Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Februari 2018

Aktivis Matan Kudus Kibarkan Merah Putih di Puncak Merbabu

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam rangka peringatan? hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan ke-69 RI, belasan aktivis? Mahasiswa Ahlit Thariqah Al-Mutabarah An-Nahdliyah (Matan) Kudus, Jawa Tengah, bersama Forum Mahasiswa Islam (Formi) Universitas Muria Kudus (UMK) dan Pramuka Racana Muria Whira Shima UMK melakukan pendakian bersama di Gunung Merbabu, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah.

Menurut Koordinator kegiatan, Danar Ulil, perjalanan kaki dimulai dari pos Cunthel Kopeng Salatiga Sabtu malam (16/8) hingga sampai puncak Merbabu pada Ahad (17/8). “Di salah satu puncak Merbabu dengan tower puncak mencapai 2985 m di atas permukaan laut ini, kami mengadakan upacara bendera kemerdekaan yang diikuti rombongan pendaki lainnya,” tuturnya kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Senin (18/8).

Aktivis Matan Kudus Kibarkan Merah Putih di Puncak Merbabu (Sumber Gambar : Nu Online)
Aktivis Matan Kudus Kibarkan Merah Putih di Puncak Merbabu (Sumber Gambar : Nu Online)

Aktivis Matan Kudus Kibarkan Merah Putih di Puncak Merbabu

Danar mengatakan, pendakian dan pengibaran sang Saka Merah Putih ini merupakan bagian dari refleksi hari kemerdekaan Indonesia yang memasuki usia 69 tahun. Ia sengaja memilih gunung Merbabu karena sejarah membuktikan daerah ini merupakan wilayah perjuangan para patriot bangsa dalam merebut kemerdekaan.

?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kita mememperingati kemerdekaan sekaligus napak tilas daerah yang pernah menjadi medan perjuangan patriot bangsa,” ujar Mahasiswa yang juga pengurus Departemen Kaderisasi Matan Kudus.

Kegiatan memperingati hari kemerdekaan di puncak Merbabu ini membawa kesan tersendiri bagi peserta. Menurut salah seorang anggota, Anita Rahmawati, momen upacara 17 Agustus 2014 ini sangat luar biasa sebab biasanya hanya dilakukan di sekolah atau kampus.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Namun pada tahun ini dengan perjuangan sekuat tenaga bisa melaksanakannya di Gunung Merbabu. Subhanallah, penuh haru dan bangga,” tutur anggota Pramuka Racana Muria Whira Shima UMK. (Qomarul Adib/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, Pahlawan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 02 Februari 2018

BNN Libatkan Pesantren untuk Rehabilitasi Pengguna Narkoba

Sumenep, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, akan melibatkan pondok pesantren untuk merehabilitasi para pengguna narkoba.

BNN Libatkan Pesantren untuk Rehabilitasi Pengguna Narkoba (Sumber Gambar : Nu Online)
BNN Libatkan Pesantren untuk Rehabilitasi Pengguna Narkoba (Sumber Gambar : Nu Online)

BNN Libatkan Pesantren untuk Rehabilitasi Pengguna Narkoba

"Rehabilitasi tidak hanya dilakukan dari sisi medis, akan tetapi juga dari sisi mental atau rohani. Oleh karena itu, kami akan melibatkan pengasuh pondok pesantren," kata Kepala BNN Sumenep Bambang Sutrisno di Sumenep, Jumat.

Sejak terbentuk pada 29 September 2015, BNN Sumenep secara berkala menggelar sosialisasi bahaya narkoba ke publik, baik di instansi pemerintah, lembaga pendidikan, maupun pesantren.

"Dalam kegiatan tersebut, kami sekaligus mengajak warga untuk berperan aktif mencegah dan memberantas penyalahgunaan narkotika, termasuk mendukung program BNN untuk merehabilitasi korban," ujarnya.

Ia menjelaskan, saat ini, pengasuh dua pesantren di Sumenep bersedia untuk menjadi mitra BNN.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kami memang diperkenankan melibatkan elemen luar untuk merehabilitasi korban narkotika. Nantinya elemen luar yang bersedia dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh BNN akan ditetapkan sebagai lembaga rehabilitasi," katanya.

Sejak beberapa waktu lalu, BNN Sumenep melakukan pemetaan untuk mencari dan menjaring pemangku kepentingan lainnya guna terlibat dalam rehabilitasi.

"Selain dua ponpes, ada satu rumah sakit di Sumenep yang bersedia menjadi mitra kerja BNN. Namun, untuk sementara, lembaga milik mereka belum ditetapkan sebagai tempat rehabilitasi. Saat ini masih dalam proses pemetaan," ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bambang juga mengemukakan, pada tahun ini BNN Sumenep fokus menyiapkan klinik pratama sebagai tempat rehabilitasi.

"Kami menargetkan klinik pratama tersebut bisa beroperasi pada 2017. Sementara untuk elemen luar yang akan kami libatkan dalam program rehabilitasi korban narkotika masih dalam pemetaan atau belum diformalkan," katanya. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 01 Februari 2018

GP Ansor Ziarahi Makam Pendiri Muhammadiyah

Yogyakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) akan menggelar Kongres XV pada 25-28 November 2015 di Yogyakarta. Kongres merupakan forum tertinggi dalam organisasi kepemudaan di bawah Nahdlatul Ulama ini.

Kongres GP Ansor akan digelar di Pesantren Sunan Pandanaran, Jl Kaliurang Km 12,5, Sardonoharjo, Sleman, Yogyakarta. Kongres akan diikuti oleh sekitar 3.000 utusan dari unsur pimpinan pusat, pimpinan wilayah, dan pimpinan cabang se-Indonesia.

GP Ansor Ziarahi Makam Pendiri Muhammadiyah (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Ziarahi Makam Pendiri Muhammadiyah (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Ziarahi Makam Pendiri Muhammadiyah

Sebelum Kongres digelar, panitia juga menggelar sejumlah kegiatan di antaranya pada hari ini Senin (23/11) dilaksanakan Ziarah ke makam sejumlah tokoh dan alim ulama di Yogyakarta.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ziarah yang diikuti oleh Kader GP Ansor, khususnya Barisan Ansor Serbaguna (BANSER) yakni ke makam KH Moenawir, KH Ali Maksum.

GP Ansor juga akan menziarahi makam pendiri dan tokoh Muhammadiyah yakni KH Ahmad Dahlan di Karangkajen dan Ki Bagus Hadikusumo di Kuncen. “Ini adalah bagian dari tradisi GP Ansor dan NU untuk selalu menghormati dan menghargai para pendahulu kita yang telah banyak berjasa,” kata Alfa Isnaeni, Ketua Satuan Koordinasi Nasional BANSER di sela-sela acara Ziarah, Senin (23/11/2015).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Setelah itu kemudian ziarah ke makam KH Nur Iman Mlangi. Terakhir ke makam KH Mufid Masud, pendiri Pesantren Sunan Pandanaran.

Alfa menambahkan, melalui ziarah ini kader-kader Ansor dan Banser berharap dapat barokah, mengambil hikmah sejarah? dan inspirasi dari perjuangan mereka untuk umat, bangsa, negara dan agama.

“Kami berharap Kongres XV GP Ansor di Yogyakarta nanti berjalan sukses, mampu menghasilkan gagasan-gagasan baru untuk bangsa Indonesia, dan ummat,” kata Alfa.

Kongres XV GP Ansor

Kongres adalah forum tertinggi untuk pengambilan keputusan. Kongres XV GP Ansor akan membahas dan menetapkan sejumlah keputusan-keputusan penting terkait dengan arah dan kebijakan organisasi, masalah kebangsaan, dan keummatan.

Kongres XV juga akan melaksanakan regenerasi kepengurusan Pimpinan Pusat GP Ansor dalam periode 5 tahun mendatang. Kongres XV GP Ansor mengambil tema “Menjaga Keutuhan Bangsa, memperkuat Kedaulatan Negara, Meluhurkan Nilai Kemanusiaan.”

Kongres XVGP Ansor juga dirangkai dengan kegiatan Silaturahmi Akbar, Apel BANSER, Pameran dan Bazaar, Dialog Sosok Inspiratif dan Sukses, Khalaqoh Kiai Muda,? Batsul Massail, hingga Pentas Seni dan Budaya.

GP Ansor

Gerakan Pemuda Ansor (disingkat GP Ansor) adalah sebuah organisasi kemasyaratan pemuda di Indonesia, yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini didirikan pada tanggal 24 April 1934. GP Ansor juga mengelola Barisan Ansor Serbaguna (Banser).

GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat. (Faktkhul Maskur/Abdullah Alawi)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sunnah, Kiai, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 15 Januari 2018

Anggaran Pemkab Seret, Warga Galang Dana Untuk Masjid Jami’ Jember

Jember, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Penghentian bantuan dana hibah APBD Jember untuk Masjid Jami’ Al-Baitul Amin? mengundang simpati sejumlah elemen masyarakat, antara lain wartawan dan tokoh masyarakat yang tergabung dalam grup WhatsApp Tokoh Masyarakat Jember. Mereka sejak lama sudah menggalang dana untuk renovasi masjid kebanggaan warga Jember itu. Aksi galang dana ini menggunakan tagar #MasjidJamikku.

Seperti diketahui, Pemkab Jember memutuskan untuk menghentikan kucuran dana hibah untuk masjid Jami’ Al-Baitul Amin mulai tahun ini. Alasannya adalah terbitnya peraturan bahwa dana hibah tidak boleh diberikan berulang-ulang kepada ormas, masjid maupun kelompok masyarakat.

Anggaran Pemkab Seret, Warga Galang Dana Untuk Masjid Jami’ Jember (Sumber Gambar : Nu Online)
Anggaran Pemkab Seret, Warga Galang Dana Untuk Masjid Jami’ Jember (Sumber Gambar : Nu Online)

Anggaran Pemkab Seret, Warga Galang Dana Untuk Masjid Jami’ Jember

Tahun lalu, bantuan dana hibah sudah dianggarkan dalam APBD Kabupaten Jember. Tetapi ternyata tidak bisa cair. Tahun ini, DPRD Jember kembali menganggarkan bantuan hibah untuk masjid tersebut.Tapi belakangan Pemkab Jember justru menegaskan bantuan itu tidak bisa dicairkan karena tahun-tahun sebelumnya, Masjid Jami’ Al-Baitul Amin sudah pernah menerima dana hibah.

Hal ini juga berlaku bagi PCNU Jember, DPD Muhammadiah dan lembaga lainnya yang? sebelumnya pernah menerima dana hibah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Simpatipun bermunculan. Sejumlah elemen yang sudah memberikan bantuan tagar #MasjidJamikku antara lain adalah Kapolres Jember Kusworo Wibowo, Komandan Kodim? 0824 Rudianto, Kapolres Musi Banyuasin Rahmat Hakim, Wakil Dirlantas Polda Jawa Timur Sabilul Alif, Kajari Jember Ponco Hartanto, Ketua DPRD Jember Thoif Zamroni, Ketua GP Ansor Jember Ayub Junaidi, Rektor IAIN Jember Babun Suharto, dan Ketua MUI Jember Abdul Halim Subahar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua Yayasan Masjid Jami’ Al-Baitul Amin Hasin Syafrawi menyambut baik upaya penggalangan dana tersebut. Menurut Hasin, renovasi dan perawatan masjid ini memang membutuhkan dana besar. Setiap tahun sejak masa khidmat Bupati Abdul Hadi hingga MZA Djalal, Yayasan Masjid Jami’ Al-Baitul Amin selalu mendapat bantuan dana dari Pemkab Jember.

"Sekarang, katanya sudah distop. Walaupun masjid ini milik pemkab, kita coba mandiri. Saya yakin bisa," jelasnya kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jember, Sabtu (8/7).

Donasi untuk #MasjidJamikku bisa disalurkan ke rekening Yayasan Masjid Jami Al-Baitu Amien Jember, di Bank Muamalat Cabang Jember, dengan nomor rekening 7310023054. (Aryudi A Razaq/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah, Berita, Tokoh PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 30 Desember 2017

Tashilul Masalik, Terjemah dan Syarah Alfiyyah Berbahasa Sunda

Ini adalah halaman muka dari kitab “Tashîlul Masâlik” yang merupakan terjemah dan penjelasan (syarh) berbahasa Sunda atas nazham al-Khullâshah atau Alfiyyah Ibn Mâlik, puisi seribu bait yang menghimpun teori ilmu gramatika Arab secara lengkap dan sangat populer keberadaannya.

Pengarang kitab “Tashîlul Masâlik fî Syarh Alfiyyah Ibn Mâlik” yang berbahasa Sunda beraksara Arab (pegon) ini adalah Ajengan Muhammad Abdullah bin Hasan dari Kampung Kongsi, Caringin, Sukabumi. Saya mendapatkan kitab ini di perpustakaan keluarga di Mirat Majalengka, milik adik saya al-Fadhil A. Gumilar Irfanullah, yang merupakan koleksi beliau saat dulu belajar di Pesantren Bait al-Arqom, Bandung.

Tashilul Masalik, Terjemah dan Syarah Alfiyyah Berbahasa Sunda (Sumber Gambar : Nu Online)
Tashilul Masalik, Terjemah dan Syarah Alfiyyah Berbahasa Sunda (Sumber Gambar : Nu Online)

Tashilul Masalik, Terjemah dan Syarah Alfiyyah Berbahasa Sunda

Dalam lembaran sejarah keilmuan Islam, kitab Alfiyyah Ibnu Mâlik demikian populer dan melegenda. Alfiyyah Ibnu Mâlik adalah salah satu pusaka dan referensi ilmu Nahwu-Sharaf (gramatika-morfologi Arab) yang paling pucuk. Pengarangnya, Ibnu Malik, dinobatkan sebagai Tâj ‘Ulamâ an-Nuhât, Mahkota Ulama Nahwu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Semenjak masa ditulisnya hingga masa sekarang, kitab tersebut banyak dikaji dan dijadikan panduan utama di bidang kajian linguistik Arab, baik di Timur atau pun Barat. Di kalangan akademisi Barat, kitab ini terkenal dengan sebutan The Thousand Verses. Puluhan syarah (komentar atau penjelasan), hâsyiah (ulasan panjang, komentar atas komentar), dan ikhtishâr (ringkasan) telah lahir dari kitab berisi seribu bait nazmah (puisi) tersebut.

Nah, kitab Alfiyyah Ibnu Mâlik ini kemudian diterjemah dan disyarah dalam bahasa Sunda oleh Ajengan Muhammad Abdullah bin Hasan Kongsi (Sukabumi). Terjemah dan syarah ini terdiri dari dua volume (juz). Belum diketahui tahun berapa karya ini diselesaikan. Edisi pertama versi cetakan kitab ini dikeluarkan oleh “Maktabah Anda” Sukabumi (tanpa tahun), lalu dicetak ulang oleh “Maktabah al-Haram Carain” Jeddah-Singapura-Indonesia (juga tanpa tahun).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tentang sosok penulis syarah ini, yaitu Ajengan Muhammad Abdullah bin Hasan, juga belum banyak saya dapatkan data dan informasinya. Pada kitab tersebut beliau menuliskan berasal dari Kampung Kongsi, Desa Caringin, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Tertulis dalam pembukaan kitab;

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

(Diterjemahkeun kana Basa Sunda ku jalma anu doip tur bodo Muhammad Abdullah bin Hasan urang kampong Kongsi, Desa Caringin, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Kalayan dingaranan ieu tarhamah ku “Tashil-ul Masalik fi Tarjamah Alfiyyah Ibnu Malik”).

Saat ini, Desa Caringin sudah menjadi kecamatan tersendiri yang merupakan pengembangan dari Kecamatan Cibadak. Saya pun mencoba menelusuri informasi keberadaan beliau dengan pergi ke Caringin, Sukabumi, yang juga kampung mertua saya.

Tak jauh dari Caringin, yaitu di Desa Babakan Tipar, Cicantayan, Sukabumi, ada sebuah pesantren salaf bernama “as-Salafiyah II”. Pengasuh pesantren ini, yaitu Ajengan KH Syihabuddin, adalah kawan dekat sang pensyarah. Diceritakan oleh istri beliau, bahwa Ajengan KH Syihabuddin dan Ajengan Muhammad Abdullah dulu sama-sama belajar di Pesantren Cibeureum, Sukabumi, pada KH Syuja’i.

KH Syuja’i Cibeureum adalah sosok yang terkenal sebagai pakar ilmu alat (nahwu) di Tatar Sunda. Salah satu kitab yang sering beliau bacakan dan ajarkan adalah Alfiyyah Ibnu Malik. Nah, keterangan yang diberikan oleh Ajengan KH Syuja’i itulah yang kemudian dirangkum oleh Ajengan Muhammad Abdullah dan dikembangkan menjadi “Tashîlul Masâlik fî Tarjamah wa Syarh Alfiyyah Ibn Mâlik” dalam Bahasa Sunda.

Selain merujuk dari keterangan KH Syuja’i Cibeureum, pensyarah juga merujuk pada kitab-kitab syarah Alfiyyah lainnya yang ditulis dalam bahasa Arab, seperti Syarah Ibn ‘Aqîl, Audhah al-Masâlik, Tanwir al-Hawalik, Dahlân Alfiyyah, Hasyiah al-Khudhari, dan lain sebagainya.

Ajengan Muhammad Abdullah termasuk sosok “santri kelana”. Beliau tidak menetap di satu tempat. Bahkan hingga usia “matang” pun beliau masih tetap belajar dari pesantren ke pesantren. Meski lahir dan besar di Kampung Kongsi, Caringin, Sukabumi, beliau pernah berkarir di Pesantren Babakan Tipar bersama KH Syihabuddin, lalu pindah ke Cisaat, lalu pindah lagi ke Cikidang. Di sanalah beliau sempat membuka pesantren hingga wafat.

Selain Ajengan Muhammad Abdullah Kongsi (Sukabumi), terdapat juga beberapa ulama Nusantara lainnya yang menulis teremah dan syarah atas nazham “Alfiyyah Ibn Mâlik”, di antaranya adalah KH Bisri Musthofa (Rembang, Jawa Tengah, ayahanda dari KH Musthofa Bisri atau Gus Mus), yang menerjemahkan dan mensyarah Alfiyyah dalam bahasa Jawa (beraksara Arab Pegon) dan diterbitkan oleh Penerbit Menara Kudus pada tahun 1960-an.

Terdapat pula KH Abul Fadhol (Senori, Tuban), yang menulis syarah Alfiyyah dalam bahasa Arab, berjudul “Tashîlul Masâlik fî Syarh Alfiyyah Ibn Mâlik”. Judul ini sama dengan yang dipakai oleh Ajengan Muhammad Abdullah Sukabumi. Syarah milik KH Abdul Fadhol Senori ditulis dalam bahasa Arab yang sangat bagus dan sempurna, juga dengan kulaitas syarah yang sangat luar biasa. Saat ini syarah tersebut dipelajari di beberapa pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur, di antaranya adalah Pesantren Sarang Rembang (Jawa Tengah) dan Pesantren Mamba’us Sholihin Gresik (Jawa Timur). (A. Ginanjar Sya’ban)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Warta, Aswaja, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 21 Desember 2017

Gus Dur itu Sang Pembela Sejati

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Haul kelima KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) digelar di kantor Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa Jl Raden Saleh Jakarta Pusat, Selasa (23/12). Acara yang digelar di lantai 4 tersebut berlangsung meriah.

Gus Dur itu Sang Pembela Sejati (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur itu Sang Pembela Sejati (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur itu Sang Pembela Sejati

Acara bertajuk “Gus Dur adalah Kita” ini menghadirkan beberapa narasumber antara lain Juru Bicara Presiden Gus Dur KH Yahya Cholil Staquf, Wasekjen PBNU Abdul Munim DZ, Budayawan Arswendo Atmowiloto, pelawak Kirun dan Tarsan, serta Dosen Antropologi Pascasarjana STAINU KH Agus Sunyoto.

Acara yang dimoderatori mantan Ketum PB PMII Abdul Malik Haramain ini berlangsung seru menyusul lontaran joke-joke Gus Dur yang disampaikan para pembicara.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebelumnya, Muhaimin Iskandar menyampaikan pidato selaku Ketua Umum PKB dalam rangka Haul Kelima Gus Dur. Sejumlah kegiatan yang dijadwalkan tiga hari, 23-25 Desember 2014, diselenggarakan untuk memperingati lima tahun wafatnya tokoh NU, pendiri PKB dan juga Presiden keempat Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab dipanggil Gus Dur itu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Perjuangan Gus Dur sangat berarti bukan hanya buat PKB, namun juga bagi bangsa ini. Ya, kalau mau dirunut, cita-cita dan gagasan Gus Dur itu punjer-nya, basisnya adalah manusia. Untuk terus menjadikan pikiran, perjuangan dan pengalaman Gus Dur sebagai rujukan. Karena beliau masuk ke ruang-ruang di mana semua kita ada,” ujar Cak Imin.

Orang yang paling tertindas, lanjutnya, pernah merasa dibela Gus Dur. Orang kaya dan orang besar bahkan pernah dibela Gus Dur. “Saya bahkan tidak pernah mengira, Gus Dur yang sangat anti terhadap Pak Harto, ternyata juga membela Pak Harto. Ini sesuatu yang tidak kita sangka,” ungkapnya.

Senada dengan Cak Imin, Arswendo Atmowiloto yang pernah dibela Gus Dur soal berita di Tabloid Monitor pun menilai mantan Ketua Umum PBNU tiga periode ini pembela sejati. “Bagi saya, Gus Dur mungkin bukan wali. Ya, Gus Dur lebih tinggi dari itu. Aslinya, sampai sekarang pun saya yakin beliau itu dewa. Cuma nyamar jadi kiai,” ujar Arsendo disambut tepuk tangan hadirin.

Bagi dia, ukuran kemanusiaan yang disempatkan kepada Gus Dur tidak semuanya tepat. “Saya nggak habis pikir, bahwa apa untungnya membela saya. Toh saya nggak kenal dekat dengan Gus Dur. Bahkan gara-gara membela saya, Gus Dur disidang para kiai,” ucapnya. (Musthofa Asrori/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, Anti Hoax, Kajian PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 15 Desember 2017

Bupati Inhu: Adakah yang Lebih Berjasa Selain NU dan Ulama?

Indragiri Hulu, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah?



Bupati Indragiri Hulu (Inhu) H. Yopi Arianto mengatakan organisasi Nahdlatul Ulama dan para ulama sangat berjasa pada negeri ini. Ia melontarkan hal itu pada pada pembukaan Liga Santri Nusantara Region V Riau-Kepri di Indragiri Hulu. ?

“Kalau kita ngaku sebagai orang Indonesia dan cinta NKRI, saya ingin tanya kepada hadirin sekalian, apakah ada yang lebih berjasa dibandingkan dengan Nahdlatul Ulama dan ulama?" tanyanya di tengah 10 ribuan massa yang memadati Stadion Nara Singa Rengat 27 Agustus lalu.

Bupati Inhu: Adakah yang Lebih Berjasa Selain NU dan Ulama? (Sumber Gambar : Nu Online)
Bupati Inhu: Adakah yang Lebih Berjasa Selain NU dan Ulama? (Sumber Gambar : Nu Online)

Bupati Inhu: Adakah yang Lebih Berjasa Selain NU dan Ulama?

Labih laniut Yopi menandaskan "Dari sejarah, kita belajar bahwa negeri ini merdeka dari darah dan airmata ulama, bukan pemberian gratis dari penjajah seperti negara sebelah," selorohnya yang disambut gelak tawa hadirin.?

Yopi melanjutkan, tidak akan ada peristiwa 10 November 1945 yang kemudian kita kenal sebagai Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tahun bila KH Hasyim Asyari tidak pernah mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. "Catat itu!" tegasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Yopi selanjutnya mengungkapkan keprihatinannya terhadap prestasi olahraga Indonesia di kancah regional dan internasional. "Kalau dahulu para ulama berjuang merebut kemerdekaan, tugas kita hari ini sebagai kaum santri adalah mengisinya. Salah satunya melalui prestasi olahraga. Bahwa olahraga adalah bagian dari marwah Bangsa yang harus diperjuangkan. Termasuk didalamnya sepakbola. LSN adalah jawaban dari pesantren untuk prestasi sepakbola di masa mendatang."

Seperti diketahui, perhelatan Liga Santri Nusantara Region V Provinsi Riau dipusatkan di Kabupaten Indragiri Hulu mengingat beberapa faktor, diantaranya adalah dukungan stakeholder daerah dan kesiapan infrastruktur olahraga dan fasilitas pendukung lainnya. Di Riau, LSN diikuti oleh 16 pesantren/kesebelasan dan di Kepulauan Riau juga diikuti oleh 16 kesebelasan. Riau dan Kepri tergabung dalam region yang sama, yakni Region Sumatra V.? (Ali/Abdullah Alawi)





Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 14 Desember 2017

Cincin, Batu Akik dan Sunnah Rasul

Bagi orang yang memiliki hobi mengumpulkan berbagai macam cindera mata dan pernak-pernik, ada baiknya menambah koleksinya dengan batu akik. Yaitu batu mulia yang memiliki warna yang indah dan elok dipandang. Hal ini tidak semata karena fungsinya sebagai perhiasan, tetapi juga nilai kesunnahan yang terdapat di dalamnya.?

Dalam fatawi Ibnu Hajar al-Haytami al-Kubro diterangkan bahwa terdapat beberapa hadits yang menerangkan hikmah penggunaan cincin dengan batu akik yang dapat mendatangkan berkah dan menghindarkan diri dari kefaqiran. Karena sesungguhnya mereka yang memakai cincin berbatu akik senantiasa menikmati keindahan.

Bahkan dalam satu hadits dhaif diterangkan bahwa batu yaqut warna kuning dapat mencegah pemakainya dari penyakit sampar (tha’un). Namun mengatasi batu akik itu sendiri yang terpenting adalah memakai cincin, meskipun cincin tanpa batu.Demikianlah keterangan lengkapnya:

وورد التختم بالعقÙ? Ù‚ أحادÙ? Ø« Ù…Ù? ها Ø£Ù? Ù‡ Ù? Ù? فى الفقر وأÙ? Ù‡ مبارك وإÙ? Ù…Ù? تختم به لم Ù? زل Ù? رى Ø®Ù? را وكلها لم Ù? ثبت Ù…Ù? ها Ø´Ù? ئ كما قاله الحفاظ وورد بسÙ? د ضعÙ? ف Ø£Ù? التختم بالÙ? اقوت الأصفر Ù? Ù…Ù? ع الطاعوÙ? وبما تقرر Ù…Ù? Ø£Ù? الفص تارة Ù? كوÙ? Ù…Ù? الخاتم وتارة Ù? كوÙ? Ù…Ù? غÙ? ره Ù…Ù? قولهم السابق Ù? جوز لبس الخاتم وإÙ? لم Ù? ÙƒÙ? فص...

Cincin, Batu Akik dan Sunnah Rasul (Sumber Gambar : Nu Online)
Cincin, Batu Akik dan Sunnah Rasul (Sumber Gambar : Nu Online)

Cincin, Batu Akik dan Sunnah Rasul

?

Redaktur: Ulil Hadrawy ? ?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah, Berita, Hadits PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sidang Pleno, Rais Aam Berharap Hasil Munas-Konbes Solutif

Lombok Barat, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rais Aam PBNU KH Maruf Amin secara resmi membuka Sidang Pleno Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2017 yang digelar di Pondok Pesantren Darul Quran, Bengkel, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (25/11).

Sidang Pleno, Rais Aam Berharap Hasil Munas-Konbes Solutif (Sumber Gambar : Nu Online)
Sidang Pleno, Rais Aam Berharap Hasil Munas-Konbes Solutif (Sumber Gambar : Nu Online)

Sidang Pleno, Rais Aam Berharap Hasil Munas-Konbes Solutif

Sidang Pleno menjelang penutupan ini diisi laporan dari sidang-sidang komisi, antara lain Bahtsul Masail Maudluiyah, Bahtsul Masail Waqiiyah, Bahtsul Masail Qanuniyah, Organisasi, Program, dan Rekomendasi. Sebelumnya diskusi intensif dilaksanakan masing-masing komisi di forum terpisah.

Rais Aam berharap hasil dari keputusan Munas-Konbes NU kali ini menjadi solusi dan sumbangsih signifikan bagi kehidupan bangsa dan negara, dan bisa menjadi panduan bagi seluruh warga NU di berbagai tingkatan, mulai dari pusat, wilayah, cabang, wakil cabang, hingga ranting.

"Menjadi garis-garis yang akan menjadi panduan bagi langkah-langkah NU ke depan," kata Kiai Maruf didampingi Wakil Rais Aam KH Miftahul Ahyar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sidang dipimpin oleh Ketua PBNU Robikin Emhas. Turut duduk di atas panggung, Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, Ketua PBNU H Marsudi Syuhud. Sidang pleno diikuti oleh seluruh peserta Munas-Konbes NU 2017 yang terdiri dari delegasi PWNU seluruh Indonesia, utusan pondok pesantren, dan lain sebagainya. 

Musyawirin (sebutan untuk peserta forum ini) sebelumnya tersebar di enam sidang komisi, yakni Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan aktual), Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Maudlu’iyyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan tematik), Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qanuniyyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan berkaitan dengan perundang-undangan), Program, Organisasi, dan Rekomendasi.

Perhelatan yang dibuka Presiden Joko Widodo ini akan ditutup Wakil Presiden Jusuf Kalla sekitar pukul 13.30 WITA di lokasi sidang pleno. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 09 Desember 2017

Kontribusi Cina dalam Islamisasi Nusantara

Proses penyebaran Islam di Nusantara telah melalui babakan sejarah yang sangat panjang. Perihal waktu yang menjadi permulaan tersebarnya agama yang pertama kali diperkenalkan di jazirah Arabia ini, para sarjana berbeda pendapat. Ada yang mengatakan sejak abad ke-7 M, yakni sejak permulaan perkembangan Islam di tanah kelahirannya, abad ke-12 M, dan seterusnya. Namun menurut Azyumardi Azra, proses laju islamisasi Nusantara yang paling cepat baru dimulai sejak abad ke-12 dan 16 M.

Dalam rentang abad ke-12 dan 16 M ini penyebaran Islam di Nusantara mulai terlihat. Sumanto Al Qurtuby yang secara khusus meneliti “islamisasi Nusantara” pada abad ke 15 dan 16 M mulai dari proses penyebarannya hingga agen-agennya menghasilkan kesimpulan yang sangat memukau. Menurutnya, islamisasi di dalam rentang waktu abad 15 dan 16 yang menjadi babakan pertama dan utama tersebarnya Islam secara luas dilakukan oleh “orang-orang Cina Muslim”.

Kontribusi Cina dalam Islamisasi Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)
Kontribusi Cina dalam Islamisasi Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)

Kontribusi Cina dalam Islamisasi Nusantara

Hasil penelitian Sumanto itu ditulis dalam bukunya yang berjudul “Arus Cina-Islam-Jawa: Peranan Tionghoa dalam Penyebaran Islam di Nusantara Abad 15 & 16” yang diterbitkan oleh penerbit buku-buku pemikiran progresif di Semarang, eLSA Press.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam buku yang berasal dari tesisnya di program magister jurusan Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga itu, secara apik dan teliti Sumanto menyajikan data-data yang sangat lengkap berkaitan dengan penyebaran Islam di Nusantara pada abad ke-15 dan 16 M. Tidak hanya menggunakan sumber-sumber lokal Nusantara seperti Babad Tanah Djawi, Babad Gresik, Babad Tuban, dan yang lainnya, ia juga mendapuk sumber-sumber lain yang berkaitan, seperti sumber-sumber Cina: Ying-yai Sheng-lan, Hsin-cha Sheng-lan, Ming Shi, dan lain-lain, sumber Portugis: Summa Oriental, sumber Arab: ‘Ajaibil Hindi, dan yang lainnya.

Selain menggunakan sumber-sumber tertulis di atas, karya intelektual NU yang kini menjadi pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals Arab Saudi, juga diperkuat dengan cerita lisan yang berkembang di masyarakat dan situs-situs sejarah seperti makam, masjid, keraton, dan peninggalan sejarah lainnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam buku setebal 300 halaman, Sekretaris Jenderal Komunitas Nahdlatul Ulama Amerika dan Kanada itu mendedahkan bahwa keberhasilan islamisasi di Nusantara lebih banyak diperankan orang-orang Cina Muslim yang melakukan perlawatan ke Nusantara pada abad ke 15 dan 16 M, baik karena kepentingan ekonomi, politik, maupun murni untuk berdakwah (hal. 39).

Perjumpaan orang-orang Cina dengan penduduk Nusantara sendiri dimulai sejak awal abad ke 5 M, dua abad sebelum Islam datang di jazirah Arabia. Islam hadir pada abad ke-7 M dan langsung dikenal penduduk Cina pasca Nabi Muhammad wafat. Penyebaran Islam di Cina dimulai ketika Khalifah Utsman bin ‘Affan (644-656 M) mengirim delegasi ke Changan yang dipimpin Sa’ad bin Abi Waqqash yang oleh sumber Cina disebut dengan “utusan Tan-mai-mo-ni” atau dalam bahasa Arab disebut “utusan amirul mukminin” (hal. 56-57).

Bukti-bukti historis penyebaran Islam di Cina abad ke-7 ini antara lain dengan peninggalan Masjid Huaisheng di Kanton (Arab: Kanfu) yang dibangun pada tahun 627 M. Masjid ini menurut para sejarawan seusia dengan Masjid Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Selain itu di Guangzhou Cina sendiri dipercaya terdapat makam Sa’ad bin Abi Waqqash yang hingga kini ramai diziarahi umat Islam (hal. xix, 56-57,).

Melalui penelusuran sejarah Islam di Cina, senior scholar di Middle East Institute National of Singapore ini, kemudian membuktikan penyebaran Islam di Nusantara yang disebarkan oleh orang-orang Cina Muslim yang melawat ke negeri ini. Para penyebar Islam di Jawa yang dikenal dengan “Walisongo” sebagian di antaranya adalah orang Cina, dan sebagian lain menikah dan dibantu orang-orang Cina. Pun dengan para raja di Jawa, banyak di antaranya yang orang Cina. Bahkan, Kerajaan Demak yang ditengarahi sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah “rezim Cina” (hal. 243).

Perihal kontribusi Cina Muslim dalam penyebaran Islam di Nusantara ini berhasil didedah secara nyata oleh Sumanto Al Qurtuby, baik melalui penelusuran terhadap “teks-teks kuno” maupun situs-situs sejarah dan keterpengaruhan budaya atau yang disebutnya dengan “Sino-Javanese Muslim Culture”.

Pertanyaannya kemudian, kenapa masyarakat Muslim Indonesia lebih banyak yang meyakini peran orang-orang Arab dalam penyebaran Islam di Nusantara? Buku yang diberi kata pengantar oleh almarhum Prof. Dr. Nurcholish Madjid ini memberikan jawaban: karena sejak kedatangan penjajah Belanda ke Nusantara, orang-orang Cina selalu dijadikan “kambing hitam” atas segala kekacauan yang sebenarnya dilakukan para penjajah Belanda sendiri demi meraup keuntungan ekonomi dan politik (hal. 224-233).

Sedangkan keberadaan Arab-Muslim di Nusantara memiliki sejarah yang “mulus” tanpa ada narasi kekerasan di dalamnya, sehingga seakan-akan perannya dalam islamisasi sangat besar, padahal orang-orang Arab sendiri baru datang ke Nusantara pada akhir abad ke-18. Karena itu kontribusinya dalam penyebaran Islam di Nusantara dipertanyakan, alasannya antara lain watak Arab yang eksklusif, yakni tertutup dan tidak membuka diri untuk bersosialisasi dengan bangsa lain. Selain itu Arab Muslim juga selalu merasa superior, yakni sebagai “trah Islam tertinggi”. Dalam relasinya dengan non Arab, Arab Muslim selalu memposisikan dirinya sebagai “kelas superordinat”, sedangkan Nusantara Muslim berada di “kelas subordinat”. Relasi demikian menurut analisis penulis buku ini, tidak mungkin akan terjadi transformasi kultural dalam kehidupan masyarakat Islam Jawa (hal. 234-236).

‘Ala kulli hal, buku Arus Cina-Islam-Jawa menemukan relevansinya bagi masyarakat Indonesia saat ini yang sedang “demam keturunan Arab” dan mudah terprovokasi dengan isu-isu SARA yang terus direproduksi. Akhirnya, seperti dikatakan Ir Soekarno, bahwa “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya”.

Data Buku

Judul Buku: Arus Cina-Islam-Jawa: Peranan Tionghoa dalam Penyebaran Islam di Nusantara Abad 15 & 16

Penulis: Sumanto Al Qurtuby

Penerbit: eLSA Press, Semarang

Cetakan: I, Januari 2017

Tebal : Iv + 300 Halaman

Peresensi: Siti Nur Halimah, Pemimpin Redaksi Majalah Justisia LPM Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hadits, Berita, Makam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 03 Desember 2017

Indonesia Tuan Rumah Dialog Lintas Agama Asia-Eropa

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Indonesia akan menjadi tuan rumah Dialog Lintas Agama Asia-Eropa yang berlangsung di Bali International Convention Center (BICC), Denpasar, Bali, mulai tanggal 21-22 Juli 2005 yang dijadwalkan dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Delegasi Indonesia dipimpin Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dengan para anggota antara lain Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi.

Tokoh-tokoh yang hadir sebagai delegasi diantaranya Amidhan (Majelis Ulama Indonesia), Andreas A Yewangoe (Persekutuan Gereja Indonesia), I Nyoman Suwandha (Parisada Hindu Dharma Indonesia), Philip K Widjaja ( Perwakilan Umat Budha Indonesia), Masykuri Abdullah (Nahdlatul Ulama), Franz Magnis Suseno (STF Driyarkara), Chandra Setiawan (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia), Parni Hadi (Wali Amanah Dompet Dhuafa), Djohan Effendi (Indonesian Conference on Religion and Peace).

Acara tersebut dibagi dalam empat sesi dimana sesi pertama bertema "commonalities in promoting interfaith harmony" dengan moderator Albert E Alejo (Philipina), panelis? Azizan Baharuddin (Malaysia), Iqbal Sacranie (United Kingdom), Azyumardi Azra (Indonesia), Viggo Mortensen (Denmark).

Sesi kedua, "barriers to interfaith harmony", dimoderatori perwakilan Metropolitan Emmanuel dari Perancis, dengan panelis Jaran Maluleem (Thailand), Abraam Velez de Cea (Spanyol), Eswaran Sukumar (Singapura), dan Judith Clara Engelina Belifante (Belanda).

Sesi ketiga, "parallel working group meetings", dimoderatori di setiap kelompok kerja masing-masing Sihasak Phuangketkeow (Thailand), Tan Sri Dato Sarji Abdul Hamid (Malaysia), Tapani Ruokanen (Finlandia), Michael Weninger (Komisi Eropa) dan dilanjutkan sesi keempat dengan moderator yang sama.(ant/mkf)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Khutbah, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Indonesia Tuan Rumah Dialog Lintas Agama Asia-Eropa (Sumber Gambar : Nu Online)
Indonesia Tuan Rumah Dialog Lintas Agama Asia-Eropa (Sumber Gambar : Nu Online)

Indonesia Tuan Rumah Dialog Lintas Agama Asia-Eropa

Sabtu, 25 November 2017

Waketum PBNU: Penulisan Sejarah Keislaman harus Dilanjutkan

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Wakil Ketua Umum PBNU H As’ad Said Ali meminta agar penulisan sejarah keislaman, terutama yang menyangkut sejarah perjuangan komunitas NU terus dilanjutkan.  Peran para ulama  dalam perjuangan kemerdekaan seolah-olah diabaikan, padahal banyak diantara kaum santri yang meninggal.

Waketum PBNU: Penulisan Sejarah Keislaman harus Dilanjutkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Waketum PBNU: Penulisan Sejarah Keislaman harus Dilanjutkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Waketum PBNU: Penulisan Sejarah Keislaman harus Dilanjutkan

Pernyataan tersebut diungkapkan dalam peluncuran buku Laskar Ulama-Santri  dan Resolusi Jihad yang digelar di Gedung Juang 45 Jakarta, Ahad (2/2).

Ia menuturkan, suatu saat pernah diberi dokumentasi perjuangan kemerdekaan oleh Des Alwi, sejarawan dan penulis asal Jakarta, tetapi peran kaum santri sama sekali tidak disebutkan didalamnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Padahal banyak sekali santri yang meninggal waktu perjuangan kemerdekaan,” tandasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Untuk itu, ia mengapresiasi langkah Zainul Millal dalam menelusuri dan menuliskan peran ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan ini.

“Ini merupakan langkah awal untuk menuliskan sejarah selanjutnya,” tegasnya.

Ditegaskannya, para ulama memiliki peran sangat besar sejak zaman zaman Kesultanan Demak yang menyerang Malaka, kemudian Sultan Agung yang menyerang Jayakarta sampai zaman Diponegoro yang selanjutnya, para keturunannya melahirkan para kiai dan pejuang kemerdekaan.

Dengan latar belakang sejarah inilah, Indonesia menjadi sebuah negara nasionalis yang religius, bukan sebuah negara agama atau negara sekuler dan bisa hidup damai sampai sekarang.

Dalam pertemuan dengan para ulama Afganistan, mereka menanyakan, bagaimana Indonesia bisa menyatukan nasionalisme sekaligus agama sehingga bisa hidup damai. Mereka sendiri merasa kelelahan menghadapi perang selama 32 tahun terus menerus yang sampai sekarang belum selesai.

“Karena itu, mereka saya ajak ke sini untuk belajar tentang kebangsaan ini,” paparnya.

Buku Sejarah Ulama-Santri yang dalam satu bulan ini sudah cetak ulang yang kedua ini menelusuri jejak perjuangan para ulama, termasuk peran penting dalam pertempuran 10 November di Surabaya, yang dalam sejarah umum sampai saat ini belum banyak diungkap. (mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, IMNU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 18 November 2017

RI-Rusia Sepakati Delapan Kerja Sama

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Era baru hubungan RI dan Rusia dimulai. Kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (6/9) disambut hangat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pertemuan kedua pemimpin negara akhirnya menghasilkan kesepakatan atas delapan kerja sama dalam berbagai bidang, termasuk kerja sama di bidang energi dan pertambangan.



RI-Rusia Sepakati Delapan Kerja Sama (Sumber Gambar : Nu Online)
RI-Rusia Sepakati Delapan Kerja Sama (Sumber Gambar : Nu Online)

RI-Rusia Sepakati Delapan Kerja Sama

Putin tiba di Istana Merdeka sekitar pukul 12.25. Dia disambut dengan upacara kenegaraan dengan 21 dentuman meriam. Selama satu jam, Putin dan SBY melakukan pertemuan bilateral. Kunjungan Putin ini merupakan sejarah bagi hubungan kedua negara. Putin adalah presiden pertama Rusia yang berkunjung ke Indonesia.

Seusai bertemu, keduanya menyaksikan menandatanganan nota kesepahaman atas delapan kerja sama oleh para pejabat kedua negara di bidang lingkungan hidup, promosi investasi, pelatihan olahraga, audit keuangan, pinjaman pemerintah, terorisme, budaya, dan keuangan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kesepakatan pertama terkait dengan audit keuangan negara yang ditandatangani oleh Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Anwar Nasution dan Kepala Badan Audit Rusia S.V. Stephasin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Saat kedua pemimpin negara mengadakan jumpa pers, Putin mengungkapkan rasa puas dan senangnya bisa berkunjung ke Indonesia. Putin pun mengucapkan selamat kepada Presiden SBY atas prestasi ekonomi yang dicapai pemerintah RI dalam beberapa tahun terakhir.

"Martabat Indonesia di gelanggang internasional semakin tinggi," sanjung Putin.

"Kami memandang persetujuan ini sebagai suatud asar hukum untuk mendorong perkembangan hubungan di antara pengusaha kedua negara kita," kata Putin.

Sementara itu, Presiden SBY yang merasa terhormat atas kunjungan pemimpin Kremlin (julukan bagi pemerintah Rusia) itu mengatakan, kerja sama ekonomi RI-Rusia sat ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan potensi yang ada. Namun, presiden juga menyinggung, dalam waktu dekat peningkatan hubungan akan dilakukan, termasuk menaikkan neraca perdagangan kedua negara, dari 700 juta dolar AS menjadi 1 milyar dolar AS. (dar)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, Pendidikan, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 15 November 2017

Pendekar Pagar Nusa Siap Amankan Konfercab NU Subang

Subang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Subang, Jawa Barat akan menggelar Konferensi Cabang (Konfercab) di Pesantren Pagelaran III Cisalak, Subang, Jawa Barat. Rabu (21/8) besok

Pendekar Pagar Nusa Siap Amankan Konfercab NU Subang (Sumber Gambar : Nu Online)
Pendekar Pagar Nusa Siap Amankan Konfercab NU Subang (Sumber Gambar : Nu Online)

Pendekar Pagar Nusa Siap Amankan Konfercab NU Subang

Dari pantauan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, rombongan yang sudah tampak hadir di lokasi konfercab sejak selasa sore adalah para pesilat Pagarnusa Kabupaten Subang.

Menurut Totoh Bustanul Arifin, Ketua Pagarnusa Subang, ia bersama para pesilat pagarnusa sengaja hadir lebih awal karena ditugaskan sebagai salah satu tim pengamanan konfercab.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kita ditugaskan jadi keamanan, jadi sengaja hadir lebih awal," katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pesilat yang dikerahkan, tambah Totoh adalah para pesilat dari Pesantren Al-Karimiyyah Pungangan, Patokbeusi. Salah satu pertimbangannya adalah karena mereka memiliki atribut Pagarnusa yang cukup lengkap.

"Yang diturunkan 20-an pesilat, mereka dari Al-Karimiyyah. Kita optimis acara Konfercab-nya akan aman. Kalau pun ada hal-hal yang tidak diinginkan, kita bersama tim keamanan siap menanganinya," ungkap Totoh

Selain Pagarnusa, tim keamanan yang diturunkan dalam Konfercab PCNU Subang ini adalah para anggota dari Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Subang.

Redaktur     : Abdullah Alawi 

Kontributor : Aiz Luthfi

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sholawat, Berita, Warta PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 14 November 2017

Wabup Jombang: Saya Belajar Organisasi dari IPPNU

Jombang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Jombang Hj Munjidah Wahab mengajak kepada kader-kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) setempat siap berada di berbagai sektor penting, baik di elemen masyarakat ataupun di pemerintahan.

Menurut Munjidah, kader IPNU-IPPNU adalah selain kader NU, juga sebagai kader bangsa, mereka hendaknya belajar dengan baik dan memaksimalkan waktunya untuk mengabdi kepada NU dan bangsa.

Wabup Jombang: Saya Belajar Organisasi dari IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Wabup Jombang: Saya Belajar Organisasi dari IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Wabup Jombang: Saya Belajar Organisasi dari IPPNU

Mantan ketua IPPNU tahun 1966 itu mengungkapkan bahwa dirinya bisa menjadi Wakil Bupati Jombang karena banyak belajar dari organisasi ke-NU-an hingga sekarang ini. Pengalaman-pengalaman berorganisasi tersebut menjadi salah satu modal mendasar dirinya untuk memimpin kota Jombang.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Saya tahu betul keberadaan IPPNU. Saya mengenal awal organisasi itu adalah IPPNU. Jadi modal awal saya bisa seperti sekarang ini dari IPPNU,” ungkapnya saat memberikan arahannya di Konferensi Cabang (Konfercab) IPNU-IPPNU Cabang Jombang, Kamis (31/12).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di sisi lain ia menuturkan bahwa perjuangan tidak boleh dilandasi pamrih dan mencari kedudukan atau jabatan, melainkan keikhlasan dan ketekunan. “Semuanya karena ketekunan kita, karena istiqomah kita, jadi berjuang itu tidak untuk pamrih untuk mencari jabatan, kedudukan, harus jadi ketua dan lain sebagainya. Tidak. Saya tidak mengira sama sekali akan jadi Wakil Bupati Jombang, dan sebelumnya tidak ada arah ke sana,” pungkasnya. (Syamsul Arifin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 12 November 2017

Al-Quran, antara Penyimpangan dan Fungsi

Oleh Anwar Kurniawan

Kelesetarian Al-Qur’an, sejak diturunkan 23 abad lalu secara gradual, nyata masih eksis hingga kini. Al-Qur’an, secara sederhana merupakan respon Tuhan terhadap berbagai persoalan dan diyakini adaptif-solutif terhadap segala persoalan umat manusia.

Lebih jauh, ragam persepsi masyarakat, baik generasi Islam awal maupun setelahnya dalam menyikapi rangkaian firman Tuhan yang termanifestasikan dalam kitab suci umat Islam ini juga menarik untuk diperhatikan.

Secara umum, tujuan orang membaca Al-Qur’an dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok besar (Ahmad Rafiq: 2006). Pertama, membaca Al-Qur’an sebagai ibadah. Tujuan ini berhubungan dengan ajaran yang selama ini dipegangi kaum muslimin bahwa "membacanya adalah ibadah". Sehingga, hal itu mendorong kaum muslimin untuk membacanya sebanyak mungkin, terlepas dari ada tidaknya pemahaman terhadap teks yang sedang dibaca. ?

Al-Quran, antara Penyimpangan dan Fungsi (Sumber Gambar : Nu Online)
Al-Quran, antara Penyimpangan dan Fungsi (Sumber Gambar : Nu Online)

Al-Quran, antara Penyimpangan dan Fungsi

Kedua, membaca Al-Qur’an untuk mencari petunjuk. Untuk tujuan ini, seorang muslim atau bahkan non-muslim yang pengkaji Al-Qur’an, akan membaca sebagian atau keseluruhan. Pembacaan tersebut ditujukan supaya mendapatkan petunjuk tertentu dari Al-Qur’an.? Petunjuk yang dimaksud bisa berupa kejelasan makna yang dimaksudkan lafaz Al-Qur’an atau isyarat-isyarat tertentu yang dapat ditangkap dari susunan lafaz Al-Qur’an.

Apapun bentuk petunjuk di sini, ia bisa diterima secara positif, dalam pengertian untuk menguatkan keyakinan si pembaca akan kebesaran Al-Qur’an dan pesan-pesan yang dibawanya. Hal ini lazim dijalani oleh pembaca muslim.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara, petunjuk tersebut bisa pula diterima secara netral, sebatas untuk memuaskan rasa keingintahuan si pembaca, di mana hal ini biasa dilakoni oleh para pengkaji Al-Qur’an, ? baik Muslim ataupun tidak. Tetapi, petunjuk di sini bisa pula menjadi paradoks. Artinya ia dicari dan diterima untuk menegasikan atau melemahkan kebenaran Al-Qur’an atau bahkan Islam. Hal inilah yang sering terdapat pada karya-karya Orientalis.?

Ketiga, membaca Al-Qur’an sebagai alat justifikasi. Dalam hal ini pembaca menggunakan—bagian tertentu dari— Al-Qur’an untuk mendukung pikiran ataupun keadaannya pada saat tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan berbagai kepentingan tertentu baik yang bersifat personal maupun kolektif. Secara sederhana, poin ketiga tersebut dapat ditemukan misalnya, pada kelompok-kelompok teologi ataupun politik dalam sejarah Islam yang saling berhubungan erat.

Di masa kekhalifahan Usman dan Ali, para pendukung Ali mulai menyuarakan ketinggian posisi Ali dan keturunannya. Kelompok ini kemudian dikenal dengan Syiah. Dalam menyuarakan dukungannya, mereka mengutip sejumlah ayat-ayat tertentu.

Tak mau kalah dengan Syiah, kelompok khawarij juga turut mewarnai panggung sejarah, yang mengisyaratkan perang terhadap Muslim di luar sektenya. Lebih-lebih, terkadang ayat yang mereka kutip adalah sama, namun dipahami secara berbeda, atau bahkan bertolak belakang.

Demikian pula, pada masa Dinasti Umayyah yang mengutip beberapa bagian ayat Al-Qur’an, guna memproklamirkan eksistensi kekhalifahannya sebagai takdir Tuhan sebagai perlawanan terhadap kelompok oposisi yang tidak sepakat dengan kekhalifahannya. Hal ini kemudian menandai lahirnya faham fatalism (jabariyah) dalam Islam.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pembacaan Atomistik?

Jika ditilik melalui kacamata penafsiran, sekilas terdapat sebuah "penyimpangan" dari pesan menyeluruh Al-Qur’an atas cara baca terhadap kitab suci yang seperti itu. Penyimpangan, atau cara baca seperti itulah yang kemudian dinamakan sebagai "pembacaan yang atomistik" terhadap Al-Qur’an, kendati belum ada definisi yang tegas tentang cara baca seperti itu (Ahmad Rafiq: 2006). Apapun tujuan orang dalam membaca Al-Qur’an berpotensi untuk masuk ke dalam cara baca ini. ?

Secara historis, cara baca ini, sebagian besarnya, lahir dari kepentingan-kepentingan, baik perorangan maupun kelompok. Kepentingan tersebut, tentu saja akan berubah dan berbeda seiring perubahan waktu dan tempat.?

Sementara secara teoritis, pembacaan yang atomistik terhadap Al-Qur’an ini telah melupakan dua elemen inheren dalam penafsiran Al-Qur’an, yakni konteks dan hubungan internal Al-Qur’an.?

Pada masa turunnya Al-Qur’an, para sahabat akan menanyakan kepada Nabi tentang pengertian setiap ayat yang diturunkan. Sementara itu, Nabi terkadang menunda jawabannya untuk menunggu turunnya ayat yang baru sebagai penjelasan atas pertanyaan tersebut.?

Usaha para sahabat untuk melakukan penelusuran makna ayat dengan keadaan yang mereka hadapi itu membentuk konteks eksternal ayat, sementara tanggapan Nabi terhadap usaha tersebut dengan menggunakan ayat lain menunjukkan hubungan internal ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Kedua bagian ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk memahami Al-Qur’an secara utuh. ?

Kendati demikian, penyimpangan tersebut secara faktual masih eksis hingga kini. Seorang pemikir kontemporer, Farid Esack, menggambarkan suasana masa kecilnya di Afrika. Orang-orang memperlakukan Al-Qur’an dengan sangat luar biasa.?

Sebagian besar waktunya, di Madrasah, kata Esack, setiap hari dihabiskan untuk membaca Al-Qur’an. Selama di perjalanan berangkat dan pulang sekolah, mereka harus mengusung Al-Qur’an di atas kepala, dan di rumah harus diletakkan di tempat yang bersih dan terhormat. ?

Bagi Esack, semua itu melambangkan sebuah upaya apresiasi yang luar biasa terhadap Al-Qur’an, baik sebagai kitab suci, atau sekedar naskah. Apresiasi itu juga diungkapkan dengan cara berbeda sampai saat ini. Orang-orang membacakan potongan-potongan tertentu ayat Al-Qur’an, tanpa perlu memahami maknanya, untuk melindungi diri dari sesuatu yang dianggap berbahaya.?

Esack juga menemukan fenomena di Dubai, di mana ayat-ayat atau surah tertentu sering ditemukan tergantung di dinding dengan alasan yang bermacam-macam: untuk menjaga dari pencurian, sakit, keuntungan dalam usaha, atau bahkan untuk mendatangkan "cahaya" ke dalam rumah. Di Indonesia, pola serupa, dengan cara yang berbeda juga sering kita jumpai.?

Fenomena di atas, baik berupa "penyimpangan" maupun fungsi, akan selalu eksis selama Al-Qur’an masih ada dan kehidupan manusia dengan berbagai kebutuhannya terus berjalan. Menghadapi hal tersebut, maka menjadi tanggung jawab umat Islam secara umum, dan sarjana Muslim khususnya untuk meluruskan penyimpangan yang ada, dengan tanpa menghilangkan fungsi positifnya.?

Penulis adalah Kepala Litbang Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Se-Indonesia (FKMTHI), Santri Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pesantren, AlaSantri, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 11 November 2017

Pemuda Probolinggo Gelar Aksi Peduli Intan Olivia

Probolinggo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam rangka memperingati Hari Toleransi Nasional, pemuda Kabupaten Probolinggo yang tergabung dalam “Aliansi Pemuda Tolerasi Peduli“ menggelar aksi peduli Intan Olivia, seorang anak kecil yang meninggal karena terkena bom di Kota Samarinda.

Pemuda Probolinggo Gelar Aksi Peduli Intan Olivia (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemuda Probolinggo Gelar Aksi Peduli Intan Olivia (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemuda Probolinggo Gelar Aksi Peduli Intan Olivia

Para pemuda ini terdiri dari Gusdurian Probolinggo, Pimpinan Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Inzah Genggong, Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Inzah Genggong dan Bosan (Bocah Skuteris Kraksaan).

Aksi peduli ini diisi dengan acara musikalisasi puisi, pembacaan Surat Yaasin dan tahlil bersama serta ditutup dengan mengheningkan cipta di Alun-alun Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo, Rabu (16/11) malam.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Korlap Aksi Peduli Novan Fawaid mengungkapkan kegiatan ini bertujuan menanamkan jiwa toleran terhadap pemuda mengingat hari ini kita sebagai warga Negara lupa akan hakikat toleransi itu sendiri.

“Untuk solidaritas Intan Olivia, kami mengutuk keras atas kelompok yang mengatasnamakan agama yang mengakibatkan anak kecil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa menjadi korbannya, bahkan sampai ia meninggal pun tidak ada dari mereka tahu dan bertanggungjawab,” katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Melalui aksi ini Novan mengharapkan para pemuda, ormas dan kelompok apapun untuk selalu meningkatkan dan menanamkan jiwa toleransi. “Hal ini penting agar setiap pemuda bisa saling menghargai dan menghormati demi terwujudkan daerah yang aman dan konsusif,” harapnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, Pendidikan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 08 November 2017

Forum Konferensi Amanahkan KH Atam dan KH Abun Pimpin NU Tasik

Tasikmalaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tasikmalaya menggelar konferensi cabang NU di Cipasung, Kamis-Jumat (29-30/12). Setelah melalui beberapa rangkaian akhirnya Konfercab XVI mengamanahkan KH Atam Rustam sebagai Ketua Tanfidziyah dan KH Abun Bunyamin Ruhiyat Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Tasikmalaya periode 2016-2021.

KH Atam Rustam terpilih sebagai ketua dalam pemilihan langsung di putaran kedua. Kiai asal Sukamanah ini terima amanah forum konferensi untuk memimpin PCNU Kabupaten Tasikmalaya periode 2016-2021.

Forum Konferensi Amanahkan KH Atam dan KH Abun Pimpin NU Tasik (Sumber Gambar : Nu Online)
Forum Konferensi Amanahkan KH Atam dan KH Abun Pimpin NU Tasik (Sumber Gambar : Nu Online)

Forum Konferensi Amanahkan KH Atam dan KH Abun Pimpin NU Tasik

Cucu pahlawan nasional KH Zainal Musthafa Sukamanah ini bertekad melaksanakan aqidah, syariah, dan akhlaq Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyyah dari berbagai bidang secara menyeluruh dari yang terkecil sampai terbesar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Insya Allah dengan bantuan semua pihak akan terlaksana,” kata Pengasuh Pesantren Sukamanah Kiai Atam.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebelumnya tim Ahlul Halli wal Aqdi yang terdiri atas lima kiai yaitu H Abun Bunyamin Ruhiyat Cipasung, KH Anwar Nasihin Leuwisari, KH Ee Sulaeman Rajapolah, KH Abdul Mu‘in Salopa, dan KH Acep Amin Bantarkalong menggelar musyawarah terbatas.

Tim ini selanjutnya memutuskan Pimpinan Pesantren Cipasung KH Abun Bunyamin Ruhiyat sebagai Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Tasikmalaya. (Husni Mubarok/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, Aswaja PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pemindahan Penduduk Penting untuk Cegah Kemarahan Massa

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendesak agar pemindahan warga korban semburan lumpur panas Lapindo Brantas Inc. di Sidoarjo, Jawa Timur. Menurutnya, hal itu sangat penting dilakukan untuk menghindari atau mencegah kemarahan masyarakat.

“Dalam pandangan saya, tidak penting lagi untuk melakukan segala macam upaya untuk menghentikan kedua hal (semburan lumpur dan dan pecahnya pipa gas-Red) itu. Itu (pemindahan warga) lebih penting dari yang lain-lain,” tegas Gus Dur kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (27/11)

Pemindahan Penduduk Penting untuk Cegah Kemarahan Massa (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemindahan Penduduk Penting untuk Cegah Kemarahan Massa (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemindahan Penduduk Penting untuk Cegah Kemarahan Massa

PT Lapindo Brantas, sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam kasus tersebut, kata Gus Dur tidak hanya berkewajiban memindahkan penduduk ke kawasan baru yang lebih baik saja, melainkan harus pula memberikan uang ganti rugi, penyedian sarana-sarana lain dan menyediakan lapangan pekerjaan.

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu menilai, semua hal tersebut sangat penting dilakukan, karena ia menilai, saat ini tengah terjadi salah pengertian di antara warga dalam kaitannya dengan upaya penyelesaian kasus lumpur panas yang beberapa waktu lalu telah menelan 11 korban jiwa tersebut.

“Mereka (warga-Red) ingin segera diselesaikan, sementara Ical (Aburizal Bakrie) seoalah-olah tidak mau. Kalau tidak segera diselesaikan, konsekuensinya ribut-ribut, huru-hara, kemarahan orang,” terang Gus Dur yang saat itu didampingi Sekretaris Jenderal Dewan Syura DPP PKB Muhyiddin Arubusman.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jika hal itu terus berlangsung, menurut Ketua Umum Dewan Syura DPP PKB itu, bukan tidak mungkin warga sekitar akan kehilangan kesabaran dan kemudian terjadi kerusuhan. Hal itu, tegasnya, harus dihindari. “Itu yang saya takuti. Maka saya usulkan itu,” pungkasnya.

Lari dari tanggung jawab

Dalam kesempatan tersebut, Gus Dur juga mengomentari kabar bahwa Grup Bakrie telah menjual Lapindo Brantas Inc kepada Freehold Group Limited. Menurutnya, Aburizal Bakrie, sebagai pemilik perusahaan tersebut ingin berusaha untuk melarikan diri dari tanggung jawab. “Penjualan Lapindo itu upaya untuk lari dari tanggung jawab,” tegasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Gus Dur meminta masyarakat tidak terkecoh atas penjualan Lapindo tersebut. Karena, menurutnya, hal itu dilakukan untuk mengelabui publik saja agar terlihat tidak lagi menjadi tanggung jawab Lapindo. “Itu (penjualan Lapindo-Red) kosmetik saja. Nyatanya masih Ical juga,” ujarnya. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaSantri, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 01 September 2017

Pesantren, Produktifitas dan Sastra (2)

Oleh Fathurrahman Karyadi

--Di banyak pesantren kitab-kitab literatur ilmu arudl—sebuah ilmu yang mempelajari syair Arab—masih banyak diajarkan. Seperti "Mukhtashar al-Syafi" karya Muhammad al-Damanhuri, "Jawahir al-Addab" karya Ahmad al-Hasyimi dan sebagainya. Biasanya santri-santri yang mempejari fan ini adalah mereka yang sudah lulus dari kelas nahwu tingkat "al-Imrithi".?

Bagi yang belum mencapai tingkatan tersebut maka tidak diperkenankan mengkaji arudl sebab pembahasan yang disuguhkan agak rumit. Dalam arudl diterangkan bahwa bahr atau not lagu dalam bahasa Arab berjumlah 16 lirik. Di antaranya yang sering digunakan yaitu bahr al-rajaz.

Pesantren, Produktifitas dan Sastra (2) (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren, Produktifitas dan Sastra (2) (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren, Produktifitas dan Sastra (2)

Hampir seluruh kitab yang berbentuk nadzam (puisi, antonim natsar atau prosa) yang menjadi acuan di pesantren memakai bahr tersebut. Seperti Alfiyyah Ibni Malik, al-Imrithi, al-Maqsud, Jawahir al-Maknun,? `Uqud al-Juman dan masih banyak lagi. Cara melagukan bahr ini? cukup sederhana, yaitu dengan mengulang-ulang kalimat "mustafilun" sebanyak enam kali pada setiap baitnya. Seperti contoh di bawah ini:

? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kendati ilmu arudl lahir di tanah Arab, bukan berarti kesusteraan bahasa `ajam (non Arab) tidak dapat dimasuki ilmu arudl. Kiai nusatara banyak mengarang Syair dalam bahasa Melayu, Jawa, Sunda juga Madura yang semuanya merujuk pada ilmu arudl tersebut. Perbedaannya, bila dalam bahasa Arab terdapat huruf mad (panjang) dan qashr (pendek) sedangkan bahasa `ajam tidak. Namun tetap saja serasi bila dinyanyikan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ada satu hal yang menjadi syarat sebuah syair. Yaitu harus adanya huruf-huruf yang sama di akhir kalimat. Entah di akhir setiap al-Shadr al-awwal dan al-Shadr al-Tsani seperti pengalan bait al-Fiyyah di atas, atau hanya sama pada al-Shadr al-Tsani di baitnya. Seperti Qashidah al-Burdah yang dikarang Imam Bushiri seluruhnya diakhiri dengan huruf mim berharakat kasrah. Dalam tata bahasa Arab ilmu yang konsentrasi di bidang ini disebut ilm al-qawafi.

Almaghfurlah Kiai Bisri Mustofa adalah salah satu sosok kiai nusantara yang banyak mengarang syair berbahasa Jawa. Salah satu karyanya yang amat kesohor ialah Tombo Ati. Bahkan saking tenarnya sampai banyak yang tidak tahu kalau sebenarnya syair yang pernah dilagukan Opick itu dikarang oleh ayahanda Gus Mus. Kini karya-karya beliau bisa dinikmati lewat dua buah antologi syairnya berjudul Ngudi Susilo dan Mitera Sejati yang telah diterbitkan oleh Menara Kudus. Berikut cuplikannya dalam bahr al-rajaz:

Anak Islam kudu cita-cita luhur

Keban dunya akhirate biso makmur

Cukup ilmu umume lan agamane

Cukup dunya kanthi bekti pengerane

Berbeda dengan karya-karya Kiai Bisri yang lebih menanamkan pesan-pesan moral dan akhlakul karimah, syair karya Kiai Syaroni Shalih, Magelang lebih menjurus pada ilmu fikih. Beliau melagukan bab salat lewat buah penanya yang begitu indah Syiir Pashalatan (Semarang: 1962). Begitu pula Kiai Ahmad Hidayat Hasyim mengarang sebuah kitab syair bahasa Jawa tentang ubudiyah berjudul Hayya Ala Al Shalat. Bahkan, sebagai rasa cintanya kepada pondok Tebuireng yang pernah disinggahinya, kiai asal Sumobito, Jombang ini menyusun biografi panjang Hadratus Syekh KH M Hasyim Asyari dalam bentuk syair berirama rajaz. Insya Allah karya tersebut akan segera dipublikasikan ke khalayak luas.

Belum bisa dipastikan siapa kiai nusantara pertama yang mengarang syair baik dalam bahasa Melayu atau Jawa. Maktabah Ahmad Nabhan, Surabaya pernah menerbitkan kitab Paras Nabi Shallallahu Alayhi Wa Sallam yang berisikan syair Jawa diakhiri dengan shalawat al-Badriyyah. Kitab yang diduga dikarang oleh Kiai Ali Manshur, Tuban itu bertarikh hari Sabtu Wage 8 Shafar 1319 H atau sekitar 111 tahun silam.

Kitab itu jelas tidak bisa dijadikan acuan sebagai kitab syair pertama di nusantara, mengingat sangat banyak ulama terdahulu yang telah menempuh jalan ke sana. Syekh Hamzah Fanshuri, adalah ulama sekaligus sastrawan ulung asal Sumatera Selatan yang? hidup pada abad 16. Kini sudah 32 judul syairnya telah dihimpun dalam The Poems of Hamzah Fansuri oleh Drewes dan Brakel. Salah satu syairnya berjudul Ikan Tunggal Bernama Fadhil yang terdiri atas tiga belas bait dan setiap baitnya terdiri atas empat baris:

Ikan tunggal bernama fadhil

Dengan air daim ia washil

Isyqinya terlalu kamil

Di dalam laut tiada bersahil

Sebuah sajak ringan yang menyimpan makna dalam. Ikan pada syair di atas diartikan sebagai nur Muhammad yang memiliki fadl atau keutamaan. Sedangkan airnya diibaratkan Allah pemilik jagad raya. Maksudnya, Nur muhamad senantiasa dapat sampai dan bertemu (washil) dengan Allah. Baris ketiga diartikan sebagai cinta nabi kepada sang khalik yang amat mendalam. Sedangkan baris keempat merupakan kesimpulan yang dalam tasawuf bisa diartikan demikian "tidak mudah (tiada bersahil) bagi hamba Allah (ikan) untuk sampai dan bertemu Allah SWT."

Fathurrahman Karyadi, adalah lulusan Mahad Aly Tebuireng dan peserta terpilih Akademi Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2014

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah PonPes, Pendidikan, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah