Tampilkan postingan dengan label Doa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Doa. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Maret 2018

Kader IPNU Tasikmalaya Terjun ke Sawah Kembangkan Pertanian Organik

Tasikmalaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama(IPNU) Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, bekerja sama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sistem penanaman Organik (Simpatik) melatih para kader IPNU setempat untuk bisa bertani secara organik.

Pelatihan yang digelar di Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya,? ini diikuti kader dari setiap Pimpinan Anak Cabang PAC IPNU. Mereka dilatih dalam jangka panjang mengikuti alur petani dalam menggarap sawah? sampai masa panen sehingga para pelajar NU ini mengerti secara detail cara mengolah alam secara organik. Diharapkan, mereka menjadi pemuda pelopor pertanian organik kemudian bisa menggarap daerah masing-masing dan menjadi penyuluh kelompok petani di daerah.

Kader IPNU Tasikmalaya Terjun ke Sawah Kembangkan Pertanian Organik (Sumber Gambar : Nu Online)
Kader IPNU Tasikmalaya Terjun ke Sawah Kembangkan Pertanian Organik (Sumber Gambar : Nu Online)

Kader IPNU Tasikmalaya Terjun ke Sawah Kembangkan Pertanian Organik

Selain dibekali materi materi tentang pertanian organic, para kader IPNU tersebut juga melakukan praktik lapangan dengan turun langsung ke sawah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Ketua PC IPNU Kabupaten Tasikmalaya Fikri Nursamsi, saat ditemui di Sekretariat IPNU Kabupaten Tasikamalaya Jalan Raya Timur Nomor 505 Badakpaeh Singaparna, Senin (29/02), mengatakan, pihaknya menamakan program kali ini dengan “Pelajar Mandiri”.

Pelajar mandiri, katanya, adalah pelajar yang bisa mengolah daerahnya di ancaman Tasikmalaya ditinggalkan generasi mudanya karena urbanisasi. Urbanisasi dinilai menimbulkan dampak negatif bagi warga desa lantaran tercemarinya budaya desa yang masih baik oleh budaya kota yang belum tentu cocok.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Fikri melanjutkan, oleh karena itu IPNU berusaha menyadarkan anak muda Tasikmalaya untuk menghilangkan rasa gengsi dan bisa mengolah alam serta memajukan daerahnya. Bertani baginya adalah salah satu cara strategis, mengingat basis NU adalah desa dan warga desa mayoritas adalah petani. Ia lantas mengingatkan pesan Hadratussyekh KH Hasyim Asyari bahwa “Pak tani itulah penolong negeri”.

“Kami juga lebih memilih untuk bisa bertani secara organik karena organik ramah lingkungan dan bisa meringankan biaya subsidi pupuk kimia yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu juga pertanian yang digarap dengan cara organik hasilnya lebih melimpah,” ujar Fikri. (Husni Mubarok/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 22 Februari 2018

Pelajar NU Garung Ziarahi Ulama Wonosobo

Wonosobo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah 

Ratusan pelajar IPNU-IPPNU Kecamatan Garung, Wonosobo, Jawa Tengah menziarahi beberapa makam ulama di Wonosobo pada Ahad (15/9). Selain membaca tahlil dan doa, para peserta juga mendapat penjelasan tentang sejarah dan jasa-jasa perjuangan ulama-ulama di daerah tersebut.

Salah seorang Pengurus IPNU PAC Garung Muqofi mengatakan, kegiatan tersebut adalah upaya membudayakan tradisi ziarah kubur pada generasi muda. Di samping itu menapak tilas untuk memberi pelajaran dan pengetahuan tentang sejarah dan jasa perjuangan para ulama. 

Pelajar NU Garung Ziarahi Ulama Wonosobo (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Garung Ziarahi Ulama Wonosobo (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Garung Ziarahi Ulama Wonosobo

“Sehingga kita berharap kader-kader IPNU-IPPNU dapat meneladani kegigihan para ulama dalam memperjuangkan agama Islam Ahlussunnah wal Jama’ah,” ungkapnya. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ziarah dimulai dari makam Sunan Bayat di komplek makam Krasak. Kemudian dilanjutkan ke makam KH. Muntaha Al-Hafidz di Dero Duwur. Selanjutnya ziarah dilanjutkan ke makam KH. Ibrohim di Komplek Pondok Pesantren Roudhotuth Tholibin jawar.  Ziarah diakhiri di makam KH. A. Qostholani di komplek makam Maron Garung.

Ziarah yang dilaksanakan oleh Pimpinan Anak Cabang Garung Wonosoobo tersebut berlangsung dengan tertib dan khidmat. Para kader mengikuti dari awal sampai akhir dengan sangat antusias.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Ulfi Hamdan, salah satu peserta ziarah, dirinya sangat senang dan antusias mengikuti ziarah ini. Ia mengaku bisa menambah khasanah pengetahuan tentang ulama-ulama pejuang agama Islam di Wonosobo. 

Ia berharap dengan mengikuti ziarah dan napak tilas ini maka akan lahir pemimpin yang punya loyalitas dan berakhlakul karimah. “Melalui ziarah dan napak tilas ini diharapkan lahir kader pemimpin  yang punya loyalitas, berakhlakul karimah dan siap memperjuangkan NU,” pungkasnya. (Ubaydillah Faqih/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Warta PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 16 Februari 2018

Pilkada Damai, GP Ansor Waykanan Apresiasi Warga Setempat

Waykanan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pimpinan Cabang GP Ansor Kabupaten Waykanan menyatakan syukur atas pelaksanaan pilkada di daerah setempat yang berlangsung damai dan tertib. Suasana damai pemilihan ini menandai peningkatan pemahaman masyarakat setempat dalam perbedaan pilihan politik.

"Pesta demokrasi 9 Desember 2015 telah usai. Patut disyukuri perhelatan di Waykanan berlangsung dan berakhir damai. Suatu penanda proses dan pemahaman demokrasi berlangsung baik di masyarakat," ujar Ketua GP Ansor Waykanan Gatot Arifianto di Blambangan Umpu, Kamis (10/12).

Pilkada Damai, GP Ansor Waykanan Apresiasi Warga Setempat (Sumber Gambar : Nu Online)
Pilkada Damai, GP Ansor Waykanan Apresiasi Warga Setempat (Sumber Gambar : Nu Online)

Pilkada Damai, GP Ansor Waykanan Apresiasi Warga Setempat

Pilkada Waykanan diikuti pasangan nomor urut 1 Bustami Zainudin dan Adinata (Adin Bustami) diusung PDI Perjuangan, Gerindra, PKB, dan Nasdem. Serta pasangan nomor urut 2 Raden Adipati Surya dan Edward Anthony (Berani) diusung Demokrat, PAN, Hanura dan PKS.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Berdasarkan data KPU setempat sebanyak 337.827 pemilih terdiri atas pemilih lelaki berjumlah 172.810. sedangkan pemilih perempuan berjumlah sebanyak 165.017 orang sebagai pemilik suara yang bisa menggunakan suaranya di 780 TPS yang ada.

Berdasarkan hitung cepat Rakata Institute dari data masuk 95,10 persen dengan tingkat partisipasi 67,72 persen, Bustami-Adinata mendulang suara 39,73 persen. Lalu Berani meraup 60,27 persen.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Jabatan adalah amanah. Siapapun yang terpilih, tugas kami sebagai pemuda adalah berpartisipasi dalam pembangunan, bukan sebaliknya. Ini kami buktikan pada 2015, GP Ansor Waykanan dibantu sejumlah pihak seperti Tim Penggerak PKK, Yayasan Shuffah Blambangan Umpu menggelar Pesantren Kilat Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional atau Sanlat BPUN," kata Gatot lagi.

Gatot mengucapkan selamat kepada anggota Dewan Pembina Gerakan Pemuda Ansor Waykanan H Raden Adipati Surya dan Ketua PD Muhammadiyah Waykanan Dr H Edward Anthoni atas perolehan suara terbanyak pada Pilkada 9 Desember 2015. (Syuhud Tsaqafi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 26 Januari 2018

Kiai Subekhan: Pembiaran Maksiat Datangkan Musibah

Brebes, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengasuh Pondok Pesanteren Assalafiyah Luwungragi, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, KH Subekhan Makmun, menegaskan, bila ada pembiaran terhadap kemaksiatan maka akan ditimpakan bencana.

Hal itu terjadi, kata dia, ketika para pemimpin daerah atau pemimpin umat sudah acuh tak acuh terhadap kemaksiatan yang terjadi di daerah tersebut.

Kiai Subekhan: Pembiaran Maksiat Datangkan Musibah (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Subekhan: Pembiaran Maksiat Datangkan Musibah (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Subekhan: Pembiaran Maksiat Datangkan Musibah

Kiai Subekhan menyampaikan hal tersebut saat mengisi mauidlotul khasanah dalam Pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW di Pendopo Bupati Brebes, Kamis (30/1) malam.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya, azab akan ditimpakan kepada pelaku kemaksiatan secara pribadi-pribadi. Allah tidak akan menimpakan azab kepada orang yang tidak berdosa. Tetapi ketika kemaksiatan sudah menjamur, membudaya dan tidak ada tindakan preventif maupun kuratif dari pemerintah setempat maka azab akan ditimpakan pula kepada orang-orang yang tidak berdosa.

“Apalagi kalau pemerintah setempat menyetujui atau memberi ijin beroperasinya tempat-tempat yang mengundang maksiat, maka azab akan ditimpakan kepada orang yang tidak berdosa juga,” ucapnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Diibaratkan, lanjutnya, ketika ada seekor semut menggigit orang maka ketika orang tersebut mengetahui semut bersembunyi ke sarangnya, maka sarang tersebut dibakarnya. “Akibatnya, semut-semut lain yang tidak nakal, ikut terbakar,” katanya.

Untuk itu, kata kiai, Pemerintah Kabupaten harus terus memfasilitasi berbagai kegiatan yang mendorong peningkatan Iman dan Takwa kepada Allah SWT. “Biarlah Brebes penuh dengan jalan yang berlobang, tetapi jangan sampai ada “lubang-lubang” yang berjalan. Jangan sampai ada lokalisasi di Brebes,” tandas kiai.

Kiai mengajak kepada seluruh pengunjung untuk bersyukur karena Kabupaten Brebes terhindar dari marabahaya. Wujud dari rasa syukur, setiap saat harus menghindarkan diri dari perbuatan maksiat dan dzolim. “Agar nikmat tidak lepas, maka harus diikat dengan syukur,” terangnya.

Peringatan Nabi Muhammad SAW yang mengambil tema memetik hikmah, merajut ukhuwah dan menuju masa depan cerah di hadiri ribuan pengunjung. Selain mauidlotul khasanah juga digelar, semaan Quran oleh 30 orang Hafidz dan Istighosah yang dipimpin pengasuh Pesanteren Darussalam Jatibarang Kidul, Kec Jatibarang Brebes KH Syeh Sholeh Basalamah.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE mengajak kepada seluruh warga Brebes untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Termasuk meneladani pemimpin umat Nabi Muhammad SAW. Dia menjelaskan, kalau Kabupaten Brebes dalam tahun 2014 menjadi tuan rumah penyelenggaraan MTQ tingkat Provinsi Jateng dan Musyawarah Jamiatul Ahlit Thoriqoh Muktabaroh An Nahdliyah (JATMAN) tingkat Jateng.

Kegiatan keagamaan, kata Bupati, menjadi agenda yang tidak terputus bagi Pemkab Brebes. “Semoga dengan ikhtiar peningkatan ketakwaan kepada Allah SWT, akan membawa Brebes menjadi daerah yang baldatul toyibatun warobun ghofur, rakyat sejahtera dalam lindungan Allah SWT,” pungkas Bupati. (Wasdiun/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Hikmah, Jadwal Kajian PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 14 Januari 2018

Konferensi Rekonsiliasi Irak Hanya Diikuti 13 Ulama

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sikap Pemerintah Indonesia yang secara terbuka mendukung sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) terhadap Iran tampaknya berbuntut pada penyelenggaraan pertemuan ulama se-dunia dalam Konferensi Rekonsiliasi Irak yang digelar di Istana Bogor, Jawa Barat, pada 3 - 4 April besok. Setidaknya, hal itu terungkap dari jumlah peserta yang hadir, yakni hanya 13 ulama saja.

Direktur Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri Umar Hadi, Senin (2/4) malam mengatakan, sedikitnya sudah ada 13 ulama yang menyatakan konfirmasi untuk datang ke Bogor. Mereka adalah Mohammad Mahdi Alfifie (Iran), Abdul Amier (Lebanon ), Datok Sri Tan Sri Sanusi (Malaysia), KH Hasyim Muzadi, Syafii Maarif, Jalaluddin Rakhmat, KH Said Agil Siroj,Yunahar Ilyas (Indonesia).

Adapun sejumlah ulama kunci Sunni dan Syiah yang membatalkan kehadirannya antara lain Sheikh Mohammed Rasheed Kabbani (Mufti Lebanon), Abdul Amir Qobbalan (Wakil Ketua Dewan Tinggi Islam Syiah di Lebanon), Ziyaduddin Al-Ayyubi (Menteri Wakaf Suriah), Sheikh Azhar Tantawi dari Mesir,Abdullah Al Turki (Sekjen Rabitah Alam al-Islami di Arab Saudi), Ayatullah Sayyed Mahmoud Hashemi Shahrudi (Ketua Mahkamah Agung Iran), dan Ayatullah Muhammad Ali Attaskiri (tokoh Syiah Iran).

Konferensi Rekonsiliasi Irak Hanya Diikuti 13 Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)
Konferensi Rekonsiliasi Irak Hanya Diikuti 13 Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)

Konferensi Rekonsiliasi Irak Hanya Diikuti 13 Ulama

Padahal, pertemuan ulama se-dunia perwakilan kelompok Sunni dan Syiah yang akan membahas rekonsiliasi Irak dan upaya perdamaian di Timur Tengah itu rencananya bakal diikuti 20 hingga 25 ulama. Mereka yang diundang adalah tokoh kunci pada masing-masing kelompok.

Dukungan Pemerintah Indonesia terhadap Resolusi DK PBB nomor 1747 yang menjatuhkan sanksi berat bagi Iran itu diduga menjadi sebab pembatalan sejumlah tokoh kunci ulama Sunni dan Syiah. Pemerintah Indonesia, lewat keputusan itu, dinilai telah berpihak atau tidak lagi bersikap netral.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr KH Hasyim Muzadi, penggagas pertemuan tersebut, mengungkapkan, semula para ulama Sunni dan Syiah menyambut baik pertemuan itu, namun syaratnya Indonesia harus benar-benar netral. Karena forum itu tidak semata kepentingan Syiah, dan tidak pula semata kepentingan Sunni, tetapi ukhuwah islamiah (persaudaraan umat Islam), serta tidak di bawah bayang-bayang Amerika Serikat atau Israel.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Meski demikian, Umar membantah anggapan bahwa pembatalan sejumlah ulama itu dikarenakan sikap politik luar negeri Indonesia yang mendukung resolusi DK PBB bagi Iran. Menurutnya, hal itu lebih disebabkan persoalan teknis semata, yakni karena pada 1–2 April lalu ada pertemuan yang sama yang digelar di Mesir.

”Di antara para ulama yang ikut pertemuan itu kecapaian, jadi nggak bisa ikut,” ungkapnya. Meski tidak dihadiri para ulama tersohor itu, Umar mengaku optimistis pertemuan yang digelar selama dua hari besok bisa memenuhi target pertemuan. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Tegal PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 12 Januari 2018

NU, Desa, dan Problem Industrialisasi

Oleh Achmad Faiz MN Abdalla

Bicara pembangunan desa, setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan, yakni government, movement, dan culture (Marwan Jafar, Jawa Pos, 17 Februari 2016). Maka, ada pemerintah sebagai pemangku kebijakan, ada gerakan serta partisipasi masyarakatnya, dan ada nilai-nilai budaya serta kearifan lokal yang harus dikedepankan. Ketiganya merupakan perspektif utuh, bukan parsial, agar pembangunan desa tidak timpang.

NU, Desa, dan Problem Industrialisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
NU, Desa, dan Problem Industrialisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

NU, Desa, dan Problem Industrialisasi

Lahirnya UU 6/2014 disebut sebagai paradigma baru pembangunan desa. Desa menjadi isu menarik, terutama dari aspek ekonomi. Tahun ini dana desa naik menjadi Rp 60 triliun. Pada 2015 lalu, berjumlah Rp 21,7 triliun, 2016 naik menjadi Rp 46,9 triliun. Pada 2016, alokasi dana desa dikonsentrasikan pada infrastruktur sarana dan prasarana desa, yakni 81,14 persen. Adapun pemanfaatannya berkontribusi pada produk domestik bruto (PDB) 0,82 persen, pertumbuhan ekonomi naik 0,041 persen, dan penurunan kemiskinan 0,38 persen.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kebijakan itu menunjukkan, perhatian pemerintah dibuktikan selain pada penguatan yuridis-politis, juga pada anggaran. Desa merupakan jantung negara, karena merupakan basis pertanian. Namun ironisnya, pangan yang diproduksi di desa justru menjadi sumber kemiskinan di desa. Maka, kebijakan tersebut diharapkan berdampak penting, terutama pada kesejahteraan masyarakat desa. Tahun ini, diharapkan pemanfaatan dana desa berdampak lebih signifikan pada pertumbuan ekonomi dan pemangkasan kesenjangan.

Namun tak kalah penting, unsur culture juga harus diperhatikan. Seringkali, pembangunan hanya memperhatikan infrastruktur dan ekonomi, namun mengabaikan nilai budaya dan kearifan lokal. Akibatnya, kemungkinan terjadinya pergeseran culture sangat terbuka. Ke depan, desa berpotensi menjadi ujung tombak pembangunan ekonomi nasional. Agar pembangunan desa tetap dalam perspektif utuh, maka nilai budaya dan kearifan lokal harus tetap dijaga.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Desa Banyutengah, Sebuah Studi Kasus



Desa Banyutengah barangkali merupakan potret yang menarik. Desa ini termasuk wilayah administratif Kabupaten Gresik. Seperti umumnya kabupaten atau kota di Jawa Timur, Kabupaten Gresik merupakan basis warga NU. Barangkali apa yang dialami Desa Banyutengah juga jamak dialami oleh basis-basis NU lainnya, terutama yang mengalami proses industrialisasi. Karenanya, penting untuk diperhatikan NU.

Sekitar tahun 1900-an, Banyutengah merupakan desa agraris. Perekonomian masyarakat bertumpu pada pertanian secara turun-temurun. Sebenarnya, desa ini terletak di sekitar pesisir, karena hanya dipisahkan satu desa dengan laut. Namun karakteristik masyarakat pesisir sama sekali tidak nampak di desa ini. Tidak ada warga desa yang berprofesi nelayan. Bilapun ada, merupakan warga pindahan desa sebelah.

Desa ini dibelah oleh Jalan Daendels. Sebelah utara jalan merupakan permukiman warga, sedang selatannya merupakan perbukitan kapur. Sudah lama ada aktivitas penambangan galian C atau batu kapur di perbukitan itu. Tidak jelas asal mulanya. Dulu sekedar produksi batu kapur untuk dinding bangunan. Seiring dengan perkembangan zaman, industri pabrik masuk ke desa itu. Sekitar tahun 2000-an, berdiri beberapa pabrik berskala besar. Pergeseran struktur perekonomian pun terjadi.

Sebelum industri pabrik masuk, penambangan masih bersifat tradisional. Saat itu belum terlalu banyak masyarakat yang menggantungkan penghidupannya di penambangan. Struktur perekonomian dan tradisi pertanian masih dominan. Namun setelah industri pabrik masuk, perlahan, pertanian mulai digusur oleh industri tambang. Bahan galian C pun diproduksi lebih beragam, seperti pupuk dolomite, phospat, dan lainnya.

Perbukitan pun habis, dikeruk dalam skala besar. Bahkan sekarang menjadi lubang besar menyerupai danau. Tidak hanya di satu titik, tapi beberapa titik. Terbayang kan, masalah apa yang akan dihadapi? Tentu masalah ekologis. Belum lagi, limbah pabrik yang setiap hari kurang terkontrol, terutama limbah asap. Tanah-tanah pertanian pun telah banyak dijual mengingat sepanjang pesisir Gresik-Lamongan telah berdiri banyak pabrik besar. Industrialisasi pun tak terlelakkan.

Akibatnya, terjadi pergeseran budaya dari masyarakat agraris ke industri. Tanah pertanian semakin sempit, dijual ke perusahaan. Iming-iming harga jual tinggi, masyarakat secara masif menjual tanahnya tanpa memikirkan dampak ekologis dan sosiologisnya di kemudian hari. Hal itu juga dipengaruhi tidak adanya peran Pemerintah Desa untuk memproteksi wilayahnya melalui perdes rencana tata ruang dan wilayah. Kini, desa mengalami persoalan regenerasi petani, karena warganya menjadi lumbung buruh pabrik.

Beberapa waktu lalu, salah seorang buruh pabrik mengalami kecelakaan kerja. Lukanya sangat parah. Ia mengalami cacat dan telah menjalani masa penyembuhan berbulan-bulan. Apakah perusahaan memenuhi hak-haknya? Masih jauh dapat dikatakan demikian. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja belum terpenuhi dengan baik. Pun hak-hak perburuhan lainnya. Hingga kini, kesadaran akan hal itu relatif rendah. Masyarakat berada sebagai pihak yang lemah, karena minimnya akses pengetahuan dan bantuan hukum.

Dalam struktur perusahaan, buruh merupakan pihak yang rentan terhadap pelanggaran hak. Ia paling berpotensi dikalahkan kepentingannya, sehingga merupakan pihak yang lemah. Sejauh ini, hal itu belum teratasi di Banyutengah. Pemenuhan hak-hak pekerja belum menjadi kesadaran kolektif. Keadaan ini linier dengan kewajiban perusahaan kepada masyarakat. Bila ditelisik lebih, sebenarnya banyak kewajiban perusahaan kepada masyarakat yang diabaikan. Contoh yang paling nyata adalah limbah pabrik.



Pergeseran Nilai Budaya



Pergeseran dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, juga berdampak pada pergeseran nilai budaya dan kearifan lokal. Maka seperti yang dijelaskan di atas, nilai budaya serta kearifan lokal harus dikedepankan dalam pembangunan desa, mengingat unsur ini sering diabaikan. Pengalaman telah membuktikan, pergeseran struktur perekonomian umumnya akan diikuti pergeseran nilai-nilai budaya.

Di Banyutengah sendiri, gejala itu telah lama tampak. Semakin hari, semakin terlihat kerenggangan-kerenggangan sosial. Budaya guyub mulai hilang. Dulu, langgar-langgar ramai dipenuhi muda-mudi mengaji. Bila waktu maghrib tiba, masjid dan langgar-langgar bersahutan mengumandangkan adzan. Kini langgar-langgar itu telah sepi, tidak ada yang mengurus. Suara dziba’ dan yasinan yang rutin terdengar setiap malam Jum’at, kini tak serutin dulu. Budaya kerja pabrik telah menggusur tradisi masyarakat.



Persoalan Jamak NU



Apa yang dialami Desa Banyutengah di atas, barangkali sedang atau akan dialami basis NU lainnya, seiring kampanye pembangunan desa ke depan. Terutama desa yang masuk dalam kerangka industrialiasasi, kemungkinan itu sangat terbuka. Bukan berarti NU menolak pembangunan, justru sebaliknya, sangat mendukung. Namun harus diperhatikan, bagaimana pembangunan tersebut tetap dalam perspektif utuh. Maka, keadaan itu harus menjadi perhatian NU, mengingat basis pendukungnya merupakan masyarakat desa.

Persoalan hak-hak masyarakat harus menjadi prioritas. Guru Besar UI, Sulistyowati Irianto, menyebut akses keadilan belum dapat dinikmati semua kalangan, terutama masyarakat miskin dan kelompok lain yang tak diuntungkan. Rendahnya kualitas SDM dan kecilnya akses pengetahuan hukum masyatakat desa, menempatkan mereka sebagai pihak yang lemah ketika berhadapan dengan perusahaan dan pemerintah. Karena itu, harus ada formulasi agar masyarakat desa tercakup dalam akses keadilan.

Menurut Sulistyowati, ada empat pilar untuk memastikan akses keadilan tersebut, yaitu akses hukum-kebijakan pro poor, akses identitas hukum, akses pengetahuan hukum, dan akses bantuan hukum (Kompas, 16 Maret 2017). Kesemua pilar tersebut, tentu relevan untuk menjawab kebutuhan akses keadilan di desa. Misal saja, perlunya sosialiasi sejumlah peraturan hukum yang menjamin hak-hak dasar untuk bisa hidup, bekerja, dan mendapatkan berbagai layanan publik. Literasi hukum akan membekali masyarakat untuk kritis apabila haknya dilanggar.

Selain itu, diperlukan strategi untuk mengantisipasi pergeseran nilai budaya dan kearifan lokal. Desa merupakan model negara dan pemerintahan Indonesia asli. Di desa, nilai-nilai keindonesiaan masih nampak dan dipertahankan. Bila hal itu juga hilang dari desa, maka identitas bangsa semakin kabur. Desa sebagai benteng terakhir, bila akhirnya juga roboh, maka pembangunan yang dilakukan justru menggerogoti budaya itu sendiri. Ini harus menjadi peringatan, sekali lagi, terutama bagi NU.



* Penulis kader IPNU Banyutengah, Gresik



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Khutbah, AlaSantri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 17 Desember 2017

Ini Amanah PBNU untuk Anggota Arsinu

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Syahrizal Syarif berpesan kepada anggota Asosiasi Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (Arsinu) agar memiliki ciri khas ke-NUan dalam pelayanan kesehatannya. Rumah sakit anggota Arsinu harus memerhatikan aspek profesionalitas, tetapi juga karakter ke-NUan.

Demikian disampaikan Syahrizal saat menutup Kongres Perdana Arsinu di Hotel Balairung, Matraman, Jakarta Pusat, Sabtu (17/9).

Ini Amanah PBNU untuk Anggota Arsinu (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Amanah PBNU untuk Anggota Arsinu (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Amanah PBNU untuk Anggota Arsinu

Salah satu hal yang harus menjadi pegangan adalah di satu sisi Arsinu mengurusi rumah sakit yang mengelola pelayanan kesehatan masyarakat, dan sisi lain ada regulasi yang perlu dikerjasamakan terkait dengan otorisasi layanan kesehatan umum.

Dalam hal ini anggota Arsinu di setiap daerah perlu melakukan komunikasi dan kerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi misalnya, maupun dengan kedinasan terkait yang lain.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lebih lanjut Syahrizal mengingatkan tugas berat Arsinu dalam menghadapi penyakit-penyakit global yang menyebar di sejumlah negara. Penyakit itu menurutnya bisa masuk ke Indonesia melalui travel (angkutan perjalanan), trade (perdagangan), dan turisme (pariwisata).

Penularan penyakit melalui tiga jalur ini secara umum menyebabkan kerugian di bidang ekonomi. Wabah terbaru yang mengancam adalah Zika, di mana beberapa kasusnya terjadi di Brazil, Columbia, dan Pourtariko.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Bukan hanya dalam menghadapi wabah besar, dalam situasi normal pun kita menghadapi beberapa persoalan kesehatan, misalnya kematian dini. Kematian dini harus dicegah. Peran rumah sakit sangat besar, karena terkait pengelolaan kasus. Untuk mencegah tingginya angka kematian dini, harus dilakukan upaya sejak dini.”

Dalam penanganan wabah dan kasus-kasus tersebut, NU dapat menerapkan kerja sama dengan sekolah-sekolah maupun pesantren. Karena itu, ia berharap Arsinu segera menyusun kepengurusan, kemudian menyusun program kerja. Keaktifan dan keterlibatan anggota sangat penting. Tanpa itu, Arsinu tidak akan ada apa-apanya.

“Selamat kepada Arsinu. Bekerjalah dengan profesional, menjaga etik, disertai keikhlasan dan kebersamaan. Semoga ini akan menjadi upaya kita untuk memperbesar NU,” pungkas Syahrizal. (Kendi Setiawan/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Makam, Bahtsul Masail PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 13 Desember 2017

Muslimat NU Rembang Ajak Perangi Tiga Hal Ini

Rembang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pimpinan Cabang Muslimat NU Kabupaten Rembang, Hj Munisah Ridwan mengajak kepada segenap anggotanya untuk memerangi tiga hal yang menjadi permasalahan di masyarakat. Ketiga hal itu diantaranya, kebodohan, kemiskinan, dan narkoba yang mempunyai potensi dapat menyerang siapa saja.





Muslimat NU Rembang Ajak Perangi Tiga Hal Ini (Sumber Gambar : Nu Online)
Muslimat NU Rembang Ajak Perangi Tiga Hal Ini (Sumber Gambar : Nu Online)

Muslimat NU Rembang Ajak Perangi Tiga Hal Ini

Menurut Munisah, kebodohan, kemiskinan, dan penyalahgunaan narkoba merupakan pokok permasalahan krusial yang perlu diwaspasai karena dapat merusak dan melemahkan generasi bangsa dan negara. Sebagai persiapan menangkal terjadinya penyesalan, ia mengingatkan untuk terus waspada.

"Mari kita senantiasa tidak letih untuk membentengi diri dari prilaku dan perbuatan yang kiranya akan berlaku negatif dilain hari. Oleh karena itu sikap waspada sangat diperlu dilakukan," kata? Munisah saat memperingati Harlah ke-70 Muslimat NU di halaman Masjid Agung Rembang, Ahad (24/4).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain peringatan Harlah Muslimat, kegiatan ini juga dirangkai dengan peringatan hari Kartini ke-137 yang dihadiri ribuan pengurus dan anggota Muslimat NU dari 9 Anak Cabang. Selain itu pada acara ini juga dilakukan deklarasi Laskar Anti Narkoba sebagai upaya untuk menangkal penyebaran narkoba di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. (Ahmad Asmui/Zunus)?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 09 Desember 2017

Sebar Ideologi Kebencian, Arab Saudi Pecat Ribuan Imam Masjid

Moskow, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir, Ahad (9/10), kepada wartawan Rusia di Moskow, mengatakan pihaknya telah memecat beberapa ribu imam masjid karena menyebarkan ekstremisme.

Sebar Ideologi Kebencian, Arab Saudi Pecat Ribuan Imam Masjid (Sumber Gambar : Nu Online)
Sebar Ideologi Kebencian, Arab Saudi Pecat Ribuan Imam Masjid (Sumber Gambar : Nu Online)

Sebar Ideologi Kebencian, Arab Saudi Pecat Ribuan Imam Masjid

"Kami tak akan membiarkan siapa pun menyebarkan ideologi kebencian, mengeluarkan biaya untuk ideologi semacam itu atau terorisme," katanya sebagiamana dikutip Arab News tanpa menyebut jumlah pasti imam yang dipecat.

Untuk persoalan ekstemisme, ia mengaku pendekatan yang negaranya terapkan sangat ketat, dengan apa yang Al-Jubeir sebut sebagai "memodernisasi sistem pendidikan guna menghindari kemungkinan salah tafsir terhadap teks agama".

Al-Jubeir mengatakan, Riyadh akan bekerja sama dengan Moskow dalam perang melawan terorisme. Menurutnya, banyak militan dari kedua negara tersebut yang menjadi pengikuti dan bergerak bersama ISIS.

"Mereka menimbulkan ancaman bagi negara kita dan negara-negara lain dari mana saja. Jadi kita punya kepentingan yang kuat dalam hal kerja sama," paparnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menteri luar negeri tersebut juga menuduh Qatar membiayai terorisme dalam rang mencampuri urusan dalam negeri negara lain.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kami yakin bahwa ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh semua negara: Katakan tidak pada terorisme, pendanaan terorisme, ekstremisme dan propaganda kebencian, dan upaya untuk mengganggu urusan dalam negeri di negara-negara lain," katanya. (Red: Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ubudiyah, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 04 Desember 2017

Hasyim Berharap Islam ala Indonesia Dihargai

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Imam dan khatib Masjid Nabawi Madinah Syeikh Dr Abdul Muhsin Al Qasim bersama rombongan melakukan kunjungan ke kantor PBNU, Selasa (29/12). Ia diterima oleh KH Hasyim Muzadi, KH Syaifuddin Amsir, Ir Iqbal Sullam dan Dr Arif Zamhari.



Hasyim Berharap Islam ala Indonesia Dihargai (Sumber Gambar : Nu Online)
Hasyim Berharap Islam ala Indonesia Dihargai (Sumber Gambar : Nu Online)

Hasyim Berharap Islam ala Indonesia Dihargai

Muhsin menjelaskan, kunjungan ini merupakan silaturrahmi kepada para pimpinan NU yang merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia.

Dalam kesempatan ini, Hasyim menjelaskan sejarah perkembangan Islam di Indonesia yang berbeda dengan di jazirah Arab. Dikatakannya, nusantara pada awalnya didominasi oleh agama Hindu dan Budha, yang sampai saat ini peninggalannya masih dipelihara dan dilestarikan seperti candi Borobudur dan Prambanan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selanjutnya datang para walisongo yang mendakwahkan Islam ke bumi nusantara sampai akhirnya Islam terus berkembang dan saat ini dianut oleh sekitar 85 persen penduduk Indonesia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Para wali mendakahkan Islam tidak dengan cara kekerasan, tetapi dengan pendekatan budaya. Inilah kunci keberhasilan dakwah Islam di Indonesia,” katanya.

Karena proses dakwah yang menggunakan pendekatan agama inilah, yang menjadikan Islam memiliki warna yang berbeda dengan yang ada di Arab sebagai tempat kelahiran Islam, tetapi tidak keluar substansi Islam.

Negeri Arab, terdiri dari satu bahasa dan budaya sehingga lebih monoton, sementara Indonesia kondisinya sangat beragam, mulai dari entis, bahasa, budaya dan kondisi geografisnya yang terdiri dari berbagai pulau.

“Merupakan prestasi yang luar biasa bisa mengislamkan lebih dari 80 persen penduduk di nusantara,” katanya.

Setelah masuknya Islam di nusantara, wilayah ini kemudian didatangi oleh para penjajah beserta misionarisnya, tetapi mereka tidak mampu merubah keyakinan yang sudah dipegang teguh umat Islam. Agama nasrani hanya bisa berkembang di daerah-daerah yang belum banyak tersentuh oleh pendakwah Islam, khususnya di Indonesia Timur.

Sementara itu syuriyah PBNU KH Syaifuddin Amsir mengusulkan dibentuknya sebuah lembaga riset tentang Islam Indonesia di universitas di Saudi Arabia agar bisa memahami kondisi dan perkembangan Islam di Indonesia secara komprehensif, temasuk mengapa tejadi perbedaan-perbedaan dengan di jazirah Arab. (mkf)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 01 Desember 2017

Forum Komunikasi Antarumat Beragama Diaktifkan Kembali

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Forum Komunikasi Antarumat Beragama (FKUB) yang telah ada selama ini akan diaktifkan kembali karena lembaga ini diharapkan dapat menjadi simbol persatuan antarumat beragama di DKI Jakarta serta sebagai simbol persatuan.

"Kita akan aktifkan kembali FKUB, agar silaturahmi antarumat beragama terjalin dengan baik. Selain itu, ke depan setiap pembangunan rumah ibadah kita juga akan minta pertimbangan dari FKUB," jelas Wakil Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, dalam acara Pembukaan Sidang Istimewa Gereja Masehi Injili Indonesia (Gemindo) 2007, di Jakarta, Selasa.

Forum Komunikasi Antarumat Beragama Diaktifkan Kembali (Sumber Gambar : Nu Online)
Forum Komunikasi Antarumat Beragama Diaktifkan Kembali (Sumber Gambar : Nu Online)

Forum Komunikasi Antarumat Beragama Diaktifkan Kembali

Ia mengatakan, kebebasan memeluk agama dan menjalankan ibadah harus mendapat prioritas perlindungan hukum dari pemerintah daerah. Sebab, sesuai dengan yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945, setiap warga negara dijamin untuk memeluk satu agama tertentu dan bebas menjalankan ibadah.

Keberagaman etnis, suku, dan agama, kata Fauzi, merupakan keberagaman yang paling menonjol yang ada di kota Jakarta sejak tahun 1930-an, dan keberagaman itu harus tetap dipelihara dalam kerangka kebhinekaan negara kesatuan Republik Indonesia. "Oleh karena itu, hubungan antarsesama harus tetap dijaga melalui wadah Forum Komunikasi Antarumat Beragama," katanya.

Dengan wadah pembinaan agama yang baik, kata Fauzi Bowo, akan mampu untuk meningkatkan dimensi spiritualitas diantara umat beragama. "Dengan pembinaan agama yang baik dan kerukunan antarsesama pemeluk agama akan memperkaya khasanah keragaman kita," jelasnya.

Ia menuturkan, sesuatu yang memiliki tujuan yang baik harus diorganisasikan. Sebab, dengan berorganisasi akan mudah untuk menyebarkannya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Fauzi, yang juga sebagai Ketua PWNU DKImengatakan, semua organisasi masyarakat maupun organisasi keagaamaan tidak ada yang kebal hukum, dan kuasa penegak hukum sudah jelas berada ditangan Polisi. Oleh karena itu, setiap pelanggaran hukum akan dikenakan sanksi oleh penegak hukum. (ant/mad)



PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 07 November 2017

Akar Sejarah dan Pola Gerakan Radikalisme di Indonesia

Oleh Sa’dullah Affandy



Sehari menjelang Iedul Fitri, Indonesia kembali diuji dengan kabar memprihatinkan. Bom bunuh diri yang meledak di depan Mapolres Surakarta. Ledakan serupa terjadi di dekat Masjid Nabawi, di Madinah. Dalam sepekan terakhir Ramadan tahun ini, serangkaian bom juga meledak di Konsulat Amerika di Jeddah, Istanbul, Dhaka, Baghdad dan Libanon.

Akar Sejarah dan Pola Gerakan Radikalisme di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Akar Sejarah dan Pola Gerakan Radikalisme di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Akar Sejarah dan Pola Gerakan Radikalisme di Indonesia

Mengapa Indonesia kerap menjadi sasaran terorisme. Mengapa pelakunya justru warga negara Indonesia, yang sering teridentifikasi berkaitan dengan kelompok-kelompok tertentu?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Reformasi dan Lahirnya Ormas-ormas Radikal



Pasca reformasi yang ditandai dengan terbukanya kran demokratisasi telah menjadi lahan subur tumbuhnya kelompok Islam radikal. Fenomena radikalisme di kalangan umat Islam seringkali disandarkan dengan paham keagamaan, sekalipun pencetus radikalisme bisa lahir dari berbagai sumbu, seperti ekonomi, politik, sosial dan sebagainya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam konstelasi politik di Indonesia, masalah radikalisme Islam telah makin membesar karena pendukungnya juga semakin meningkat. Akan tetapi, gerakangerakan radikal ini kadang berbeda pandangan serta tujuan, sehingga tidak memiliki pola yang seragam. Ada yang sekedar memperjuangkan implementasi syariat Islam tanpa keharusan mendirikan “negara Islam”, namun ada pula yang memperjuangkan berdirinya “negara Islam Indonesia”, disamping itu pula da yang memperjuangkan berdirinya “khilafah Islamiyah”.

Pola organisasinya juga beragam, mulai dari gerakan moral ideology seperti Majelis Mujahidin Indonesai (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia serta yang mengarah pada gaya militer seperti Laskar Jihad, Front Pembela Islam, dan Front Pemuda Islam Surakarta. Meskipun demikian, ada perbedaan dikalangan mereka, ada yang kecenderungan umum dari masyarakat untuk mengaitkan gerakan-gerakan ini dengan gerakan radikalisme Islam di luar negeri.

Radikalisme yang berujung pada terorisme menjadi masalah penting bagi umat Islam Indonesia dewasa ini. Dua isu itu telah menyebabkan Islam dicap sebagai agama teror dan umat Islam dianggap menyukai jalan kekerasan suci untuk menyebarkan agamanya. Sekalipun anggapan itu mudah dimentahkan, namun fakta bahwa pelaku teror di Indonesia adalah seorang Muslim garis keras sangat membebani psikologi umat Islam secara keseluruhan.

Berbagai aksi radikalisme terhadap generasi muda kembali menjadi perhatian serius oleh banyak kalangan di tanah air. Bahkan, serangkaian aksi para pelaku dan simpatisan pendukung, baik aktif maupun pasif, banyak berasal dari berbagai kalangan.

Oleh sebab itu perlu adanya upaya dalam rangka menangkal gerakan radikalisme di Indonesia. Disini peran NU di uji, sejauh mana peran NU dalam menghadapi gerakan tersebut. Dengan semangat toleransi dalam menebarkan Islam yang penuh kedamaian serta rahmatanlilAlamin, penulis yakin NU mampu menghadapi gerakan tersebut.

Gerakan Radikalisme di Indonesia

Radikalisme agama yang dilakukan oleh gerakan Islam garis keras dapat ditelusuri lebih jauh ke belakang. Gerakan ini telah muncul pada masa kemerdekaan Indonesia, bahkan dapat dikatakan sebagai akar gerakan Islam garis keras era reformasi. Gerakan dimaksud adalah DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) dan Negara Islam Indonesia (NII) yang muncul era 1950- an (tepatnya 1949). Darul Islam atau NII mulanya di Jawa Barat, Aceh dan Makassar. Gerakan ini disatukan oleh visi dan misi untuk menjadikan syariat sebagai dasar negara Indonesia. Gerakan DI ini berhenti setelah semua pimpinannya atau terbunuh pada awal 1960- an. Sungguhpun demikian, bukan berarti gerakan semacam ini lenyap dari Indonesia. Pada awal tahun 1970-an dan 1980-an gerakan Islam garis keras muncul kembali, seperti Komando Jihad, Ali Imron, kasus Talangsari oleh Warsidi dan Teror Warman di Lampung untuk mendirikan negara Islam, dan semacamnya.

Pada awalnya, alasan utama dari radikalisme agama atau gerakan-gerakan Islam garis keras tersebut adalah dilatarbelakangi oleh politik lokal: dari ketidakpuasan politik, keterpinggiran politik dan semacamnya. Namun setelah terbentuknya gerakan tersebut, agama meskipun pada awalnya bukan sebagai pemicunya, kemudian menjadi faktor legitimasi maupun perekat yang sangat penting bagi gerakan Islam garis keras. Sungguhpun begitu, radikalisme agama yang dilakukan oleh sekelompok muslim tidak dapat dijadikan alasan untuk menjadikan Islam sebagai biang radikalisme. Yang pasti, radikalisme berpotensi menjadi bahaya besar bagi masa depan peradaban manusia.

Gerakan radikalisme ini awalnya muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap komunisme di Indonesia. Selain itu, perlawanan mereka terhadap penerapan Pancasila sebagai asas Tunggal dalam politik. Bagi Kaum radikalis agama sistem demokrasi pancasila itu dianggap haram hukumnya dan pemerintah di dalamnya adalah kafir taghut (istilah bahasa arab merujuk pada “setan”), begitu pula masyarakat sipil yang bukan termasuk golongan mereka. Oleh sebab itu bersama kelompoknya, kaum ini menggaungkan formalisasi syariah sebagai solusi dalam kehidupan bernegara.

Ada 3 kelompok kekuatan yang mendukung formalisasi syariah: Salafi-Wahabi, Ikhwanul Muslimin, dan Hizbut Tahrir yang memengaruhi mahasiswa-mahasiswa dari berbagai belahan dunia yang belajar di Timur Tengah, khususnya Mesir, Saudi Arabia dan Syiria. Bedanya, kalau Salafi-Wahaby cenderung ke masalah ibadah formal yang berusaha “meluruskan” orang Islam. Ikhwan bergerak lewat gerakan usroh yang beranggotakan 7-10 orang dengan satu amir. Mereka hidup sebagaimana layaknya keluarga di mana amir bertanggungjawab terhadap kebutuhan anggota usrohnya. Kelompok ini menamakan diri kelompok Tarbiyah yang merupakan cikal bakal PKS.

HT punya konstitusi yang terdiri dari 187 pasal. Di dalamnya ada program jangka pendek dan jangka panjang. Di sana ditulis, dalam jangka 13 tahun sejak berdirinya (1953), Negara Arab sudah harus menjalankan sistem Khilafah Islamiyah. TN juga menargetkan, dalam 30 tahun dunia Islam sudah harus punya khalifah. Ini semua tidak terbukti.

HT masuk Indonesia melalui orang Libanon, Abdurrahman Al-Baghdadi. Ia bermukim di Jakarta pada tahun 1980-an atas ajakan KH. Abdullah bin Nuh dari Cianjur. Sebelumnya KH. Abdullah bin Nuh bertemu aktifis HT di Australia dan mulai menunjukkan ketertarikannya pada ide-ide persatuan umat Islam dan Khilafah Islamiyah. Puteranya, Mustofa bin Abdullah bin Nuh lulusan Yordania kemudian juga ikut andil menyebarluaskan paham HT di wilayah Jawa Barat dan Banten didukung oleh saudara-saudara dan kerabatnya.

HT membentuk beberapa tahapan dalam menuju pembentukan Khilafah Islamiah:

(1) Taqwimasy-syakhsyiahal-Islamiyah; membentuk kepribadian Islam. Mereka membagi wilayah, karena gerakan mereka transnasional, termasuk Indonesia. Tapi sekarang pusatnya tidak jelas di mana karena di negara asalnya sendiri sangat rahasia, dilarang bahkan dikejar-kejar. Tapi mereka sudah ada di London, Austria, di Jerman dan sebagainya. Di Indonesia sendiri, mereka tidak bisa rahasia, karena negara ini sangat terbuka. Maka kita mengenal tokoh-tokoh seperti Ismail Yusanto dll. (2) At-taw’iyah atau penyadaran. (3) At-ta’amulma’al-ummah; interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan. Mereka membantu kepentingan-kepentingan. Saya dengar di Surabaya, di Unair dan ITS saja, dalam urunan mereka bisa menghasilkan uang Rp 30 Juta tiap bulan. (4) Harkatut Tatsqif; gerakan intelektualisasi, dan (5) Taqwim al-daulah al-Islamiah, membentuk Kekuasaan Imperium Islam.

Ijtihad para pemimpin HT sendiri sesungguhnya banyak yang kontrversial, tetapi karena proses transfer pengetahuannya sangat tertutup dan ketat, maka kemungkinan besar kader-kader HT tidak mengetahuinya. Inilah yang membuat kader-kader mereka menjadi radikal.

Tahun 2011, Hasil Survey Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) dgn responden guru PAI dan siswa SMP Sejadebotabek menunjukkan potensi radikal yang kuat di klngan guru dan pelajar dgn indikasi resistensi yg lemah thd kekerasan ats nama agama, intoleransi, sikap ekslusif serta keraguan thd ideologi Pancasila.

Tahun 2015 Survey Setara Institute thd siswa dari 114 Sekolah Menengah Umum

(SMU) di Jakarta dan Bandung. Dalam survei ini, sebanyak 75,3% mengaku tahu tentang ISIS. Sebanyak 36,2 responden mengatakan ISIS sebagai kelompok teror yang sadis, 30,2% responden menilai pelaku kekerasan yang mengatasnamakan agama, dan 16,9% menyatakan ISIS adalah pejuang-pejuang yang hendak mendirikan agama Islam.

Pandangan NU terhadap gerakan Radikalisme



Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriyah/31 Januari 1926 Masehi, pada awal lahirnya sebagai respon atau counter terhadap paham/gerakan radikalisme. Motivasi utamanya adalah untuk mempertahankan paham Ahlus Sunnah Waljamaah (Aswaja). Aswaja merupakan paham yang menekankan pada aktualisasi nilai-nilai ajaran Islam berupa keadilan (ta’âdul), kesimbangan (tawâzun), moderat (tawassuth), toleransi (tasâmuh) dan perbaikan/reformatif (ishlâhîyah). Nilai-nilai Islam yang dirumuskan dalam Aswaja itu kemudian dijadikan ke dalam Fikrah Nahdhîyah. Fikrah Nahdhîyah adalah kerangka berpikir atau paradigma yang didasarkan pada paham Aswaja yang dijadikan landasan berpikir NU (Khiththah Nahdhîyah) untuk menentukan arah perjuangan dalam rangka ishlâh al-ummah (perbaikan umat).

Dalam sejarah perkembangannya, NU menerima sistem hukum penjajah dalam keadaan darurat. Karena negara tidak boleh kosong dari hukum. Selanjutnya, NU berjuang agar hukum yang berlaku di negara ini bisa menjadikan fikih sebagai salah satu sumber dari hukum nasional kita. Dari situ, NU ikut ambil saham dalam penerapan UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang saat ini berlaku di Indonesia. Tentu HT belum punya saham dalam memperjuangkan hukum Islam di negara nasional ini, sehingga tidak logis jika HT langsung menentang negara nasional ini gara-gara tidak memberlakukan syariah Islam secara kaffah.

Solusi yang harus dilakukan dalam mencegah meluasnya gerakan radikalisme agama atau gerakan Islam garis keras, di antaranya adalah dengan mengaktualisasikan kembali nilai-nilai Aswaja NU ke dalam masyarakat dan lembaga-lembaga pendidikan. Aktualisasi berarti menghidupkan dan mempraksiskan kembali nilai-nilai Aswaja NU dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar mendapatkan elan vitalnya, manfaat bagi terbangunnya kehidupan yang damai dan negara Indonesia yang kokoh khususnya, dan perdamaian dunia pada umumnya.

Dengan cara demikian, diharapkan gerakan Islam garis keras tidak semakin meluas. Demikikian pula genarasi muda diharapkan menjadi warga negara yang menjungjung tinggi nilai-nilai Aswaja NU yang mencerminkan Piagam Madinah dan sekaligus sejalan dengan konstitusi UUD 1945, falsafah Pancasila dan semboyang Bhineka Tunggal Ika.

Konsep Negara Menurut NU?



NU berdiri tahun 1926 dalam proses menuju pembentukan negara Indonesia. Sedang HT berdiri ketika nation state di tempat ia berdiri telah terbentuk, yaitu tahun 1953. Dari segi latar belakang waktu yang berbeda ini, dipahami bahwa sejak awal NU memberi saham besar terhadap pembentukan nation state yang kemudian menjadi negara Indonesia merdeka.Sedang HT berhadapan dengan negara yang sudah terbentuk. Maka wajarlah, jika HT menganggap bahwa nasionalisme itu sebagai jahiliyah. Karena mereka anggap menjadi penghalang dari pembentukan internasionalisme Islam, apalagi nasionalisme tersebut tidak memberlakukan syariat Islam dan lebih banyak mengadopsi sistem hukum sekuler Barat.

NU menerima sistem hukum penjajah dalam keadaan darurat. Karena negara tidak boleh kosong dari hukum. Selanjutnya, NU berjuang agar hukum yang berlaku di negara ini bisa menjadikan fikih sebagai salah satu sumber dari hukum nasional kita. Dari situ, NU ikut ambil saham dalam penerapan UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang saat ini berlaku di Indonesia. Tentu HT belum punya saham dalam memperjuangkan hukum Islam di negara nasional ini, sehingga tidak logis jika HT langsung menentang negara nasional ini gara-gara tidak memberlakukan syariah Islam secara kaffah.

Antara NU dan HTI itu memang ada perbedaan prinsip, tapi ada juga kesamaan. Keinginan untuk melaksanakan ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan itu sama antara keduanya. Hanya perbedaannya, adalah bagaimana cara merealisasikannya. NU lebih realistis, sedang HTI utopis.

Dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama pada 1-2 Nopember 2104 di Cirebon memutuskan beberapa poin penting sehubungan dengan khilafah yaitu:

1. Islam sebagai agama yang komprehensif (din syamil kamil) tidak mungkin melewatkan masalah negara dan pemerintahan dari agenda pembahasannya. Kendati tidak dalam konsep utuh, namun dalam bentuk nilai-nilai dan prinsipprinsip dasar (mabadi` asasiyyah). Islam telah memberikan panduan (guidance) yang cukup bagi umatnya.

2. Mengangkat pemimpin (nashbal-imam) wajib hukumnya, karena kehidupan manusia akan kacau (fawdla/chaos) tanpa adanya pemimpin. Hal ini diperkuat oleh pernyataan para ulama terkemuka, antara lain, Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihya` ‘Ulum al-Din:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Agama dan kekuasaan negara adalah dua saudara kembar. Agama merupakan fondasi, sedangkan kekuasaan negara adalah pengawalnya. Sesuatu yang tidak memiliki fondasi, akan runtuh, sedangkan sesuatu yang tidak memiliki pengawal, akan tersia-siakan

Juga pendapat Ibn Taimiyyah dalam as-Siyasah al-Syar’iyyah fi Ishlah al-Ra’i wa al-Ra’iyyah:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

"Sesungguhnya tugas mengatur dan mengelola urusan orang banyak (dalam sebuah pemerintahan dan negara) adalah termasuk kewajiban agama yang paling agung. Hal itu disebabkan oleh tidak mungkinnya agama dapat tegak dengan kokoh tanpa adanya dukungan negara."

Islam tidak menentukan apalagi mewajibkan suatu bentuk negara dan sistem pemerintahan tertentu bagi para pemeluknya. Umat diberi kewenangan sendiri untuk mengatur dan merancang sistem pemerintahan sesuai dengan tuntutan perkembangan kemajuan zaman dan tempat. Namun yang terpenting suatu pemerintahan harus bisa melindungi dan menjamin warganya untuk mengamalkan dan menerapkan ajarankan agamanya dan menjadi tempat yang kondusif bagi kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan.

Islam melihat substansi negara dengan teritorialnya sebagai tempat yang kondusif bagi kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi warganya. Mereka menggunakan ungkapan, Al-‘ibratu bil Jauhar la bil Mazhhar (Yang menjadi pegangan pokok adalah substansi, bukan simbol atau penampakan lahiriyah). Khilafah itu memang fakta sejarah, pernah dipraktikkan di masa Al-Khulafa’ur Rasidyunyang sesuai dengan eranya di mana kehidupan manusia belum berada di bawah naungan negara bangsa (nationstate). “Pasalnya, perangkat pemerintahan dan kesiapan masyarakat saat era khilafah masih sederhana. Pada saat itu belum ada birokrasi yang tersusun rapi seperti sekarang, sehingga dibutuhkan orang dengan kemampuan lebih dalam pelbagai hal untuk menjadi khalifah. Sementara sekarang, kondisi masyarakat dan kesiapan pranata pemerintahan yang terus berkembang, menuntut bentuk pemerintahan yang berbeda

Pancasila sebagai Representasi Nilai-nilai Keislaman



Peran Pancasila terlihat masih dibutuhkan dalam menumpas radikalisme agama di Indonesia. Pancasila sebagai ideologi berarti suatu pemikiran yang yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah manusia masyarakat dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia, oleh karena itu Pancasila dalam pengertian ideologi ini sama artinya dengan pandangan hidup bangsa atau falsafah hidup bangsa (Rukiyati, M.Hum.,dkk, 2008: 89).

Pancasila adalah penjelmaan falsafah bangsa Indonesia yang paling realistis karena berpijak pada proses perjalanan sejarah pembentukan nusantara itu sendiri. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang membujur di titik strategis persilangan antarbenua dan antarsamudera, dengan daya tarik kekayaan sumberdaya yang melimpah, Indonesia sejak lama menjadi titik temu penjelajahan bahari yang membawa pelbagai arus peradaban (Yudi Latif, 2011: 3). Selain hal-hal di atas, keselarasan Pancasila dengan ajaran Islam juga tercermin dari kelima silanya yang selaras dengan ajaran Islam. Keselarasan masing-masing sila dengan ajaran Islam.

Solusi yang Ditawarkan



Gerakan radikalisme di Indonesia dapat merugikan ketatanegaraan NKRI dan juga tidak sesuai dengan Pancasila. Radikalisme dapat menjadikan negera dipandang rendah oleh bangsa lain sehingga ekonomi negara memburuk, sehingga Pemerintahan Indonesia harus berupaya memulihkan hal tersebut yang tentu merugikan ketatanegaraan. Selain itu radikalisme bertentangan dengan pancasila sila pertama. Tidak ada satupun agama yang di Indonesia yang mengajarkan radikalisme untuk mencapai tujuan dari suatu umat beragama.

NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia sangat konsen dalam memberantas gerakan radikalisme di Indonesia. Bagi NU, gerakan radikalisme sangat mengganggu terhadap kedamaian yang ada di Indonesia.

Sebagai Bangsa Muslim terbesar di dunia, Indonesia pun menggenggam legitimasi yang amat kuat untuk memulai inisiatif perdamaian. Indonesia juga memiliki wawasan Islam Nusantara, yaitu wawasan keislaman yang mengedepankan harmoni sosial dengan vitalitas untuk secara kreatif terus-menerus mendialogkan sumber-sumber ajaran dengan perubahan-perubahan konteks yang terjadi di lingkungan sosial-budayanya.

Wawasan Islam Nusantara telah terbukti ketangguhannya dalam membimbing masyarakat Muslim Indonesia melalui perjalanan sejarahnya hingga mewujud dalam tatanan sosial-politik yang moderen dan demokratis sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wawasan Islam Nusantara menawarkan inspirasi bagi seluruh dunia Islam untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran dan modelmodel interaksi yang damai dengan realitas kekinian dan pada gilirannya berkontribusi secara lebih konstruktif bagi keseluruhan peradaban umat manusia.

Melalui cara pandangan tersebut, NU selalu mengambil posisi sikap yang akomodatif, toleran dan menghindari sikap ekstrim (tafrîth, ifrâth) dalam berhadapan dengan spektrum budaya apapun. Sebab paradigma Aswaja di sini mencerminkan sikap NU yang selalu dikalkulasikan atas dasar pertimbangan hukum yang bermuara pada aspek mashlahah dan mafsadah. Inilah nilai-nilai Aswaja yang melekat di tubuh NU yang menjadi penilaian dan pencitraan Islam rahmatan lil ‘alamin di mata dunia.

Penulis adalah Katib Syuriyah PBNU; Dosen Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan STAINU Jakarta



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah, Pendidikan, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 03 November 2017

Gus Mus: Siapa Mundur? Aku Tak Pernah Maju

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Setiap minggu, tepatnya di hari Jum’at, Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Jawa Tengah, KH A Mustofa Bisri menyapa para pembacanya di Twitter. Lewat akun Twitter pribadinya @gusmusgusmu, mantan Pj Rais PBNU ini bahkan secara konsisten memberikan taushiyah lewat #TweetJum’at-nya.

Gus Mus: Siapa Mundur? Aku Tak Pernah Maju (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus: Siapa Mundur? Aku Tak Pernah Maju (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus: Siapa Mundur? Aku Tak Pernah Maju

Seperti biasa, sebelum menulis #TweetJum’at-nya, Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini menulis tweetnya dengan mengucapkan salam dan memberi doa.

“Assalãmualaikum warahmatuLlãhi wabarakãtuH. Selamat pagi. Semoga Allah mengampuni dan merahmati bangsa Indonesia. Ãmïn,” tulis Gus Mus di akun Twitter pribadinya, Jum’at (14/8).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tak lama setelah Gus Mus menulis Tweet tersebut, akun bernama Burhanuddin Saputu @b_saputu menimpali dengan bertanya kepada kiai budayawan ini.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Assalamu’alaikum...Kyai. Mau tanya, mengapa mundur dari Rais Am PBNU hasil Muktamar di Jombang?” tanya Burhanuddin.

Setelah sekitar dua jam, Gus Mus baru menjawab pertanyaan Burhanuddin tersebut. “Siapa mundur? Aku tak pernah maju,” tulis Gus Mus singkat.

Dalam #TweetJum’at-nya, Gus Mus sendiri bertaushiyah, “Jika kau bergembira perlihatkanlah kegembiraanmu, agar orang di sekitarmu ikut gembira. Tapi bila berduka, jangan perlihatkan kecuali kepada-Nya.”

Gus Mus adalah kiai yang dipilih oleh sembilan Tim Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) di Muktamar Ke-33 NU di Jombang. Sebelum Tim Ahwa yang terdiri dari 9 kiai khos ini mengadakan sidang pemilihan Rais Aam PBNU, Gus Mus telah menyatakan ketidaksediaannya untuk dipilih menjadi Rais Aam.?

Namun, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen memandang bahwa penolakan tersebut adalah bentuk ketawadhu’an Gus Mus yang benar-benar tidak bernafsu menginginkan sebuah jabatan. Akhirnya, sidang Tim Ahwa yang diketuai oleh KH Ma’ruf ini menetapkan Gus Mus menjadi Rais Aam PBNU dan KH Ma’ruf Amin sebagai wakilnya.

Namun demikian, beberapa saat setelah sidang pleno pemilihan Ketua Umum PBNU selesai yang menetapkan KH Said Aqil Siroj terpilih kembali menjadi Ketum PBNU, Gus Mus tetap menyatakan tidak mengambil penetapan dirinya sebagai Rais Aam PBNU.

Hal itu disampaikannya melalui surat resmi yang dibacakan oleh Prof Akh Muzakki, Ketua Sidang Pleno Pemilihan Ketum PBNU saat itu. Dengan mundurnya Gus Mus, secara otomatis KH Ma’ruf Amin menggantikannya sebagai Rais Aam PBNU.?

"Jabatan Rais Aam biarlah diserahkan kepada salah satu dari Ahlul Halli wal Aqdi yang paling mendekati kriteria (Afqahuhum wa Akbaruhum...),” demikian ditulis Gus Mus menggambarkan ketidakpantasan dirinya menjabat Rais Aam lewat surat yang ditulis menggunakan huruf Arab Pegon.?

Afqohuhum wa Akbaruhum atau yang paling sepuh dan alim fikih di Ahwa adalah KH Maimoen Zubair. Namun, Mbah Moen pun menolak. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Santri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 31 Oktober 2017

Konsep "Charter School" Solusi Pendidikan di Indonesia, Apa Itu?

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pemerhati pendidikan Indra Charismiadji mengatakan konsep charter school? atau sekolah swasta yang didanai pemerintah dapat menjadi solusi pendidikan di Indonesia yang memiliki wilayah yang luas.

Konsep Charter School Solusi Pendidikan di Indonesia, Apa Itu? (Sumber Gambar : Nu Online)
Konsep Charter School Solusi Pendidikan di Indonesia, Apa Itu? (Sumber Gambar : Nu Online)

Konsep "Charter School" Solusi Pendidikan di Indonesia, Apa Itu?

"Dengan konsep ini, pemerintah mengalokasikan anggaran, dan swasta yang menjalankan sistemnya," ujar Indra di Jakarta, Senin (19/9).

Dia menjelaskan pemerintah mendanai sekolah-sekolah swasta yang kekurangan dana dalam pengoperasiannya. Selama ini, banyak sekolah swasta yang akhirnya tutup karena kekurangan murid akibat kalah bersaing dengan sekolah gratis, bisa juga karena kualitas yang lebih rendah dibandingkan sekolah negeri.

"Sekolah dengan konsep seperti itu dapat menjadi solusi bagi Indonesia yang memiliki wilayah luas dan terpencil, serta dukungan anggaran pendidikan yang relatif besar," kata Direktur Utama PT Eduspec Indonesia itu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selama ini, sekolah negeri juga belum mampu menampung keberadaan jumlah murid. Dibandingkan harus membuat sekolah baru, lanjut dia, lebih baik mengembangkan konsep seperti itu.

Sejarah mencatat bahwa pendidikan swasta sudah ada sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Namun kini terjadi kesenjangan antara sekolah swasta yang selama ini memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kondisi sekolah swasta akhir-akhir ini semakin menurun baik dari segi kualitas, maupun kuantitas.

Meskipun permasalahan tersebut telah diakomodir dalam peraturan UU Sistem Pendidikan Nasional 20/2003 namun masih belum terlaksana dan tersosialisasikan dengan baik.

"Pendidikan memegang bidang strategis dalam membangun dan mencerdaskan suatu bangsa, maka dari itu kelalaian dalam mengembangkan dan membangun suatu pendididkan yang berkualitas akan berakibat fatal dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang diharapkan bagi kemajuan bangsa" kata Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Ki Suparwanto. (Antara/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tokoh, Makam, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 12 September 2017

Ada Ludrukan di Raker ISNU Jombang

Jombang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah 

Ada yang menarik saat kepengurusan ISNU Jombang masa khidmat 2012 – 2016 menyelenggarakan rapat kerja. Yakni diputarnya tayangan ludrukan yang nota bene sebagai salah satu ciri khas kota santri ini.

Ada Ludrukan di Raker ISNU Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Ludrukan di Raker ISNU Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Ludrukan di Raker ISNU Jombang

Ludrukan adalah sebuah dialog khas Jombang yang sarat keakraban dan makna. Dan atas kreasi dari Ahmad Zainuddin, ludruk animasi karya PKBM Sanggar Belajar “Ya Latif” ini akan menjadi salah satu kontestan pada acara Literacy International Unesco Addis Abada di Ethiopia 24-28/3 yang akan datang.

Animasi ini sengaja diputar di hadapan peserta rapat kerja dan undangan untuk memberikan pesan bahwa telah ada karya positif dari salah seorang pengurus ISNU Jombang yang mampu berkiprah di dunia internasional. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ludrukan berjudul “rentenir” dengan durasi sekitar 25 menit ini membawa pesan tentang pentingnya semangat belajar bagi masyarakat kendati telah berusia lanjut. Dan kebetulan sang pembuat skenario, Guk Dien adalah koordinator seksi pendidikan dan peningkatan SDM di PC ISNU Jombang.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tayangan ini juga menjadi suguhan yang cukup berbeda untuk kegiatan resmi di lingkungan NU. Apalagi kegiatan raker tersebut diselenggarakan di Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar. “Wah, ludruk masuk pesantren nih,” kata beberapa hadirin.

Rapat kerja ini dihadiri sejumlah undangan antara lain Wakil Bupati Jombang, Bapak Widjono, Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Sholahuddin Wahid, Ketua PCNU Jombang, KH Isrofil Amar, dan Sekretaris PW ISNU Jawa Timur, Muhammad Dawud.

 Untuk kepengurusan PC ISNU Jombang berjumlah 83 yang meliputi pengurus harian, seksi ekonomi dan koperasi, social politik, perempuan, pertanian dan peternakan, hukum dan HAM, pendidikan dan peningkatan SDM, Humas dan penerbitan, keorganisasian serta kesehatan. 

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Syaifullah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 03 September 2017

GP Ansor Jambesari Darus Sholah Gelar Baksos Bersih-bersih Musholla

Bondowoso, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Jambesari Darus Sholah Bondowoso selama bulan puasa Ramadlan menggelar kegiatan Bakti Sosial (Baksos) bersih-bersih musholla milik warga. Baksos ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian Ansor terhadap kondisi tempat ibadah umat muslim terutama di bulan suci Ramadlan.

?

GP Ansor Jambesari Darus Sholah Gelar Baksos Bersih-bersih Musholla (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Jambesari Darus Sholah Gelar Baksos Bersih-bersih Musholla (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Jambesari Darus Sholah Gelar Baksos Bersih-bersih Musholla

Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Jambesari Darus Sholah, ? Bahrullah mengatakan, Baksos bersih-bersih tempat ibadah dilakukan dengan pengecatan musholla milik warga Desa Sumber Anyar.

“Disamping bersih-bersih, kita juga langsung melakukan pengecatan musholla sehingga lebih indah dan nyaman digunakan untuk ibadah,”ujarnya, Selasa (6/6)

Kegiatan baksos juga dirangkai dengan dialog bersama Ketua DPRD Kabupaten Bondowoso, H Ahmad Dhafir yang juga penasehat GP Ansor Bondowoso serta buka bersama di rumah Kepala Desa Sumber Anyar Kecamatan Jambesari Darus Sholah.

“ Bulan puasa Ramadlan merupakan momentum untuk fokus kegiatan sahabat sahabat Ansor dan Banser pada musholla, karena musholla identik sebagai sarana ibadah umat muslim terutama menggelar taraweh berjamaah dan tadarus Al-Qur’an,” katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kegiatan baksos ini, lanjut Bahrullah, dilaksanakan atas kerjasama Pimpinan Cabang GP Ansor Bondowoso dengan Pimpinan Anak Cabang Jambesari Darus Sholah, sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat. Dan juga menjadi mitra pemerintah di tingkat kecamatan masing-masing.

Sementara itu, Ketua DPRD Bondowoso H Ahmad Dhafir dalam kesempatan dialog dengan kader kader Ansor dan Banser mengatakan bahwa sudah selayaknya Ansor berkiprah di masyarakat dalam bentuk apapun.?

“Salah satunya adalah dengan peduli terhadap kebersihan tempat ibadah dan juga menjaga, menciptakan kerukunan di masyarakat,”ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Terkait hubungan NU dan Negara, lanjut Ketua DPRD Bondowoso ini menambahkan, bahwa NU selama ini menjadi penjaga NKRI.

“Bagi NU, Pancasila, Undang-Undang 45 adalah final. Dan NKRI harga mati, itu bukan sekedar slogan atau bukan sekeder minta disanjung, tapi itu sebagai bentuk tanggung jawab kita semua penerus ulama. Karena, lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini atas jasa besar perjuangan para ulama," tandasnya. (Ade Nurwahyudi / Muslim Abdurrahman)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Aswaja, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 13 Agustus 2017

Membangun Pola Kaderisasi PMII Kampus Umum

Oleh Eko Tri Pranoto

Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakuakan tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis.

Membangun Pola Kaderisasi PMII Kampus Umum (Sumber Gambar : Nu Online)
Membangun Pola Kaderisasi PMII Kampus Umum (Sumber Gambar : Nu Online)

Membangun Pola Kaderisasi PMII Kampus Umum

“Dan hendaknya takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar” (An-Nisa : 9).

Bung Hatta pernah bertutur mengenai kaderisasi, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam!”.

? ? ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam kaderisasi ada dua ikon penting yaitu :

1. Pelaku Kaderisasi (subyek)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

2. Sususnan Kaderisasi (obyek)

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) fungsi dasarnya adalah kaderisasi, sesuai dengan tugas PMII “terbentuknya pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, cakap dan bertanggungjawab, mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia (Tujuan PMII, Pasal 4 AD/ART).

Pola kaderisai PMII memiliki karakter dan karakteristik yang berbeda-beda sesuai denga kondisi lingkungan dan situasi karakter mahasiswa pada jenis lembaga serta fakultas tertentu. Oleh karena itu pemahaman tentang teritorial PMII sangat perlu untuk ditanamkan. Berangkat dari pemahaman tersebut, pengurus komisariat maupun pengurus rayon memiliki kultur dan tantangan yang lebih kompleks dibandingkan dengan yang ada pada kampus-kampus yang berlatar belakang Islam.

Keberagaman latar belakang kultur mahasiswa di kampus umum serta padatnya waktu kuliah menjadi tantangan yang berat bagi PMII kampus umum. Untuk itu diperlukan formulasi kaderisasi yang matang agar tetap mampu bertahan di tengah kondisi kampus yang heterogen. Banyak jumlah kajian keilmuan di kampus umum dengan berbagai fakultas yang mempelajari disiplin ilmu dapat dijadikan modal untuk memaksimalkan pengembangan potensi kader sesuai dengan budaya masing-masing. Melalui pengembangan potensi tersebut makan akan tercipta kader-kader PMII yang layak dan kondusif untuk di tempatkan pada lini-lini yang terdapat di tiap lembaga kampus.

Dalam segi internal PMII, problem yang menjadi penyebab kurang hafalnya suatu kaderisasi adalah tidak adanya ruang sebagai media aktualisai bagi anggota maupun kader yang telah demisioner sebagai pengurus PMII sehingga tidak ada sinergitas bagi mereka terhadap fungsi kaderisasi. Perlu adanya ruang untuk meyakinkan para pengurus demosioner agar tidak lepas peran dan fungsi terhadap kaderisasi.

Penanaman nilai-nilai keislaman dan pemahaman ke-PMII-an harus disesuaikan dengan proses melalui ruang kaderisasi nonformal dan ruang kultural yang ada agar nilai dan pemahaman tersebut dapat disampaikan baik secara tekstual ataupun nontekstual. Kaderisasi nonformal bertujuan untuk membekali kader dengan pengetahuan dan keterampilan spesifik yang dibutuhkan oleh kader, maka output yang dihasilkan pada ruang kaderisasi ini terhadap pemahaman ke-PMII-an adalah meluluskan kader-kader yang ulil albab. Dalam pemahaman nilai-nilai keislaman, yang kultural yang ada merupakan pusat produksi ASWAJA sebagai manhaj al-fiqr PMII. Ruang kultur sangatlah penting mengingat kampus umum sangat kering keagamaannya.

Menyalurkan kaderisasi tentu butuh yang namanya “ritual” agar tercipta sebuah kesinambungan gerakan. Selain itu perlu adanya inovasi dan kreativitas dalam berpikir menjalankan kaderisasi agar kaderisasi yang dilakukan tepat sasaran. Tujuan lebih kepada aspek kuantitas contohnya sebelum melakukan Mapaba perlu adanya sebuah kegiatan pra-Mapaba yang bertujuan untuk pendalaman emosial dan pengenalan PMII kepada sasaran biasanya mahasiswa baru.

PMII Unila yang akrab disapa dengan nama PMII Komisariat Brojonegoro merupakan perintis berdirinya PMII di tanah Sai Bumi Ruai Juarai, bahkan dahulu PMII Unila adalah barometer pergerakan di Lampung. PMII Unila merupakan kiblat bagi seluruh PMII di berbagai penjuru Lampung. Banyak kader-kader yang sudah menjadi alumni sukses di berbagai profesi serta menduduki posisi strategis yang tersebar di berbagai daerah di Lampung baik sebagai pejabat, pengusaha, politisi, akademi dan banyak lagi sebagainya.

Beridirinya PMII Unila diprakarsai Teddy Junaidi, Rustam Efendi, dan beberapa tokoh lainnya yang merasa jenuh dengan nuansa gerakan mahasiswa di Unila yang condong monoton pada tahun 1965-an. Dalam perjalanannya PMII Unila sempat mengalami pasang surut, sempat mengalami kekosongan kegiatan dan kader antara tahun 2000 sampai tahun 2006. Penyebabnya adalah perumusan formula kaderisasi yang belum tepat sasaran, sehingga berdampak pada vakumnya PMII Unila.

Dinamika-dinamika kaderisasi tersebut dari mulai harmonisasi sejarah sampai dengan kemerosotannya, merupakan cermin bagi para pengurus, baik pengurus komisariat maupun pengurus rayon agar dalam menjalankan fungsi kaderisasi dapat memahami aspek-aspek apa saja yang harus dicukupi untuk menjalankan kaderisasi. Agar tidak terjebak kepada kemerosotan organisasi, dan dapat mengulang kembali harmonisasi sejarah kejayaan PMII kampus umum khususnya Unila.

Dapat dipahami bahwa kaderisasi memiliki tugas atau tujuan sebagai proses humanisasi atau pemanusiaan/memanusiakan. Manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, manusia yang beriman, manusia yang selalu mengingat Allah SWT di setiap saat, manusia yang setia dengan janji Allah SWT dan ridak melanggar perjanjian dengan-Nya, manusia yang mengambil pelajaran dari sejarah umat manusia, perjalanan alam semesta dan dari ayat-ayat-Nya sehingga dapat melaksanakan tujuan PMII.



Eko Tri Pranoto, Ketua Komisariat PMII Unila masa khidmah 2013-2014



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Nahdlatul, Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 12 Agustus 2017

Nyai Nur Hidayah Kembali Pimpin Muslimat NU Solo

Solo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Nyai Nur Hidayah Idris kembali terpilih untuk memimpin Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Kota Surakarta masa khidmah 2015-2020, setelah melalui tahap pemungutan suara pemilihan ketua pada acara Konfercab Muslimat NU Kota Surakarta di Hotel Aziza, Ahad (9/8).

Pada proses voting pemilihan ketua, Nyai Idris memperoleh 28 suara, unggul 1 suara dari calon ketua lainnya, Nyai Sehah Walafiah.

Nyai Nur Hidayah Kembali Pimpin Muslimat NU Solo (Sumber Gambar : Nu Online)
Nyai Nur Hidayah Kembali Pimpin Muslimat NU Solo (Sumber Gambar : Nu Online)

Nyai Nur Hidayah Kembali Pimpin Muslimat NU Solo

Hasil ini berarti mengantarkan istri KH Idris Shofawi itu, untuk ketiga kalinya secara berturut-turut, dipercaya untuk memimpin para ibu Muslimat NU di Kota Bengawan tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Usai terpilih, Nyai Nur menyampaikan sambutannya. Ia mengatakan akan bersama mengabdi dan berbakti untuk NU. “Jabatan tidaklah penting, yang penting kita bersama-sama tetap bisa memperbaiki diri, berbakti, dan mengabdi untuk NU,” ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pada kepengurusan sebelumnya, Muslimat NU di Kota Solo telah mengadakan berbagai kegiatan antara lain kegiatan rutin pengajian, pelatihan kursus menjahit, penyuluhan kesehatan dan lain sebagainya.

Dalam kegiatan Konfercab kali ini, turut hadir beberapa perwakilan dari pengurus PC Muslimat NU se-Soloraya. (Ajie Najmuddin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaSantri, Ulama, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 06 Agustus 2017

Santunan Yatim Piatu Sertai PKD Ansor Genuk

Semarang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ada beragam cara untuk mengisi bulan Ramadhan. Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Genuk, Kota Semarang memilih kegiatan kaderisasi untuk mengisi bulan suci ini. Melalui Perkaderan Tingkat Dasar (PKD) diharapkan akan lahir para kader yang berkualitas.

PKD yang digelar Sabtu (19/7) malam di kecamatan setempat itu diikuti seluruh utusan dari Pimpinan Ranting GP Ansor se-Kecamatan Genuk. Selain PKD bertajuk “Militansi dalam Berorganisasi”, GP Ansor Genuk juga menyelenggarakan buka puasa bersama dan santunan yatim piatu dan dhuafa.

Santunan Yatim Piatu Sertai PKD Ansor Genuk (Sumber Gambar : Nu Online)
Santunan Yatim Piatu Sertai PKD Ansor Genuk (Sumber Gambar : Nu Online)

Santunan Yatim Piatu Sertai PKD Ansor Genuk

Ketua PAC GP Ansor Genuk Muslimin mengatakan, saat ini kita membutuhkan kader yang memiliki militansi tinggi, menyadari akan kediriannya dan perannya khususnya sebagai kader Nahdliyin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Apalah arti sebagai mayoritas warga NU namun jika tidak memiliki keberpihakan kepada NU. Maka saatnya membangun kedirian salah satunya dengan mengikuti Perkaderan Tingkat Dasar,” jelasnya

M. Afdlori, SH, MH salah satu mengatakan, pemimpin tidak ditemukan di sekolahan, kampus, universitas maupun yang memiliki gelar sarjana, tapi pemimpin lahir dari perjalanan. Ketika lahir ia memiliki kelebihan, mampu menggerakkan, kuat manajemennya dan mempu menjembatani.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Pemimpin dalam organisasi di lingkungan NU lebih tepatnya disebut Khodimul Umat yakni sebagai pelayan,” tuturnya.

“Pemimpin adalah pelayan sehingga ia melayani terhadap umatnya sehingga mengandung makna luas kalau sudah ditunjuk sebagai pemimpin harus mendengar, mengerti, dan melangkah lalu berbuat terhadap keberadaan jamaahnya,” lanjutnya. (Lukni Maulana/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Meme Islam, Nahdlatul Ulama, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 20 Juni 2017

Kementerian Agama Lunjurkan Empat Model Madrasah Aliyah

Jombang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kementerian Agama RI tahun ini akan meluncurkan empat model madrasah aliyah. Dari empat model tersebut sebagian sudah beroperasi di berbagai daerah di tanah air.

"Pertama MAN Insan Cendikia saat ini ada 9, kemudian Madrasah Keagamaan, Madrasah Kejuruan dan terakhir Madrasah Keterampilan"Terang Dr. Basnang Said, Kasi Kurikulum Madrasah dan Evaluasi Kemenag RI dalam kegiatan Sosialisasi dan Pembinaan Guru Madrasah Di MAN Denanyar, Jombang, Sabtu (1/8)

Kementerian Agama Lunjurkan Empat Model Madrasah Aliyah (Sumber Gambar : Nu Online)
Kementerian Agama Lunjurkan Empat Model Madrasah Aliyah (Sumber Gambar : Nu Online)

Kementerian Agama Lunjurkan Empat Model Madrasah Aliyah

Dikatakan Basnang, tipologi Madrasah Aliyah Keagamaan akan meniru model pesantren, yakni para peserta didik diwajibkan untuk menginap dan mengikuti pengajian kitab kuning dan berbagai macam kegiatan yang sudah disusun dalam kurikulum.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kalau madrasah kejuruan para siswa dididik dan dilatih supaya punya keterampilan khusus agar mereka siap ketika masuk dunia kerja," tambah Ketua LP Maarif NU Sulawesi Barat ini.

Tipologi madrasah aliyah yang terakhir, kata dia, adalah Madrasah Aliyah Reguler namun di dalamnya para siswa akan di berikan berbagai macam keterampilan atau life skill seperti tataboga, otomotif, menjahit, dan sebagainya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain itu, sambungnya, keterampilan atau life skill tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan sumber daya alam lokal, misalnya madrasah yang ada di pesisir, maka life skill yang ditonjolkan adalah keterampilan dalam mengelola sumber daya laut.(Aiz Luthfi/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Pendidikan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah