Senin, 12 Desember 2016

Sukses Akreditasi 2012 dengan Lomba Jalan Sehat Berhadiah

Sidoarjo,PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo, Jawa Timur menggelar lomba jalan sehat bertajuk "Sukses Akreditasi 2012" pada Ahad (14/2). Kegiatan sebagai tasyakur atas akreditasi tersebut diikuti keluarga dan karyawan RSI Siti Hajar Sidoarjo.

Sukses Akreditasi 2012 dengan Lomba Jalan Sehat Berhadiah (Sumber Gambar : Nu Online)
Sukses Akreditasi 2012 dengan Lomba Jalan Sehat Berhadiah (Sumber Gambar : Nu Online)

Sukses Akreditasi 2012 dengan Lomba Jalan Sehat Berhadiah

Ketua panitia, Mudakkir menuturkan, peserta lomba jalan sehat tematik berjalan melewati Sidoarjo kota, Jalan Kombelpol, Jalan Gajah Mada, Jasem dan Jalan Raden Patah Sidoarjo. Dalam lomba itu, panitia menyediakan beberapa macam hadiah diantaranya hadiah utama berupa sepeda gunung dan berbagai peralatan elektronik seperti kipas angin, dispenser, kompor gas, kulkas, LED, dan lain sebagainya.

?

"Lomba ini dalam rangka memperingati hari lahir Rumah Sakit Islam Siti Hajar Sidoarjo yang ke-53. Semoga kegiatan ini dapat menjadikan tempat positif dan tak hanya berhenti saat ini saja, melainkan bisa berlanjut di tahun depan," tuturnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

?

Di sela-sela pembagian hadiah, panitia juga mengadakan final lomba karaoke yang diikuti oleh 15 peserta finalis dari karyawan RSI Siti Hajar. Tak hanya itu saja, sambung Mudakkir, rangkaian kegiatan Harlah RSI Siti Hajar Sidoarjo juga akan berlanjut dengan khitan massal yang akan digelar pada tanggal 15 Februari 2016. "Kami juga mengadakan Annual Check Up Gratis," pungkasnya. (Moh Kholidun/Abdullah Alawi)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai, Budaya PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 06 Desember 2016

Rektor UIN Surabaya Bangga dengan Tema Muktamar

Surabaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Secara terbuka, Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UIN SA) Surabaya Prof Abdul Ala menyatakan salut atas dipilihnya "Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia" sebagai tema pada Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama.

Rektor UIN Surabaya Bangga dengan Tema Muktamar (Sumber Gambar : Nu Online)
Rektor UIN Surabaya Bangga dengan Tema Muktamar (Sumber Gambar : Nu Online)

Rektor UIN Surabaya Bangga dengan Tema Muktamar

"Saya sangat senang dengan digunakannya Islam Nusantara sebagai tema muktamar kali ini," katanya saat dihubungi PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Senin (16/3).

Dalam pandangannya, momentum penggunaan tema tersebut juga sangat tepat karena mulai banyak ditemukan sejumlah warga negara terutama umat Islam yang dengan mudah terpengaruh Islam dari luar Indonesia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Mereka terpengaruh dengan radikalisme dan semacamnya," ungkap Prof Ala. Padahal, Islam Nusantara telah teruji mulai dari sebelum kemerdekaan hingga saat ini dalam memberikan dasar keberagamaan selain otentik, juga transformatif. Bukan hanya membentuk watak, tapi juga pemikiran.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Fakta membuktikan betapa cemerlangnya pemikiran KH Hasyim Asyari, KH KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Wahid Hasyim, Gus Dur, dan lain-lain ketika mebincang tema-tema keagamaan dan kebangsaan, "Pemikiran para pendahulu NU betul-betul sangat enlightening atau mencerahkan," tandas pria kelahiran Sumenep Madura ini.

Apalagi sejumlah kegiatan yang mengiringi pelaksanaan muktamar juga beragam. "Di samping tema yang diusung kali ini sangat pas, juga diimbangi dengan kegiatan akademis dan spiritual. Dan hal seperti inilah yang sangat diperlukan saat ini," ungkapnya.

"Saya melihat NU saat ini sangat modern dalam artian menjanjikan namun tetap menjaga tradisi lama yang baik. Benar-benar mengejawantahkan al-muhafadhah ala qadhim as-shalih wal akhdu bil jadidil ashlah," katanya saat ditanya capaian NU saat ini.

Namun demikian hal tersebut tinggal bagaimana memperkuat menejemen dan mewariskan kepada generasi muda. "Karena merekalah yang akan menjadi pemimpin negeri ini agar tidak kehilangan identitas," terangnya. Dengan demikian NU bangga dengan NU-nya, juga bangga dengan Indonesia-nya, lanjutnya.

Tugas besar yang diemban NU saat ini adalah membumikan dan melestarikan Islam Nusantara. Juga pemberdayaan ekonomi warga NU, khususnya mereka yang berada di pesedaan. "Jumlah warga NU besar, namun ada sebagian dari mereka yang hidup memprihatinkan," terangnya. Belum lagi masalah pendidikan, dimana tidak sedikit dari nahdliyin belum merasakan pendidikan yang relatif memadai.

"Saat ini kita tidak menutup mata banyaknya intelektual muda NU yang tidak hanya di tataran nasional mereka berkibar, juga internasional. Akan tetapi dibandingkan dengan warga nahdliyin yang besar, rasanya sangat perlu adanya penguatan dalam hal pendidikan," katanya. Kita berharap, warga NU sudah bisa merasakan pendidikan di perguruan tinggi dengan keNU-an yang cukup kuat, kebangsaan yang juga kuat dan tentunya keilmuan yang memadai, lanjutnya menyudahi perbincangan. (Syaifullah/Mahbib)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hadits, Amalan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 05 Desember 2016

Bupati Pringsewu Ajak Alumni Santri Tunjukkan Jati Diri di Segala Profesi

Pringsewu, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober harus menjadi momen kebangkitan santri dalam ikut berperan serta membangun Indonesia. Dalam lingkup kabupaten, santri di Pringsewu juga harus ikut memberikan warna dalam perjalanan pembangunan menuju arah Pringsewu yang lebih baik.

Hal ini disampaikan Bupati Pringsewu H Sujadi saat hadir dalam kegiatan peringatan Hari Santri Nasional yang dilaksanakan oleh GP Ansor NU Kabupaten Pringsewu di Aula Gedung NU, Jumat (21/10) malam.

Bupati Pringsewu Ajak Alumni Santri Tunjukkan Jati Diri di Segala Profesi (Sumber Gambar : Nu Online)
Bupati Pringsewu Ajak Alumni Santri Tunjukkan Jati Diri di Segala Profesi (Sumber Gambar : Nu Online)

Bupati Pringsewu Ajak Alumni Santri Tunjukkan Jati Diri di Segala Profesi

Santri alumnus Pesantren Kalibeber Temanggung ini juga mengatakan, dalam berpartisipasi dalam pembangunan, seorang santri harus teguh memegang prinsip dan jati dirinya agar apa yang dilakukannya sesuai dengan kesantriannya yang berpegang teguh pada agama.

"Di manapun kita, apapun kita, siapapun kita, sebagai santri kita harus memiliki sifat kesantrian yang teguh dan memberikan nuansa kesantrian pada aktivitas kita," katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mustasyar PCNU Pringsewu ini menyatakan, santri harus memiliki kebanggan terhadap jati dirinya. Kebanggaan itu bukan ditujukan untuk takabur atau sombong, namun untuk memberikan nuansa spiritual kepada lingkungan sekitar.

Sejarah mencatat bahwa banyak para pahlawan yang terinspirasi oleh para santri sekaligus tersulut semangatnya dalam berjuang memerdekakan Indonesia. Ia mencontohkan seperti Bung Tomo yang memekikkan perjuangan untuk bebas dari penjajah dan RA Kartini dengan konsep "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang semua itu terdorong karena kesemangatan santri.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam kegiatan yang dihadiri segenap pengurus dan anggota GP Ansor Pringsewu ini juga dilakukan Pembacaan Dua Paket Shalawat Nariyah yang merupakan salah satu instruksi PBNU melalui kegiatan Pembacaan 1 Milyar Shalawat Nariyah.

Pembacaan yang ditujukan untuk keselamatan bangsa ini dipimpin oleh Ketua PCNU Pringsewu H Taufiqurrohim dan dilanjutkan dengan pembacaan Simtudduror. (Muhammad Faizin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam, Ubudiyah, Pahlawan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 02 Desember 2016

Ketika Imam al-Mawardi Membela Imam Muzani dari "Haters"

Imam al-Muzani (175-264 H) merupakan santri langsung dari Imam Al-Syafii. Imam Syafii menyebutnya sebagai "pembela mazhabku". Beliau menuliskan kitab Mukhtashar yang tersebar luas sebagai panduan ringkas memahami mazhab Syafii. Setelah menulis Bismillahirrahmanirrahim, Imam Muzani memulai kitabnya dengan kalimat

? ? ? ? ? ? ? ? ? - ? ?

Ketika Imam al-Mawardi Membela Imam Muzani dari Haters (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketika Imam al-Mawardi Membela Imam Muzani dari Haters (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketika Imam al-Mawardi Membela Imam Muzani dari "Haters"

Kalimat di atas bermakna penegasan bahwa apa yang dia tulis dalam satu jilid kitab ini hanyalah merupakan ringkasan dari apa yang beliau pelajari dari Imam Syafii.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ini adalah tawadhu seorang santri kepada sang kiai.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Seratus tahun kemudian, seorang ulama terkenal dari Mazhab Syafii yang bernama al-Mawardi (362-448 H) menulis kitab al-Hawi al-Kabir berisikan 20 jilid yang memberi syarh (penjelasan) atas kitab Mukhtashar Muzani. Imam al-Mawardi ini seorang Ketua Mahkamah Agung yang menulis kitab tafsir al-Nukat wa al-Uyun dan tentu saja yang sangat terkenal yaitu kitab al-Ahkam al-Sulthaniyah.

Imam al-Mawardi memulai kitab al-Hawi al-Kabir dengan menuliskan lafaz basmalah, kemudian doa "Allahumma yassir wa ain Ya Karim" kemudian mengucapkan hamdalah. Setelah itu beliau mencantumkan pembelaan dari mereka yang menyerang Imam Muzani. Apa pasal?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? - ? ? ? ? ? -? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? .

Rupanya menurut para "haters" --meminjam istilah yang tren di medsos saat ini-- mengapa Imam Muzani tidak memulai kitab Mukhtashar dengan kalimat hamdalah padahal menurut satu riwayat Hadis Nabi dari Auzai: "semua perkerjaan penting yang tidak dimulai dengan Alhamdulillah akan terputus (dari rahmat Allah)."

Sisi tawadhu Imam Muzani dalam kalimat pembuka kitabnya justru dipersoalkan. "Haters" telah memelintirnya dengan menganggap kitab ini tidak barakah. Ketimbang mengulas isi kitabnya, mereka malah menyerang kalimat pembukanya. Di sinilah Imam al-Mawardi membela Imam al-Muzani dengan memberikan lima jawaban.

Pertama, kalau pertanyaan kepada Imam Muzani itu merupakan pekerjaan penting, mengapa pula yang bertanya tidak memulainya dengan hamdalah, dan kalau tidak penting mengapa pula harus dibahas?!

Kedua, meninggalkan hamdalah itu keliru, tapi Imam Muzani tidak keliru karena beliau hanya tidak menuliskan lafaznya saja di awal kitab, bukan berarti meninggalkan puji-pujian kepada Allah sama sekali. Imam Muzani bahkan shalat dua rakaat setiap selesai menulis satu bab --indikasi Imam Muzani tidak melupakan koneksi dengan Allah.

Ketiga, lafaz hamdalah tidak ditulis di awal kitab, tetapi tetap ditulis oleh Imam Muzani dalam bagian lain kitabnya. Beliau menulis: "Alhamdulillahilladzi la syarika lahu, alladzi huwa kama washafa wa fawqa ma yasfihu bihi khalquh...."

Keempat, menurut Imam al-Mawardi yang dimaksud mengucapkan hamdalah itu intinya adalah mengingat Allah, dan ini sudah terwakili oleh Imam Muzani ketika memulai kitabnya dengan Bismillahirrahmanirrahim.

Kelima, konteks Hadis memulai dengan hamdalah itu adalah saat berkhutbah, bukan menulis kitab. Kalau diartikan harus memulai dengan hamdalah di semua hal maka menurut Imam Mawardi wahyu pertama yang Nabi Muhammad terima saja ayat Iqra bukan dimulai dengan hamdalah. Apa mungkin kemudian antara ucapan dan perbuatan Nabi saling bertentangan dan apa berani kita mengatakan al-Quran itu terputus dari rahmat Allah karena ayat pertamanya bukan diawali dengan hamdalah? Dan lagipula kalau benar yang tidak memulai hamdalah pada kitabnya akan terputus dari rahmatNya, nyatanya kitab yang ditulis Imam Muzani ini sangat terkenal dan bermanfaat dibanding yang lainnya.

Demikian pembelaan Imam al-Mawardi. Saya hendak menambahi bahwa serangan semacam itu bukan hanya dialami Imam Muzani tapi juga dialami oleh Imam Bukhari. Dalam Kitab Fathul Bari yang men-syarh kitab Shahih Bukhari dikupas bagaimana Imam Bukhari yang memulai kitabnya dengan menulis Bismillahirrahmanirrahim mendapat serangan dari pihak lain. Mereka mempersoalkan kenapa tidak memulainya dengan hamdalah. Ibn Hajar kemudian memberikan pembelaannya terhadap Imam Bukhari.

Kembali kepada serangan terhadap Imam Muzani, pertanyaannya siapa sih yang mengkritik beliau soal hamdalah ini? Imam Mawardi menyebut beberapa nama di antaranya al-Nahrumani dan al-Maghribi. Jelas ini hanya nickname bukan nama lengkap. Jadi siapa para "haters" itu? Mungkin pada masa Imam al-Mawardi kedua panggilan ini sudah mafhum diketahui. Tapi kita yang hidup 900 tahun kemudian tentu bertanya-tanya.

Pelacakan saya untuk al-Nahrumani itu boleh jadi nama lengkapnya Najmuddin Muhammad al-Shalihi al-Nahrumani, yang merupakan Ulama mazhab Hanbali. Bagaimana dengan al-Maghribi? Kemusykilannya biasanya kitab-kitab mazhab Syafii menyebut al-Maghribi itu kepada Ibn Hazm al-Andalusi dari mazhab Zhahiri. Ada kemungkinan yang dimaksud al-Maghribi dalam kitab al-Mawardi ini adalah al-Husain bin Ali bin al-Husain al-Wazir Abul Qasim yang wafat tahun 418 H sebelum masanya al-Mawardi. Benar atau tidaknya, ya meneketehe lah hehe...

Nah, pelajaran penting: dunia pengetahuan hanya akan mengenang mereka yang berkarya. Para "haters" yang biasanya hanya mengkritik dan tidak melahirkan karya penting dan berkualitas mereka akan dilupakan sejarah. Ratusan tahun kemudian anak cucu kita akan kesulitan melacak siapa mereka. Karena itu jangan hiraukan "haters", teruslah kita produktif berkarya dan sejarah akan mencatat karya dan pengabdian kita. Insya Allah!

Nadirsyah Hosen, Rais Syuriyah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian Sunnah, Sejarah, Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 30 November 2016

Berharap Keberkahan Ulama

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi mengatakan, peringatan tahunan (haul) para ulama atau leluhur dimaksudkan untuk mengharap keberkahan. Umat Islam harus menata niat dan berdo’a agar mendapat keberkahan dari ulama yang diperingati wafatnya.

Berharap Keberkahan Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)
Berharap Keberkahan Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)

Berharap Keberkahan Ulama

“Seperti kita memperingati  Haul mbah Asnawi ini, semoga kita semua mendapat barokah dari beliau  dengan diperpanjang umur kita,  diberi rizki yang halal, terhindar dari  balak dan besok pada hari akhir khusnul khatimah,” katanya saat menyampaiakan taushiyah dalam acara Tahlil Umum dalam rangka peringatan  haul KHR. Asnawi , Jum’at siang (3/5).

Tahlil umum yang berlangsung di Makam KHR Asnawi (komplek makam menara Kudus) ini, dihadiri puluhan kiai dan ulama Kudus diantaranya Mustasyar PCNU Kudus KH.Ulin Nuha Arwani Habib Alwi Baagil, Katib PCNU Kudus KH. Ahmadi Abdul Fatah dan ratusan Nahdliyyin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lebih lanjut, Kiai kharismatik yang biasa disapa  Mbah Sya’roni ini mengatakan perjuangan KHR Asnawi  merupakan sosok yang luar biasa. Selain rajin mengajarkan ilmu agama, KHR Asnawi tekun berjuang mengembangkan Nahdlatul Ulama.

“Dalam NU mbah Asnawi menjadi musytasar PBNU semasa Rois Akbar-nya KH.Hasyim Asy’ari. Pada waktu itu usianya lebih sepuh dari Mbah Hasyim,” tuturnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mbah Sya’roni menyatakan KHR Asnawi termasuk salah satu keturunan Sunan Kudus yang ke 13. Diantara peninggalannya yang masih bertahan, Madrasah Qudsiyah dan pondo pesantren Raudhotut Thalibib Bendan Kudus.  

“Hingga kini keduanya masih bertahan serta  dimanfaatkan mengembangkan ilmu agama oleh masyarakat Kudus dan sekitarnya,” terangnya.

Ditambahkan, peringatan haul mbah Asnawi menggunakan pedoman tarikh yang ditulis dalam huruf hidup oleh Ahli Falaq Kudus almarhum KH.Turaikhan Adjhuri yang berbunyi  ‘Isy Ghoththii  (hiduplah untuk melindungi masyarakat). 

“Kalau dihitung sesuai dengan tahun wafatnya mbah Asnawi  1379 sehingga kalau dihitung sekarang haulnya sudah yang ke 55,” jelas KH. Sya’roni.

Pada kesempatan itu, pengasuh pengajian Jum’at pagi masjid Menara Kudus ini menerangkan para pejuang agama yang sudah  wafat, sebetulnya ruhnya masih hidup. Bila terdapat hal  kurang baik, pejuang  itu masih mengingatkan dengan menemui orang yang dicintainya melalui mimpi.

“Ketika kiai Alwi Kudus berziarah ke sebuah makam dan lupa membacakan al Fatihah untuk sunan Kudus, kiai Alwi ditemui dan ditegur Sunan Kudus , kenapa tidak membacakan Fatihah untuknya,” imbuh Mbah Sya’roni mencontohkan.

Kegiatan Tahlil Umum ini merupakan salah satu rangkaian acara peringatan Haul ke 55 pendiri NU asal Kudus KHR Asnawi yang berlangsung sejak Kamis-Sabtu (3-5/5). Diawali khotmil al Qur’an bil Ghoib Kamis malam di Ponpes Bendan, khotmil qur’an bin nadhor  di makam Mbah Asnawi  Jum’at pagi dilanjut Tahlil umum pada siang harinya. 

Pada Jum’at malam, pengajian umum bersama Habib Umar Muthohar dari Semarang. Kemudian Sabtu (4/5) disemarakkan dengan sepeda santai yang diikuti ribuan siswa-siswi madrasah Qudsiyyah start-finis lapangan madrasah Qudsiyah Jl KHR Asnawi Kudus. 

Redaktur     : A. Khoirul Anam

Kontributor : Qomarul Adib

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, Aswaja PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 29 November 2016

Komentar Hari Santri dari Kota Solo

Solo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Hari Santri Nasional (HSN) diperingati pada, Sabtu (22/10), di berbagai wilayah se-Indonesia, termasuk di Kota Solo, Jawa Tengah. Di Kota Bengawan, peringatan HSN bahkan sudah dihelat sejak sepekan sebelumnya, dengan menggelar acara kirab dan lain sebagainya.

Komentar Hari Santri dari Kota Solo (Sumber Gambar : Nu Online)
Komentar Hari Santri dari Kota Solo (Sumber Gambar : Nu Online)

Komentar Hari Santri dari Kota Solo

Bagi para tokoh NU di Solo, HSN tidak hanya sekedar peringatan seremonial belaka, akan tetapi lebih dari itu, menjadi momentum untuk mengukuhkan kembali komitmen dari kalangan santri kepada bangsa.

“Hari Santri ini, kita jadikan momentum untuk mengukuhkan kembali komitmen keindonesiaan,” tutur Pengasuh Pesantren Al-Muayyad Windan, KH M Dian Nafi’, saat ditemui di Pesantren Al-Muayyad.

Senada dengan Kiai Dian, Ketua PCNU Kabupaten Sukoharjo, M Nagib Sutarno, Resolusi Jihad yang pernah digelorakan Hadratussyaikh, hendaknya menjadi semangat untuk semakin membangkitkan ghirah kaum santri untuk berjuang.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Santri untuk bangsa dan umat. Kita perkuat kembali peran santri di berbagai bidang,” tukas dia.

Sementara itu, Ketua PC GP Ansor Kota Surakarta, M Anwar, berharap lembaga pesantren, khususnya di Wilayah Soloraya, dapat semakin berkembang dan lebih diperhatikan.

Anwar juga berharap Peringatan HSN dapat sinergi dengan agenda pemerintah pusat maupun daerah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Acara Peringatan HSN dapat diagendakan pula tiap tahunnya, kalau di Solo, kebetulan sudah ada agenda setiap Hari Santri, yang diadakan kegiatan sholawat bersama Pemkot di Balaikota,” kata Anwar. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Ubudiyah, Sejarah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 26 November 2016

Bagi Gus A’ab Hidup adalah Keluarga dan Berdakwah

Jember, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bagi Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin atau Gus A’ab, Idul Fitri adalah waktu jeda dari kegiatan rutin; mengisi pengajian. Lebaran memang waktunya berkumpul bersama keluarga. Menikmati kebersamaan bersama orang-orang terdekat maupun keluarga jauh.?

Bagi Gus A’ab Hidup adalah Keluarga dan Berdakwah (Sumber Gambar : Nu Online)
Bagi Gus A’ab Hidup adalah Keluarga dan Berdakwah (Sumber Gambar : Nu Online)

Bagi Gus A’ab Hidup adalah Keluarga dan Berdakwah

Hal ini juga dilakukan Gus A’ab, sapaan akrabnya. Namun biasanya 7 hari setelah lebaran, justru banyak masyarakat yang menggelar halal bihalal, dan lumrahnya ? itu juga diisi dengan pengajian. "Idul Fitri bagi saya adalah waktu istirahat, walaupun hanya sebentar," ucapnya.

Selain sebagai ketua PCNU Jember, dia juga menjabat Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Jember. Yang banyak menyita waktu adalah kegiatannya selaku muballigh. Nama Kiai muda ini cukup moncer di masyarakat. Tidak hanya ahli pidato, tapi juga ahli debat, lebih-lebih soal Aswaja.?

Pada tahun 2007, namanya sempat menjadi buah bibir di kalangan warga NU setelah dalam debat terbuka di IAIN Sunan Ampel Surabaya, dia "menaklukkan" Muammal Hamidy, yang mewakili pengarang buku "Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dikir Syirik". Setahun kemudian, ia berhadapan dengan Ulil Abshar Abdalla dalam debat terbuka di Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo pimpinan KH. Ali Agoes Masyhuri.

Setiap hari bahkan sampai 2 hingga 3 kali menghadiri undangan pengajian. Wilayah dakwahnya, tidak hanya di Jember tapi juga merambah ke kota-kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, Bali, Kalimantan, Sumatra, Batam dan bahkan Papua. Di luar negeri, Malaysia, Hongkong dan Thailand sudah beberapa kali ? kali Gus Aab mengisi pengajian di situ.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

4 tahun ? tahun lalu, selama bulan Ramdhan dia keliling Eropa. Beberapa bulan lalu juga berdakwah di Amerika Serikat. Jadual begitu padat, namun Gus Aab masih bisa berbagi waktu dengan keluarga dan tugas formalnya sebagai Dekan. "Misi saya hanya satu, malakukan dakwah, khususnya ? Islam ala Ahlussunah wal Jamaah," ucapnya.

Selepas ? lebaran ketupat ini, seabrek kegiatan sudah menunggu Gus A’ab. Dia dijadualkan ? mengisi ? pengajian di Mojokerto, Kediri, Bangkalan dan Sampang. Tanggal 21 hingga 24 bulan ini Gus Aab akan terbang ke Jayapura untuk mengisi penjajian di beberapa titik di Bumi cenderawasih itu. "Pulang dari Jayapura, saya kembali mengisi pengajian sejumlah kota di Jawa Timur," jelasnya.

Sebagaimana muballigh lainnya, Gus Aab tak pernah memamok "harga" sebagai imbalan dari dakwahnya. Jika lokasi undangannya masih memungkinkan ditempuh dengan kendaraan darat, ? Gus Aab ? membawa mobil sendiri. Tapi kalau tak memungkinakn, maka Gus Aab minta disiapkan tiket panitia pengajian. "Yang penting saya sampai di lokasi pengajian. Soal nanti ? dikasih imbalan itu terserah panitia," tukasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Gus Aab mengaku ? tak setuju adanya anggapan sumbang bahwa dakwah dijadikan bisnis. Katanya, dalam ? dakwah tidak ada bisnis. Soal ada uang sebagai imbalan, itu wajar-wajar saja untuk menjaga kesinambungan dakwah. Sebab, muballigh juga manusia yang punya tanggung jawab ekonomi terhadap keluarganya.?

"Makanya saya agak kaget ketika beberapa waktu lalu, ada seorang muballigh sampai diberitakan minta imbalan Rp50 juta saat mengisi ceramah di Hongkong. Dugaan saya itu ditangani oleh semacam agen. Muballighnya saya yakin tidak seperti itu. Kebetulan seminggu sebelum ribut-ribut itu saya di Hongkong mengisi pengajian juga," terangnya. (Aryudi A. Razaq/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Pesantren PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah