Sabtu, 13 April 2013

Tolak Bala Gagal Panen, Warga NU Blitar Gelar Istighotsah

Blitar, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Pengurus Ranting NU Gogodeso Kabupaten Blitar bersama aparat desa dan Himpunan Petani Nusantara Jawa Timur menggelar istighotsah untuk tolak bala di jalan lahan sawah desa, Sabtu (8/7) pagi. Mereka berdoa bersama untuk mengatasi serangan hama.

Pertemuan ini merupakan wujud empati atas kegagalan panen warga tani karena serangan hama, utamanya wereng dan tikus.

Tolak Bala Gagal Panen, Warga NU Blitar Gelar Istighotsah (Sumber Gambar : Nu Online)
Tolak Bala Gagal Panen, Warga NU Blitar Gelar Istighotsah (Sumber Gambar : Nu Online)

Tolak Bala Gagal Panen, Warga NU Blitar Gelar Istighotsah

"Kami ikut prihatin pada warga petani. Karena itulah, kami mengajak warga petani bersama-sama istighotsah, munajat kepada Allah SWT agar dihindarkan dari bala gagal panen," kata Ketua Pengurus Ranting NU Gogodeso Kiai Sulkan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hadir pada acara istighotsah ini Ketum HPN Hermanu Triwidodo, Ketua LPNU Blitar H Shohib, Kadis Pertanian Blitar Eko, dan warga petani. (Imam Kusnin Ahmad/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anti Hoax, Santri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 26 Maret 2013

40 Jamaah Umrah Asal Papua Dapat Bonus Keliling Jakarta

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebanyak 40 jamaah asal Kabupaten Sorong, Papua Barat, melakukan perjalanan umrah melalui PT ASBIHU Tour and Travel, operator Asosisi Bimbingan Haji dan Umrah Nahdlatul Ulama (ASBIHU NU) pada Kamis (2/2) malam. 40 ? jamaah tersebut tiba di Jakarta sehari sebelumnya.?

“Karena penerbangan dari Jakarta memerlukan kesiapan, saudara-saudara kita tiba Rabu kemarin di Jakarta,” terang Direktur PT ASBIHU Tour and Travel, KH Hafidz Taftazani.

40 Jamaah Umrah Asal Papua Dapat Bonus Keliling Jakarta (Sumber Gambar : Nu Online)
40 Jamaah Umrah Asal Papua Dapat Bonus Keliling Jakarta (Sumber Gambar : Nu Online)

40 Jamaah Umrah Asal Papua Dapat Bonus Keliling Jakarta

Jeda waktu sehari tersebut dimanfaatkan PT ASBIHU untuk mengantar jamaah berkunjung ke sejumlah lokasi di Jakarta. Pada Kamis pagi mereka dibawa berkeliling ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur. Siangnya mereka mengunjungi kantor PT ASBIHU, lalu mengadakan silaturahim ke kantor PBNU.?

Mereka juga melakukan shalat duhur dan ashar berjamaah di Masjid Annahdlah PBNU, sekaligus mendengarkan tausiyah pembekalan dari Katib Syuriah PBNU KH Mujib Qulyubi.

Dari PBNU jamaah lalu diajak mengunjungi Monumen Nasional (Monas) dan Masjid Istiqlal.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kalau orang-orang dari Bogor ke Jakarta merasa belum lengkap kalau belum mengunjungi Monas. Maka saudara-saudara dari Papua yang datang dari jauh, juga dikasih bonus ke Monas,” seloroh Kiai Hafidz.

Kegiatan jamaah selama di Jakarta termasuk penginapan, dibiayai oleh PBNU melalui PT ASBIHU Tour and Travel. Hal tersebut, menurut Kiai Hafid dilakukan sebagai komitmen ASBIHU dan PBNU untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada para jamaah.

Kiai Hafidz sangat mengapresiasi semangat para jamaah asal Sorong tersebut dalam melakukan ibadah umrah melalui PT ASBIHU Tour and Travel. Mereka yang berada di wilayah timur, jauh dari pusat pemerintahan Indonesia, juga tergerak hatinya untuk menjadi tamu Allah di tanah suci. (KendiSetiawan/Zunus)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam, Pondok Pesantren, Lomba PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 13 Maret 2013

Cak Lontong: NU Lebih Hebat dari PBB

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Cak Lontong berpendapat bahwa NU tetap memliki semangat yang sama dari mulai didirikan. Menurut dia, memperingati berdirinya NU pun dengan cara berdiri.

Cak Lontong: NU Lebih Hebat dari PBB (Sumber Gambar : Nu Online)
Cak Lontong: NU Lebih Hebat dari PBB (Sumber Gambar : Nu Online)

Cak Lontong: NU Lebih Hebat dari PBB

“Ini menunjukkan kesederhanaan dari dulu. Perlu dilestarikan,” ujar alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya tersebut pada peringatan Hari Lahir NU di halaman gedung PBNU, Jalan Kramat Raya Jakarta, Selasa, (31/1).

Pembawa acara sekaligus pelawak tersebut juga mengakui bahwa ia mempunyai kedekatan emosional dengan NU dari kecil.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Sejak kecil, saya hidup di lingkungan NU. Kekrabannya luar biasa,” ungkap lelaki yang menyandang gelar insinyur itu.

Selama hidup di kalangan NU, ia mengaku, ekonomi masyarakat dapat diperbaiki dengan cara tradisi tahlilan yang diadakan ketika ada acara atau ada orang yang meninggal dunia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Jika ada satu orang yang meninggal di desa saya, tujuh hari makan malam saya, aman. Coba kalau ada orang yang meninggal seratus,” ujar pemilik nama lengkap Lies Hartono.

Selain itu, dia juga menyinggung terkait dengan menghargai keberagaman. Menurutnya, Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Hal itu tergambar dari kekayaan etnis dan bahasa yang dimiliki.

“NU itu lebih hebat dari PBB,” tambahnya.

Menurutnya, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) hanya mengurusi perdamaian dunia, sedangkan NU mengurusi perdamaian dunia dan akhirat. (M. Ilhamul Qolbi/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ubudiyah, Hadits PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 11 Maret 2013

Kader IPPNU Ikuti Kompetisi Internasional tentang Pangan di Swiss

Malang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Salah satu kader Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Universitas Brawijaya, Anik Haryanti, kini sedang berjuang dalam acara TFF (Thought For Food) Challenge 2016 yang berlangsung 1-2 April 2016 di Zurich, Swiss.

Anik yang merupakan mahasiswi Universitas Brawijaya sekaligus pengurus IPPNU Universitas Brawijaya beserta tim melakukan inovasi dan mengangkat produk lokal di ajang akademik dan teknologi pangan tersebut. Dengan mengusung produk Biteback, mereka berhasil membawa nama Indonesia di ajang internasional. Biteback merupakan produk yang meyakini serangga dapat menjadi solusi pangan alternatif di masa depan.

Kader IPPNU Ikuti Kompetisi Internasional tentang Pangan di Swiss (Sumber Gambar : Nu Online)
Kader IPPNU Ikuti Kompetisi Internasional tentang Pangan di Swiss (Sumber Gambar : Nu Online)

Kader IPPNU Ikuti Kompetisi Internasional tentang Pangan di Swiss

Setelah bersaing ketat dengan 416 tim dari 105 negara di seluruh penjuru dunia, Tim Biteback yang digawangi Anik Haryanti bersama tiga mahasiswa lainnya akhirnya mampu menuju babak final. Tim-tim yang dinyatakan lolos di antaranya berasal dari negara Amerika, Brazil, India, Uganda, Kenya, Britania Raya, dan Perancis.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tim Biteback mengusung inovasi dalam pengolahan makanan, dan menemukan minyak untuk memasak yang dibuat dari serangga meailworm atau larva kumbang. Inovasi minyak ini diyakini mengandung omega-3 yang tinggi dan zat besi yang mampu mengatasi anemia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Babak final kompetisi ini akan diselenggarakan di Zurich, Swiss, 1-2 April mendatang. Pemenang akan berkesempatan mendapatkan dana investasi dengan total 15.000 USD atau setara 208 juta rupiah untuk pengimplementasian program yang direncanakan. Selamat berjuang ya! (Ikbar Al Asyari/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Quote PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 10 Maret 2013

Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan

Oleh: Gugun El-Guyanie

Kiai Haji Ali Maksum, kerinduan berjuta-juta santri di tanah air ini kepada beliau hingga kini tak kunjung terobati. Dari sentuhan ritmis Mbah Ali Maksum, lahir tokoh-tokoh besar NU yang sekaligus bangsawan dan guru bangsa. Ada Kiai Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU), Gus Mus—yang ulama, budayawan dan cendekiawan, Masdar F Masudi (Syuriyah PBNU), dokter Fahmi Saefuddin—seorang dokter yang menunggui Kiai Ali Maksum menjelang wafat, almarhum KH Cholil Bisri yang mantan Wakil Ketua MPR RI. Ada juga Asad Said Ali yang mantan Wakil Kepala Badan Intelejen Negara (BIN). Tentu juga guru bangsa; Gus Dur yang dipoles khusus oleh Mbah Ali.

Mbah Ali dan sakralitas Krapyak telah melahirkan generasi multitalenta. Santri-santri produk Krapyak zaman Mbah Ali tidak harus menjadi kiai yang berjubah dan berjenggot, namun mengutamakan spirit keulamaan dan keindonesiaan. Ada santri yang budayawan, ada santri yang ulama sekaligus politisi, ada santri yang dokter dan teknokrat.

Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan

Supremasi keulamaan dalam sosok Mbah Ali, memberi bukti bahwa ulama adalah pewaris para nabi, al ulama waratsatul anbiya. Ulama yang bukan sekedar memiliki otoritas keilmuan agama (ulumuddin), juga bukan semata-mata pencapaian maqam spiritual tertinggi. Atau bukan pula sekedar kuantitas berapa besar pengakuan umat dan para pengikutnya.

Kiai Ali, yang manusia biasa, bukanlah profesor universitas yang ahli dalam satu bidang keilmuan an sich. Bukan pula seorang asketis, yang zuhud-nya meninggalkan keruwetan dan gaduhnya konstelasi dunia fana.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam subyektivisme saya pribadi, Mbah Ali adalah makrokosmos, kemenyeluruhan yang merangkum partikularisme yang sempit. Atau dalam terminologi Al-Quran; ashluha tsaabitun wa faruha fis samaa—bagaikan pohon yang akarnya menghujam di kedalaman bumi, namun cabang dan rantingnya merangkai-rangkai ke langit.

Tipologi ulama yang demikian, yang tercermin dalam keteduhan Mbah Ali, tak akan pernah terperangkap dalam dikotomi dunia-akhirat. Kesibukannya untuk melayani kebutuhan duniawi umat, tak sedikit pun mengurangi derajat kemesraannya dengan Allah. Atau jika dibalik, kekhusyukan dan keintimannya dalam jagad spiritual, tak sedikitpun meninggalkan peran horisontal-sosialnya.

Para nabi dan para ulama, sebagaimana pula Mbah Ali—dalam terminologi Emha Ainun Nadjib—bagaikan rembulan. Cahaya matahari, sebagai simbol ke-Maha Kuasa-an Allah, bumi sebagai simbol pluralitas ciptaan dan kemajemukan peradaban umat. Para nabi, para ulama, juga para pemimpin adalah rembulan yang bertugas memancarkan cahaya cintanya matahari untuk menerangi kegelapan di muka bumi.

Mbah Ali adalah rembulan pada zamannya, yang mentransfer rahmat cinta-Nya Allah untuk menjadi pelayan umat, menerangi kegelapan dengan cahaya. Karena Mbah Ali adalah rembulan yang selalu purnama, hingga akhir hayatnya selalu memancarkan sinarnya.

Masihkah hari ini kita jumpai rembulan bersinar? Adakah kita merasa bahwa bumi kita hari ini selalu gerhana? Ya, generasi yang hidup di abad 21, adalah generasi yang hidup di bumi kegelapan, karena rembulan tak memancarkan cahaya dari matahari. Karena rembulan mereduksi cahaya matahari, sehingga gerhana terus terjadi. Bumi tanpa cahaya, anak-anak hidup tanpa pegangan nilai, umat berjalan menapaki globalisasi tanpa kepengasuhan dari ulama yang tipologi dan kharismanya seperti ulama-ulama terdahulu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tentu masih ada kiai-kiai dari pedalaman pelosok desa yang ketulusannya tak tergerus sedikit pun oleh hiruk pikuk Pemilu, Pilkada, Pilgub, atau Kongres Partai Politik. Namun ada pula sebagian kiai yang berebut kursi legislatif dan kursi gubernur dan bupati—tentu dengan cita-cita kemaslahatan umat. Meminjam humor Gus Mus yang juga santri Mbah Ali; "Kalau kita sowan kepada kiai-kiai zaman dulu, semacam Kiai Ali, begitu sowan semua urusan menjadi lapang. Kalau sekarang, orang sowan kepada kiai, urusannya tambah ruwet, diajak mendukung calon bupati ini, mendukung partai itu..."

Tak ada masalah sebenarnya dengan institusi politik dan segala bentuk manuvernya. Mbah Ali sendiri yang pernah terlibat menjadi anggota konstituante mengajarkan bahwa politik tak bisa dipisahkan dari kehidupan umat Islam, karena memiliki arti penting sebagai bentuk khidmah kepada bangsa dan negara. Beliau sering mengutip pernyataan sahabat Utsman bin Affan "Innallaha layazau bissulthon ma laa yazau bil quran"—Sesungguhnya Allah akan mencegah kemunkaran dengan penguasa apa yang tidak bisa dicegah dengan Al-Quran. Jelas, misi politik Mbah Ali bukanlah politik kekuasaan, tapi tak lain adalah misi politik moralitas kebangsaan, dalam bahasa Al-Quran, disebut misi amar maruf nahi munkar.

Keterlibatan politik Mbah Ali pada wilayah politik yang dianggap tabu pada saat itu, memberikan bukti bahwa hubungan agama dan politik harus dibangun secara harmonis. Mbah Ali, yang terpilih sebagai Rais Aam PBNU (jabatan tertinggi dalam struktur PBNU) dalam Munas Alim Ulama NU di Kaliurang tahun 1981, memiliki kontribusi terbesar dalam menyelamatkan NU dari jebakan politik praktis yang destruktif.

Dalam Munas Alim Ulama 1983 di Situbondo, beliau yang mengawal keputusan NU kembali kepada khittah 1926, sekaligus menerima asas tunggal Pancasila. Suatu keputusan maha penting, karena NU harus berdiri independen, bukan menjadi partai politik, juga tidak berafiliasi kepada partai politik tertentu. Bahkan, penerimaan terhadap asas tunggal Pancasila, seribu langkah lebih maju daripada kelompok Islam lain yang menganggap Pancasila adalah thaghut—sesembahan selain Allah.

Sampai hari ini, fondasi-fondasi ke-NU-an, sekaligus fondasi kebangsaan yang diajarkan Mbah Ali kepada santri-santrinya, memantapkan nasionalisme NU. Mbah Ali mengajarkan; menjadi NU seratus persen, juga menjadi nasionalis seratus persen. Atau dalam perspektif yang lebih umum; menjadi Muslim Indonesia, bukan menjadi Muslim yang hidup di bumi Indonesia, tetapi berbudaya Arab, berjubah gaya Arab dan berjenggot gaya Arab.

Wallahu alam bishawab.





*

Penulis adalah Dosen Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sekretaris LPBH PWNU DIY. 

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU, Ulama, Cerita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PMII Peringati Harlah ke-53 dengan Ragam Kegiatan

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Kudus memperingati hari lahir (harlah) ke 53 dengan ragam kegiatan mulai Ahad-Selasa (14-16/4). Kegiatan itu berupa lomba anak-anak, ziarah makam muassis PMII Kudus, diskusi, mimbar bebas dan panggung budaya, tahtimul Quran serta pengajian kebangsaan.

PMII Peringati Harlah ke-53 dengan Ragam Kegiatan (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Peringati Harlah ke-53 dengan Ragam Kegiatan (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Peringati Harlah ke-53 dengan Ragam Kegiatan

Ketua panitia Syaifudin Zuhri mengatakan peringatan harlah ini bertujuan mengenang kembali kelahiran PMII pada 17 April 1960 lalu dan mengenalkan organisasi mahasiswa di tengah-tengah masyarakat.

"Semua kegiatan diperuntukkan bagi masyarakat dan kader-kader PMII sendiri," jelasnya kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sabtu (13/4) kemarin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia menjelaskan ? usia 53 tahun merupakan momentum yang tepat untuk ? mengenalkan dan menegaskan kembali bahwa PMII lahir dari Nahdlatul ulama. keberadaan PMII mampu memperkuat penanaman ideiologi aswaja di kalangan mahasiswa dan masyarakat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kalau tataran pelajar masuk IPNU, sementara mahasiswa bisa masuk PMII sehingga nanti tidak tersesat idiologinya," tandas Syaifudin.

Dalam kegiatan harlah ini, jelasnya, PMII juga mengajak masyarakat selalu menjaga persatuan dfan kesatuan, kerukunan, perdamaian dan keamanan demi bangsa yang dilandasi ilmu pengetahuan dan agama.

"Oleh karenanya, puncak harlah diadakan pengajian kebangsaan bersama Habib Umar ? Muthohar (Semarang) dan habaib serta kyai se Kudus 16 April besok untuk menyuarakan nilai-nilai kebangsaan," terangnya.

Dengan mengusung tema mengawal tradisi-meneguhkan NKRI ini, kegiatan harlah secara keseluruhan dipusatkan di halaman kantor sekretariat PMII Jl Mayor Kusmanto Pedawang Bae Kudus.

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor : Qomarul Adib

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam, Khutbah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 01 Maret 2013

Gubernur Jateng Minta NU Berperan dalam UU Desa

Semarang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi pembicara kunci pada halaqah regional Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama wilayah Jawa Tengah. Halaqah bertema "Peran NU dalam Mengawal Implementasi UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa" tersebut berlangsung Sabtu, (15/11).

Gubernur Jateng Minta NU Berperan dalam UU Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
Gubernur Jateng Minta NU Berperan dalam UU Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

Gubernur Jateng Minta NU Berperan dalam UU Desa

Ganjar mengatakan dengan adanya Undang Undang tersebut, desa akan cepat tumbuh berkembang. Namun, di lain pihak dia juga mengkhawatirkan desa akan menjadi kota. Ganjar berpesan supaya warga NU berperan.

"Nahdliyyin perlu menjaga keaslian desanya," kata gubernur yang menjabat pernah menjadi anggota DPR yang kebetulan menangani lahirnya UU desa tersebut. Waktu itu dengan nama UU Pembangunan Perdesaan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ganjar juga mengamini apa yang dikatakan Ketua PWNU Jawa Tengah Abu Hafsin pada sambutan yang mempertanyakan, apakah UU tersebut menjadi barokah atau musibah. Tapi bagi Ganjar yang terpenting adalah bagaimana cara mengelola UU ini dengan baik dan benar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kata dia, dimulai dengan istilah desa dan kelurahan. Kalau kita tilik di Papua disebut Kampung, di Batak (buta), Sumatera Barat (nagari), Bali (banjar) dan seterusnya. Hal ini akan menjadi pembahasan tersendiri dan perlu kita pahami bersama.

Ia menegaskan, nilai dasar yang tumbuh di desa perlu kita rawat bersama. Di sana terdapat gotong-royong dan musyawarah. Ganjar juga menitipkan pesan dalam pelaksanaan nanti Nahdliyin harus mengawal.

Selain itu, kata dia, pihak provinsi telah melakukan berbagai kegiatan terkait dengan UU desa ini, antara lain, rapat koordinasi penyelenggaraan desa, bimbingan dan teknis, uji coba dan sarasehan.

Selain Ganjar, pembicara lain adalah Abdul Kholiq Arif (Bupati Wonosobo sekaligus ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama wilayah Jawa Tengah).  (Muhammad Zulfa/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Internasional, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah