Rabu, 30 November 2016

Berharap Keberkahan Ulama

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi mengatakan, peringatan tahunan (haul) para ulama atau leluhur dimaksudkan untuk mengharap keberkahan. Umat Islam harus menata niat dan berdo’a agar mendapat keberkahan dari ulama yang diperingati wafatnya.

Berharap Keberkahan Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)
Berharap Keberkahan Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)

Berharap Keberkahan Ulama

“Seperti kita memperingati  Haul mbah Asnawi ini, semoga kita semua mendapat barokah dari beliau  dengan diperpanjang umur kita,  diberi rizki yang halal, terhindar dari  balak dan besok pada hari akhir khusnul khatimah,” katanya saat menyampaiakan taushiyah dalam acara Tahlil Umum dalam rangka peringatan  haul KHR. Asnawi , Jum’at siang (3/5).

Tahlil umum yang berlangsung di Makam KHR Asnawi (komplek makam menara Kudus) ini, dihadiri puluhan kiai dan ulama Kudus diantaranya Mustasyar PCNU Kudus KH.Ulin Nuha Arwani Habib Alwi Baagil, Katib PCNU Kudus KH. Ahmadi Abdul Fatah dan ratusan Nahdliyyin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lebih lanjut, Kiai kharismatik yang biasa disapa  Mbah Sya’roni ini mengatakan perjuangan KHR Asnawi  merupakan sosok yang luar biasa. Selain rajin mengajarkan ilmu agama, KHR Asnawi tekun berjuang mengembangkan Nahdlatul Ulama.

“Dalam NU mbah Asnawi menjadi musytasar PBNU semasa Rois Akbar-nya KH.Hasyim Asy’ari. Pada waktu itu usianya lebih sepuh dari Mbah Hasyim,” tuturnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mbah Sya’roni menyatakan KHR Asnawi termasuk salah satu keturunan Sunan Kudus yang ke 13. Diantara peninggalannya yang masih bertahan, Madrasah Qudsiyah dan pondo pesantren Raudhotut Thalibib Bendan Kudus.  

“Hingga kini keduanya masih bertahan serta  dimanfaatkan mengembangkan ilmu agama oleh masyarakat Kudus dan sekitarnya,” terangnya.

Ditambahkan, peringatan haul mbah Asnawi menggunakan pedoman tarikh yang ditulis dalam huruf hidup oleh Ahli Falaq Kudus almarhum KH.Turaikhan Adjhuri yang berbunyi  ‘Isy Ghoththii  (hiduplah untuk melindungi masyarakat). 

“Kalau dihitung sesuai dengan tahun wafatnya mbah Asnawi  1379 sehingga kalau dihitung sekarang haulnya sudah yang ke 55,” jelas KH. Sya’roni.

Pada kesempatan itu, pengasuh pengajian Jum’at pagi masjid Menara Kudus ini menerangkan para pejuang agama yang sudah  wafat, sebetulnya ruhnya masih hidup. Bila terdapat hal  kurang baik, pejuang  itu masih mengingatkan dengan menemui orang yang dicintainya melalui mimpi.

“Ketika kiai Alwi Kudus berziarah ke sebuah makam dan lupa membacakan al Fatihah untuk sunan Kudus, kiai Alwi ditemui dan ditegur Sunan Kudus , kenapa tidak membacakan Fatihah untuknya,” imbuh Mbah Sya’roni mencontohkan.

Kegiatan Tahlil Umum ini merupakan salah satu rangkaian acara peringatan Haul ke 55 pendiri NU asal Kudus KHR Asnawi yang berlangsung sejak Kamis-Sabtu (3-5/5). Diawali khotmil al Qur’an bil Ghoib Kamis malam di Ponpes Bendan, khotmil qur’an bin nadhor  di makam Mbah Asnawi  Jum’at pagi dilanjut Tahlil umum pada siang harinya. 

Pada Jum’at malam, pengajian umum bersama Habib Umar Muthohar dari Semarang. Kemudian Sabtu (4/5) disemarakkan dengan sepeda santai yang diikuti ribuan siswa-siswi madrasah Qudsiyyah start-finis lapangan madrasah Qudsiyah Jl KHR Asnawi Kudus. 

Redaktur     : A. Khoirul Anam

Kontributor : Qomarul Adib

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, Aswaja PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 29 November 2016

Komentar Hari Santri dari Kota Solo

Solo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Hari Santri Nasional (HSN) diperingati pada, Sabtu (22/10), di berbagai wilayah se-Indonesia, termasuk di Kota Solo, Jawa Tengah. Di Kota Bengawan, peringatan HSN bahkan sudah dihelat sejak sepekan sebelumnya, dengan menggelar acara kirab dan lain sebagainya.

Komentar Hari Santri dari Kota Solo (Sumber Gambar : Nu Online)
Komentar Hari Santri dari Kota Solo (Sumber Gambar : Nu Online)

Komentar Hari Santri dari Kota Solo

Bagi para tokoh NU di Solo, HSN tidak hanya sekedar peringatan seremonial belaka, akan tetapi lebih dari itu, menjadi momentum untuk mengukuhkan kembali komitmen dari kalangan santri kepada bangsa.

“Hari Santri ini, kita jadikan momentum untuk mengukuhkan kembali komitmen keindonesiaan,” tutur Pengasuh Pesantren Al-Muayyad Windan, KH M Dian Nafi’, saat ditemui di Pesantren Al-Muayyad.

Senada dengan Kiai Dian, Ketua PCNU Kabupaten Sukoharjo, M Nagib Sutarno, Resolusi Jihad yang pernah digelorakan Hadratussyaikh, hendaknya menjadi semangat untuk semakin membangkitkan ghirah kaum santri untuk berjuang.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Santri untuk bangsa dan umat. Kita perkuat kembali peran santri di berbagai bidang,” tukas dia.

Sementara itu, Ketua PC GP Ansor Kota Surakarta, M Anwar, berharap lembaga pesantren, khususnya di Wilayah Soloraya, dapat semakin berkembang dan lebih diperhatikan.

Anwar juga berharap Peringatan HSN dapat sinergi dengan agenda pemerintah pusat maupun daerah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Acara Peringatan HSN dapat diagendakan pula tiap tahunnya, kalau di Solo, kebetulan sudah ada agenda setiap Hari Santri, yang diadakan kegiatan sholawat bersama Pemkot di Balaikota,” kata Anwar. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Ubudiyah, Sejarah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 26 November 2016

Bagi Gus A’ab Hidup adalah Keluarga dan Berdakwah

Jember, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bagi Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul Arifin atau Gus A’ab, Idul Fitri adalah waktu jeda dari kegiatan rutin; mengisi pengajian. Lebaran memang waktunya berkumpul bersama keluarga. Menikmati kebersamaan bersama orang-orang terdekat maupun keluarga jauh.?

Bagi Gus A’ab Hidup adalah Keluarga dan Berdakwah (Sumber Gambar : Nu Online)
Bagi Gus A’ab Hidup adalah Keluarga dan Berdakwah (Sumber Gambar : Nu Online)

Bagi Gus A’ab Hidup adalah Keluarga dan Berdakwah

Hal ini juga dilakukan Gus A’ab, sapaan akrabnya. Namun biasanya 7 hari setelah lebaran, justru banyak masyarakat yang menggelar halal bihalal, dan lumrahnya ? itu juga diisi dengan pengajian. "Idul Fitri bagi saya adalah waktu istirahat, walaupun hanya sebentar," ucapnya.

Selain sebagai ketua PCNU Jember, dia juga menjabat Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Jember. Yang banyak menyita waktu adalah kegiatannya selaku muballigh. Nama Kiai muda ini cukup moncer di masyarakat. Tidak hanya ahli pidato, tapi juga ahli debat, lebih-lebih soal Aswaja.?

Pada tahun 2007, namanya sempat menjadi buah bibir di kalangan warga NU setelah dalam debat terbuka di IAIN Sunan Ampel Surabaya, dia "menaklukkan" Muammal Hamidy, yang mewakili pengarang buku "Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat & Dikir Syirik". Setahun kemudian, ia berhadapan dengan Ulil Abshar Abdalla dalam debat terbuka di Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo pimpinan KH. Ali Agoes Masyhuri.

Setiap hari bahkan sampai 2 hingga 3 kali menghadiri undangan pengajian. Wilayah dakwahnya, tidak hanya di Jember tapi juga merambah ke kota-kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, Bali, Kalimantan, Sumatra, Batam dan bahkan Papua. Di luar negeri, Malaysia, Hongkong dan Thailand sudah beberapa kali ? kali Gus Aab mengisi pengajian di situ.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

4 tahun ? tahun lalu, selama bulan Ramdhan dia keliling Eropa. Beberapa bulan lalu juga berdakwah di Amerika Serikat. Jadual begitu padat, namun Gus Aab masih bisa berbagi waktu dengan keluarga dan tugas formalnya sebagai Dekan. "Misi saya hanya satu, malakukan dakwah, khususnya ? Islam ala Ahlussunah wal Jamaah," ucapnya.

Selepas ? lebaran ketupat ini, seabrek kegiatan sudah menunggu Gus A’ab. Dia dijadualkan ? mengisi ? pengajian di Mojokerto, Kediri, Bangkalan dan Sampang. Tanggal 21 hingga 24 bulan ini Gus Aab akan terbang ke Jayapura untuk mengisi penjajian di beberapa titik di Bumi cenderawasih itu. "Pulang dari Jayapura, saya kembali mengisi pengajian sejumlah kota di Jawa Timur," jelasnya.

Sebagaimana muballigh lainnya, Gus Aab tak pernah memamok "harga" sebagai imbalan dari dakwahnya. Jika lokasi undangannya masih memungkinkan ditempuh dengan kendaraan darat, ? Gus Aab ? membawa mobil sendiri. Tapi kalau tak memungkinakn, maka Gus Aab minta disiapkan tiket panitia pengajian. "Yang penting saya sampai di lokasi pengajian. Soal nanti ? dikasih imbalan itu terserah panitia," tukasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Gus Aab mengaku ? tak setuju adanya anggapan sumbang bahwa dakwah dijadikan bisnis. Katanya, dalam ? dakwah tidak ada bisnis. Soal ada uang sebagai imbalan, itu wajar-wajar saja untuk menjaga kesinambungan dakwah. Sebab, muballigh juga manusia yang punya tanggung jawab ekonomi terhadap keluarganya.?

"Makanya saya agak kaget ketika beberapa waktu lalu, ada seorang muballigh sampai diberitakan minta imbalan Rp50 juta saat mengisi ceramah di Hongkong. Dugaan saya itu ditangani oleh semacam agen. Muballighnya saya yakin tidak seperti itu. Kebetulan seminggu sebelum ribut-ribut itu saya di Hongkong mengisi pengajian juga," terangnya. (Aryudi A. Razaq/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Pesantren PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 24 November 2016

Dibanding Cerai Talak, Gugat Cerai pada 6 Tahun Terakhir Jadi Tren

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI dalam laporan penelitiannya pada 2015 menyebutkan bahwa besaran kasus gugat cerai yang diajukan perempuan mencapai angka 70% dibandingkan cerai talak sepanjang 2010-2014.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif di tujuh daerah, Aceh, Padang, Cilegon, Indramayu, Pekalongan, Banyuwangi, dan Ambon.

Dibanding Cerai Talak, Gugat Cerai pada 6 Tahun Terakhir Jadi Tren (Sumber Gambar : Nu Online)
Dibanding Cerai Talak, Gugat Cerai pada 6 Tahun Terakhir Jadi Tren (Sumber Gambar : Nu Online)

Dibanding Cerai Talak, Gugat Cerai pada 6 Tahun Terakhir Jadi Tren

Temuan penelitian di lapangan ini tidak berbeda dengan data dari Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) dalam rentang empat tahun (2010-2014) yang menyebutkan bahwa dari sekitar 2 juta pasangan yang mencatatkan perkawinannya, rata-ratanya hampir 300.000 atau sekitar 15% menyudahi ikatan perkawinannya di pengadilan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Khusus untuk beberapa daerah seperti Indramayu dan Banyuwangi, angka gugat cerai melebihi rerata nasional tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Badilag MA menyebut setidaknya lima faktor teratas yang menyebabkan perceraian secara umum. Ketidakharmonisan rumah tangga menempati posisi tertinggi dengan angka 97.615 kasus. Sementara ketiadaan tanggung jawab dari salah satu atau kedua pasangan menjadi sebab kedua perceraian dengan angka 81.266 kasus sepanjang 2010-2014.

Faktor ekonomi menjadi masalah ketiga yang menyebabkan perceraian. Badilag MA menyebut 74.559 kasus perceraian karena masalah ekonomi. Sementara perceraian karena gangguan pihak ketiga tercatat 25.310 kasus. Sedangkan perceraian karena dilatari rasa cemburu tercatat sebanyak 9.338 kasus.

Faktor tingginya angka gugat cerai untuk dugaan sementara cenderung mengarah pada meningkatnya kesadaran perempuan untuk mengambil keputusan, pengaruh media dan gaya hidup, kesetaraan dalam penguasaan modal ekonomi, dan lemahnya pemahaman agama.

Sejumlah faktor spekulatif itu yang kemudian dikaji lebih lanjut lewat penelitian Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat pada tahun 2015 dengan tema Tren Cerai Gugat di Kalangan Muslim Indonesia. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hadits PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 22 November 2016

Hadiri Harlah Ke-90 NU, Menteri Marwan: Gaungkan Cinta NKRI ke Desa-desa!

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar menilai pemahaman tentang Islam Nusantara sangat efektif dalam menanamkan pemahaman Pancasila bagi masyarakat di desa-desa.

"Inilah sebabnya, kita harus menggaungkan cinta NKRI baik secara fisik maupun idiologi ke desa-desa. Jangan sampai globalisasi membuat kecintaan pada tanah air tergerus," ujar Menteri Marwan saat menghadiri Haul NU ke-90 di Jakarta, Sabtu (30/1) malam.

Hadiri Harlah Ke-90 NU, Menteri Marwan: Gaungkan Cinta NKRI ke Desa-desa! (Sumber Gambar : Nu Online)
Hadiri Harlah Ke-90 NU, Menteri Marwan: Gaungkan Cinta NKRI ke Desa-desa! (Sumber Gambar : Nu Online)

Hadiri Harlah Ke-90 NU, Menteri Marwan: Gaungkan Cinta NKRI ke Desa-desa!

Menteri Marwan menambahkan, Nahdliyin yang mayoritas berada di kampung-kampung harus kembali merefleksikan makna Pancasila dan NKRI yang harus terus dihidupkan. Apalagi NU juga memiliki Pagar Nusa yang mampu bergerak tangkas mengawal Pancasila dan menangkal radikalisme.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Pagar Nusa sebagai pendekar NU harus segera dimunculkan di seluruh Provinsi Indonesia hingga ke desa-desa," imbuhnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pria asal Pati Jateng ini yakin bahwa Pagar Nusa mampu menggaungkan gerakan cinta NKRI baik secara fisik maupun ideologis. "Saran saya, gerakan ideologis cinta NKRI dimulai dari desa-desa. Saya sangat yakin ini bisa," jelasnya.

Menteri Marwan mengingatkan bahwa saat ini bangsa Indoneaia tengah menghadapi tantangan serius, ditandai dengan munculnya berbagai ideologi yang melenceng dari semangat NKRI dan pancasila.

"Gerakan ideologi? diluar pancasila tsb muncul dari kesalahan persepsi memaknai," tuntas Menteri Marwan. (Red: Mahbib)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam, Makam, Lomba PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 20 November 2016

PMII Diingatkan Kampus adalah Wadah Perjuangannya

Jombang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah?

Menjadi aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) harus tanggap dengan tugas dan kewajibannya baik intra maupun ekstra kampus.

PMII Diingatkan Kampus adalah Wadah Perjuangannya (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Diingatkan Kampus adalah Wadah Perjuangannya (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Diingatkan Kampus adalah Wadah Perjuangannya

Demikian diutarakan Majelis Pembina Komisariat (Mabinkom) PMII Yaqub Husein STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang, Hj Chumaidah. Ia mengajak aktivis PMII dapat membagi waktu sebaik mungkin antar dunia akademik dan dunia aktivisnya.?

"Mengingatkan mahasiswa identik dengan kampus, jika tidak belajar di kampus bukan mahasiswa," jelasnya dihadapan calon anggota baru, pada acara Mapaba di MA Ar-Rahman Sumoyono, Diwek, Jombang.

Karib seperjuangan Khofifah Indar Parawansa itu, juga menekankan aktivis PMII jangan sampai alergi dengan dunia kampus, sebab melalui kampuslah para aktivis dapat berproses di sebuah organisai ekstra kampus.?

"Jangan alergi dengan kampus, apalah artinya besar di luar kampus, tapi kecil di dalam kampus sendiri, saya khawatir, ketika sudah menyibukkan di PMII, mengorbankam kewajiban nya di kampus," ujar Wakil Pembantu Ketua I Bidang Akademik STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang itu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Namun demikian, di samping Chumaidah menekankan keaktifan para aktivis di kampus, ia juga berharap aktivis PMII dapat mengembangkan ilmunya di berbagai aspek, lebih - lebih dalam sisi kemanusiaan atau kemasyarakatan.?

"Ilmu sosial tidak cukup dengan teori, putihnya beras bukan karena selepan, tapi karena gesekan satu gabah dengan gabah yang lain," jelasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam situasi sosial secara umum yang serba dinamis, aktivis PMII hendaknya dapat memembacanya dengan baik. "Kader PMII diharapkan peka, dan wajib pintar membaca situasi, bagaimana memanaj emosional, mental, dan gerakan, untuk menjadi penegak Islam Ahlussunnah Wal Jamaah," tandasnya.

Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) PMII Komisariat Yaqub Husein Jombang berlangsung selama tiga hari, dimulai Jumat-Ahad (18-20/11). (Syamsul Arifin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 19 November 2016

Apa Saja yang Digolongkan Amal Jariyah?

Assalamualaikum, Pak Kiai, mohon panjelasannya, amal apa saja yang bisa digolongkan sebagai amal jariyah (perbuatan/sedekah yang pahalanya tidak putus-putus)? Apakah hanya wakaf masjid saja? Sukron. (Muhammad Khotami)

Wa’alaikumsalam wa rahamatullah wa barakatuh.



Apa Saja yang Digolongkan Amal Jariyah? (Sumber Gambar : Nu Online)
Apa Saja yang Digolongkan Amal Jariyah? (Sumber Gambar : Nu Online)

Apa Saja yang Digolongkan Amal Jariyah?

Saudara Muhammad Khotami yang selalu dimuliakan oleh Allah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pertanyaan yang anda sampaikan juga sering kali dibicarakan oleh masyarakat muslim secara luas. Hal ini menandakan bahwa pada dasarnya diantara mereka banyak yang menginginkan bonus masa depan atas amal yang mereka lakukan (pensiunan pahala), meskipun mereka telah tidak aktif lagi (meninggalkan) kehidupan ini.

Istilah “amal jariyah” mungkin hanya dapat dijumpai di Indonesia, mengigat dalam bahasa induknya (Bahasa Arab), susunan kata ini tidak lazim bahkan dapat dikatakan tidak tepat penggunaannya. Oleh karena itu, untuk menyamakan pemahaman kita dalam menanggapi pertanyaan yang anda sampaikan, kami menggunakan istilah shadaqah jariyah/ sedekah jariyah dengan arti sedekah (berderma) yang masih mengalir pahalanya kepada si pelaku meskipun ia telah tiada.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Beberapa waktu yang lalu kami pernah membahas permasalahan seputar sedekah jariyah dengan mengutip sebuah sabda Nabi yang cukup populer, yakni hadis yang menjelaskan bahwasannya diantara amal yang tidak terputus (pahalanya) meskipun si pelaku telah meninggal dunia adalah sedekah jariyah. Hadis Rasulullah saw ini selain diriwayatkan oleh imam Muslim, juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan tidak menutup kemungkinan para perawi hadis yang lain.

Kebanyakan para ulama menjelaskan bahwa sedekah jariyah yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah waqaf, namun Muhammad bin Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri (w.1353 H) dalam kitab Tuhfat al-Ahwadzi (syarh sunan at-Tirmidzi), mengatakan bahwa arti dari hadis tentang sedekah jariyah tidak hanya berlaku pada wakaf semata. Hal itu berlaku pada tiap aktifitas yang masih berkelanjutan manfaatnya.

? ? ? ? ? ? ? ? ?

Pendapat ini tentunya tidak mengherankan mengingat sebagian ulama sebelumnya telah ada yang berpikiran demikian seperti pendapat Ibnu al-‘Arabi sebagaimana dikutip dalam kitab Dalil al-Falihin syarh Riyadh as-Shalihin karya Muhammad Ali bin Muhammad bin ‘Allan bin Ibrahim al-Bakri (W 1057 H):

? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya; Ibnu al-‘Arabi berkata: “Sebagaian dari luasnya kedermawanan Allah swt adalah bahwa Dia akan memberi pahala kepada orang yang telah meninggal sebagaimana pemberian yang diberikan kepadanya ketika masih hidup. Hal itu berlaku dalam enam hal: sedekah jariyah, ilmu yang masih dimanfaatkan oleh orang lain, anak shaleh yang bersedia mendo’akannya, menanam pohon (mengadakan penghijauan), menanam benih di ladang/kebun, serta menyediakan tempat untuk kaum dhuafa’.”

Saudara penanya yang kami hormati.

Dengan penjelasan dari beberapa ulama tersebut dapat kita fahami bahwa medan atau cakupan sedekah jariyah dapat diperluas ke berbagai bidang selama masih bermanfaat bagi generasi mendatang. Standar kemanfaatan tentunya mengacu kepada hal-hal yang telah dibenarkan oleh syari’at.

Dalam hal ini bidang keagaamaan, bidang sosial, serta bidang pendidikan masih membuka peluang yang sangat besar untuk bersedekah. Mendirikan, membangun serta merawat berbagai fasilitas yang sering dipergunakan seperti lembaga pendidikan, pendirian rumah sakit, panti asuhan untuk anak yatim dan anak-anak terlantar serta hal-hal lain yang masih membutuhkan uluran tangan dari kaum dermawan, kesemuanya itu dapat dimasukkan dalam kategori sedekah jariyah. Jadi cakupan sedekah jariyah sebagaimana pertanyaan yang anda sampaikan tentunya tidak hanya berlaku pada waqaf untuk sarana peribadatan (masjid) saja.

Umat Islam perlu mengembangkan dan memerapkan arti sedekah jariyah dalam lingkup yang lebih luas. Jika ini yang terjadi maka cita-cita untuk mewujudkan ‘Izz al-Islam wa al-Muslimin (kemuliaan Islam dan pemeluknya) sebagaimana harapan Nabi kita akan terwujud.

Mudah-mudahan penjelasan ini dapat menumbuhkan rasa kepedulian dan kepekaan kita terhadap masalah-masalah keagamaan, sosial dan pendidikan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, sehingga keterbelakangan yang selama ini melekat kepada bangsa kita akan segera terkikis. Amin… (Maftukhan)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, IMNU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah