Kamis, 04 Januari 2018

Sepanjang 2017 NU Care-LAZISNU Himpun Dana 16,7 Miliar

Sragen, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Direktur NU Care-LAZISNU Syamsul Huda mengatakan pada tahun 2017, Pengurus Pusat NU CARE-LAZISNU  telah berhasil menghimpun dana sebesar Rp16.771.119.650. Dengan perolehan sebesar itu, Pengurus Pusat NU CARE-LAZISNU menyalurkan sebanyak Rp11.866.310.765.

"Rincian penyaluran NU Care-LAZISNU meliputi bidang pendidikan sebesar Rp4.301.905.000; kesehatan sebesar Rp680. 264.053,” kata Syamsul pada pembukaan Rakornas NU Care-LAZISNU di Pesantren Walisongo Sragen, Senin (29/1) petang.

Adapun pemberdayaan ekonomi mencapai Rp2.709.302.872,- dan Siaga Bencana mencapai Rp1.008.429.840.

Sepanjang 2017 NU Care-LAZISNU Himpun Dana 16,7 Miliar (Sumber Gambar : Nu Online)
Sepanjang 2017 NU Care-LAZISNU Himpun Dana 16,7 Miliar (Sumber Gambar : Nu Online)

Sepanjang 2017 NU Care-LAZISNU Himpun Dana 16,7 Miliar

"NU Care-LAZISNU melakukan pengiriman bantuan untuk etnis Rohingya, dan saat ini ada Tim NU yang tengah memberikan bantuan untuk warga Asmat," kata Syamsul.

Syamsul menyebut jumlah tersebut akan terus bertambah karena ini kami masih menunggu laporan Kinerja Akhir Tahun dari PW dan PC NU CARE-LAZISNU di seluruh Indonesia.

“Jumlah totalnya insyaallah akan kami sampaikan pada penutupan Rakornas NU Care-LAZISNU 2018,” kata dia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sragen dipilih sebagai lokasi Rakornas NU Care-LAZISNU 2018. Hal itu bukan tanpa alasan, karena Sragen dengan dukungan PCNU dan seluruh lembaga/banomnya, berhasil menggulirkan Gerakan Kotak Infak (Koin) NU. Peluncuran gerakan yang dilakukan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pada 14 April 2017, berhasil menghimpun rata-rata sedikitnya 5 miliar rupiah setiap bulan.

Pemanfaatan dana yang dihimpun dari Koin NU Sragen diantaranya untuk pembangunan gedung MWCNU setiap kecamatan, santunan yatim dan dhuafa, usaha travel melalui NUtrans, dan sedang dirintis pembangunan rumah sakit NU.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Melihat fenomena gerakan Kotak Infak (Koin NU) tersebut, Syamsul berharap majunya NU tidak hanya di Sragen, akan tetapi juga di seluruh Indonesia.

“Agar NU benar-benar menjadi organisasi yang mandiri, berdaulat secara ekonomi, dan kuat secara ideologi,” pungkasnya. (Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Warta, Daerah, Nahdlatul Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 03 Januari 2018

PT Pegadaian Raih Penghargaan Platinum

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. PT Pegadaian untuk pertama kalinya mengikuti Temu Karya Mutu dan Produktuvitas Nasional (TKMPN) XX dan International Quality & Productivity Convention 2016 di Denpasar Bali yang berlangsung tanggal 7-10 November 2016. Pertemuan ini tidak hanya diikuti perusahaan-perusahaan di Indonesia tetapi juga dari Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Kegiatan yang pertama diikuti PT Pegadaian dengan mengusung tema "Akselerasi Pencapaian Target Nasabah Tabungan Emas" ini mendapatkan kategori Platinum. Proyek Kendali Mutu (PKM) yang diberi nama INTAN terdiri dari lintas divisi yaitu divisi produk emas, pemasaran dan teknologi informasi menjadi penopang keberhasilan untuk meraih kategori ini.

PT Pegadaian Raih Penghargaan Platinum (Sumber Gambar : Nu Online)
PT Pegadaian Raih Penghargaan Platinum (Sumber Gambar : Nu Online)

PT Pegadaian Raih Penghargaan Platinum

Di pertemuan ini jumlah kepesertaan terbanyak dibanding pertemuan-pertemuan sebelumnya karena diikuti sebanyak 340 tim nasional dan 45 tim luar negeri. Pertemuan ini sebagai tolak ukur kendali mutu dalam peningkatan produktivitas perusahaan di Indonesia yang sudah dikenal di luar negeri.

Estianti Haryani Direktur Bina Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan RI dalam pembukaan, Senin (7/11) menyampaikan bahwa dalam kegiatan ini setiap anggota akan berbagi pengalaman, kreativitas, dan inovosi, yang selanjutnya dikompetisikan sehingga didapatkan oleh praktisi yang handal.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Konsep yang dibawa PT Pegadaian adalah bagaimana mencapai target nasabah tabungan emas sebanyak 687.000 dalam tahun 2016. Dengan koordinasi antarlini maka target per Oktober sudah tercapai 590.000 nasabah.?

PT Pegadaian yang sudah berdiri sejak 115 tahun lalu kini jumlah nasabahnya mencapai 6,7 juta sedangkan tabungan emas yang sejak diresmikan Presiden Joko Widodo pada 5 Juli 2016 bisa mendapat nasabah hampir 600 ribu. Ini menunjukkan produk ini sangat bermutu dan dipercaya masyarakat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan jumlah nasabah diantaranya strategi pemasaran yang komperhensif dan berkelanjutan dan bekerjasama dengan Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PBNU dalam perencanaan keuangan keluarga (*)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian, Makam, Jadwal Kajian PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rais Aam: Kalau Mau Take Off, Landasan Harus Kuat

Bandarlampung, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Salah satu tema besar yang diangkat pada pra Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes NU) 2017 yang diselenggarakan di Lampung adalah Penguatan Organisasi Menuju Satu Abad Nahdlatul Ulama.

Hal ini menjadi sangat penting direalisasikan menjelang satu abad NU yang merupakan Jamiyyah Diniyyah terbesar didunia pada 2026. Hal tersebut diingatkan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Maruf Amin saat memberikan tausiyah Kebangsaan pada pembukaan kegiatan, di Pondok Pesantren Al Hikmah Bandarlampung, Sabtu (4/11).

Rais Aam: Kalau Mau Take Off, Landasan Harus Kuat (Sumber Gambar : Nu Online)
Rais Aam: Kalau Mau Take Off, Landasan Harus Kuat (Sumber Gambar : Nu Online)

Rais Aam: Kalau Mau Take Off, Landasan Harus Kuat

"NU harus siap menghadapi masa satu abad karena tiap awal setelah 100 tahun akan ada pembaharuan persoalan agama dari sisi harakahnya," kata kiai yang Ketum MUI ini.

Baca juga Buka Pra Munas Lampung, Rais Aam Ingatkan Pentingnya Penguatan Organisasi

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia mengibaratkan posisi NU saat ini seperti pesawat terbang yang akan melakukan lepas landas menuju posisi yang lebih tinggi. 

"Kalau mau take off, landasan harus kuat," tegasnya.

Selain Penguatan Organisasi, Reforma Agraria untuk Pemerataan Kesejahteraan Warga juga diangkat dalam rangka menghilangkan kesenjangan ekonomi yang ada di Indonesia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya harus ada arus baru ekonomi Indonesia yang mampu merubah superioritas dari para konglomerat dalam penguasaan aset kekayaan melalui maksimalisasi kekuatan ekonomi dari bawah.

"Perekonomian lama lebih menguatkan kekuatan atas yang diharapkan dapat memberikan kemakmuran bagi kekuatan bawah. Yang tadinya diharapkan bisa mengalir kebawah ternyata sampai saatnya, netes pun tidak," katanya pada pada acara yang juga dihadiriMenteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia Sofyan A Jalil.

Oleh karenanya dengan pembahasan reforma agraria pada Munas dan Konbes tahun ini, diharapkan akan dapat tumbuh kekuatan ekonomi bawah.

"Nantinya akan bisa ada Hamdalah Mart, Basmalah Mart dari Kekuatan ekonomi bawah khususnya dari pesantren," harapnya.

Kiai Maruf juga mengatakan akan ada pembahasan dalam Munas dan Konbes mengenai hukum dalam agama Islam tentang individu yang memiliki kekayaan ekonomi dan sangat dominan dari yang lainnya. (Muhammad Faizin/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hikmah, Ubudiyah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nonton Sang Kiai, Santri dan Warga Berdesakan

Probolinggo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Anak-anak muda berpeci hitam berbaur dengan warga. Mereka memadati halaman Pesantren Darul Mukhlasin, Probolinggo, Senin (4/11) malam. Mereka, para santri dan warga NU yang menonton film Sang Kiai.

Nonton Sang Kiai, Santri dan Warga Berdesakan (Sumber Gambar : Nu Online)
Nonton Sang Kiai, Santri dan Warga Berdesakan (Sumber Gambar : Nu Online)

Nonton Sang Kiai, Santri dan Warga Berdesakan

Menurut panitia, Muhajir, semangat warga NU nonton film merupakan sebuah fenomena unik. Sebab aktivitas ini nyaris jarang dilakukan warga Nahdliyin, terutama kaum tua. Namun demi menyaksikan kisah Kiai Hasyim Asy’ari, mereka rela berdesak-desakan untuk melihat dari dekat film Sang Kiai.

Dengan nonton bareng film Sang Kiai, kata dia, warga NU dan santri termotivasi dengan perjuangan pendiri NU itu. “Selain itu, masyarakat memahami dan mengetahui riwayat NU lebih-lebih generasi muda dan kader-kader NU,” jelasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sukin, salah satu warga NU yang mengikuti nonton bareng mengaku tergetar saat menyaksikan kisah hidup Kiai Hasyim Asy’ari. “Perjuangan Kiai Hasyim Asy’ari untuk negeri ini sangatlah besar,” katanya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)

Nonton bareng film tersebut digelar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur untuk menyambut datangnya tahun baru Islam 1 Muharram 1435 H. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Kajian Islam, Sunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Suara Rekanita Pacitan Untuk Kongres IPPNU

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Untuk Kongres IPPNU yang rencananya diselenggarakan di Boyolali awal Desember nanti, ada beberapa catatan pekerjaan rumah yang harus diperbaiki oleh kepengurusan pusat. Ke depan, Ketua Umum IPPNU harus mampu berkomunikasi baik dengan pengurus-pengurus yang ada di tingkatan cabang. Selain itu, pelayanan administrasi juga perlu ditingkatkan.

Suara Rekanita Pacitan Untuk Kongres IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Suara Rekanita Pacitan Untuk Kongres IPPNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Suara Rekanita Pacitan Untuk Kongres IPPNU

Demikian disampaikan Ketua Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Pacitan Dian Wahyu Putri, Rabu (11/11).

Dian menyebutkan, untuk berkaca dari kepengurusan hari ini, sebagai cabang yang secara geografis letaknya di pedalaman, ada kebingungan selaku pengurus terkait target kaderisasi yang diinginkan pimpinan pusat. Tidak ada sosialisasi yang diberikan apalagi kunjungan. Dalam hal ini komunikasi menjadi penting, sehingga progam kerja yang dicanangkan pimpinan pusat bisa tersampaikan baik di tataran bawah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Jadi dalam proses pengkaderan sejalan dengan keinginan pimpinan pusat, tidak tumpang tindih,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Dian menyayangkan soal pelayanan administrasi. Contoh kecilnya, terkait pengeluaran surat pengangkatan cabang yang pernah dialami. Tidak hanya menunggu lebih dari 4 bulan, tetapi surat pengangkatan yang diterima juga salah dengan tertulis cabang lain.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kami menyayangkan terkait itu, padahal segala kelengkapan sudah kami penuhi,” katanya.

Dian yang juga mahasiswa STAINU Pacitan mengapresiasi kinerja yang telah dilakukan kepengurusan yang akan demisioner. Selanjutnya, perjuangan baik yang belum tercapai bisa diteruskan kepengurusan baru.

Di akhir, Dian berharap untuk kepengurusan baru, nantinya mampu memperbaiki persoalan-persoalan baik komunikasi maupun pelayanan administrasi ke bawah.

“Mari kita sukseskan kongres kali ini, untuk IPPNU yang lebih baik,” pungkasnya. (Faridur Rohman/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, PonPes, RMI NU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiat Pesantren Hadapi Tantangan Masa Depan

Lamongan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Sebagai lembaga pendidikan klasik dan tertua di Indonesia, pesantren kini sedang mengalami tantangan yang berat. Pasalnya, pesantren tidak hanya dituntut dapat meningkatkan mutu pendidikan, tetapi juga harus mampu bersaing dalam bidang ekonomi dengan mengembangkan ekonomi berbasis pesantren.

Demikian disampaikan Ketua Umum Robithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), KH. Mahmud Ali Zen saat menjadi pembicara dalam dalam seminar dengan tema “Pesantren dan Tantangan Masa Depan” yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Besar Alumni Tarbiyatut Tholabah (IKBAL TABAH) di Auditorium Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Rabu (10/11) kemarin.

Selain KH. Mahmud Ali Zen, hadir pula dalam seminar tersebut anggota DPR RI dari Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB) H. Taufikurrahman Saleh dan kandidat doktor dari Universitas Kebangsaan Malaysia Drs. Zaini Mahbub, M.Sc.

Menurut Kiai Mahmud – sapaan akrab KH. Mahmud Ali Zen – sistem yang dapat dipraktikkan oleh Pesantren di Indonesia adalah  sistem ekonomi syariah, sebagaimana diterapkan oleh Pesantren Sidogiri Pasuruan. Sistem tersebut dinilai paling cocok diterapkan, karena tidak bertentangan dengan syariat Islam. Pesantren Sidogiri yang menerapkan sistem tersebut terbukti telah mengalami perkembangan ekonomi yang sangat baik. “Pesantren bisa membangun ekonomi dan sistem yang diterapkan sesuai dengan syariat Islam,” paparnya kepada ratusan peserta seminar.

Dikatakannya, untuk membangun pendidikan pesantren yang bermutu serta mempunyai visi ekonomi dibutuhkan keteladanan para pimpinan pesantren. Sebab, Rasulullah sendiri selama hidup memimpin umatnya selalu memberikan contoh terlebih dahulu sebelum mengajak kepada kebaikan. “Rosulullah pada saat itu tidak hanya memberi konsep, tapi juga contoh,” jelasnya.

Kiai yang kini menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ini menambahkan, jika ada kemauan dan tekad yang bulat, semua pesantren di Indonesia akan mampu membangun ekonomi yang kuat. Sebab, Allah pada dasarnya menciptakan manusia ini sebagai umat yang terbaik, termasuk masyarakat pesantren. “kalian bisa menjadi umat terbaik bagi manusia,” ungkapnya sambil mengutip salah satu ayat Al-Quran.

Sementara itu, anggota DPR RI H. Taufikurrahman Saleh memaparkan pentingnya reformasi di bidang pendidikan, karena hingga saat ini mutu pendidikan Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara lain. Reformasi pendidikan, menurutnya, harus dilakukan jika bangsa Indonesia ingin mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. “Kita ini belum melakukan reformasi pendidikan. Jadi, sebenarnya reformasi ekonomi kita belum, pendidikan juga belum,” kata mantan Ketua Komisi VI DPR RI yang membidangi pendidikan ini.

Putra Kiai Saleh ini menambahkan, pendidikan Indonesia selama ini belum mempunyai visi yang jelas, karena menyimpang dari fakta dan realita yang terjadi di masyarakat. Semakin banyaknya pengangguran disebabkan visi pendidikan yang belum jelas, sehingga dari tahun ke tahun angka pengangguran mengalami peningkatan. “kita itu masih mengajari anak-anak kita untuk belajar sekolah, bukan untuk hidup. Kalau dulu orang diajara cara menyuntik sapi, sekarang harus langsung praktek nyuntik,” ungkapnya.

Lantas, cara apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan? Langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah reformasi kurikulum pendidikan, karena saat ini peserta didik ditunutut bisa belajar cepat. Reformasi tersebut harus dilakukan secara terus menerus karena kondisi masyarakat yang terus berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Selain itu, lanjutnya, peningkatan mutu pendidikan harus ditopang dengan tenaga pendidik yang berkualitas. Karena itu, pelatihan guru harus dilakukan secara terus menerus, sehingga guru benar-benar mampu mengemban tugas sebagai tenaga pendidik. “Guru harus berkualitas. Jadi mereka harus dilatih. Tapi jangan harap semua daerah itu sama. Itu harus disesuaikan dengan daerahnya,” ungkapnya.

Ditambahkanya, peningkatan mutu pendidikan memang masih menghadapi persoalan yang kompleks. Di samping menyangkut masalah dana, juga masalah sistem pendidikan, baik yang bersifat makro dalam arti pendidikan nasional secara keseluruhan, maupun mikro dalam arti sistem internal di masing-masing lembaga pendidikan. “Kualitas pendidikan juga ditentukan oleh metode, pola pengembangan serta atmosfer yang tumbuh berkembang dalam institusi pendidikan yang bersangkutan,” kata Taufik.(amh)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiat Pesantren Hadapi Tantangan Masa Depan (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiat Pesantren Hadapi Tantangan Masa Depan (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiat Pesantren Hadapi Tantangan Masa Depan

NU Mengutamakan Ibadah daripada Akal

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam menentukan awal awal bulan Qamariyah atau Hijriyah, khususnya awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, NU mendasarkan pada ruyatul hilal bil fi’li atau biasa dikenal dengan rukyah yakni melihat bulan dengan mata kepala, sesuai dengan perintah Nabi Muhammad SAW. Adapun hisab atau perhitungan menurut cara ilmu pengetahuan (astronomi) hanya berfungsi sebagai pembantu belaka.

Prinsip NU ini dikenal dengan ta’abbudiy (ibadah atau mengabdi) atau taqdiimut ta’abbud ‘alat-ta’aqqul (mendahulukan ibadah dari akal) atau ikmaalut-ta’abbud bit-ta’aqqul (menyempurnakan ibadah dengan akal).

“Ketika Rasulullah memerintahkan untuk mengadakan observasi atau melihat bulan untuk menentukan awal bulan ya kita lakukan dengan maksud ta’abbudy itu. NU tidak berdasarkan hisab, karena tak ada perintahnya secara eksplisit,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama KH Ghozali Masroeri, di Jakarta, Selasa (17/10). Bukan berarti tidak menghargai ilmu pengetahuan, prinsip di atas menempatkan ilmu pengetahuan hanya sebagai alat bantu dalam melaksanakan ibadah atau pengabdian kepada Allah SWT. Dalam penentuan awal bulan Hijriyah, hisab dapat menjadi pemandu umat Islam dalam melakukan rukyah.

NU Mengutamakan Ibadah daripada Akal (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Mengutamakan Ibadah daripada Akal (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Mengutamakan Ibadah daripada Akal

“Itu namanya menyempurnakan nilai ibadah dengan menggunakan akal,” kata Kiai Ghozali Masroeri. “Sama saja ketika dalam shalat kita diperintahkan untuk menghadap kiblat, maka umat Islam tidak bisa tidak harus menghadap kiblat. Akan tetapi dalam menyempurnakan arah kiblat sehingga tidak menyimpang satu serajat sekalipun perlu digunakan ilmu hisab.”

Kiai Ghozali Masroeri menambahkan, sikap mengutamakan ibadah itu perlu ditekankan, karena saat ini, katanya, di kalangan anak muda shalat semata-mata didefinisikan sebagai sebuah alat untuk mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Ada yang berpendirian bahwa shalat tidak harus memakai cara-cara yang diajarkan Nabi. “Ini namanya mendahulukan akal dari pada ibadah,” katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Akhirnya, Al-Qur’an dan Hadits justru malah dilupakan. Dalam konteks penentuan awal bulan Hijriyah, kata Kiai Ghozali Masroeri, sikap memaksakan hisab sebagai satu-satunya alat untuk menentukan awal bulan dengan tanpa melakukan rukyah sebenarnya telah mengingkari perintah Nabi. (nam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam, Habib PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah