupaten Tangerang menyampaikan bahwa kegiatan Diklatsar Banser ini dilakukan secara rutin dalam rangka menyiapkan kader-kader muda NU untuk menjadi benteng ulama dan bangsa. Selain itu kegiatan ini juga momentum memperingati hari lahirnya Pancasila.?

Huda menyampaikan bahwa Pancasila sebagai falsafah dan ideologi dasar negara adalah warisan para pendiri bangsa yang harus dijaga dari gempuran ideologi-ideologi baru.?

“Saat ini banyak kelompok yang mencoba menggugat dan merongrong Pancasila lantas berupaya menggantikanya dengan ideologi yang berbeda, Banser dan Ansor sebagai bagian anak bangsa mempunyai tugas untuk terus mempertahankanya,” tuturnya.

Ketua GP Ansor Banten H Ahmad Imron yang juga hadir pada acara tersebut menambahkan bahwa baginya menjaga NKRI itu sama pentingnya menjaga Islam. Bahkan pada satu titik menjaga NKRI itu bisa jadi lebih penting karena menurutnya kemanan negara itu menjadi prasyarat untuk keamanan beragama.?

Ia mencontohkan betapa orang akan kesulitan menjalankan ibadah ketika negara dalam keadaan kacau atau bahkan perang.?

Kegiatan Diklatsar Banser yang digelar selama 4 hari ? tersebut setidaknya diikuti oleh seratus kader Banser dan rencananya ditutup pada hari Selasa (02/06). Adapun acara penutupan dilaksanakan di Pesantren Darul Archam, Rajeg. Red: mukafi niam

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahlussunnah, Ulama, Pemurnian Aqidah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 25 Januari 2018

Wafatnya Ulama: Sebuah Peristiwa Besar dalam NU

Senin, 3 Meret 2014 kemarin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyelenggarakan tahlilan 40 hari KH Sahal Mahfudh di Masjid An-Nahdlah, lantai dasar kantor PBNU jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Selain Kiai Sahal, tahlilan juga dimaksudkan untuk mendoakan beberapa kiai dan pengurus NU yang tidak lama berselang telah meninggal dunia, antara lain KH Masduki Mahfudz (Rais Syuriyah PBNU dari Malang), KH Zainal Arifin Munawwir dan KH Warson Munawwir (Pesantren Krapyak Yogyakarta), KH Waris Ilyas (Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep), KH Endin Fachruddin Masturo (Mustasyar PBNU, Pesantren Al-Masthuriyah Sukabumi), H Fajrul Falakh (mantan Ketua PBNU, Jakarta) dan H Abdullah Machrus (mantan Bendahara PBNU, Pekalongan).

Memang beberapa bulan terakhir beberapa kiai dan pengurus NU meninggal dunia dalam waktu yang berdekatan. KH Warsun Munawwir meninggal pada Kamis 18 April 2013. Belum genap satu tahun, awal tahun 2014 warga Nahdliyin dikejutkan dengan meninggalnya pucuk pimpinan NU KH Sahal Mahfudh pada 24 Januari.  Tidak lama berselang, H Abdullah Machrus meninggal pada Jum’at 7 Februari, beberapa hari kemudian H Fajrul Falaakh meninggal pada Rabu 14 Februari, KH Zainal Munawwir meninggal pada Sabtu 15 Februari, KH A Warits Ilyas pada 22 Februari, dan KH Masduki Mahfudz meninggal pada 1 Maret.

Dalam kultur masyarakat NU, wafatnya kiai dan para sesepuh mempunyai daya magnet yang sangat kuat untuk mengumpulkan warga yang tercerai-berai di berbagai tempat. Warga berkumpul dalam momen takziyah, shalat jenazah, hingga acara tahlilan 7 hari, 40 hari, setahun (haul), dan 1000 hari. Warga tak mesti berkumpul di rumah duka, tetapi juga di tempat yang jauh untuk menggelar shalat ghaib dan doa bersama atau tahlilan.

Ketika seorang kiai pesantren meninggal dunia, spontan para alumni pondok pesantren yang tersebar di banyak tempat akan terhubung melalui berbagai saluran komunikasi. Beberapa alumni pesantren langsung meluncur ke pesantrennya dan bertemu dengan teman-temannya sesama santri yang telah terpisah beberapa tahun lamanya. Acara haul atau peringatan tahunan meninggalnya kiai juga menjadi alasan para santri untuk berkumpul. Lalu, biasanya banyak program dan agenda tersusun dari pertemuan itu.

Wafatnya Ulama: Sebuah Peristiwa Besar dalam NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Wafatnya Ulama: Sebuah Peristiwa Besar dalam NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Wafatnya Ulama: Sebuah Peristiwa Besar dalam NU

Kabar meninggalnya kiai juga cepat sekali tersebar. Sekarang semua orang sudah memegang telepon genggam, sehingga di tengah malam pun tak ada alasan untuk tidak menyebarkan berita duka kepada banyak orang. Di PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, meninggalnya kiai atau pengurus NU termasuk salah satu di antara berita yang paling populer, lebih banyak dibaca dari berita-berita yang bersifat formal organisasi yang bersifat instruksional. Pasti ada alasan untuk itu.

Lebih dari itu, wafatnya kiai dan para sesepuh merupakan peristiwa besar, entah di NU atau pesantren sebagai pembentuk karakter utamanya. Ini terkait dengan proses perpindahan kepemimpinan. Di NU atau di pesantren, pemimpin utama bukan sekedar orang yang paling alim, tetapi juga yang paling sepuh. Barangkali ini tercermin dari prosesi shalat berjamaah. Bahwa yang menjadi imam utama dalam shalat berjamaah lima waktu di pesantren bukan yang paling fasih atau paling bagus bacaan Al-Qur’annya, tetapi yang paling tua usianya. Proses pergantian pemimpin berlangsung secara teratur dan alamiah. Secara umum, jika masih ada yang tua, yang muda tidak akan berani menjadi imam shalat. Dan seperti shalat, memimpin NU tidak semata pemimpin organisasi, tetapi juga memimpin untuk menjalankan ajaran agama. (A. Khoirul Anam)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Halaqoh, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 17 Januari 2018

Bondan Gunawan Dorong PMII Kembali ke NU

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Aktivis senior yang juga mantan Menteri Sekretaris Negara era Presiden KH Abdurrahman Wahid, Bondan Gunawan memberikan motivasi kepada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) untuk menyatu kembali dalam satu organisasi Nahdlatul Ulama.

Hal itu ia sampaikan saat menyampaikan orasi di hadapan para kader PMII dalam acara peringatan hari pahlawan yang digelar Pengurus Cabang PMII Jakarta Pusat di Tugu Proklamasi, Jakarta, Rabu (12/11) malam. Ia mendorong PMII Jakpus mendukung hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU 2014.

Bondan Gunawan Dorong PMII Kembali ke NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Bondan Gunawan Dorong PMII Kembali ke NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Bondan Gunawan Dorong PMII Kembali ke NU

”Sudah saatnya PMII sebagai organisasi kemahasiswaan kembali kepangkuan NU, karena apapun keputusan yang dihasilkan oleh tokoh-tokoh NU merupakan suatu bentuk perhatian orang tua terhadap anaknya. Sebab tidak bisa dipungkiri PMII lahir dari rahim NU,” tandasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Turut hadir pada acara tersebut Ketua Umum PMII DKI Jakarta, PMII Jakarta Timur, PMII Jakarta Utara, dan PMII Jakarta Selatan, serta beberapa perwakilan dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Jakarta Pusat yang secara bergantian menyampaikan orasi kebangsaan.

Peringatan hari pahlawan berlangsung khidmat, diawali dengan musikalisasi puisi, dan doa bersama. dan orasi kebangsaan.? Selain Bondan Gunawan, hadir pula menyampaikan orasi anggota Majelis Pembina Nasional PB PMII, Amsar A. Dulmanan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam kesempatan itu, Amsar mengajak seluruh kader PMII untuk memaknai kembali peringatan hari pahlawan ini. Bukan sekadar mengingat dan mengenang, tetapi menjiwai setiap perjuangan yang telah memakan ribuan jiwa yang rela mengorbankan tumpah darah mereka demi bangsa Indonesia.

”Hidup harus belajar dari masa lalu, dengannya kita akan memahami masa kini untuk membaca masa depan. Menghargai para pahlawan berarti menggali pondasi-pondasi nation building. Jadi, hiduplah untuk masa depan, dengan memahami masa kini, dan menghargai masa lalu,” tegasnya.

Ketua Pimpinan Cabang PMII Jakarta Pusat Daud Gerung mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan semangat pergerakan kader-kader PMII dalam merefleksikan dan mengenang perjuangan para pahlawan yang telah gugur membela dan mempertahankan tanah air.

“Kader PMII sudah seharusnya mampu untuk mengaktualisasikan semangat juang para pahlawan nasional, terutama kiai NU dan laskar santri sehingga apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu dengan mudah direalisasikan demi menegakkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh bangsa Indonesia,” kata Daud. (Rico K. Sanjaya/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah PonPes, Ulama, Humor Islam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 16 Januari 2018

RMI Jombang: 22 Oktober Sejarah Perjuangan Pesantren

Jombang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rabithah Maahid Islamiyyah Nahdhatul Ulama (RMI NU) Kabupaten Jombang, Jawa Timur tengah mempersiapkan peringatan Hari Santri Nasional pada tanggal 22 Oktober 2015. Peringatan dihelat di Pondok Pesantren KH Wahab Hasbullah, Tambakberas.

RMI Jombang: 22 Oktober Sejarah Perjuangan Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
RMI Jombang: 22 Oktober Sejarah Perjuangan Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

RMI Jombang: 22 Oktober Sejarah Perjuangan Pesantren

Ketua RMI NU Jombang Shobih mengatakan, Hari Santri Nasional itu diperlukan sebagai kesadaran sejarah perjuangan pesantren pada zamannya. Dulu mereka berperang fisik melawan penjajah, mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih.

Sekarang, kata dia, santri tetap harus berjuang, yaitu mengisi kemerdekaan dengan penguatan pemahaman keislamannya. “Perlu adanya penguatan pemahaman para santri melalui setiap lembaga pondok pesantrennya, khususnya yang beraliran dengan ahlussunnah wal jamaah (Aswaja),” ungkapnya di kediamannya Jumat (9/10).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Target peringatan Hari Santri Nasional, kata dia, adalah menguatkan ukhwah islamiyah antar-lembaga pesantren. Ia menilai kontribusi Pondok Pesantren sangat menentukan perkembangan NU ke depan.

“Sekarang kan ada istilah NU itu sebagai pondok pesantren besar, sementara pondok pesantren itu adalah NU kecil,” ujarnya sambil tersenyum dan mempersilahkan hidangan yang sudah disediakan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari silaturahim itu RMI NU dapat membedakan pondok pesantren Aswaja NU dan bukan. Karena, sekarang banyak pesantren mengaku Aswaja yang bukan NU. Makanya pada pertemuan itu, akan dilakukan pendataan pesantren se-Jombang.

Masih dalam merayakan Hari Santri, akan diluncurkan website RMI NU yang berisi profil-profil pesantren se-Jombang. “Pondok Pesantren yang sudah didata sebelumnya kami masukkan ke sana,” tutupnya. (Syamsul/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Aswaja PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

GP Ansor Kudus: Segera Reorganisasi Kepengurusan Kadaluarsa

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengintruksikan kepengurusan kadaluwarsa di semua tingkatan segera melakukan reorganisasi. Hal ini sebagai upaya penataan organisasi agar tertib sesuai AD/ART.

Ketua PC GP Ansor Kudus Abdul Ghofar mengatakan, eksistensi organisasi GP Ansor baik di level pimpinan ranting maupun anak cabang berjalan dengan baik di sembilan kecamatan. Namun, sebagian besar masa periode kepengurusannya sudah habis.

GP Ansor Kudus: Segera Reorganisasi Kepengurusan Kadaluarsa (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Kudus: Segera Reorganisasi Kepengurusan Kadaluarsa (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Kudus: Segera Reorganisasi Kepengurusan Kadaluarsa

“Oleh karenanya, kami minta semua pengurus yang sudah habis masa periodenya segara mengadakan pembaharuan (melalui) konferensi atau rapat Anggota,” tandasnya dalam acara koordinasi PC dan PAC Ansor se-Kudus di kediamannya di Desa Temulus,? Kecamatan Mejobo, Kudus, Sabtu (28/12) lalu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Penataan kepengurusan GP Ansor ini, tambah Ghofar, sebagai upaya menciptakan organisasi ini lebih dinamis dan tetap berjalan secara berkesinambungan. “Sebab, tanpa adanya reorganisasi atau kaderisasi organisasi akan mati,”tegasnya lagi.

Ghofar menjelaskan, kepengurusan yang sudah mati tidak? bisa mengikuti rapat permusyawaratan seperti kongres, konferensi di tingkatan atasnya. Di samping itu, kepengurusan masih aktif menjadi persyaratan untuk mengikuti dan mengggunakan hak suaranya dalam acara konferensi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kami instruksikan, PAC yang sudah kadaluarsa segera mengadakan konferensi sehingga bisa menjadi peserta konferensi wilayah Ansor Jawa tengah bulan Mei 2014 mendatang,” pintanya.

Terakit kegiatan apel Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dalam rangka peringatan hari lahir (harlah) GP Ansor di Surabaya, pihaknya memberangkatkan? 150 pasukan dengan menggunakan tiga bus pada Sabtu (4/1)? pukul 05.30 dari depan Gedung DPRD Kudus.

“Kita berangkat Sabtu 05.30 WIB karena pukul 08.00 nanti berangkat bareng-bareng bersama pasukan banser se-karesidenan di Rembang,”ujarnya. (Qomarul Adib/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Meme Islam, Kajian Sunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Utin dan Kiai Bunyamin Pimpin PCNU Kota Tangerang

Tangerang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Forum konferensi PCNU kota Tangerang mengamanahkan pengasuh pesantren Roudlotussalam Cimone KH Abdul Mu’thi (Kiai Utin) sebagai Rais Syuriyah PCNU Tangerang. Peserta forum ini juga menunjuk KH Bunyamin untuk menggerakkan NU di kota Tangerang untuk 5 tahun ke depan.

Sedikitnya 1000 warga NU menghadiri pembukaan forum yang dibuka salah seorang pengurus PWNU Banten KH Makmur Mahsyar di pondok pesantren Nurul kelurahan Neroktog, Pinang, Rabu (20/5). Tampak hadir WalikotaTangerang H Arief R Wismansyah dan Wakilnya.

Kiai Utin dan Kiai Bunyamin Pimpin PCNU Kota Tangerang (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Utin dan Kiai Bunyamin Pimpin PCNU Kota Tangerang (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Utin dan Kiai Bunyamin Pimpin PCNU Kota Tangerang

Arief yang diberikan kesempatan menyampaikan sambutan mengatakan bahwa NU merupakan organisasi Islam yang terbesar di Indonesia dan diakui eksistensinya di dunia. “Itu bisa terjadi karena kemoderatan NU yang mengusung asas tawazun, tawasuth, tasamuh, dan Itidal, sehingga NU mudah diterima.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia juga berharap NU mampu membentengi masyarakat dari paham radikal yang tidak sesuai dengan ajaran syariat Islam yang rahmatan lil alamin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sedangkan Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj yang hadir di konferensi ini menyampaikan materi kepada jamaah perihal Islam Nusantara. “Sebagai kita ketahui bahwa perkembangan Islam di Indonesia yang disebarkan oleh Wali Songo disampaikan dengan cara-cara yang santun, dengan tidak melakukan kekerasan, dan akulturasi budaya.”

Dengan cara seperti itu Islam di Nusantara diterima warga Indonesia dan berkembang pesat. Bagaimana kita bisa diterima masyarakat kalau dalam dakwah menyampaikan hal-hal yang tidak baik, yang akan menyebabkan terjadinya permusuhan dan kebencian?” kata Kang Said. (Atho Al-Farhan/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian Islam, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 10 Januari 2018

GP Ansor Lubuklinggau Canangkan â€Å“Gerakan Berbuat”

Lubuklinggau, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Untuk merealisasikan kepedulian terhadap kaum duafa atau mustadafin Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Lubuklinggau, Musirawas, Sumatera Selatan, mencanangkan “Gerakan Berbuat”.

GP Ansor Lubuklinggau Canangkan â€Å“Gerakan Berbuat” (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Lubuklinggau Canangkan â€Å“Gerakan Berbuat” (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Lubuklinggau Canangkan â€Å“Gerakan Berbuat”

Hal ini dikemukakan Ketua Pengurus Cabang (PC) GP Ansor Kota Lubuklinggau Noberta Irawan saat memberikan bantuan kepada kaum duafa di Kota Lubuulinggau, Selasa (17/4).  Pemberian bantuan ini bagian dari Gerakan Berbuat yang dicanangkan GP Ansor Lubuklinggau.

Dikatakannya, gerakan ini tidak hanya sebatas seremonial belaka. Lebih dari itu, bisa mengangkat kaum duafa dari jurang kemiskinan dan keterbelakangan di semua sektor.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Gerakan berbuat ini dicetuskan untuk melatih kepedulian terhadap sesama," ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia menambahkan, secara khusus Gerakan Berbuat ini ditujukan kepada kader-kader GP Ansor Kota Lubuklinggau agar memiliki kepekaan sosial, terutama kepada warga yang kurang mampu.Kegiatan ini sudah beberapa kali dilakukan GP Ansor Lubuklinggau.

Dia menghimbau, mereka yang memiliki kemampuan secara ekonomi, kiranya dapat bersama-sama GP Ansor membantu kaum duafa. "GP Ansor selalu membuka diri untuk semua pihak yang bergabung dalam kegiatan Gerakan Berbuat," ujar Noberta.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Kontributor : Syamsul Hidayah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 31 Desember 2017

Videotren Jadi Media Dakwah Santri Inspiratif

Yogyakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Lomba Video Pesantren (Vidotren) yang digelar komunitas yang menamakan diri Admin Instagram Santri Nusantara (AIS Nusantara) sukses digelar. Kompetisi dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional 2016 ini menjadi ajang untuk meningkatkan kreativitas para santri di dunia audio visual sebagai media dakwah utamanya di media sosial.

Para pemenang Videotren diumumkan lokakarya Hari Santri Nasional Rabithah Maahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMINU), Sabtu (29/10), di Stadion Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta. Agenda ini dihadiri KH Abdul Ghaffar Rozien (Ketua PP RMI-NU), Hakim Jaily (Direktur TV9), dan Hasan Chabibie dari Pustekkom Kemdikbud.

Videotren Jadi Media Dakwah Santri Inspiratif (Sumber Gambar : Nu Online)
Videotren Jadi Media Dakwah Santri Inspiratif (Sumber Gambar : Nu Online)

Videotren Jadi Media Dakwah Santri Inspiratif

Juara I lomba Videotren kali ini diraih Pesantren Al-Munawwir Krapyak, dengan video berjudul "Santri Ndalem". Lalu, Juara II diperoleh Pesantren Tebuireng, Jombang; dan Juara III diraih Pesantren Sunan Drajat, Lamongan; serta Mahad Ali UIN Malang sebagai Juara Favorit.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Gus Rozin, sapaan akrab Ketua PP RMINU, menyampaikan, santri harus mengejar ketertinggalan dalam dakwah di media sosial. "Meski terlambat, kita harus bekerja keras dan cepat mengejarnya. Untuk itu, mari kita banjiri konten-konten positif dan inspiratif, dari dunia pesantren di media sosial," ungkapnya.

Pengasuh Pesantren Maslakul Huda Pati Jawa Tengah ini juga mengatakan, media sosial menjadi media strategis untuk pengembangan dakwah. Dalam hal ini, santri-santri harus kreatif memproduksi konten. "RMI siap mendukung program kreatif ini," terangnya.

Hasan Chabibie mengatakan, kelebihan media digital sekarang adalah konvergensi. Para santri juga bisa memproduksi konten pada multimedia sosial. Ia juga menyampaikan tentang wajah agama di media sosial yang banyak dipenuhi sikap-sikap tidak ramah. "Pesantren sudah saatnya menjadi solusi atas krisis radikalisme agama," jelas Hasan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu Direktur TV9 Hakim Jaily menyampaikan tentang konfigurasi media arus utama dan media sosial. "Pesantren pada posisi mana? Kita perlu memilih dalam bermedia, sebagai produsen atau konsumen?" jelas Hakim. Ia menyampaikan, betapa komunitas santri yang jumlahnya besar, dapat berperan memproduksi konten-konten dakwah yang kreatif dan inspiratif. (Zulfa/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Santri, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 22 Desember 2017

PCNU Prioritaskan Program Kaderisasi dan SDM Kader

?Depok, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Musyawarah kerja cabang Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Depok menitikberatkan program kerjanya ke depan pada bidang organisasi dan sumber daya manusia kader. Mereka berencana melakukan konsolidasi internal hingga pengurus anak ranting NU untuk menjalankan program kerjanya.

PCNU Prioritaskan Program Kaderisasi dan SDM Kader (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Prioritaskan Program Kaderisasi dan SDM Kader (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Prioritaskan Program Kaderisasi dan SDM Kader

Menurut Ketua PCNU Depok Ustadz Raden Salamun di tanah Baru, Beji kota Depok, terdapat delapan pembahasan dalam Muskercab. Kesemuanya meliputi aspek diniyah, dakwah, pendidikan, mabarot, hukum, ekonomi, organisasi dan  politik.

"Kita menargetkan sejumlah 500 kelompok anak ranting NU, 63 ranting NU, dan dua MWCNU yang akan direstrukturisasi kepengurusannya tahun ini," kata Salamun di STIH IBLAM Depok, Ahad (18/5).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Program ini, menurutnya, dapat mengintensifkan komunikasi  sesama ormas dan lintas agama. PCNU Depok sempat menjadi inisiator halaqoh lintas agama pada Oktober 2013 lalu untuk meningkatkan persatuan warga Depok.

"Tentunya, kita menanamkan paham aswaja NU agar munculnya aliran sempalan bisa diminalisasi di Depok," tutur Salamun.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara Wakil Bendahara NU Depok H Bukhori berharap agar kepengurusan baru PCNU Depok bisa berperan dalam memberdayakan masyarakat. Salah satunya, dalam bidang agama serta pemberdayaan ekonomi.

"Banyak peran yang bisa diambil NU. Sampai saat ini, ormas berlambang sembilan bintang itu tetap diharapkan perannya di masyarakat," terang H Buchori. (Aan Humaidi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Fragmen, Sejarah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 18 Desember 2017

Kegigihan KH Ahmad Tarsyudi Memperjuangkan Pendidikan Islam di Brebes

Brebes, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pendiri Pondok Pesantren Al-Falah Jatirokeh, Songgom Brebes, KH Ahmad Tarsyudi adalah perintis lahirnya pendidikan Islam di daerah tersebut. Kegigihannya dalam mengembangkan pendidikan Islam menjadikan sosok kiai kampung ini didapuk menjadi Bapak Pendidikan Islam Brebes.?

“Abah KH Ahmad Tarsyudi merupakan sosok yang tidak gila harta, tetapi ilmu lebih utama,” kata KH Nasrudin, putra ke-3 KH Ahmad Tarsyudi pada acara bedah buku Damar Peradaban; Keteladan KH Ahmad Tasyudi karya Mohammad Andi Hakim di Brebes, Rabu (10/5) malam. Hadir sebagai pembanding Moh Iqbal Tanjung. ?

Diceritakan Nasrudin, sosok Abah Tarsyudi adalah pribadi yang sabar, qonaah, menjaga terhadap hal-hal yang haram. “Beliau menolak pemberian tanah rampasan oleh Belanda karena baginya haram. Lebih baik lapar ketimbang memakan yang haram. Tidak pernah pendendam, pembenci meskipun dirinya didzolimi,” kata Nasrudin.?

Kegigihan KH Ahmad Tarsyudi Memperjuangkan Pendidikan Islam di Brebes (Sumber Gambar : Nu Online)
Kegigihan KH Ahmad Tarsyudi Memperjuangkan Pendidikan Islam di Brebes (Sumber Gambar : Nu Online)

Kegigihan KH Ahmad Tarsyudi Memperjuangkan Pendidikan Islam di Brebes

“Salah satu hal yang luar biasa adalah keseimbangan antara kekuatan batin, wawasan kebangsaaan, dan konsep pendidikan menyatu dalam dirinya dan termanifestasikan dalam hidup dan lakunya,” ujar Nasrudin yang juga mantan Ketua DPRD Kabupaten Brebes.

KH Ahmad Tarsyudi memiliki empat orang anak yang kini masing-masing memiliki pondok pesantren. KH Sofwan Tarsyudi mendirikan pesantren Al Falah Sofwaniyah di Jatirokeh, KH Mas Mansyur Tarsyudi mendirikan pesantren Al Falah Salafy. Kemudian KH Nasrudin mendirikan pesantren modern Al Falah, dan KH Ayatullah mendirikan pesantren Al-Qur’an Gumawang Pekalongan.

Menurut penulis, buku setebal 175 halaman ini bukanlah biografi namun hanya nukilan sejarah KH Ahmad Tarsyudi. Dikarenakan penulis tidak mendapatkan penuturan secara langsung dari “Sang Damar Peradaban” sehingga tidak disebut sebagai biografi.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Buku tersebut menggambarkan keteladanan dan pribadi Kiai Kampung yang disebutkan sebagai manusia langka di dunia. Karena dalam dirinya, berislam tidak hanya dalam bentuk tutur kata tetapi lebih dari itu. Islam tampak begitu memancar dalam hati, fikir dan perilaku keseharianya..?

“Mbah Tarsyudi, benar-benar bali desa mbangun desa. Karena dari petualangannya mencari ilmu dari berbagai pesantren kemudian pulang menumpahkan ilmunya untuk mendidik masyarakat Jatirokeh dari ‘jahiliyah’ menjadi ‘ilmiah’,” katanya.

Bedah buku ini merupakan rangkaian Haul ke-28 KH Ahmad Tarsyudi. (Wasdiun/Zunus)?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Nasional, Kajian Sunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 15 Desember 2017

LKNU Bekali Pencegahan Stunting 150 Tokoh Agama Brebes

Brebes, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Pusat Lembaga Kesehatan Nahdhlatul Ulama (LKNU) memberikan pembekalan kepada 150 tokoh agama di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, tentang pencegahan stunting atau gangguan pertumbuhan tubuh secara maksimal (cebol). Program hasil kerja sama dengan UNICEF ini digelar secara bergelombang.

Gelombang pertama  dilaksanakan  di Pondok Pesantren Al Hikmah Benda Sirampog untuk 44 tokoh agama dari Kecamatan Tonjong, 3-5 Juni 2015; gelombang kedua di Pondok Pesantren Assalafiyah 2  (52 tokoh agama Wanasari dan Jatibarang), 8-10 Juni 2015; dan gelombang ketiga di Pondok Pesantren Assalafiyah 1 (44 dari Bulakamba dan Ketanggungan), 12-14 Juni 2015.

LKNU Bekali Pencegahan Stunting 150 Tokoh Agama Brebes (Sumber Gambar : Nu Online)
LKNU Bekali Pencegahan Stunting 150 Tokoh Agama Brebes (Sumber Gambar : Nu Online)

LKNU Bekali Pencegahan Stunting 150 Tokoh Agama Brebes

Materi yang diberikan selama 3 hari meliputi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Brebes tentang pencegahan stunting, gizi ibu hamil, pemenuhan hak anak, peran keluarga dalam tumbuih kembang anak dilihat dari sudut agama Islam, pentingnya penggerakan dan penyuluhan tokoh agama, praktek dakwah stunting, dan penyusunan rencana tindak lanjut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Angka prevalensi stunting di Kabupaten Brebes yang cukup tinggi, dimana menurut Data Riskesdas 2013 tercatat stunting di Brebes sebanyak 37 persen, ini mestinya menjadi persoalan serius yang harus di cegah bersama-sama, karena jika ke depan dibiarkan, maka generasi yang akan datang menjadi generasi yang lemah, dan ini menjadikan persoalan bagi daerah juga persoalan nasional, ujar Umi Wahyuni Koordinator Program Pencegahan Stunting LKNU, Rabu (9/6).

Umi juga menambahkan, tokoh agama yang dilatih tahun ini difokuskan pada 35 desa intervensi Program Keluarga Harapan (PKH) Prestasi, dengan perincian 5 kecamatan yakni Tonjong, Jatibarang, Wanasari, Bulakamba, dan Ketanggungan. untuk Desa intervensi antara lain: Pepedan, Purwodadi, Galuh Timur, Kalijurang, Tonjong, Linggapura, Watujaya, Kutayu, Kutamendala, Karangjongkeng, Negarayu, Kupu, Kertabesuki, Sawojajar, Klampok, Dukuhringin, Jagalempeni, Wanasari, Pebatan, Sigentong, Siasem, Jatibarang Kidul, Kertasinduyasa, Kendawa, Jubang, Cipelem, Petunjungan, Banjaratma, Tegalglagah, Luwungragi, Kluwut, Padakaton, Ketanggungan, Dukuhturi, dan Baros.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"LKNU akan memberikan dukungan kepada 35 desa terutama untuk kegiatan pelaksanaan selama 4 bulan ke depan, semua tokoh agama yang sudah dilatih diharapkan untuk melakukan penggerakan dan penyuluhan baik di keluarga penerima PKH, majlis taklim, pondok pesantren, jamiyahan, dan pertemuan lainnya, dengan harapan warga NU yang disosialisasikan nantinya bisa memahami dan mau berbuat terbaik untuk masa depan generasi yang akan datang," imbuhnya.

Di setiap pelatihan yang diselenggarakan, setiap peserta juga diberikan pembekalan dari fasilitator PP LKNU Sulthonul Huda tentang cara mengisi matrik penggerakan dan penyuluhan. Matrik ini untuk memudahkan peserta pada akhirnya saat melakukan pertanggungjawaban administrasi kepada LKNU.  Sisi yang lain juga ada praktek dakwah dari peserta dalam membawakan dakwah pencegahan stunting, dikasih waktu masing-masing 7 menit. (Wasdiun/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah, Ulama, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

BEM INISNU Gelar Seminar Kepemudaan

Jepara, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara menggelar Seminar Kepemudaan: Pemuda dan Masa Depan Bangsa, di kampus INISNU, Selasa (21/5). Hadir sebagai pembicara H I’tishom Sulhan, peminat pendidikan dan Taufiqur Rohman, pengusaha Jepara. 

BEM INISNU Gelar Seminar Kepemudaan (Sumber Gambar : Nu Online)
BEM INISNU Gelar Seminar Kepemudaan (Sumber Gambar : Nu Online)

BEM INISNU Gelar Seminar Kepemudaan

Menurut Presiden BEM INISNU, Rifky Nurul Azhar melalui kegiatan dalam momentum Harkitnas itu pihaknya mengajak pemuda untuk lebih semangat membangun bangsa. 

“Momentum kebangkitan Nasional yang dulu pernah ditandai berdirinya organisasi Boedi Oetome itu saat ini kita sebagai pemuda harus tambah semangat,” katanya kepada BEM se-Karesidenan Pati yang turut hadir. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Semangat pemuda zaman dulu, himbau Rifky harus diteruskan pada kondisi sekarang ini. Mewakili Rektor INISNU, Mayadina Rohma Musfirah menyatakan seminar merupakan review perjalanan pergerakan 1908, 1928, 1945 dan seterusnya yang menurutnya Indonesia dibangun dari “bata” demi “bata”, dari “batu” demi “batu” dan tidak secara instan. 

Untuk itu, Pembantu Dekan III INISNU Jepara itu meminta pemuda menjadi sosok yang berkualitas agar kelak bisa menyelamatkan bangsa dan negaranya. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

H I’tishom Sulhan pemateri yang berbicara perspektif pendidikan menyampaikan seorang pemuda yang menempuh pendidikan S1 baru tahap qabiltu, mengutip istilah perkawinan. Konsep pendidikan minal mahli ilal lahdi sambungnya perlu dibuktikan dengan menempuh pendidikan diatasnya; S2 dan S3. “S2 itu istiqamah dan S3 kalo di keluarga itu merupakan sakinah, mawaddah warahmah,” lanjutnya. 

Pendidikan ungkap mantan kepala MA Darul Ulum Purwogondo itu mencakup 4 dimensi; sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dari dimensi sosial seorang insan terpelajar paparnya harus mampu mengubah keadaan sosial. 

“Berkaitan dengan dimensi budaya, pendidikan harus mampu mendidik anak-anak menjadi shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Tidak seperti “fathanah” tetapi malah tidak fathanah,” sindirnya. 

Untuk dimensi ekonomi lanjutnya diharapkan lulusannya menjadi penggerak ekonomi nasional semisal berwirausaha dan membuka lapangan kerja untuk orang lain. Sedangkan dimensi politik tambah I’tishom sebagai warga yang baik boleh berpartisipasi dalam berpolitik asal dengan ramah dan santun. 

Sementara itu, Taufiqur Rohman dalam kesempatan itu menyampaikan, pemuda yang ingin menjadi pengusaha harus didasari dengan visi yang kuat. 

“Syarat utama menjadi pengusaha adalah punya kemauan. Jika takut dagangan tidak laku, takut bertemu dengan klien segera menuju ke masjid untuk bermunajat kepada Allah,” sebut Taufiq.  

Ia menegaskan menjadi pewirausaha imbuhnya juga merupakan upaya untuk merubah negeri. Kegiatan yang berlangsung setengah hari itu juga dimeriahkan penampilan grup musik Bosa(n) Berisi(k) yang menyuguhkan beberapa lagu Jawa beraliran Jazz. 

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Syaiful Mustaqim

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 10 Desember 2017

PKI, Rekonsiliasi, dan Pendekatan Hukum Formalistik

Akhir September selalu dikenang sebagai sejarah gelap dalam perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa. Konflik yang terjadi pada 1965 tersebut telah membunuh anak-anak bangsa dari berbagai kelompok yang bertikai akibat perbedaan ideologi dan perebutan kekuasaan.

Pertikaian ideologi pra hingga pasca-kemerdekaan telah menimbulkan banyak korban. PKI pada prakemerdekaan telah melakukan perlawanan terhadap Belanda, menelikung pemerintah RI yang sah di Madiun pada 1947 dan terakhir adalah pada 1965 ketika mereka berusaha merebut kekuasaan, namun gagal. Setelah era itu, rezim Orde Baru yang berkuasa berusaha membungkam keberadaan ideologi komunis. Saat upaya perebutan kekuasaan yang mereka lakukan gagal. Seluruh eks-PKI dibersihkan dan didiskriminasi. Mereka yang terlibat dan keturunannya tidak dapat menjadi pegawai negeri, KTP-nya diberi tanda tertentu serta berbagai kesulitan mengurus administrasi negara lainnya. Konteks internasional dengan adanya Perang Dingin membantu melegitimasi agar ajaran komunis tidak berkembang di Indonesia.

PKI, Rekonsiliasi, dan Pendekatan Hukum Formalistik (Sumber Gambar : Nu Online)
PKI, Rekonsiliasi, dan Pendekatan Hukum Formalistik (Sumber Gambar : Nu Online)

PKI, Rekonsiliasi, dan Pendekatan Hukum Formalistik

Saat Orde Baru runtuh, kebijakan negara berubah dengan upaya pemulihan hak-hak yang selama ini dihilangkan. Orang-orang yang sebelumnya tidak dapat bersuara kini dapat secara bebas mengekpresikan aspirasinya. Mereka yang sebelumnya merasa ditindas berusaha memulihkan nama baiknya bahkan membela diri atau “meluruskan” bahwa catatan sejarah yang dibuat oleh Orde Baru tidak benar. Mereka menuntut agar negara meminta maaf atas kejadian di masa lalu, bahkan berusaha meminta kompensasi atas penderitaan yang dialaminya. Sejumlah LSM yang fokus pada masalah hukum dan kemanusiaan secara aktif mendukung dan mengawal apa yang dituntut oleh mantan PKI ini. Semua itu dilakukan atas nama kemanusiaan.

Di luar perjuangan mendapat pengakuan secara formal pada eks-PKI sebagai warga negara yang sederajat yang mendapatkan hak-haknya secara penuh, para kiai NU secara kultural telah melakukan rekonsiliasi di akar rumput atas berbagai persoalan yang terjadi. Mereka memberi bimbingan dengan ajaran-ajaran Islam dan mengintegrasikannya dengan kehidupan sosial masyarakat sehingga mereka tidak menjadi warga kelas dua di komunitasnya masing-masing.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pola-pola ini, sebenarnya sudah menjadi pendekatan khas di lingkungan NU. Upaya ini berjalan tanpa terasa dan seolah-olah tanpa desain. Semuanya mengalir secara alamiah dan tanpa disadari, akhirnya semuanya sudah berubah. Eks-PKI tiba-tiba diambil menantu oleh kiai, mereka yang aktif dan punya potensi diberi ruang menjadi tokoh setempat.

Upaya-upaya khas NU ini tetap digunakan saat ini dalam menghadapi berbagai persoalan masyarakat. Lakpesdam NU, yang kini juga memiliki program pendampingan bagi kelompok minoritas di berbagai daerah, melakukan upaya-upaya yang kelihatannya sederhana tetapi memberi makna yang sangat besar. Pada sebuah konflik agama di Lombok, Lakpesdam membantu kelompok yang dieksklusi dengan memberikan modal gunting atau mesin parut kelapa kepada anggota komunitas tersebut. Tujuan utamanya adalah agar kelompok yang disingkirkan tersebut dapat terus berinteraksi di masyarakat. Dengan menjadi tukang cukur di pasar, mereka dapat bergaul dan saling kenal. Dari situlah mereka bisa saling belajar dan memahami. Dalam konflik antarmasyarakat di Madura, aktivis Lakpesdam mengajak ibu-ibu yang dipisahkan oleh aliran Islam yang berbeda ini diajak masak bersama. Tujuannya juga sama agar tercipta interaksi yang selanjutnya bisa menumbuhkan kebersamaan dan saling memahami.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kelompok LSM yang sama, yang dalam isu lain juga memperjuangkan eks-PKI dengan pendekatan hukum yang formalistik, juga turun ke daerah-daerah konflik tersebut. Mereka meminta kasus ini dibawa ke pengadilan dan pihak yang salah harus dituntut. LSM yang para aktivisnya berbasis di Jakarta menggunakan pendekatan masyarakat kota yang cenderung individualistik sementara kasus yang ditangani terjadi pada masyarakat pedesaan yang komunal. Akibatnya, seringkali timbul masalah baru dengan pendekatan ini, dan itu tidak diketahui oleh aktivis LSM tersebut, karena mereka sudah balik ke Jakarta. Konflik agama memiliki dimensi yang kompleks, yang tidak cukup menggunakan pendekatan hukum formal karena mengandung nilai-nilai keagamaan yang sifatnya transendental dari masing-masing pihak. Upaya ini bisa merusak harmoni sosial yang sudah dibangun dengan susah payah.

Analogi yang sama tampaknya juga berlaku terhadap upaya pemulihan mantan PKI yang mengalami diskriminasi seperti adanya tuntutan agar dibentuk pengadilan atas korban 65 untuk dicari siapa yang harus bertanggung jawab, agar negara meminta maaf, agar para korban mendapat kompensasi dan segala macam tuntutan lainnya. Sebagai sebuah bangsa, kita harus belajar dari kesalahan yang dibuat para pendahulu kita, dan masing-masing pihak harus jujur mengakuinya. Tidak bijak jika hanya menganggap diri tidak bersalah atau memposisikan diri sebagai korban tanpa melihat perspektif lain di mana banyak pula umat Islam yang menjadi korban PKI.   

Hukum itu penting untuk menciptakan ketertiban masyarakat. Tapi pendekatan hukum yang formalistik dan kaku bukan satu-satunya pendekatan atau menjadi pendekatan terbaik dalam manyelesaikan persoalan. Pendekatan hukum cenderung melihat benar-salah, menang kalah, tetapi ujung-ujungnya adalah situasi yang kalah-kalah karena masing-masing pihak akan membela diri tidak bersalah. Jangan sampai upaya untuk membantu masyarakat malah menimbulkan problem baru. Bangsa ini harus segera menyelesaikan persoalan masa lalu dengan bijak untuk melangkah menuju masa depan tanpa beban sejarah yang menghantui. (Mukafi Niam)



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 09 Desember 2017

Badan Hisab Rukyat Jepara Nyatakan Tak Terlihat Hilal

Jepara,PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Hasil rukyatul hilal di Pantai Kartini Jepara, Rabu petang (24/9) yang dilakukan Badan Hisab Rukyat kabupaten Jepara, Pengadilan Agama (PA) memutuskan tidak melihat hilal. Keterangan itu disampaikan Ketua Majelis Isbat, Kasrori.

Badan Hisab Rukyat Jepara Nyatakan Tak Terlihat Hilal (Sumber Gambar : Nu Online)
Badan Hisab Rukyat Jepara Nyatakan Tak Terlihat Hilal (Sumber Gambar : Nu Online)

Badan Hisab Rukyat Jepara Nyatakan Tak Terlihat Hilal

Menurut Kasrori, pada rukyatul hilal yang berlangsung pukul 17.34-17.38 wib, tidak seorang pun petugas melihat bulan baru. Karena itu, pihaknya memberikan maklumat penetapan 1  zulhijjah mengikuti keputusan Kementerian Agama (Kemenag) RI.

Ketua Lajnah Falakiyah (LFNU) Jepara, Zabidi Jepara membenarkan keputusan PA. Kata dia, posisi matahari berada di sebelah selatan titik barat sejauh 0.38. Posisi hilal berada di sebelah selatan titik barat sejauh 2.36. letak hilalnya berada di sebelah selatan matahari sejauh 1.58.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Karena tinggi hilal kurang dari 1 derajat besar kemungkinan hilal tidak bisa dilihat. Bisa jadi hilal tak tampak dari Sabang sampai Merauke,” tambah sekaligus anggota BHRD.

Kegiatan yang diselenggarakan Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) kabupaten Jepara diikuti Pemkab, MUI, PA, LFNU Jepara, Takhasus Falakiyah IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Syariah Unisnu Jepara dan lembaga-lembaga terkait lain. (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 07 Desember 2017

KH Idham Chalid Tokoh Utama dari Kalsel

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Almarhum KH Idham Chalid dianggap sebagai salah satu tokoh utama dari Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan selatan tempo dulu dan sekarang yang diterbitkan dalam buku “Apa dan Siapa dari Utara”.

KH Idham Chalid dianggap istimewa karena peranannya dalam tingkat nasional, bahkan internasional. Tokoh yang dilahirkan di Satui, Kabupaten Kotabaru (kini masuk Kabupaten Tanah Bumbu), 27 Agustus 1922 itu pernah menjabat orang penting di republik ini yaitu sebagai Wakil Perdana Menteri saat pemerintahan Presiden Soekarno.

KH Idham Chalid Tokoh Utama dari Kalsel (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Idham Chalid Tokoh Utama dari Kalsel (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Idham Chalid Tokoh Utama dari Kalsel

Selain itu, tokoh ini memegang beberapa jabatan penting kenegaraan, seperti Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Menko Kesejahteraan Rakyat, disamping sebagai orang nomor satu di pucuk pimpinan nasional Nahdatul Ulama beberapa periode.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Namun sangat disayangkan, generasi muda Kalsel kini banyak yang tak kenal terhadap tokoh tersebut ketika diperlihatkan fotonya. Itulah salah satu latar belakang pemikiran terbitnya buku berjudul ’apa & siapa dari utara’ tersebut," ujar H Ahmad Makkie BA, tokoh asal Kalsel yang memprakarsai penerbitan buku tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam buku yang memuat 186 orang tersebut, pemrakarsa dan penulis naskah membagi kelompok para tokoh dari HSU itu terdiri tokoh terkemuka sembilan antara lain Idham Chalid, H.Mohammad Hanafiah (Menteri Agraria pertama), Adenansi dan mantan Gubernur Kalsel, H.M. Sjachriel Darham. (nam/mkf)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nasional, Bahtsul Masail, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 06 Desember 2017

Rakernas Dai-Daiyah LDNU Ditunda

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dai dan daiyah (juru dakwah perempuan) yang digagas Pengurus Pusat (PP) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) ditunda. Penundaan itu dilakukan karena PP LDNU ingin hajatan besar untuk mengumpulkan para dai dan daiyah dari seluruh Indonesia itu lebih maksimal.

“Penundaan ini terjadi karena arahan PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) terkait dengan keinginan agar acara itu lebih optimal dan aksesnya lebih besar,” kata Sekretaris Jenderal PP LDNU Khoirul Huda Baasyir kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyahdi Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (6/12)

Rakernas Dai-Daiyah LDNU Ditunda (Sumber Gambar : Nu Online)
Rakernas Dai-Daiyah LDNU Ditunda (Sumber Gambar : Nu Online)

Rakernas Dai-Daiyah LDNU Ditunda

Sebagaimana diberitakan situs ini beberapa waktu lalu, PP LDNU berencana mengumpulkan para dai dan daiyah se-Indonesia untuk membahas strategi mempertahankan dan mengembangkan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja). Semula, acara tersebut akan diselenggarakan pada 8-12 Desember tahun ini.

PP LDNU, kata Khoirul—demikian panggilan akrabnya—memohon maaf atas penundaan itu kepada seluruh pengurus wilayah (PW) dan pengurus cabang (PC) LDNU se-Indonesia. “Sekali lagi, penundaan ini semata karena agar persiapan yang bersifat nasional ini bisa lebih matang, lebih optimal,” tandasnya.

Mengenai kepastian penyelenggaraan acara yang bertujuan untuk meneguhkan kembali ajaran Aswaja NU itu, Khoirul mengatakan, pihaknya masih akan mengkomunikasikannya kembali dengan para pengurus LDNU. Namun, lanjutnya, kemungkinan akan digelar akhir bulan Januari tahun depan.

“Kemungkinan tanggal 29-31 Januari 2007. Tempatnya, insya Allah di Asrama Haji, Pondok Gede, Bekasi. Nanti, pastinya menunggu hasil rapat kami,” terang Khoirul.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Berkaitan dengan penundaan acara yang bakal diikuti sekitar 200 orang dai dan daiyah dari 32 propinsi itu, Khoirul berharap kepada PW dan PC LDNU se-Indonesia agar segera mengirimkan formulir pendelegasian peserta. Karena, menurutnya, hingga saat ini baru sekitar 60 persen PW dan PC LDNU yang telah menyerahkan formulir tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ditegaskan Khoirul, peserta Rakernas tersebut terdiri dari lima orang. Di antaranya adalah ketua dan sekretaris PW LDNU se-Indonesia, dua mubalig panggung, masing-masing laki-laki dan perempuan, dan satu akademisi. “Diharapkan mereka dapat memberikan masukan tentang strategi dakwah yang lebih responsif dan sesuai dengan tuntutan zaman,” imbuhnya. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Internasional, Olahraga, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 05 Desember 2017

Pelajar NU Rekrut Kader di Bantar Gebang dan Mustikajaya

Bekasi, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Pengurus harian Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU-IPPNU Bantar Gebang dan IPNU-IPPNU Mustikajaya menggelar Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bantar Gebang Bekasi, Sabtu-Ahad (22-23/7). Agenda ini diselenggarakan untuk memperkokoh NKRI.

Ketua IPNU Kota Bekasi Adi Prastyo mengatakan, kaderisasi di tubuh IPNU adalah hal yang krusial sebab banyak generasi muda terutama anak-anak sekolah mulai disusupi paham radikal. Menurut riset Wahid Foundation, 37% siswa setuju terhadap konsep khilafah yang diusung HTI dan 33% lebih condong pada aksi terorisme yang dilakukan Bahrun Naim cs.

Pelajar NU Rekrut Kader di Bantar Gebang dan Mustikajaya (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Rekrut Kader di Bantar Gebang dan Mustikajaya (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Rekrut Kader di Bantar Gebang dan Mustikajaya

Sebab itu, kata Adi, pihaknya heran terhadap pihak-pihak yang merasa kekhawatiran terhadap merebaknya paham radikal dianggap sebagai sesuatu yang berlebihan. "Di situlah pentingnya kehadiran kita (IPNU-IPPNU) untuk membentengi generasi muda dari virus wahabisme dan menanamkan nilai kebangsaan serta paham Islam yang moderat," ujarnya.

Ketua PCNU Kota Bekasi KH Zamakhsyari Abdul Majid menambahkan, Indonesia didirikan oleh banyak golongan, agama, dan suku. Salah satunya adalah umat Islam, yang di dalamnya ada para tokoh-ulama NU. Jadi, NU sangat berkepentingan menjaga keutuhan NKRI melebihi kepentingan sesaat yang pragmatis.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Komitmen itu, sebagaimana sering didengungkan, adalah harga mati. Ia berpesan kepada peserta Makesta agar memiliki bingkai pemikiran yang sesuai dengan Ahlussunnah wal Jamaah yang moderat, seimbang, toleran, dan adil.

Pihak PAC IPNU-IPPNU Bantar Gebang dan Mustikajaya berharap setelah Makesta akan menyelenggarakan Lakmud.

Sesuai dengan rapat kerja cabang 1 IPNU Kota Bekasi, setiap kepengurusan PAC harus menyelenggarakan makesta sekali dalam satu periode sebagai langkah regenerasi. (Robiatul Adawiyah/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Jadwal Kajian, Halaqoh PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 25 November 2017

IPNU-IPPNU Rogojampi Antusias Bagi Takjil

Banyuwangi, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Banyak sekali berbagai amalan yang dapat dilakukan saat ibadah puasa. Mulai dari membaca Al-Qur’an, mengaji, berbakti kepada orang tua, atau bahkan membagi-bagikan takjil di pinggir jalan. Seperti agenda kegiatan puasa di hari ketiga yang dilakukan oleh PAC IPNU-IPPNU Rogojampi bersama MWC NU Kecamatan Rogojampi di kawasan Jalan Pangeran Diponegoro, No.211, depan kantor Kecamatan Banyuwangi. (29/05) menjelang waktu buka puasa.

Gelaran bakti sosial ini selain dihadiri pengurus IPNU IPPNU dan MWC NU Kecamatan Rogojampi, nampak hadir pula banom-banom NU.

IPNU-IPPNU Rogojampi Antusias Bagi Takjil (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Rogojampi Antusias Bagi Takjil (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Rogojampi Antusias Bagi Takjil

Ketua PAC IPNU Rogojampi Khoerul Insani mengatakan, gelaran kegiatan ini penting dilakukan guna memunculkan kepekaan sosial dalam masyarakat.

"Puluhan kader-kader saya libatkan di rentetan aksi bakti sosial ini sebagai upaya pengaktifan nilai-nilai sosial di dalam diri mereka. Meski mereka masih kader-kader baru, antusias mereka dengan kegiatan ini sangat luar biasa," jelas Insani.

Insani menilai kegiatan ini sangat luar bisa menginspirasi sekali bagi teman-teman yang belum tergabung dengan organisasi NU. "Selain bakti sosial ini adalah dakwah, sekaligus memberikan tauladan bahwa masih banyak di negeri ini pemuda-pemuda NU yang memberikan inspirasi perubahan bagi negerinya," tutup Insani.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu, Sekretaris MWC NU Kecamatan Rogojampi Heri Dwi Setiawan menyampaikan, ini adalah kegiatan bakti sosial yang mengandung arti memberikan nilai-nilai pendidikan kader di organisasi Nahdlatul Ulama untuk para generasinya.

"Saya harap nantinya mereka ketika benar-benar terjun di sosial masyarakat mereka mampu mewarnai kehidupan masyarakat ditengah-tengah ketimpangan sosial," harap Heri.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Acara tersebut juga menampilkan aksi live music yang diisi oleh NSC. Grop music yang mewadahi minat dan bakat kader PAC IPNU Rogojampi. (M. Sholeh Kurniawan/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 23 November 2017

Meziarahi Makam Pencipta Nama dan Lambang NU

Surabaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya merayakan hari lahir (harlah) yang jatuh pada 16 Rajab 1437 H atau bertepatan dengan 24 April 2016 dengan berziarah makam para pendiri atau orang-orang yang berjasa besar terhadap NU.

Makam yang dikunjungi, antara lain Sunan Ampel, pencipta nama NU KH Mas Alwi Abdul Azis, Sunan Bungkul yang dikenal sebagai kakek Sunan Ampel, lalu pencipta lambang NU KH Ridlwan Abdullah di kompleks makam Tembok, Surabaya.

Meziarahi Makam Pencipta Nama dan Lambang NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Meziarahi Makam Pencipta Nama dan Lambang NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Meziarahi Makam Pencipta Nama dan Lambang NU

"Instruksi PBNU, peringatan Harlah ke-93 tahun ini digelar secara sederhana. Malam ini (Sabtu) ziarah ke makam Sunan Bungkul menjadi titik terakhir ziarah ke muassis. Di makam Sunan Bungkul sekalian digelar tahlilan," kata ketua PCNU KH Mubibbin Zuhri.



PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kisah Lambang NU



Bersamaan Harlah ke-93 ini, Wakil Katib PCNU Surabaya Ustadz Maruf Khozin membuat catatan tentang penuturan Gus Saiful Halim, cucu KH Ridlwan Abdullah. Pada catatan yang dibagikan ke Nahdliyin ini disampaikan sejarah pendirian NU. Setelah malam didirikan, para kiai meminta Kiai Ridlwan membuat lambang NU. Mengapa Kiai Ridlwan yang ditunjuk?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Cucu KH Ridlwan, Gus Saiful Halim menceritakan bahwa setelah mondok di Syaikhona Kholil Bangkalan, Kiai Ridlwan pernah bekerja di rumah orang Belanda. Pemilik rumah tersebut adalah pelukis. Suatu ketika tanpa disengaja Kiai Ridlwan menumpahkan tinta di kanvas lukisannya. Kiai Ridlwan gugup dan sedih, namun memberanikan diri memperbaiki lukisan tersebut sebisanya.

Dan ternyata si tuan Belanda tersebut tidak marah karena hasil lukisan Kiai Ridlwan bagus. Maka sejak itulah bakat seni melukis Kiai Ridlwan terlihat.

Pada Kiai Ridlwan, para Kiai memberi syarat kriteria lambang NU. Hadratussyekh KH Hasyim Asyari ketika itu mengatakan, "Membuat lambang NU tidak meniru lambang lain, lambang tersebut harus punya haibah, tidak membosankan sampai kapan pun.”

Menurut Ustadz Ma’rif Khozin, tidak mudah di masa itu dengan membandingkannya di masa digital sekarang. Syarat pertama tadi karena sebelum berdirinya NU, sudah ada Muhammadiyah dan Persis yang juga memiliki lambang.

“Beberapa lambang telah beliau buat, beliau ajukan ke beberapa kiai, selalu ditolak dan tidak diterima. Seolah beliau sudah habis inspirasinya, maka beliau salat Istikharah meminta petunjuk kepada Allah, maka pada jam 3 sebelum Subuh setelah beliau merebahkan tubuh. Kiai Ridlwan bermimpi ada bumi yang dikelilingi 9 bintang,” katanya.

Ini membuatnya terperanjat dan menulisnya secara sederhana di atas kertas. Setelah salat Subuh Kiai Ridlwan menyempurnakan gambar tersebut. Paginya, ia sampaikan kepada beberapa Kiai, termasuk Rais Akbar. Kiai Ridlwan menyampaikan bahwa ini hasil istikharah.

Di lain pihak, Kiai Nawawi Sidogiri juga mendapat Istikharah Surat Ali Imran 103, yaitu tentang Tali Allah, yang oleh Kiai Wahab diilustrasikan dengan 2 tali terikat di bawah. Maka saat kongres NU pertama di Peneleh Surabaya lambang NU telah sempurna. (Maulana/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah