Selasa, 30 Desember 2014

Ngaji Sejarah dan Film sebagai Strategi Kebudayaan Bangsa

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU menggelar diskusi publik dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-91 Nahdlatul Ulama di lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (30/1).

Pada sesi pertama pukul 09.00-12.00 WIB, tema yang diangkat adalah “Ngaji Sejarah” dengan pembicara Hilmar Farid, KH Agus Sunyoto, dan Seno Gumira Adjidarma, Tino Saroengallo, dan Noe Letto.

Ngaji Sejarah dan Film sebagai Strategi Kebudayaan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Ngaji Sejarah dan Film sebagai Strategi Kebudayaan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Ngaji Sejarah dan Film sebagai Strategi Kebudayaan Bangsa

Sementara pada kesempatan sesi kedua mengangkat ? tema “Ngaji Sinema” dengan menghadirkan pembicara Ifa Isfansyah, Dhiara Fasya, dan D. Rudy Heryanto.

Pada sesi kedua itu, Ifa Isfansyah sebagai pembicara pertama menyampaikan perjalanan awalnya menggeluti dunia perfilman. “Saya memulai dan berproses di Kota Yogyakarta sampai sekarang. Saya aktif menyutradarai film layar lebar bersama komunitas saya di Yogya,” ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sampai beberapa tahun di Yogya, ia sadar bahwa harus berinisiatif melakukan aktivitas lain yang tidak hanya terbatas pada produksi film. “Ada situasi bahwa film bukan hanya aktivitas produksi saja. Film butuh ditonton, didistribusikan, dan diapresiasi,” jelas pria yang waktu kecil tidak berencana jadi sutradara tersebut.

Sementara D. Rudi Heriyanto mengatakan bahwa film dokumenter itu mengajarkan tentang realitas, tentang drama, dan dengan film dokumenter bisa mengenalkan keragaman Indonesia juga.

Menurutnya, film adalah hasil dari berorganisasi. Film maker adalah organisator, sementara film making adalah pengejawantahan dari berorganisasi itu sendiri.

Lebih lanjut ia menuturkan, ketika perfilman yang baik itu membangun suatu masyarakat yang baik dalam berorganisasi maka terkait dengan kebudayaan, dengan film kita membutuhkan organisasi yang baik.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Pengorganisasian yang baik dan manusia-manusia yang memantapkan kehendaknya pada arah kebijakan kebudayaan untuk tujuan yang kita sepakati bersama,” tambahnya.

Ia juga mengatakan secara yakin tentang keberadaan Lesbumi dalam peran membangkitkan dunia perfilman. “Saya yakin kebangkitan sinema bisa dimulai di Lesbumi,” ujarnya.

Menurutnya, film merupakan salah satu bagian dari strategi kebudayaan suatu bangsa atau negara untuk memberikan penguatan argumentasi politik kebudayaan.?

Ia mencontohkan, bagaimana Korea Selatan memiliki strategi kebudayaan yang punya relasi kuat. Film dengan destinasi, dengan kebudayan, bahkan mereka bisa men-direct selera anak-anak remaja sekarang seperti budaya K-Pop.?

“Itu tidak tiba-tiba, tapi dirumuskan oleh budayawan, oleh film makernya, oleh penari-penarinya, dan juga didukung oleh pemerintah dan negara untuk menjadi sebuah roket kebudayaan,” pungkasnya. (Husni Sahal/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 28 Desember 2014

PMII Kota Pontianak Laksanakan Konfercab ke-2O

Pontianak, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. PC PMII Kota Pontianak akan melaksanakan Sarasehan Alumni & Konfercab XX, menurut informasi ketua panitia pelaksana Rahmatul Fitra, kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 18 - 20 Mei 2012 di aula KNPI Kalimantan Barat.

Acara konferensi ini menjadi keharusan untuk dilaksanakan oleh setiap kepengurusan cabang ketika masa jabatanya berakhir. Kegiatan Konfercab tahun ini akan dirangkai dengan berbagai kegiatan, yaitu Lomba baca kitab kuning tingkat pesantren se kota Pontianak, aksi sosial donor darah yang sudah dilaksankan hari ini ( 10 Mei 2012 ), bakti sosial,  dialog publik dan sarasehan alumni.

PMII Kota Pontianak Laksanakan Konfercab ke-2O (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Kota Pontianak Laksanakan Konfercab ke-2O (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Kota Pontianak Laksanakan Konfercab ke-2O

Sementara munurut suryadi, ketua yang akan dimisioner rangkaian kegiatan konfrensi tahun ini ingin menunjukan bahwa PMII juga peduli dengan kondisi sosial dan juga lingkungan sekitar, bukan cuma bisa aksi jalanan saja yang akhir-akhir ini melekat di kalangan warga pergerakan serta mencoba membiasakan kembali sahabat - sahabat PMII dengan pondok pesantren. Ia berharap kegiatan konfrensi cabang tahun ini berjalan lancar dan tertib.  

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Yadi

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Aswaja, Pahlawan, IMNU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 24 Desember 2014

Qurban untuk Peningkatan Kualitas Iman

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam rangka merayakan hari raya Idul Adha 1428 H yang akan jatuh pada hari Kamis, 20 Desember 2007, PBNU berharap peristiwa Idul Adha diresapi dan direfleksikan bukan sekedar menyembelih hewan kurban dan takbir beramai-ramai.

Wakil Rais Aam PBNU KH Tolhah Hasan berharap agar pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ismail dan Siti Hajar dapat dijadikan pelajaran kepada umat Islam untuk terus meningkatkan kualitas iman.

 

Qurban untuk Peningkatan Kualitas Iman (Sumber Gambar : Nu Online)
Qurban untuk Peningkatan Kualitas Iman (Sumber Gambar : Nu Online)

Qurban untuk Peningkatan Kualitas Iman

“Iman tidak begitu jadi terus langsung baik, membutuhkan satu usaha agar supaya terjadi peningkatan iman yang akhirnya dapat mempengaruhi perilaku dan ketabahan dalam menghadapi persoalan serta memiliki kesabaran dalam menyelesaikan tugas yang kita lakukan,” katanya kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Selasa (18/12).

Selain itu, PBNU berharap agar warga NU juga bisa berkorban yang lebih besar juga lebih banyak yang bermanfaat bagi orang banyak ditengah-tengah berbagai persoalan umat dan bangsa yang tak kunjung selesai.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kita dianjurkan untuk berkurban bagi yang mampu, kita harus memberikan daging bagi yang butuh. Namun kita juga butuh pengorbanan yang lebih besar dan lebih banyak agar hasilnya bisa dirasakan orang banyak seperti dalam kehidupan sosial, dunia pendidikan, pembinaan ummat dan pemberdayaannya, serta hal-hal yang menyangkut apa-saja yang memberi dampak positif dan manfaat bagi ummat,” tuturnya

Dikatakan oleh Mantan Menteri Agama ini, dalam menjalani hidup, manusia akan selalu menghadapi masalah, namun semuanya harus harus dihadapi dengan penuh rasa tanggung jawab.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Semua tugas, perjuangan dan cita-cita luhur membutuhkan pengorbanan, tetapi jangan sampai pengorbanan yang sia-sia. Pengorbanan harus sesuai dengan kualitas dan besarnya masalah yang kita hadapi, jangan sampai berkorban tak jelas untuk apa dan untuk siapa,” imbuhnya.

Mantan Rektor Unisma Malang ini menuturkan saat ini masyarakat seringkali dituntut untuk berkorban, namun pengorbanan dan penderitaan besar tersebut malah sia-sia karena tak memberi manfaat untuk dirinya dan untuk anak keturunannya. (mkf)



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Nahdlatul, Habib PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 23 Desember 2014

Kotekan Lesung hingga Seribu Bendera di Puncak Lawu

Solo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Beragam cara dilakukan masyarakat Solo dan sekitarnya dalam merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-68 Republik Indonesia.

Kotekan Lesung hingga Seribu Bendera di Puncak Lawu (Sumber Gambar : Nu Online)
Kotekan Lesung hingga Seribu Bendera di Puncak Lawu (Sumber Gambar : Nu Online)

Kotekan Lesung hingga Seribu Bendera di Puncak Lawu

Di Wonogiri, warga memeriahkan pitulasan sekaligus melestarikan seni tradisi. Warga Desa Pokoh Kidul, Kecamatan Kota Wonogiri, menggelar lomba tradisional berupa Kothekan Lesung, Ahad (18/8).

Peserta lomba Kothekan Lesung seluruhnya perempuan. Mereka bersemangat menyanyikan lagu sambil memukulkan alu ke badan lesung dengan membuat irama tertentu. Persis seperti perempuan jaman dahulu ketika tengah menumbuk padi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Wuryatno, Kepala Desa Pokoh Kidul, ada filosofi tinggi dalam seni tradisi Kothekan Lesung. Yakni, kerja keras penuh semangat dengan saling membantu antar sesama demi meraih tujuan yang diinginkan. Sehingga, dia menyebut kesenian kothekan itu perlu dilestarikan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Memang keberadaan lesung dan alu untuk menumbuk padi sudah tergantikan mesin penggiling. Tapi, melihat filosofi tinggi di dalamnya, perlu kita lestarikan. Pastinya dalam bingkai seni tradisi dan budaya, ” kata Wuryatno.

Ada 13 kelompok Kothekan Lesung perwakilan seluruh dusun yang ambil bagian dalam lomba pitulasan tersebut. Diterangkan dia, bukan soal menang kalah dalam lomba itu, melainkan semangat mencintai tradisi. Terlebih seluruh peserta, baik yang menang maupun kalah menerima hadiah berupa peralatan masak.

“Selain lomba Kothekan Lesung, ada lomba jalan sehat, voli, bulu tangkis, dan klenengan (karawitan). Khusus tahun ini kami pusatkan di lapangan Dusun Gudang. Tahun depan berpindah ke dusun lainnya, demikian seterusnya,” beber Wuryatno.

Seribu Bendera

Sedangkan sebagian warga memilih memperingati Hari Kemerdekaan di Puncak Lawu. Mereka terdiri dari para pendaki dari luar kota dan masyarakat sekitar lereng Lawu.

Sabtu (17/8/) pukul 09.00 WIB itu, ratusan orang pendaki yang membentuk barisan rapi itu melantunkan lagu kebangsaan Indonesia Raya di Telaga Kuning, Puncak Gunung Lawu, Hargo Dumilah.

Di tengah-tengah barisan tersebut. Sebuah tiang bendera yang ditegakkan dikelilingi oleh ratusan bendera kain merah putih ukuran mini. Di belakang barisan itu, ratusan bendera lainnya dipasang sejajar menjadi back ground barisan.

“Pengibaran 1.000 bendera ini untuk memeriahkan HUT ke-68 RI dan mendongkrak jiwa nasionalisme para pemuda,” terang salah satu pendaki, Nur Rizki.

Sehari sebelumnya, mereka juga melepas sebanyak 120 ekor burung jenis Cucak Jawa dan Kutilang dilepas di pos induk pendakian Cemoro Kandang. Hal itu menyusul berkurangnya jumlah populasi burung di Gunung Lawu sejak beberapa tahun terakhir. 

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Ajie Najmuddin

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaNu, Internasional, Amalan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 17 Desember 2014

GP Ansor Wonogiri Siapkan Kader Tanggap Bencana

Wonogiri, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Bencana alam seringkali terjadi tanpa dapat diprediksi. Terkadang peristiwa itu merenggut korban nyawa yang tidak sedikit. Meski demikian, langkah antisipasi untuk meminimalisasi jatuhnya korban perlu dilakukan. Inilah yang dilakukan GP Ansor Wonogiri.

Pimpinan Cabang GP Ansor Wonogiri melakukan kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Khusus (Diklatsus) Banser Tanggap Bencana (Bagana) di Tengger Puhpelem Wonogiri, selama dua hari, Jumat-Sabtu (18-19/3).

GP Ansor Wonogiri Siapkan Kader Tanggap Bencana (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Wonogiri Siapkan Kader Tanggap Bencana (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Wonogiri Siapkan Kader Tanggap Bencana

Panitia kegiatan Komarudin menjelaskan, Diklatsus Bagana di Wonogiri yang diikuti sekitar 72 peserta ini penting sebagai salah satu bagian dari proses kaderisasi.

“Dari pelatihan ini, kita ingin Banser semakin dekat kepada masyarakat terlebih ketika terjadi bencana alam kita menjadi lebih tanggap dan siap,” terang Komar yang juga membidangi kaderisasi GP Ansor Wonogiri.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Para peserta mendapatkan berbagai materi antara lain kemampuan medis dasar, SAR, mentalitas, manajemen penganggulangan bencana, dan simulasi bencana.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pantauan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, tampak hadir pada pembukaan perwakilan dari Polsek Puhpelem. Perwakilan Polsek ini merespon positif kegiatan Diklatsus Bagana mengingat daerah Wonogiri antara lain Puhpelem, Bulukerto, dan Kismantoro termasuk wilayah yang rawan terjadi bencana alam longsor. (Ajie Najmuddin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pesantren, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 15 Desember 2014

Urgensi Lembaga Kader Fuqaha

KH MA Sahal Mahfudh. --Isu krisis ulama fiqih sering membuat kita berpikir, meski hal itu hanya sebagai sinyalemen. Di satu pihak, sinyalemen itu sebagai isu cenderung kita ingkari, karena ia memberi citra negatif tentang fenomena kekosongan pemuka agama. Mungkin akan muncul kekhawatiran berlebihan, yang dapat menimbulkan keputusasaan dan sikap pesimis di kalangan umat terhadap gejala kekosongan ulama, sehingga akan mendorong persiapan sedini mungkin.

Pembicaraan kali ini menyangkut ulama. Tidak sembarang orang boleh dan mampu memberikan kriteria ulama, karena ia memiliki nilai lebih yang sering kali tidak dapat dijangkau oleh keawaman umat. Saya hanya menggunakan kriteria dan batasan ulama menurut al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin yang menyebutkan, ulama adalah seorang yang rajin beribadah, zuhud, alim dalam berbagai bidang ilmu, khususnya ilmu-ilmu ukhrawi, senantiasa ikhlas karena Allah dan faqih dalam segala aspek kemaslahatan umat.

Urgensi Lembaga Kader Fuqaha (Sumber Gambar : Nu Online)
Urgensi Lembaga Kader Fuqaha (Sumber Gambar : Nu Online)

Urgensi Lembaga Kader Fuqaha

Dari kriteria itu, yang seringkali tidak dipahami secara benar adalah sebutan “faqih" bagi ulama. Ada dua pengertian yang hampir sama, yakni faqih dan mutafaqqih. Faqih secara harfiah berarti seorang yang alim fiqih. Sementara mutafaqqih adalah orang yang menguasai fiqih. Kedudukan faqih berada di atas mutafaqqih, karena di dalam mengkaji masalah-masalah fiqih seorang faqih tidak hanya memahami teks-teks kodifikasi fiqih yang sudah matang, akan tetapi juga melalui kajian-kajian suplementer, seperti ushul al-fiqh, qowaid al-fiqh, ishtilah al-fuqaha dan lain sebagainya. Sedangkan mutafaqqih adaiah seorang yang hanya menguasai masalah-masalah yang telah terbukukan dalam kitab fiqih yang ada.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

***

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mengapa isu krisis ulama muncul? Barangkali melalui tarikan garis historis yang panjang kita akan dapat menyimak munculnya isu itu. Semenjak beberapa abad yang lalu, konsep fiqih yang berlaku di tengah-tengah masyarakat Indonesia sempat menjadi sumber ni1ai. Fiqih tidak saja berlaku sebagai norma yang berwatak legalistik, tapi juga mewarnai sikap dan perilaku masyarakat. Bahkan sebagian konsep tersebut telah dianggap sebagai subkultur yang telah menyatu dengan kehidupan yang ada.

Kecenderungan seperti ini sebagai hasil nyata dari kemampuan para ulama yang telah mencoba memasyarakatkan fiqih, dengan pendekatan kultural sedemikian rupa, sehingga perubahan budaya dengan nilai-nilai Islami dari ajaran fiqih berjalan beriringan begitu mulus tanpa menimbulkan kerawanan yang berarti. Secara konvensional, ajaran-ajaran fiqih itu dimodifikasi oleh para ulama sedemikian rupa sesuai dengan tradisi yang ada pada zamannya.

Membicarakan masalah ulama, konsep-konsep dan keadaan masyarakat yang berbudaya fiqih tentu tidak mungkin lepas dari membicarakan eksistensi pesantren yang telah memberikan kontribusi paling besar bagi pembudayaan fiqih itu sendiri. Sejak berdirinya, pesantren merupakan lembaga tafaqquh fiddin (memahami agama) yang begitu kuat, mengakar dan sekaligus diterima oleh masyarakat pada zamannya. Lembaga ini memang lahir di tengah-tengah masyarakat kelas bawah, sehingga warna konvensional sangat pekat tampak dalam sikap, langkah dan pemikiran pesantren.

Namun justru berangkat dari kesederhanaan demikian, pesantren menjadi lebih mudah mengakomodasikan nilai-nilai fiqih ke dalam kehidupan yang ada. Bagaimanapun, masyarakat lebih suka menerima hal-hal yang tidak terlalu asing, aneh, dan berkesan baru serta modern bagi segala aspek perilaku kehidupannya. Masyarakat pada masa itu cenderung menolak apa saja datang dari penjajah, tentu saja bercorak modern, baru dan asing. Hal ini malah semakin mendukung langkah pesantren dalam mengkonsumsikan ajaran-ajaran fiqih.

Sebagai lembaga tafaqquh fiddin, pesantren membekali para santrinya dengan ilmu-ilmu yang bermuara pada pendalaman masa’il diniyah (masalah-masalah agama). Ilmu-ilmu fiqih paling kuat mempunyai manfaat dalam hal itu, karenanya pesantren menjadi getol mengkajinya ketimbang ilmu-ilmu yang lain, meski tidak berarti meninggalkannya. Kekentalan eksistensi pesantren sebagai lembaga tafaqquh fiddin berjalan beberapa abad lamanya sampai suatu saat ketika pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan bentuk pendidikan baru yang benama sekolah, untuk mengimbangi pengaruh pesantren.

Perubahan pun tak terelakkan lagi. Pesantren juga mengimbangi sistem klasikal yang dimiliki oleh sekolah dengan mendirikan lembaga pendidikan dalam pesantren yang bertitel madrasah, yang secara harfiah adalah terjemahan dari sekolah.

Pada mulanya, pesantren dengan madrasahnya itu, meski wilayah garapannya bertambah akan tetapi justru semakin memantapkan eksistensinya di tengah masyarakat. Madrasah sebagai wujud pengembangan pesantren, juga tetap menitikberatkan tafaqquh fiddin sebagai garapan utamanya. Hanya saja, sistem dan metodenya berbeda dengan pesantren tradisional (salaf). Madrasah-madrasah pesantren pada waktu itu belum mengenal sertifikasi bagi setiap lulusannya dan juga akreditasi sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan lain.

Baru ketika mulai diperkenalkan pendidikan guru agama oleh pemerintah yang diikuti dengan pengangkatan guru negeri dengan gaji tetap, maka mulai tampak pergeseran nilai-nilai ikhlas, dari menuntut ilmu li wajhillah menjadi karena ijasah. Dampaknya, eksistensi pesantren menjadi kabur, bahkan hilang identitasnya secara perlahan.

Fenomena pergeseran nilai semacam itu tidak bisa semata-mata diartikan sebagai kemunduran pesantren secara total. Sampai saat ini masih cukup banyak ditemukan pesantren tradisional, baik di Jawa maupun luar Jawa, meski profilnya tentu saja tidak seperti yang ada pada tahun 60-an ke belakang, di mana para alumnus pesantren masih dapat digolongkan sebagai mutafaqqih. Pergeseran tersebut hanya merupakan kasus secara individual, yang menimpa para insan pesantren dan bukan secara kolektif.

***

Lalu di mana letak krisis ulama terjadi? Kembali kepada kriteria al-Ghazali tentang ulama yang representatif dan mumpuni, maka kita bisa melihat dan menyimak nilai-nilai ikhlas telah tercederai oleh faktor-faktor eksternal. Produk yang lahir dari kaburnya orientasi itu adalah alumnus-alumnus pesantren yang kurang representatif untuk disebut ulama. Memang, kita tidak bisa mengambinghitamkan begitu saja terhadap faktor-faktor eksternal.

Kita tidak boleh menutup mata terhadap berkurangya animo santri sekarang ini untuk menggali kitab kuning secara baik dan benar. Bahkan ada beberapa pihak yang mencoba mencari jalan pintas di dalam mengkaji ilmu-ilmu agama dengan jalur penterjemahan kitab-kitab kuning, yang tentu saja tidak akan bisa sama persis dengan aslinya. Ini tidak kecil efek negatifnya, apalagi bagi orang yang telah berkecimpung lama di dunia pesantren. Ada reduksi dan kemerosotan yang sangat terasa, sebagai kesenjangan yang kentara dan tidak mustahil akan berubah menjadi satu-satunya momok bagi perjalanan pesantren.

Isu krisis ulama agaknya pernah coba dihadapi dan ditanggulangi oleh beberapa pihak, khususnya oleh pemerintah. Lebih dari setengah dasawarsa yang lalu, ada semacam langkah untuk mengisi posisi ulama dalam kehidupan yang semakin menuntut peran ulama lebih besar lagi. Meskipun banyak pihak yang kurang sependapat dengan isu kekosongan ulama, akan tetapi jumlah kuantitas umat yang kian bertambah, tentu tidak akan cukup hanya dihadapi dengan jumlah pemuka agama yang masih bisa dihitung dengan jari. Akan tetapi langkah tersebut ternyata tidak efektif, bahkan menimbulkan kesan akan menggeser posisi sentral ulama sebagai legitimator masalah-masalah fiqhiyah.

Gambaran situasi di atas sebagai kenyataan dan tantangan serius bagi para ulama dan pesantrennya, sekaligus merupakan dorongan yang kuat terhadap kebutuhan adanya lembaga kader fuqaha (ahli-ahli fiqih) yang rapih dengan manajemen dan pendanaan yang memadahi.

Kebutuhan dan urgensi akan lembaga ini pernah muncul dan dibahas dalam sebuah forum ulama pada sekitar tiga tahun lalu. Waktu itu, alhamdulillah sambutan para ulama cukup positif. Saya beserta para ulama pengasuh pesantren yang hadir mencoba memformulasikan lembaga yang ideal bagi penempaan kader-kader fuqoha yang alami, zuhud dan ikhlas itu.Alhamdulillah pula, gaung yanada terus bersambut. Pihak-pihak yang merasa terkait kemudian mencoba untuk berpartisipasi. Sebagai contoh, lahirlah madrasah aliyah program khusus yang diprakarsai Departemen Agama. Namun tentu saja hal itu masih belum mencukupi kebutuhan. Kita masih menanti uluran tangan dan partisipasi penuh dari umat sekalian.

*) Diambil dari KH MA Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, 2004 (Yogyakarta: LKiS). Pernah dimuat Suara Merdeka, 19 Juni 1992.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian Sunnah, Berita, PonPes PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 13 Desember 2014

KMNU UI Siap Jadi Tuan Rumah Musyawarah Regional

Depok, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Universitas Indonesia (UI) siap jadi tuan rumah dalam agenda Musyawarah Regional yang akan dihadiri oleh delapan perguruan tinggi. Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan pada Sabtu (5/3) mendatang di Aula Setyaningrum, Pusat Kegiatan Mahasiswa UI.

Ketua KMNU UI Nurul Fauzi menyatakan Musyawarah Regional akan diikuti oleh IIUM, UNILA, UNPAD, ITB, UPI, UI, STAN, IPB dengan agenda laporan pertanggungjawaban dan reorganisasi kepengurusan.

KMNU UI Siap Jadi Tuan Rumah Musyawarah Regional (Sumber Gambar : Nu Online)
KMNU UI Siap Jadi Tuan Rumah Musyawarah Regional (Sumber Gambar : Nu Online)

KMNU UI Siap Jadi Tuan Rumah Musyawarah Regional

Ia memaparkan, Musyawarah Regional bertujuan untuk menguatkan perjuangan NU di kampus-kampus besar, agar nilai Ahlussunnah Waljamaah An Nahdliyyah dapat dilestarikan di kalangan generasi muda.

"Ya, tentunya agenda ini menjadi penting khususnya untuk mulai meningkatkan eksistensi KMNU di UI yang baru berdiri sekitar dua tahun," kata Fauzi saat diwawancarai, Ahad (28/1).

Ketua Bidang Internal KMNU UI Tomy Lutvan menambahkan, selain meningkatkan keberadaan KMNU di UI, kegiatan ini juga sebagai penguat keberadaan KMNU UI di tingkat regional.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Jelas harapannya agenda Musyawarah Regional ini menjadi starting point perjuangan NU di kampus kuning. Selain itu juga penting untuk menarik semangat pengurus KMNU UI agar ke depan semakin solid," pungkasnya. (Afifah Marwa/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Budaya PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 12 Desember 2014

Santri Dimotivasi Kuliah Sampai di Jerman

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada 29 Mei 2013, dilakukan kuliah-online melalui tele-konferensi bertema “Pendidikan di Jerman’ kerjasama Institut Studi Keislaman (Instika), Pesantren Annuqoyah, Guluk-Guluk Sumenep & NU Cabang Jerman. 

Santri Dimotivasi Kuliah Sampai di Jerman (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri Dimotivasi Kuliah Sampai di Jerman (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri Dimotivasi Kuliah Sampai di Jerman

Kuliah umum menghadirkan pembicara Suratno,  ketua tanfidziyah NU Jerman yang saat ini sedang melakukan riset untuk program Doktor Political Anthropology & Religion.

Muhammad Mushtafa, ketua panitia menjelaskan, kuliah online ini diikuti ratusan mahasiswi Instika dan santriwati Annuqoyah. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain untuk lebih mengenalkan pendidikan di Jerman, acara tersebut diharapkan memotivasi para mahasiswi dan santriwati tentang pentingnya mendapat pendidikan yang berkualitas dan kalau bisa didorong untuk bisa kuliah di Jerman. 

Dalam paparannya, Suratno menjelaskan bahwa pemerintah Jerman menganut filosofi bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap orang yang ingin belajar. Oleh karena itu pemerintah Jerman memiliki kebijakan menggratiskan biaya pendidikan dari TK sampai perguruan-tinggi dan ini berlaku tidak hanya bagi orang Jerman tapi juga orang asing yang tinggal di Jerman. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kebijakan baru dilakukan pada awal tahun 2005 ketika Mahkamah Konstitusi Jerman memutuskan bahwa pemerintah federal tidak lagi memiliki kewenangan untuk melarang negara bagian memberlakukan kebijakan uang sekolah/kuliah. Saat ini di beberapa negara bagian masih ada yang sekolah gratis, tapi ada juga yang membayar dengan besaran sekitar 200-500 euro per-semester.  

Berbeda dengan di Indonesia yang menganut sistem pendidikan tiga jenjang SD-SLTP-SLTA, Jerman hanya memiliki dua jenjang pendidikan Pra Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dasar (Grundschule) dan pendidikan lanjutan (Gesamtschule) yang terdiri dari Gymnasium, Realschule dan Berufschule

Perbedaan lain, di Indonesia SD bertingkat dari kelas 1-6 sementara di Jerman, SD diberikan dari kelas 1-4, berdasarkan pengalaman anaknya, Nihaya (9) yang saat ini duduk di kelas 3 Grundschule. Demikian pula, di Indonesia ada SLB (Sekolah Luar Biasa), di Jerman kelas-kelas SD bersifat inklusif, yaitu siswa berkebutuhan khusus dicampur dengan siswa pada umumnya. Bahkan di beberapa sekolah, kelas 1, 2, 3, 4 untuk beberapa bulan dalam satu tahun pelajaran juga di campur. 

Di Indonesia siswa SD menerima banyak sekali pelajaran, di Jerman hanya sedikit. Nihaya hanya menerima pelajaran Matematika, Bahasa Jerman dan Inggris, Keterampilan, Musik dan Olahraga. Ada juga pelajaran agama tetapi sifatnya sukarela. 

Tidak seperti di Indonesia yang di akhir semester siswa menerima raport dengan angka warna-biru atau merah sesuai hasil test, di Jerman akhir tahun siswa menerima Schulebescheinigung yang berisi 3 lembar penjelasan guru-kelas tentang proses belajar siswa. 

Setelah menyelesaikan Grundschule 1-4, guru-kelas akan merekomendasikan siswa untuk melanjutkan ke Gymnasium, Realschule atau Berufschule sesuai dengan Schulebescheinigung masing-masing siswa dari kelas 1-4. Gymnasium diperuntukkan bagi siswa-siswa pandai yang dianggap mampu melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Jenjang ini ditempuh mulai dari kelas 7-13, dan setelah lulus mereka diberi ijazah yang dikenal sebagai “Abitur”. Jadi sebelum masuk ke perguruan tinggi, seorang siswa di Jerman menyelesaikan pendidikan pra-perguruan tinggi selama 13 tahun. 

Berufschule diperuntukkan bagi siswa-siswa yang langsung dipersiapkan memasuki dunia kerja dan tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan Realschule ada di tengah-tengah keduanya. Kalau dianggap bagus, siswa dari Realschule bisa meneruskan ke Gymnasium untuk mendapatkan Abitur, atau bisa juga langsung memasuki dunia kerja. Berufschule dan Realschule ditempuh mulai kelas 5-10. 

Setelah mendapatkan Abitur, siswa langsung bisa mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi. Tidak ada tes masuk seperti SMPTN di Indonesia. Calon mahasiswa tinggal mengirimkan berkas lamarannya ke maksimal 5 universitas dan mereka akan langsung memutuskan berdasarkan nilai Abitur. Hal tersebut dimungkinkan karena pendidikan di seluruh Jerman memiliki kualitas yang sama dan merata. Sementara untuk calon mahasiswa yang tidak memiliki Abitur (alumni negara lain) wajib mengikuti Sprachkurse (Kelas bahasa Jerman, karena kuliah S1 di Jerman umumnya berbahasa Jerman sementara untuk S2 dan S3 cukup banyak yang berbahasa Inggris) dan Studienkollege (persiapan masuk universitas selama 1 tahun. 

Ada dua jenis pendidikan tinggi di Jerman, yaitu Universitäs (UNI) dan Fachhochschule/Universitas Ilmu Terapan (FH). UNI lebih menekankan ke teori dan kepadanya diberikan tanggung jawab dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Komposisi antara kuliah/teori dan praktek di UNI 60:40. Sebaliknya, FH lebih menitikberatkan ke aspek terapan, dengan komposisi kuliah/teori dan praktek 40:60. FH hanya memiliki program S1 dan S2. Sementara UNI memiliki program S1, S2, dan S3.

Suratno menjelaskan keunggulan utama pendidikan di Jerman adalah murah dan berkualitas. Program S3 yang dijalaninya hanya perlu membayar SPP 275 euro per semester, dengan fasilitas sebagai mahasiswa yang begitu banyak seperti gratis menggunakan alat transportasi di negara bagian (kereta RB, RE, S-Bahn, Trem, U-Bahn dan Bis), diskon 40% makan di mensa (kantin-kampus), diskon nonton film di Kino (bioskop), diskon mengunjungi museum dan taman, diskon nonton bola di stadion dan pertandingan olahraga lainnya, serta pertunjukan musik dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Universitas-universitas Jerman juga terkenal dengan kualitasnya baik di bidang teknologi, kedokteran, pertanian, sosiologi, antropologi, hukum, filsafat, ekonomi, politik, seni dan lainnya. 

Goethe-Uni Frankfurt tempat Suratno belajar sangat terkenal dalam ilmu-ilmu sosial karena telah melahirkan mazhab Frankfurt dengan tokoh-tokoh seperti Theodor Adorno, Max Horkheimer, Erich Fromm, Herbet Marcuse, Leo Lowenthal, Freidrich Pollock, Juergen Habermas, Axel Honneth, Rainer Forst dan lainnya.  

Secara umum universitas-universitas Jerman tidak masuk 10 terbaik peringkat universitas dunia yang disusun lembaga-lembaga survey, terutama menurut Suratno, karena pemeringkatan tersebut salah satunya berdasar publikasi bahasa Inggris, sementara di Jerman banyak universitas dan pusat riset yang memang mensyaratkan publikasi mahasiswa, dosen dan penelitinya berbahasa Jerman. 

Selain itu, Jerman merupakan negara maju yang menjadi leading-country di Eropa dalam bidang ekonomi dan politik. Dalam bidang olahraga selain terkenal dengan timnas sepak bolanya yang berprestasi di banyak turnamen, juga klub sepak bola Bundesliga (Liga Jerman) seperti Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund yang beberapa hari lalu merajai Eropa dengan menjadi finalis liga Champion Eropa 2013.  

Suratno menjelaskan, selama studi di Jerman dia tidak hanya fokus dengan ‘pelajaran’ yang menjadi subjek risetnya, tetapi juga dengan pelajaran-kehidupan di Jerman seperti kemajuan ekonomi dan teknologi, juga dinamika politik, sosial, budaya, agama, olahraga dan lain sebagainya.  



Redaktur: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Budaya PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 07 Desember 2014

Jelang Putaran Kedua Pilkada, Warga Jakarta Jangan Takut Intimidasi

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Direktorat Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) Polda Metro Jaya AKBP Anjar Gunadi mengimbau masyarakat Jakarta untuk bergembira menyongsong putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Gunadi mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada kesempatan kedua ini sesuai dengan pilihan hati masing-masing.

Demikian disampaikan AKBP Anjar Gunadi dalam tasyakuran Harlah Ke-94 NU di aula Yayasan Darul Marfu, Jalan H Zainudin, Radio Dalam, Gandaria, Jakarta Selatan, Ahad (9/4) malam.

Jelang Putaran Kedua Pilkada, Warga Jakarta Jangan Takut Intimidasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Jelang Putaran Kedua Pilkada, Warga Jakarta Jangan Takut Intimidasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Jelang Putaran Kedua Pilkada, Warga Jakarta Jangan Takut Intimidasi

Ia juga mengajak masyarakat untuk menghargai pilihan anggota masyarakat yang berbeda. Menurutnya, dukung-mendukung calon adalah hak dari anggota masyarakat, tetapi harus tetap berada di jalur hukum dan tuntutan nilai-nilai etika yang berlaku.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Ini zaman pilkada. Tak perlu sikut-sikutan. Tahun 2019 nanti kembali pilpres. Kita akan melewati pemilihan umum terus ke depan, tak putus-putus. Semoga masyarakat tidak bosan. Ini tuntutan demokrasi,” kata Gunadi.

Ia juga mengingatkan masyarakat agar tidak khawatir dengan pilihannya karena pihak kepolisian dan TNI akan mengawal proses pilkada Jakarta ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Gak usah takut. Sama setan saja kita tidak boleh takut. Setiap TPS, satu polisi dan satu TNI. Ini pesta demokrasi. Semua harus senang. Jangan sampai ketakutan. Dan jangan golput,” kata Gunadi di hadapan ratusan warga NU.

Sementara Walikota Jakarta Selatan menegaskan bahwa pilkada Jakarta ini adalah pesta demokrasi. Semua orang harus senang mengikuti pesta ini.

“Kalau ada intimidasi, laporkan ke dandim dan kapolres. Tak boleh ada intimidasi. Tak boleh menakut-takuti. Indonesia milik semua orang,” kata Walikota Jakarta Selatan.

Peringatan Harlah NU ini diawali dengan khataman Al-Quran dan ditutup dengan istighotsah. Di sela acara pengurus harian PCNU Jakarta Selatan memberikan bantuan kepada puluhan anak-anak yatim dan dhuafa.

Dalam khataman dan istighotsah yang diselenggarakan PCNU Jakarta Selatan ini tampak hadir Direktorat Kamtibmas Polda Metro Jaya AKBP Anjar Gunadi, Kapolres Jaksel Kombes Iwan, Dandim Jakarta Selatan, Walikota Jakarta Selatan Tri Kurniadi. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hadits PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 14 November 2014

Komunitas Ustadzah Jakarta Salurkan Bantuan Rohingya via NU Care-LAZISNU

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Forum Komunitas Ustadzah (Fokus) DKI Jakarta menyerahkan bantuan untuk Muslim Rohingya melalui NU Care-LAZISNU. Penyerahan bantuan senilai 35 juta rupiah dilakukan di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (12/9) siang.

Sekretaris Fokus, Ustadzah Umanah Hulwani mengungkapkan bantuan ini merupakan bentuk empati para ustadzah DKI Jakarta atas musibah yang dialami Muslim Rohingya.

Komunitas Ustadzah Jakarta Salurkan Bantuan Rohingya via NU Care-LAZISNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Komunitas Ustadzah Jakarta Salurkan Bantuan Rohingya via NU Care-LAZISNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Komunitas Ustadzah Jakarta Salurkan Bantuan Rohingya via NU Care-LAZISNU

“Dana ini hasil penggalangan selama dua pekan. Fokus ingin menggerakkan potensi yang ada,” tambah Umanah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia menegaskan penggalangan akan terus dilakukan sehingga kesempatan bagi masyarakat yang ingin menyalurkan bantuan masih terbuka.

Direktur NU Care-LAZISNU Syamsul Huda menyambut baik upaya yang dilakukan Fokus.

“Musibah yang menimpa Muslim Rohingya memerlukan kepedulian semua pihak. Untuk itu perlu dibangun kekompakkan menyelesaikan persoalan ini,” katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Penggalangan dana untuk Muslim Rohingya dilakukan sejak beberapa pekan lalu melalui program NU Peduli Rohingya. Dana bantuan yang terkumpul dari program tersebut salah satunya dimanfaatkan guna membangun pasar di Rakhine, Myanmar.

Ketua LPBI NU yang juga Ketua Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) M Ali Yusuf mengungkapkan pasar penting dibuat karena fungsinya sebagai pusat kemandirian dan pemberdayaan ekonomi antar komunitas Rakhine dan Rohingya.

“Diharapkan dengan adanya pasar ini, komunitas Rohingya dan Rakhine dapat mengurangi ketegangan, dan sebisa mungkin tercapai rekonsiliasi,” kata Ali.

Untuk mewujudkan hal tersebut, sediktnya 50 stand atau kios akan dibangun di Boumay, Provinsi Rakhine. (Kendi Setiawan/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nusantara, Warta, Nahdlatul Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 11 November 2014

Enam Tahun Terakhir, Anak Berhadapan Hukum Mencapai Angka 9.266 Kasus

Bogor, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Akhir-akhir jumlah persoalan anak di Indonesia cukup beragam. Hal yang paling menakutkan adalah Anak Berhadapan Hukum (ABH). Sepanjang tahun 2011 hingga 2017 terdapat 9.266 kasus. Dari tahun ke tahun, jumlah paling banyak yaitu pada tahun 2014. Di mana jumlah kasus ABH mencapai jumlah 2.208.

Paling tinggi kedua pada 2013 yaitu sebanyak 1.428 kasus. Tertinggi ketiga pada 1.413 kasus pada 2012.

Enam Tahun Terakhir, Anak Berhadapan Hukum Mencapai Angka 9.266 Kasus (Sumber Gambar : Nu Online)
Enam Tahun Terakhir, Anak Berhadapan Hukum Mencapai Angka 9.266 Kasus (Sumber Gambar : Nu Online)

Enam Tahun Terakhir, Anak Berhadapan Hukum Mencapai Angka 9.266 Kasus

Dari kasus tersebut terdapat anak yang sebagai pelaku. Jumlahnya pun tak kalah tinggi. Tercatat, pada tahun ini anak sebagai pelaku kekerasan seksual sebanyak 116 kasus. Sedangkan anak sebanyak korban, terdapat 134 kasus merupakan anak korban kekerasan seksual.

Menurut Komisioner Bidang Trafficking KPAI Ai Maryati Solihah, kasus ABH ini ternyata menimbulkan stigma di masyarakat. Secara tidak langsung, lanjut dia, hal tersebut menjadi penyumbang kekerasan psikis terhadap anak.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Imbas paling parah dari stigmatisasi membuat anak melakukan bunuh diri," ucap Ai Maryati Solihah dalam Seminar Perlindungan Anak bersama Komisi VII DPR RI di Bogor, akhir pekan lalu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain itu, anak dan perempuan adalah elemen paling rawan sebagai korban kekerasan. Diperlukan pandangan baru guna menghadapi hal tersebut di mana mulai hari ini masyarakat perlu berpikir positif dan mengucapkan hal-hal positif dimulai dari diri sendiri.

Tempat yang paling mudah untuk mengawali hal tersebut adalah dalam ruang lingkup keluarga terlebih dahulu. Serta, para orang tua perlu mendukung dan mengarahkan apa yang dilakukan oleh anak. Tanpa perlu justifikasi terhadap anak. "Justifikasi dari orang tua dapat menimbulkan anak tidak percaya diri dengan apa yang dilakukan oleh anak," katanya.

Kasus lainnya yang menjadi tren di antaranya, anak sebagai korban trafficking, anak korban prostitusi, anak korban eksploitasi seks komersial dan anak sebagai korban eksploitasi pekerja. Pada 2016 terdapat 340 kasus anak yang ditangani oleh KPAI. Jumlah paling tinggi adalah anak sebagai korban prostitusi, yaitu sebanyak 112 kasus. Selanjutnya, kasus anak sebagai korban eksploitasi sebanyak 87 kasus. Sedangkan anak sebagai korban perdagangan sebanyak 72 kasus.

Terakhir adalah anak sebagai korban eksploitasi seks komersial sebanyak 69 kasus. Pada tahun ini anak sebagai korban prostitusi masih cukup tinggi, yaitu sebanyak 83 orang. Selanjutnya adalah anak sebagai korban eksploitasi pekerja sebanyak 76 kasus.

"Sedangkan anak sebagai eksploitasi seks komersial sebanyak 66 kasus dan anak sebagai korban trafficking sebanyak 31 kasus," ungkapnya.

Diperlukan penanganan terbaik bagi anak, yaitu mementingkan kepentingan terbaik bagi anak tanpa ada diskriminasi. Partisipasi terbaik dari semua stakeholder dibutuhkan. Hal tersebut bertujuan guna menjaga kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak. Hal itu sudah dipertegas dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No 11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya  agar dapat  hidup, tumbuh, dan berkembang.

"Serta berpartisipasi secara optimal  sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta  mendapat perlindungan dari kekerasan  dan diskriminasi," pungkasnya. (Nita Nurdiani Putri/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anti Hoax, Aswaja, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 06 November 2014

Harlah NU, Mengaji Jurus Kiai Wahab Chasbullah

Oleh: Munawir Aziz

Belajar kepada Kiai Wahab Chasbullah adalah belajar tentang semangat pergerakan kebangsaan yang tidak pernah pudar. Kiai Wahab atau Mbah Wahab, yang lahir pada 31 Maret 1888 merupakan salah satu tokoh penting dalam historiografi Indonesia, pesantren dan NU. Perannya dalam mengokohkan nilai-nilai Islam Indonesia dan menegakkan NKRI tidak bisa dilupakan. Pada momentum Hari Lahir Nahdlatul Ulama, pada 16 Rajab, sosok Kiai Wahab perlu direnungkan sebagai inspirasi.

Gerak perjuangan Kiai Wahab menjadi renungan di tengah tantangan Islam di negeri ini, dan konteks internasional.Tantangan tentang relasi Islam dan kebangsaan menjadi isu dinamis dalam diskursus global. Mencuatnya radikalisme keagamaan, sebagaimana ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) dan jaringan al-Qaeda, merupakan tantangan bagaimana umat muslim berdialog dengan konsep kenegaraan dan kebangsaannya. Apalagi, perkembangan Islam di kawasan Asia dan Timur Tengah, tidak bisa dilepaskan dari dinamika etnik dan lintas ideologi. Untuk itulah, merenungkan jejak langkah Mbah Wahab Chasbullah pada momentum hari lahir Nahdlatul Ulama, tentu menjadi inspirasi berharga.

Harlah NU, Mengaji Jurus Kiai Wahab Chasbullah (Sumber Gambar : Nu Online)
Harlah NU, Mengaji Jurus Kiai Wahab Chasbullah (Sumber Gambar : Nu Online)

Harlah NU, Mengaji Jurus Kiai Wahab Chasbullah

Kiprah kiai-kiai pejuang dari pesantren tidak banyak tertulis dalam historiografi Indonesia. Tentu saja, politik pengetahuan menjadi instrumen utama untuk menganalisis terpinggirnya peran kiai dan tokoh pesantren dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pada abad XIX, santri menjadi barisan terdepan dalam Perang Jawa (1825-1830), yang dikomando Pangeran Dipanegara. Laskar pimpinan Kiai Maja, Kiai Hasan Besari dan Sentot Ali Basya, menyelaraskan gerakan perlawanan Dipanegara selain laskar ksatria yang Pangeran Sastradilaga. Perjuangan santri tidak banyak ditulis dalam politik ingatan, justru ditenggelamkan sebagai mitos dan ilusi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pada masa revolusi, jaringan santri-kiai berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan dan melawan serdadu kolonial. Seruan fatwa Jihad Kiai Hasyim Asy’arie (1871-1947) menggerakkan ribuan santri untuk berjuang bersama pada November 1945 di Surabaya dan peristiwa Palagan Ambarawa, Semarang (Bizawie, 2013). Lagi-lagi, peran sejarah santri ini tersisih dari naskah sejarah Indonesia modern.

Kiprah Kebangsaan Kiai Wahab

Kiai Wahab Chasbullah merupakan tokoh penting dalam perjalanan kaum pesantren menegakkan Indonesia. Ia bersama hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, menjadi garda depan dalam pembentukan jaringan pesantren pasca Perang Jawa (1825-1830) yang dipimpin Pangeran Dipanegara, yang menjadi jejaring lahirnya Nahdlatul Ulama.

Kiai yang lahir pada 1888, di Tambakberas, Jombang ini merupakan santri tulen berjiwa aktivis, tidak pernah tinggal diam melihat wajah rakyat Indonesia yang terhimpit kuasa penjajah. Ia juga tidak rela melihat komunitas santri direndahkan oleh rezim kolonial dan tradisi feodal elite priyayi negeri ini. Kiai Wahab Chasbullah menahkodai NU selepas wafatnya Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, pada 1947. Kiai Wahab memimpin NU hingga tahun 1971. Rentang waktu sekitar 23 tahun tentu saja menjadi perjalanan panjang Kiai Wahab memimpin NU, di samping kiprahnya pada usia muda.

Kiai Wahab mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan pada 1916, untuk membangkitkan kesadaran rakyat Indonesia. Selanjutnya dua tahun kemudian, pada 1918, ia bersama beberapa tokoh pergerakan nasional, semisal Dr. Soetomo mendirikan Tasywirul Afkar (gerakan pemikiran), untuk mengokohkan dinamika pemikiran kebangsaan. ?

Kemudian, untuk menopang pergerakan dan perjuangan kebangsaan, Kiai Wahab mendirikan Nahdlatut Tujjar pada 1918. Gerakan ini, dimaksudkan untuk mengokohkan pondasi ekonomi bagi gerakan-gerakan sosial-kebangsaan yang diperjuangkan Kiai Wahab. Nahdlatut Tujjar dipimpin langsung oleh Kiai Hasyim Asy’arie, sedangkan Kiai Wahab sebagai sekretarisnya.

Dengan demikian, strategi gerakan Kiai Wahab terasa komplit dan seimbang. Ia membangun wawasan kebangsaan melalui Nahdlatul Wathan, dengan ditopang Tasywirul Afkar sebagai dinamika pemikiran. Selanjutnya, Nahdlatut Tujjar menjadi penggerak energi dan penopang basis ekonomi bagi gerakan sosial-kebangsaan ini.

Benteng Islam Nusantara

Kiai Wahab Chasbullah juga menjadi pionir dalam membentengi ekspansi Wahabi mellaui internasional. Ketika aliran Wahabi dari Najed Arab mulai menguasai Makkah pada 1924 dan Madinah pada 1925, Kiai Wahab bergerak mengkonsolidasi jaringan pesantren di Indonesia untuk menyuarakan aspirasi tentang Islam yang moderat dan toleran ala ahlussunnah wal-jama’ah, yang menjadi dasar gerakan NU.

Gerakan konsolidasi ini, dikuatkan dengan lahirnya NU pada 31 Januari 1926, yang kemudian mengirim Kiai Wahab dan Syekh Ghonaim al-Misri untuk menemui Raja Abdul Aziz Ibn Saud. Diplomasi Kiai Wahab ini kemudian diterima dengan baik oleh Raja Abdul Aziz, sehingga makam Nabi Muhammad tidak jadi dibongkar, serta ulama-ulama dari empat mazhab dibebaskan.

Kiai Wahab, dengan demikian tidak hanya bergerak dalam perjuangan Islam di negeri ini, ia telah berperan dalam jaringan diplomasi internasional. Peran Kiai Wahab inilah yang perlu menjadi inspirasi dalam momentum Hari Lahir Nahdlatul Ulama. Peran Kiai Wahab bersama Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Bisri Syansuri, Kiai Wahid Hasyim, Kiai Saifuddin Zuhri dan jaringan ulama lainnya, tentu menjadi catatan penting dalam konteks dan historiografi Islam Nusantara.

Kiai Wahab mengajarkan kepada kita, agar seimbang dan kokoh dalam mengelola pergerakan;dengan membangun semangat kebangsaan (melalui Nahdlatul Wathan), mengembangkan pemikiran-pemikiran strategis (Tasywirul Afkar) dan menguatkan pondasi ekonomi sebagai energi pergerakan (lewat Nahdlatut Tujjar). Spirit Kiai Wahab inilah, yang seharusnya menjadi aspirasi bagi penerus dan pemimpin Nahdlatul Ulama, pada saat ini maupun mendatang. Bergerak dengan nyali, menyusun konsep strategis serta mengeksekusi lewat totalitas dan keikhlasan. Semoga.

Penulis adalah penulis buku ‘Pahlawan Santri’ (Pustaka Compass, Mei, 2016), Wakil Sekretaris Lembaga Ta’lif wan Nasyr PBNU, dapat disapa via @MunawirAziz



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 10 Oktober 2014

Ketum Pagar Nusa: Rekrut Pendekar Pagar Nusa dengan Cara Kreatif

Temanggung, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebanyak 323 pendekar berkumpul di SMK Nahdlatul Ulama Kabupaten Temanggung, Sabtu (28/10). Seratus delapan puluh pendekar berasal dari Temanggung, 54 dari Magelang, dan 89 berasal dari Wonosobo. 

Ketum Pagar Nusa: Rekrut Pendekar Pagar Nusa dengan Cara Kreatif (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketum Pagar Nusa: Rekrut Pendekar Pagar Nusa dengan Cara Kreatif (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketum Pagar Nusa: Rekrut Pendekar Pagar Nusa dengan Cara Kreatif

Dalam perhelatan akbar se-Eks Karesidenan Kedu tersebut mengambil tajuk Istighosah dan Gemblengan Ilmu Hikmah Pagar Nusa se-Eks Karesidenan Kedu.

Ketua Umum Pagar Nusa, yang hadir pada kesempatan itu menyampaikan harapannya agar kegiatan-kegiatan Pagar Nusa ke depan bisa berlanjut, berjenjang dan lebih inovatif.

“Mari kita persubur dengan aneka kegiatan di berbagai tingkatan, baik itu Kejurkab maupun Kejurda,” katanya.

Ia meminta pengingkatan kualitas dan kuantitas para pendekar Pagar Nusa.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Melalui rekriutmen anggota baru dengan cara-cara yang kreatif,” tandasnya. 

Ketua PCNU Temaggung KH Muhammad Furqon, menegaskan pendekar Pagar Nusa harus siap menjadi benteng ulama.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kader penggerak bangsa yang memiliki kompetensi kanuragan, juga cerdas secara intelektual, dan siap berjuang untuk lebih dikenal tak hanya lokal dan interlokal, namun hingga go internasional,” ungkap Gus Furqon, panggilan akrabnya.

Acara semakin padat dan sarat kandungan hikmah, karena selain istighosah, juga ditampilkan Salam Pagar Nusa dan Silat Budaya, Atraksi Pagar Nusa, Prasetya Pagar Nusa dan ditutup dengan Tumpengan Selamatan dan Gemblengan Ilmu hikmah (kanuragan) khusus yang diberikan kepada para pendekar yang hadir itulah acara yang terlaksana malam tersebut.

Pagar Nusa Temanggung yang selama ini didukung LP Maarif mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dalam kurun waktu tak lama banyak pendekar Pagar Nusa bermunculan, termasuk jajaran panitia kegiatan ini juga digawangi salah satu pendekar yang juga sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah di Temanggung.

“Dengan adanya kegiatan istighosah dan gemblengan ilmu hikmah ini, kami sangat berharap bisa menjadi media untuk lebih menebalkan Ilmu Kanuragan dan tenaga bagi para Pendekar,” ungkap Eko Purwanto, Ketua Panitia.

Ia sangat berharap kegiatan malam itu sebagai awal untuk membumikan Pagar Nusa di eks- Karesidenan Kedu, sehingga mampu menjadi benteng ulama yang berujung menjadi benteng NKRI. (Ja’far/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Budaya, Nahdlatul PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 08 Oktober 2014

Mahasiswa RI di Yaman Diajak Kembangkan Semangat Entrepreneurship

Tarim, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebagai upaya menanamkan jiwa entrepreneurship di kalangan pelajar dan ? mahasiswa Indonesia di Yaman, Dewan Pengurus Wilayah Hadramaut Persatuan Pelajar Indonesia di Yaman (DPW PPI Yaman) bekerjasama dengan Asosiasi Mahasiswa Indonesia Al-Ahgaff (AMI Al-Ahgaff) dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama Yaman (PCI NU Yaman) menggelar acara kuliah umum bertajuk “Pemberdayaan Ekonomi Pesantren, Menuju Pesantren Mandiri dan Bermartabat” pada Rabu, (17/04).

Mahasiswa RI di Yaman Diajak Kembangkan Semangat Entrepreneurship (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa RI di Yaman Diajak Kembangkan Semangat Entrepreneurship (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa RI di Yaman Diajak Kembangkan Semangat Entrepreneurship

Acara yang bertempat di Auditorium Fakultas Syari’ah Universitas Al-Ahgaff, Tarim, Hadhramaut, Yaman ini menghadirkan KH Mahfudz Syaubari MA, pengasuh pesantren Riyadhul Jannah, Mojokerto, Jawa Timur sekaligus sosok kiai yang sukses dalam mengembangkan usahanya.?

Kedatangannya ke Tarim yang kesekian kalinya ini dalam rangka ziarah. ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam paparannya, alumnus program pasca sarjana Universitas King Abdul Aziz Saudi Arabia ini menuturkan bahwa pesantren selayaknya memiliki kader-kader yang berjiwa mandiri. Karena pesantren merupakan salah satu tempat tumpuan masyarakat.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kini saatnya pesantren tampil sebagai jawaban atas permasalahan ekonomi Indonesia” tambahnya.

“Bedakan antara kasal (rasa malas) dan tawakkal (sikap pasrah sepenuhnya kepada Allah SWT)!”, imbuhnya memotivasi ratusan pelajar Indonesia dari berbagai lembaga pendidikan yang ada di kota Tarim yang hadir malam itu. Selain itu, ia juga me-wanti-wanti para audien yang mayoritas dari kalangan pesantren tersebut agar bisa membedakan antara thalab al-halal (mencari rezeki yang halal) dan hub al-mal (cinta harta dunia).

Di pamungkas acara, ia mengatakan, “Semua pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri ketika sudah kembali ke tanah air, hal pertama yang harus dilakukan adalah meng-Indonesiakan diri dahulu.”

Redaktur ? ? : Mukafi Niam

Kontributor: Amaludin?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah, Ahlussunnah, Tokoh PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 07 Oktober 2014

Gus Mus Dituduh Liberal?

Kendal, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dituding sejumlah pihak beraliran liberal. Berkaitan dengan itu, warga Nahdlatul Ulama (NU) di Kendal, Jawa Tengah, meminta pihak yang menuding Pj Rais Aam PBNU 2014-2015 sebagai sosok liberal menggunakan nalarnya dengan baik.

"Yang bilang Syaikhona Gus Mus itu liberal sebaiknya mikir! Lihat dari dekat dengan hati dan akal sebelum mengatakan beliau liberal," ujar Shuniyya Ruhama Habiballah, warga NU di Kendal, Selasa (11/8).

Gus Mus Dituduh Liberal? (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus Dituduh Liberal? (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus Dituduh Liberal?

KH Ahmad Mustofa Bisri hingga hari ini akrab dipanggil Gus Mus. Sapaan “gus” lazimnya diperuntukkan bagi putra kiai dan umumnya berusia muda. "Padahal beliau itu kiai sepuh disegani banyak orang, ilmunya seperti lautan tak bertepi. Sementara orang baru belajar agama Islam, baru tahu satu dua ayat dijerumuskan teman-temannya dengan sebutan ustadz. Liberal siapa?" kata dia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya, Gus Mus yang dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944 selalu sumringah, bersikap melayani, tidak seperti ndoro yang selalu minta dilayani.

"Tidak peduli yang sowan itu pejabat atau penjahat, semua diterima dengan tangan terbuka. Tidak pernah menghakimi orang lain. Sementara yang baru saja belajar agama sudah berani menggantikan tugas Malaikat Rokib dan Malaikat Atid, bahkan tidak segan-segan mengambil alih tugas Malaikat Ridwan dan Malaikat Malik. Liberal siapa?" ujar Shuniyya lagi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya, jika disowani, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang tersebut dengan senang hati diajak foto bersama karena ingin menyenangkan hati semua orang.

"Tidak ada sedikitpun umpatan dan cacian yang akan kita dengar dari lisan beliau yang mulia. Bandingkan saja dengan sebarisan orang yang mengharamkan foto narsis, mencaci, memaki, bahkan tidak segan-segan meneraka-nerakan orang lain. Di saat yang sama, fotonya dengan berbagai gaya dan pose bertebaran di mana-mana. Liberal siapa?" tuturnya lagi.

Pada Muktamar NU 33 di Jombang 2015, Gus Mus bahkan bersedia mencium kaki para peserta supaya tetap tenang.

"Kiai sepuh panutan umat kok mau-maunya menyatakan hal semacam itu. Sementara yang di sana, jangankan mencium tangan kiai, sowan saja entah mau entah tidak. Liberal siapa? Lihat saja, saat beliau begitu saja menolak jabatan tertinggi dari ormas Islam terbesar di dunia, padahal sudah pernah menjadi pejabat sementara saat Syaikhona Mbah Sahal Mahfudh Pati berpulang ke rofiqul a’la sebelum selesai tugasnya, dan didukung penuh oleh kiai sepuh yang lebih senior, beliau hanya tertunduk, menangis, merasa tidak pantas. Lha yang di sana itu, malah mengangkat dirinya sebagai pemimpin ini itu, imam ini itu, setidaknya dijerumuskan teman-temannya sendiri dalam jabatan itu, petentang-petenteng padahal ada yang jauh lebih pantas atas sebutan dan jabatan itu. Liberal siapa?" katanya lagi.

KH Ahmad Mustofa Bisri pada Senin (10/8) kemarin berulang tahun yang ke-71. Ucapan selamat dan doa datang dari berbagai kalangan. (Gatot Arifianto/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sunnah, Hadits PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 05 Oktober 2014

Jelang Konfercab, LKNU Demak Gelar Pengobatan Gratis

Demak, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Cabang Demak bekerjasama dengan Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama (RSI NU) Sabtu (21/4), menyelenggarakan pengobatan gratis untuk umum bertempat di Rumah Sakit Islam (RSI NU) Jl. Jogoloyo no.9 Demak.

Jelang Konfercab, LKNU Demak Gelar Pengobatan Gratis (Sumber Gambar : Nu Online)
Jelang Konfercab, LKNU Demak Gelar Pengobatan Gratis (Sumber Gambar : Nu Online)

Jelang Konfercab, LKNU Demak Gelar Pengobatan Gratis

Ketua yayasan Hasyim Asy’ari RSI NU Demak dr. Mashudi yang juga sebagai ketua panitia konferensi NU mengtakan  bahwasannya pengobatan gratis ini diselenggarakan termasuk  rangkaian kegiatan menjelang konferensi cabang NU Demak yang akan digelar padda tanggal 20 Mei mendatang,

“Ini merupakan kegiatan pra konferensi, Alhamdulillah direspon baik oleh pihak rumah sakit dengan melibatkan MWC se-Kabupaten Demak,” katanya. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Direktur RSINU dr. Nunuk Sri Lestari dalam laporannya menyampaikan pengobatan gratis ini terselenggara berkat kerjasama RSINU, LKNU Demak dan Global Fund dari pusat dikarenakan juga dalam rangka bulan kampanye TB mulai tanggal 24 Maret sampai dengan 24 April.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Jadi kegiatan terselenggara dalam rangka Hari Lahir RSI NU, Konferensi Cabang NU dan Hari Tubercollusi sedunia,” tuturnya.

Sedangkan ketua PCNU Demak, H Musadad Syarif dalam sambutannya menyampaikan, RSI NU merupakan rumah sakit milik warga NU dan bukan milik perseorangan. Di mana pengelolaannya menjadi tanggungjawab sepenuhnya PBNU dan dalam pelaksanaan keseharian secara ex officio PCNU Demak sebagai pengelola.

“Badan hukum RSI NU dan yayasan ini nanti sudah menjadi milik PBNU, sebagai pelaksananya adalah PCNU Demak,” Katanya sebelum meresmikan pembukaan sebagai tanda dimulainya pengobatan gratis. 

Musaddad menjelaskan, warga NU di Kabupaten Demak dalam berobat menjadikan RSINU sebagai rujukan pertama, dikarenakan RSI NU sudah menjadi milik Warga NU.

“Rumah sakit ini sudah milik warga NU, tidak milik pribadi, korporasi atau kelompok, jadi kalau orang NU berobat di sini, akan merasa nyaman seperti berobat di rumah sendiri," tegasnya.

Hadir dalam acara pembukaan pengobatan gratis, kepala Dinas kesehatan Kabupaten Demak, Pengurus Cabang NU Demak, Banom NU, direktur RSINU, tokoh masyarakat dan warga yang sudah antri menunggu dimulainya pengobatan.

Sebagai pembuka pemeriksaan kesehatan, secara simbolis dimulai dulu oleh ketua PCNU Demak yang diperiksa oleh dr. Muhtadi dan dilanjutkan dengan warga yang sudah antri sejak pagi.

Setelah pembukaan pengobatan gratis, pengurus NU dan tamu undangan langsung meninjau dan mengawasi pelaksanaan pengobatan.

Ri’ayati (45) warga Moro Demak merasa bangga dengan terselenggaranya pengobatan gratis oleh NU Demak, karena bisa sedikit membantu meringankan beban warga yang kurang mampu.

“Saya senang mas, saya dan rombongan bisa memanfaatkan kegiatan ini, sedikit banyak bisa meringankan beban, coba bayangkan kalau kita periksa di hari biasa, mahal mas,” katanya terbata-bata.

Untuk menghilangkan kejenuhan dan kepenatan, ratusan warga yang sedang menunggu disuguhi hiburan musik qosidah organ tunggal dan snack yang telah disediakan oleh panitia.

Redaktur     : Syaifullah Amin

Kontributor : A. Shiddiq Sugiarto

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Pertandingan, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 30 September 2014

Hari Sosial Muslimat Digelar

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Salah satu program yang dijalankan oleh Muslimat NU setiap tahun adalah Hari Sosial Nasional Muslimat (Harsosnas) yang digelar dari tingkat pusat sampai ranting.

Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Harsosnas biasa dilakukan setiap bulan Muharram. Tahun ini sudah ke-49. Muslimat dari tingkat pusat hingga ranting melakukan kegiatan sosial, yaitu santunan yatim piatu.

Hari Sosial Muslimat Digelar (Sumber Gambar : Nu Online)
Hari Sosial Muslimat Digelar (Sumber Gambar : Nu Online)

Hari Sosial Muslimat Digelar

Dalam ada acara santunan yatim piatu dan pembukaan pengajian majelis taklim di Pusdiklat Muslimat, Pondok Cabe, Jakarta, Ahad (16/12), Khofifah mengatakan, pesan yang ingin disampaikan Muslimat dalam setiap kegiatan Harsosnas ini, adalah ajakan kepada semua masyarakat Indonesia yang mampu agar mau berbagi dengan sesama, terutama kepada orang yang kurang mampu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Intinya adalah kasalehan sosial. Jika orang kaya di negeri ini mau membantu yang lemah, tentu tidak banyak anak di negeri ini yang putus sekolah,” jelas Menteri Pemberdayaan Perempuan era Gus Dur ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lebih lanjut, ia mengatakan, pesan lain yang ingin disampaikan Muslimat dalam Harsosnas, adalah ajakan menjaga kerukunan antar warga bangsa. “Tanpa kerukunan, kita akan kesulitan membangun bangsa ini,” katanya.

Melalui Harsosnas, Muslimat juga mengajak kepada semua masyarakat Indonesia untuk saling menjaga tali silaturrahim. “Dengan bangunan komunikasi yang kuat, kita tak akan mudah dipecah belah,” katanya.

Sementara itu, pada kegiatan santunan yang digelar PP Muslimat ini, ratusan anak yatim piatu mendapat sejumlah uang dan peralatan sekolah. Dana untuk kegiatan ini didapat dari para donator, terutama dari pengurus PP Muslimat yang diberi kelapangan rezeki.

“Kegiatan sosial seperti ini selalu digelar Muslimat untuk membantu anak-anak Indonesia yang kurang mampu. Semoga ini semua membawa manfaat,” kata Ketua Bidang Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup PP Muslimat NU, Asna Nelly Wahid.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Sumber ? : PP Muslimat

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tokoh PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 24 September 2014

IPNU-IPPNU Blimbingrejo Terbitkan Buletin An-Nariyah

Jepara, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Bilmbingrejo, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menerbitkan buletin bernama An-Nariyah baru-baru ini.

Buletin kebanggaan pelajar Blimbingrejo ini hadir untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi para pelajar maupun masyarakat secara umum, utamanya terkait dengan hukum Islam, seperti soal hukum dan dampak nikah di usia muda.

IPNU-IPPNU Blimbingrejo Terbitkan Buletin An-Nariyah (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Blimbingrejo Terbitkan Buletin An-Nariyah (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Blimbingrejo Terbitkan Buletin An-Nariyah

"Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi pelajar NU di sekitar Desa Blimbingrejo yang selama ini kurang begitu faham betul mengenai hukum Islam" ujar Pemimpin Redaksi Buletin An-Nariyah Muhamad Ridho Maulana, Ahad (16/3).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ridho menjelaskan, media tersebut juga menyajikan beberapa materi pembahasan, seperti fiqih, ushul fiqih, dan tasawuf. “Lebih spesifik problem-problem yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dikaji dari pandangan fiqih dan metode usul fiqih," kata santri lulusan Pesantren Salafiyyah Safiiyyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur ini.

Menurutnya, ini juga merupakan langkah responsif terhadap isu-isu yang berkembang saat ini tentang berbagai persoalan hukum Islam. Ridho berharap kehadiran buletin ini membuat para pelajar NU semakin cinta terhadap ilmu agama dan bersemangat dalam berorganisasi IPNU-IPPNU. (Yusrul Wafa/Mahbib)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Memproklamirkan ‘Ahlussunnah wal Bidah Hasanah’

Judul: Ahlussunnah wal Bidah Hasanah

Penulis: Tim Jurnal Kalimah

Penerbit: Lesbumi Yogyakarta

Memproklamirkan ‘Ahlussunnah wal Bidah Hasanah’ (Sumber Gambar : Nu Online)
Memproklamirkan ‘Ahlussunnah wal Bidah Hasanah’ (Sumber Gambar : Nu Online)

Memproklamirkan ‘Ahlussunnah wal Bidah Hasanah’

Cetakan: Mei 2008

Tebal: 169 halaman

Peresensi: A Khoirul Anam


PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kalangan Nahdliyin (warga organisasi Nahdlatul Ulama/NU), juga para kiai dan santri di pondok pesantren sering dihadapkan dengan gugatan kelompok yang menamakan diri ‘kelompok pemurnian Islam’ atau ‘kelompok modernis’. Mereka yang muncul belakangan ini ‘berteriak-teriak’ mengharamkan alias mencap sesat beberapa ritual peribadatan (ubudiyah) yang sudah lama dijalankan semenjak Islam pertama kali berkembang di Nusantara, seperti tahlilan, ziarah kubur, selamatan, selawat Nabi, perayaan Maulid Nabi, dan masih banyak lagi yang lainnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ada satu senjata andalan yang sering mereka todongkan yakni bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan: “Kullu bid’atin dholalah, wa kullu dhalalatin fin nar”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi: semua bid’ah atau perkara baru dalam beribadah itu adalah sesat dan semua kesesatan itu adanya di neraka.

Terkadang gugatan itu ditanggapi ditanggapi sambil lalu, terkadang malah didiamkan saja. Namun terkadang juga ditanggapi serius seperti ini: Bahwa kata ‘kullu’ dalam hadits Nabi di atas menurut kaidah kebahasaan tidak harus berarti ‘semua’ tetapi juga berarti ‘sebagian’. Kemudian dikutip juga kaidah Imam Syafi’i bahwa bid’ah itu ada dua, adakalanya ‘bid’ah hasanah’, adakalanya ‘bid’ah dhalalah’, bisa jadi baik, juga bisa saja sesat.

Kadang gugatan ditanggapi dengan sedikit rumit begini: ‘Bid’ah’ itu kata benda, tentu mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits Nabi di atas yang dalam ilmu balaghah dikatakan, “hadzfus sifat alal maushuf”, membuang sifat dari benda yang bersifat”. Seandainya dituliskan kata ’bid’ah’ maka terjadi dua kemungkinan: yang baik dan yang sesat. Dan seterusnya.

Namun kalangan penggugat tidak peduli dengan ilmu tata bahasa Arab yang rumit sebagai prasyarat memahami dalil hadits. ”Pokoknya yang bid’ah itu sesat, titik!” Dan itu terus bergulir sampai sekarang. Klaim bid’ah sesat betapa pun tetap menjadi tambahan pekerjaan bagi Nahdliyyin yang tidak mengenakkan, tidak berguna sama sekali.

Nah, ada selentingan yang menarik dari para penggiat Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), lembaga kesenian NU di Yogyakarta. Dalam jurnal ‘Kalimah: Jalinan Kreatif Agama dan Budaya’ edisi pertama ini mereka mengangkat istilah ‘ahlussunnah wal bid’atil hasanah’. Seakan mereka memproklamirkan bahwa ‘kami ini memang kelompok ahli bid’ah hasanah’.

Selama ini klaim warga Nahdliyyin sebagai ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) atau pengikut setia Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya dianggap kurang menggigit; kurang membidik ke sasaran, karena kalangan ‘pemurnian Islam’ juga bisa mengkalim diri sebagai Aswaja. Sama saja ketika kalangan Nahdliyin menyebut diri sebagai pengikut ulama salaf, mereka juga sering menamakan diri sebagai kelompok salafi.

Maka proklamirkan saja kita sebagai ahli bid’ah hasanah, sekedar mengakhiri polemik, karena terma ’bid’ah’ lah yang selama ini terus menjadi andalan mereka. Lesbumi Yogyakarta sepertinya sedang mengkritik kalangan Nahdliyyin yang sering berlaku defensif dan bersibuk melayani gugatan kalangan ’pemurnian Islam’. Sekali lagi, perdebatan tentang bid’ah itu sama sekali tida berguna.

Memang, masih ada semacam ketakutan yang dibawa-bawa dari Tanah Arab sana, dimulai pada permulaan abad-20 saat berkembangnya faham Wahabi. Mereka sangat ketakutan dengan terma ’syirik’ atau menyekutukan Allah SWT sehingga apapun bentuk ibadah yang tidak diajarkan, atau segala bentuk laku hidup yang tidak pernah dicontohkan langsung oleh Nabi jangan dilakukan! Makam para sahabat Nabi yang bernilai historis diratakan agar tidak ada yang meminta-minta kepada arwah. Lalu, bermadzab atau mengikuti pendapat ulama dilarang, karena semua hal harus dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Hadits.

Untung saja waktu itu KH Hasyim Asy’ary, KH Wahab Chasbullah dan para kiai yang tergabung dalam ’Komite Hejaz’ (yang merupakan cikal bakal organisasi NU) segera mengirimkan surat kawat dan memohon dengan hormat kepada Raja Ibnu Saud agar menghargai perbedaan pandangan di kalangan umat Islam seluruh dunia, dan alhamdulillah dikabulkan.

Demikianlah. Namun ketakutan untuk berlaku ’syirik’ itu terus menjadi-jadi , apalagi ketika dicampuraduk dengan kepentingan politik. Bahwa semakin banyak pilihan dalam beribadah, semakin banyak pendapat ulama maka semakin sedikit kesempatan penguasa Arab untuk berlaku otoriter.

Tidak untungnya ketakutan itu terus menular ke Nusantara. Tidak untungnya lagi, kalangan anti bid’ah ini berpretensi menghapuskan apapun yang kelaku dalam tradisi masyarakat setempat (meskipun secara diam-diam mereka juga sering mengamalkan bid’ah itu). Oleh kalangan ini, Islam secara sadar kemudian selalu diidentikkan dengan segala sesuatu yang berbau Arab.

Tidak! Islam tidak bersifat lokal. Islam bukan hanya untuk orang Arab saja. Islam adalah rahmatan lil alamin, untuk umat sedunia.

Dengan memproklamirkan terma ‘ahlus sunnah wal bid’ah hasanah’ dalam jurnal Kalimah sepertinya para penggiat Lesbumi Yogyakarta ingin menyelesaikan perdebatan dengan gaya menantang, mengatakan bahwa "kami inilah pelaku bid’ah hasanah."

Jurnal Kalimah edisi ini semakin lebih bermanfaat dengan menghadirkan beberapa tulisan penting terkait terma tersebut, tentang keislaman di Nusantara. Tulisan budayawan Agus Sunyoto mengkaji proses pengembangan nilai-nilai keislaman melalui budaya Nusantara. K Muhaimin ingin “Menemukan Ruas Sambung Agama dan Budaya Lokal." M Jadul Maula membincang soal Islam dan tranformasi budaya lokal, sekedar meyakinkan bahwa para ulama Nusantara adalah benar-benar waratsatul anbiya, pewaris para Nabi. Anis Masduki menjelaskan Aswaja Nusantara sebagai model Aswaja yang benar-benar ‘hidup’ di tengah-tengah tradisi dan problematika umat Islam di Nusantara.

Para ahli bid’ah hasanah ini juga tidak tanggung-tanggung melakukan riset mengenai produk-produk bid’ah yang telah berkembang di Nusantara seperti hadrah, tradisi rumatan, tradisi alalabang, kenduren, dan konversi pewayangan. Ada juga biografi singkat mengenai sosok seorang ahli bid’ah hasanah di Nusantara, KH Soleh Darat.

Di awal perbincangan Lesbumi Yogyakarta mengingatkan kembali kiprah warga Nahdliyin di bidang kesenian. Para ulama telah berkompromi dengan para seniman. Bukan dengan cara memunculkan ‘seni Islami’ yang sangat sederhana dengan dengan mendata dan memamerkan simbol-simbol keislaman seperti sekarang ini, tetapi menjadikan seni sebagai saranan untuk mengembangkan nilai-nilai keislaman.

Mungkin saja, saat ini bidang kesenian kurang tergarap oleh kalangan Nahdliyin gara-gara terlalu sibuk menganggapi klaim bi’dah itu. Maka sekarang jangan sungkan-sungkan, katakan, ahlussunnah wal bid’atil hasanah. Kami ini adalah ahli bid’ah yang baik. Ini bukanlah ide, atau ajaran yang perlu dihafal diperdalam lalu dipaktekkan, tapi sebuah sikap dalam menghadapi berbagai persoalan dan gugatan yang tidak penting.

Peresensi adalah aktivis PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat MuhammadiyahDari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul Ulama, IMNU, Tegal PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 22 September 2014

NU Jateng Siap Musyawaroh, dari Politik hingga Harga Gabah

Cirebon, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah siap membahas persoalan pilitik dalam Bahsul Masail di acara Munas & Konbes NU di Kempek Cirebon.?

NU Jateng Siap Musyawaroh, dari Politik hingga Harga Gabah (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Jateng Siap Musyawaroh, dari Politik hingga Harga Gabah (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Jateng Siap Musyawaroh, dari Politik hingga Harga Gabah

Rais Syuriyah PWNU Jateng melalui Katib Syuriyah, KH Ubaidullah Sodaqoh ketika ditemui di lokasi Munas menjelamg acara pembukaan menyatakan, PWNU Jateng telah menyiapkan materi fiqhiyyah untuk membahas soal pemilihan umum, money politik, suap dan juga penentuan harga gabah oleh pemerintah.

"Kami siap membahas persoalan politik dan pemerintahan. Isu Pemilu san money politik akan kami bahas serius," ujar pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Kota Semarang ini, Sabtu (15/9).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Ubed (panggilan akrab katib syuriyah ini), menguraikan, pemilihan umum yang termasuk pemilihan presiden dan kepala daerah haruslah diselenggarakan untuk dan demi kemaslahatan umat. Apabila membawa mafsadat, maka harus ditinjau ulang sistem dan tata cara pemilihannya.?

Menurutnya, salah satu pasal yang patut dibahas adalah sistem pemilihan langsung atau pemilihan perwakilan. Ahli fiqih ini mengatakan, NU telah mendapat masukan berbagai pihak agar meninjau ulang sistem pemilihan kepala daerah secara langsung. ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di dalam sejarah Islam, sambung dia, hanya dikenal pemilihan model perwakilan. Itupun hanya berlaku untuk imam (pemimpin) tertinggi dalam negara. Yakni pengangkatan para khalifah yang terkenal sebagai khulafaur rosyidin.?

Adapun pemilihan kepala daerah, yakni gubernur, bupati/walikota, dalam masa khalifah ditunjuk oleh imam. Bukan dipilih langsung oleh rakyat.?

"Dari sejarah khalifah bisa diambil rumusan fiqih bahwa kepala daerah ditunjuk oleh imam atau sulthon. Dalam ranah Indonesia ya oleh presiden," sambung dia.

Sistem Perwakilan

Selain dasar fiqih tersebut, tambah adik kandung KH Haris Sodaqoh ini, faktor maslahat perlu jadi pertimbangan untuk meninjau ulang model Pilkada langsung. Jika melalui politik uang dengan membeli suara rakyat serta menjadi penyebab suburnya korupsi sebagai akibat dari modal pencalonan yang mahal, maka patut diganti sistem perwakilan atau bahkan penunjukan oleh presiden.

"Pilkada langsung jika membawa kerusakan, ada politik uang dan menimbulkan korupsi, bisa saja diganti sistem perwakilan atau bahkan penunjukan langsung," imbuhnya.

Adapun jika memakai sistem perwakilan, sebagaimana dulu pernah dilaksanakan, harus benar-benar melalui proses yang benar. Para pemilihnya adalah ahlul halli wal aqdi. Bukan orang fasiq.? ?

Maka menurutnya, tanggung jawab semua warga negara adalah memilih orang yang baik dan adil untuk menjadi anggota dewan sebagai wakil rakyat.

"Syarat pemilih sebagai perwakilan rakyat adalah orang yg ahlul halli wal aqdi, tegasnya.

Mengutip qoul Imam Ghozali, Ubed menukilkan, kerusakan umaro karena kerusakan ulama, dan kerusakan ulama karena hubbud dun-ya (kecintaan pada harta benda).

Ulama dalam definisi Al-Ghozali, menurut tafsirannya, adalah DPR/DPRD. Sebab fungsi ulama di zaman Al-Ghozali hidup adalah sebagai dean penasehat dan pertimbangan Sulthon. Juga sebagai pengawas pemerintahan.?

"Di zaman Imam Ghozali belum ada trias politica. Jadi ulama yang beliau katakan dalam konteks sekarang adalah DPR/DPRD. Jadi kita harus memilih anggota parlemen yang tidak serakah harta. Tentu tidak yang koruptor, tandas Ubed.

Harga Gabah Harus Menguntungkan Petani

Lebih lanjut Kiai yang senang berdiskusi di dunia maya ini menyebutkan, pihaknya akan mengawal Bahsul Masail tema ekonomi dan pemerintahan Diantaranya terkait penentuan harga gabah oleh pemerintah.

Dia jelaskan, pemerintah secara umum wajib menjamin kesejahteraan rakyat. Perlindungan kepada petani dan pengaturan perdagangan adalah bagian tanggung jawab pemerintah.

Jika pemerintah ingin mengatur harga gabah, harus yang menguntungkan petani. Bulog sebagai lembaga yang melaksanakan pembelian serta pedagang swasta perlu diatur agar membeli gabah petani dengan harga yang layak. Tidak boleh seperti selama ini. Jika petani panen harganya murah, tapi kala musim tanam harga bibit mahal sekali. Ditambah beban harga pupuk yang sering tidak terkendali.?

Kontributor: Ichwan

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam, Hadits, Nahdlatul PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 18 September 2014

Kader PMII harus Mampu Jawab Persoalan Umat

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) harus mampu menjawab persoalan umat. Oleh karenanya, kader-kader PMII diharapkan serius belajar, melakukan kajian dan mendekatkan diri kepada masyarakat.

Demikian disampaikan Ketua Majelis Pembina PMII Jawa Tengah Habib Umar Muthohar dalam acara puncak peringatan harlah ke-53 PMII yang diadakan di kantor sekretariat PMII Kudus Jl Mayor Kusmanto Pedawang Bae Kudus, Selasa (16/4).

Kader PMII harus Mampu Jawab Persoalan Umat (Sumber Gambar : Nu Online)
Kader PMII harus Mampu Jawab Persoalan Umat (Sumber Gambar : Nu Online)

Kader PMII harus Mampu Jawab Persoalan Umat

Dalam acara bertajuk Pengajian Kebangsaan itu, Habib Umar menandaskan menjawab persoalan masyarakat tidak harus dilakukan melalui aksi demonstrasi melainkan dengan jawaban yang konkrit.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

â€Å“Setiap zaman memiliki cara tersendiri memperjuangkan masyarakat. Pada era 66 wajar memperjuangkan dengan aksi demo. Sekarang harus dengan jawaban yang konkrit dan kontemporer,” tegasnya.

Habib juga mengajak kader PMII tidak hanya memiliki cita-cita menjadi anggota DPR saja. Kader PMII harus ada yang terjun di masyarakat pada bidang yang lain.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

â€Å“Medan perjuangan tidak hanya sebagai DPR saja. Kader PMII harus menyebar, bisa menjadi sutradara film atau perancang busana maupun profesi lain yang,” imbuh alumni PMII tahun 1980-an.

Sebagai mahasiswa, ajaknya, kader PMII harus selalu berilmu tinggi dan beribadah yang baik untuk mewujudkan harapan masyarakat.

”Karena PMII adalah perkumpulan mahasiswa Islam yang Indonesia dan mahasiswa Indonesia yang Islam,” tandas Habib.

Terkait aqidah, Habib berharap PMII harus  mengawal Ahlussunnah wal Jamaah dari gerusan ajaran kelompok lain. Apalagi muncul ajaran aliran baru yang bertentangan Aswaja semakin banyak menyesatkan umat Islam.

â€Å“Diantaranya kelompok wahabi yang gerakannya selalu mebid’ahkan syiar-syiar Islam semacam manaqiban, tahlilan, ziarah kubur,” tegas Habib asal Semarang ini.

Kepada masyarakat, Habib mengajak untuk tidak ikut-ikutan kepada ajaran baru. Ia berharap umat Islam selalu berpegang kepada ajaran yang dikembangkan kepada ulama maupun kiai.

Pengajian kebangsaan ini merupakan acara puncak peringatan harlah ke-53 yang diadakan PMII Kudus. Hari sebelumnya, berbagai rangkaian kegiatan telah diadakan yakni lomba anak-anak, ziarah muassis PMII Kudus, diskusi, mimbar bebas dan panggung seni-budaya.

Hadir dalam pengajian tersebut puluhan alumni, kader, pengurus PMII Kudus dan ratusan masyarakat setempat.

 

Redaktur     : Mukafi Niam

Kontributor : Qomarul Adib

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 17 September 2014

Waktu Sidang Isbat 1 Syawal akan Lebih Panjang

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pemerintah akan menggelar sidang isbat atau penetapan 1 Syawal 1434/2013 pada hari Rabu, 7 Agustus 2013 di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta. Waktu sidang akan lebih lama dari biasanya.

Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali mengatakan, sidang isbat akan dimulai pada pukul 13.30 dengan agenda sidang pra isbat, bukan 17.00 seperti biasanya. Alasannya, kata Menag, sidang isbat menarik perhatian masyarakat luas, yang selalu mempertanyakan mengapa awal Ramadhan dan 1 Syawal selalu berbeda.

Waktu Sidang Isbat 1 Syawal akan Lebih Panjang (Sumber Gambar : Nu Online)
Waktu Sidang Isbat 1 Syawal akan Lebih Panjang (Sumber Gambar : Nu Online)

Waktu Sidang Isbat 1 Syawal akan Lebih Panjang

Selain itu, masyarakat selama ini beranggapan bahwa tanggal 1 Syawal sebenarnya sudah bisa ditetapkan bahkan sampai 100 tahun mendatang.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Ada pertanyaan apakah ilmu hisab itu sejalan dengan astronomi, apakah rukyah itu sejalan dengan ilmu astronomi, apakah pemerintah itu merupakan ulil amri," ungkap Menag.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dengan panjangnya waktu sidang isbat, diharapkan akan mampu mempertemukan pandangan-pandangan yang selama ini berselisih.

Dalam siding isbat itu, kata Menag, pemerintah juga akan meminta pandangan dari tokoh-tokoh negara sahabat, dalam menetapkan awal Ramadhan dan 1 Syawal.

Sidang isbat 1 Syawal nanti, kata Menag, juga akan menghadirkan kelompok-kelompok yang selama ini kerap berbeda pandangan, seperti misalnya Muhammadiyah, Satariyah di Medan, Naqsyabandiyah, An Nasir dari Sulawesi Selatan.

Dalam sidang, kata Menag, pemerintah mengundang kelompok-kelompok ahli untuk menjelaskan kriteria yang menjadi dasar perhitungan tinggi hilal (bulan).

"Syukur-syukur tahun depan kita akan menyatukan kriteria itu menjadi satu kriteria saja. Selama kriterianya masih berbeda-beda maka potensi perbedaan dalam menetapkan awal bulan itu masih terbuka lebar," kata Menteri Agama.

Menteri Agama Suryadharma Ali lebih lanjut berharap pemerintah mendapatkan mandat penuh dari umat Islam di Indonesia.

Redaktur: Mukafi Niam

Sumber : Antara

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah RMI NU, Syariah, Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah