Kamis, 26 Januari 2012

Cerita Kesaktian Bendera dan Stiker NU

Tangerang Selatan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah?



Bendera Nahdlatul Ulama (NU) terpancang di pagar besi ? bercat putih yang agak memudar di sebuah rumah, di kawasan Legoso, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Rumah yang didominasi warna krem berlantai marmer dengan halaman kecil ini adalah sekretariat Ikatan Keluarga Mahasiswa Raudhatul Ulum (Ikamaru) wilayah Jakarta dan Sekitarnya. Ikamaru adalah organisasi yang mewadahi para santri alumni pesantren itu, yang menempuh studi di kampus-kampus yang tersebar di seluruh Jabodetabek.

Cerita Kesaktian Bendera dan Stiker NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Cerita Kesaktian Bendera dan Stiker NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Cerita Kesaktian Bendera dan Stiker NU

Pada Ahad (27/8) sore hingga malam, putra dan putri Ikamaru bersama pegiat lain berkumpul di sekretariatnya mengikuti acara Pungkasan Wulan Nyarung dengan agenda Khotmil Qur’an bi al ndhor dan bincang santai bertema “Semua (Ber)korban pada Waktunya”. Kegiatan ini rutin diadakan setiap Ahad akhir bulan oleh Nyarung.id, sebuah website yang menjadi saluran para santri dalam merawat tradisi pesantren.

Mengenai keberadaan bendera NU di sekretariat Ikamaru itu sudah ada sejak pertama kali mereka mengontrak rumah di jalan Lurah Disah No.27 Legoso, Tangsel itu. Hal ini tak lepas dari kultur para santri Ponpes Raudlatul Ulum yang lekat dengan tradisi NU. Tradisi tersebut terus mereka hidupkan hingga saat merantau dan bertahan hidup di Ibukota. Di antaranya, setiap Kamis sore atau malam Jumat, mulai pukul 16.00, mereka rutin menggelar acara pembacaan Yasin dan Tahlil, dilanjutkan dengan pembacaan salawat dan kitab Albarzanji hingga berakhir sekitar pukul 22.00.?

Tak hanya itu, mereka juga rutin menggelar pengajian kitab-kitab kuning, seperti Ta’limul Muta’alim, Bidayatul Hidayah, Kifayatul Akhyar, Tafsir Yasin dan lain-lain setiap malam Sabtu dan Ahad. Hingga saat ini, pengajian tersebut dipandu oleh Ustadz Purnomo, alumnus Raudlatul Ulum yang juga magister di Institut Ilmu al-Quran, Ciputat. Kegiatan itu diikuti oleh seluruh anggota Ikamaru dari seluruh Jabodetabek.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Masih terkait dengan logo NU di Ikamaru, Slamet Widodo, salah satu lulusan UIN Jakarta yang juga anggota Ikamaru, menceritakannya. Menurut dia, atribut NU, baik bendera maupun sekadar stiker, seakan wajib terpasang di sekretariat, terutama sejak peristiwa beberapa waktu lalu, sekitar Oktober 2015.?

“Karena bendera dan stiker NU itu “sakti”. Kita terhindar dari kecurigaan tetangga,” katanya.

Kala itu, lanjutnya, anak-anak Ikamaru baru pindah tempat sekretariat di kawasan Cirendeu, Tangerang Selatan. Seperti biasa, tiap malam Jumat mereka menggelar pembacan Yasin dan Tahlil dilanjutkan dengan al-Barzanji lengkap dengan iringan hadroh.?

Sehari setelahnya, Slamet Widodo yang hendak membeli sesuatu di warung samping sekretariat mendapat teguran atau tepatnya dicurigai sebagai kelompok teroris. Karena memang masa itu tengah merebak isu seputar kelompok radikal seperti ISIS dan sebagainya.?

“Waktu saya ke warung samping, saya dipanggil sama Pak RT. Saya ditanya, ‘Mas (orang yang tinggal di rumah kontrakan) ini kelompok apa? Bukan teroris, kan?’ Saya kaget dan saya jawab, ‘bukan Pak. Kami anak-anak NU’. Soalnya kalau saya jawab Raudlatul Ulum nanti dia malah tambah nggak tahu,” ujar Widodo.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Setelah saya jawab kita dari NU, lanjut Widodo, pak RT langsung paham. Dia bilang, ‘oh NU. Maaf sebelumnya, kita kan nggak tahu. Soalnya sekarang lagi rame teroris. Kalau NU mah kita paham,’ kata Pak RT.?

Gara-gara itu, Widodo langsung mencari stiker logo NU, kemudian menempelnya di kaca jendela depan sekretariatnya. Setelah kejadian itu, RT dan warga setempat pun merasa tenang. Mereka bahkan selalu mengundang anak-anak Ikamaru ketika warga atau RT setempat menggelar yasinan, tahlilan atau tasyakuran. (MSW/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 16 Januari 2012

“Karisma Hadhramaut dalam Ideologi ke-Indonesia-an”

Seiyun, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Forum Lingkar Pena (FLP) Hadramaut yang beranggotakan para pelajar Indonesia menggelar "Pentas Seni Islami" atas kerjasama Ibn Obaidillah Islamic Center di kota Seiyun.

Acara Rabu (20/3) lalu seyogyanya ditujukan untuk memperingati harlah ke-16 FLP ini bertajuk "Karisma Hadhramaut dalam Ideologi Ke-Indonesia-an."? Grand opening mencuplik senandung Al-Quran yang mencerminkan kandungan pentas seni Islami.

“Karisma Hadhramaut dalam Ideologi ke-Indonesia-an” (Sumber Gambar : Nu Online)
“Karisma Hadhramaut dalam Ideologi ke-Indonesia-an” (Sumber Gambar : Nu Online)

“Karisma Hadhramaut dalam Ideologi ke-Indonesia-an”

Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian lelaki dan perempuan dan menjadikan kalian beragam suku dan budaya agar kalian saling mengenal, sungguh yang paling mulya diantara kalian adalah mereka yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Mewaspadai." (Al Hujurat : 13)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Habib Muhammad Hasan Ibnu Ubaidillah, direktur utama Ibn Obaidillah IC mempersilahkan kepada Miqdarul Khoir, ketua FLP Hadhramaut untuk menyampaikan sepatah dua kata mengiringi pembukaan acara.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Marilah kita telaah kembali sejarah nenek moyang kalian dengan bahasa modern, bahwa bilamana suatu relasi ini didirikan atas nama Allah, maka hubungan tersebut akan kekal, berbeda halnya jikalau relasi tersebut dibangun atas nama material, maka tak heran suatu ketika akan berujung pertumpahan darah," katanya mantap.

Sebelum memasuki inti pentas, hadirin sempat dikejutkan dengan film dokumenter berjudul "Hadharim fi Indonesia" yang dicuplik dari channel Al Jazeerah. Sebuah video singkat yang mengungkap pengaruh masyarakat Hadhramaut dalam seluruh element kehidupan Indonesia.

Acara berlanjut dengan pembacaan syair oleh Ahmad Fathur Rahman. Mahasiswa universitas Al Ahgaff ini sukses menitikan air mata mayoritas hadirin malam itu. Gubahan baitnya meranakan kalbu pendengarnya.

Apalagi disusul pencitraan biografi ulama fenomenal dari kota Teris, Hadhramaut, yang akhirnya berhijrah dan berhasil mengubah pola kehiduan masyarakat Palu. Habib Idrus bin Salim Al Jufri, pendiri pesantren Al Khairat, Palu Sulawesi Utara. Habib Alwi Al-Atthas yang merupakan salah satu santri di pesantren tersebut mengungkapkan bahwa tanpa beliau, kota Palu tak akan seperti kota Palu yang sekarang.

Tak kalah mengesankan, dialog interaktif antar hadirin dibuka setelah habib Zainal Aibidin Al Haddar bercerita tentang napak tilas hijrah masyarakat cadas tandus Hadhramaut ke Gujarat hingga akhirnya berujung penyebaran Islam di Indonesia.

Euforia pentas seni yang dihadiri lebih dari 100 orang dari berbagai Negara tersebut mengundang simpatik Habib Ali bin Salim Al Haddad untuk turut aktif menyumbang riset ilmiahnya tentang prestasi Hadhramaut dalam kemajuan Indonesia.

"Sayangnya terjadi pemutar balikan fakta yang menyatakan bahwa hijrahnya para musafir Hadhramaut hanyalah berdasarkan asas dagang, padahal jauh sebelum mereka ada Fatimah binti Maimun pada tahun 700 H menyebar benih Islam, hanya saja sejarah terkesan menutup-nutupi tujuan asal mereka, yaitu berdakwah," pungkasnya menutup.

Acara pentas seni ditutup dengan marawis dengan lagu khas Hadhramaut yang dipandu oleh Shautul Muhibbin, grup marawis dan rebana Asosiasi Mahasiswa Indonesia (AMI Al Ahgaff). Turut hadir dekan fakultas Syareat dan Hukum universitas Al Ahgaff, Dr. Muhammad bin Abdul Qodir Alydrus, delegasi universitas Hadhramaut for Sains and Technology, ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI Yaman) cabang Hadhramaut, Pandi Yusron serta delegasi lembaga kedaerahan lainnya, seperti Padjajaran Jawa Barat, Sulawesi, GAMA Jatim, PPJJ Jateng dan Yogyakarta dan Opisi Sumatra.?

Redaktur ? ? : A. Khirul Anam

Kontributor: Adly Al-Fadlly*

*Koordinator Kaderisasi FLP Hadhramaut

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Halaqoh, Syariah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 07 Desember 2011

Muslimat NU-LDNU Buka Pelatihan Aswaja dan Empat Pilar

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pimpinan Pusat Himpunan Da‘iyah Muslimat NU (PP Hidmat NU) dan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP LDNU) membuka pelatihan keaswajaan dan empat pilar di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya nomor 164, Jakarta Pusat, Juma‘at (19/7) siang.

Muslimat NU-LDNU Buka Pelatihan Aswaja dan Empat Pilar (Sumber Gambar : Nu Online)
Muslimat NU-LDNU Buka Pelatihan Aswaja dan Empat Pilar (Sumber Gambar : Nu Online)

Muslimat NU-LDNU Buka Pelatihan Aswaja dan Empat Pilar

Pembukaan pelatihan dihadiri oleh sedikitnya seratus peserta. Pelatihan berlangsung 19-21 Juli 2013 di Kantor PBNU lantai delapan.

Pelatihan dibuka oleh Ketua PP Hidmat NU Hj Mahfudzoh Ali Ubaid, Ketua PP LDNU Zaki Mubarok. Pelatihan disaksikan langsung oleh Walikota Jakarta Pusat Saepullah yang menyambut baik pelatihan tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara pemateri awal keaswajaan ialah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Ia menjelaskan kedudukan dan sanad ahlusunnah wal jama‘ah NU sebagai rantai keilmuan sampai kepada Rasulullah.

“Jadi sebagai orang NU peserta harus yakin dengan akidah aswaja yang dipertanggungjawabkan kebenarannya,” kata KH Said Aqil setelah menyebutkan kebesaran para ulama berikut sejumlah karya mereka.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Peserta terdiri dari kader Muslimat NU dan nahdliyin. Salah seorang Pengurus Cabang Muslimat NU Jakarta Selatan Rosanih menjelaskan bahwa setengah peserta dihadiri oleh lima PC Muslimat NU di Jakarta.

“Saya ke sini mau menuntut ilmu, terlebih lagi di bulan puasa,” kata Rosanih asal Ciganjur Jakarta Selatan kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Penulis: Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah, Sholawat, Kyai PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 01 Desember 2011

Maulid Nabi, Muslimat NU Probolinggo Santuni Fakir Miskin

Probolinggo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pimpinan Cabang Muslimat NU Kota Probolinggo, Kamis (8/12) memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Kantor PCNU Kota Probolinggo. Dalam kesempatan tersebut, Muslimat NU juga memberikan santunan berupa paket sembako kepada fakir miskin.

Maulid Nabi, Muslimat NU Probolinggo Santuni Fakir Miskin (Sumber Gambar : Nu Online)
Maulid Nabi, Muslimat NU Probolinggo Santuni Fakir Miskin (Sumber Gambar : Nu Online)

Maulid Nabi, Muslimat NU Probolinggo Santuni Fakir Miskin

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini diikuti oleh 100 orang peserta terdiri dari pengurus cabang, pimpinan anak cabang (PAC), pimpinan ranting (PR) dan para kaum dhuafa se-Kota Probolinggo. Tampak pula Ketua PC Muslimat NU Kota Probolinggo Siti Aminah beserta segenap jajaran pengurus.

Sekretaris PC Muslimat NU Kota Probolinggo Musyarofah Ubaidi mengatakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus santunan kepada fakir miskin ini bertujuan mengingatkan kembali kelahiran, kehebatan, sepak terjang? dan? perjuangan Nabi? Muhammad SAW.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Serta mempererat ukhuwah persaudaraan dan menjalin hubungan silaturrahim antarwarga masyarakat. Disamping juga menumbuhkan semangat syiar? Islam di kalangan Muslimat NU yang ada di Kota Probolinggo," katanya.

Terkait dengan santunan kepada fakir miskin Musyarofah menegaskan bahwa hal ini merupakan salah satu bentuk kepedulian dari para pengurus Muslimat NU untuk berbagi kepada masyarakat yang kurang mampu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Harapan kedepan? warga? muslimin dan muslimat dapat semakin memperkokoh hubungan persaudaraan umat? Islam serta semakin meningkatkan ibadah, iman dan ketaqwaan kita kepada? Allah SWT," harapnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 25 November 2011

PMII Rayon Ashram Bangsa Bentuk Kader Sadar Gender

Yogyakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pergerakan Mahasiswa Islam Indoesia (PMII) Rayon Ashram Bangsa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan Sekolah Feminis dengan tema Membentuk Karakter Kader PMII yang Progresif, Transformatif dan Berkesadaran Gender di Pondok Pesantren Hidzhul Biah Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, 28-29 Desember 2013.

Sekolah feminis ini diikuti puluhan kader PMII Rayon Ashram Bangsa dari berbagai angkatan, baik perempuan maupun laki-laki. Kegiatan ini dimotori Komunitas Perempuan Syariah (Kapas) sebagai badan semi otonom rayon yang menangani keperempuan. Paserta tak hanya disuguhi sejumlah teori tapi juga dihadapkan dengan studi kasus.

PMII Rayon Ashram Bangsa Bentuk Kader Sadar Gender (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Rayon Ashram Bangsa Bentuk Kader Sadar Gender (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Rayon Ashram Bangsa Bentuk Kader Sadar Gender

"Sekolah Feminis ini dilaksanakan bukan sebatas pemahaman tentang gender semata. Lebih dari itu kami ingin membuktikan bahwa kader perempuan PMII Ashram Bangsa mampu mempunyai nilai tawar terhadap publik,” ujar Naya, Ketua Kapas PMII Rayon Ashram Bangsa dalam sambutannya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut dia, sebagai generasi yang dibesarkan dalam lingkungan NU, pihaknya ingin meyampaikan kepada masyarakat bahwa Islam di Indonesia adalah agama yang ramah terhadap perempuan.

Naya mengungkapkan, generasi muda PMII saat ini khususnya perempuan mulai enggan mengaji tentang gender karena dianggap sebagai bentuk perlawanan. Padahal, gender berbicara mengenai hak. Atas dasar itulah PMII Rayon Ashram Bangsa mengadakan Sekolah Feminis untuk kalangan kader-kader PMII khususnya perempuan. (Abdul Rahman Wahid/Mahbib)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hikmah, Ubudiyah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 21 November 2011

Soal Situasi Politik, GP Ansor Diminta Tidak Kagetan

Pekalongan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Dalam merespon dan menyikapi situasi dan kondisi sosiopolitik saat ini, segenap kader Ansor dan Banser diminta untuk tidak kagetan dan gumunan. Pasalnya perubahan mendadak perilaku sosial sudah lazim di tengah hiruk-pikuk politik. GP Ansor sebaiknya mengambil fokus pada khidmah kepada para kiai.

Demikian disampaikan KH Syarifudin (Gus Syarif) dari PP Rijalul Ansor pada pengajian Rijalul Ansor GP Ansor Kabupaten Pekalongan sekaligus Pelantikan GP Ansor Wiradesa masa khidmah 2016-2018 di Masjid Nur Rohman Warulor Wiradesa, Ahad (26/2) malam.

Soal Situasi Politik, GP Ansor Diminta Tidak Kagetan (Sumber Gambar : Nu Online)
Soal Situasi Politik, GP Ansor Diminta Tidak Kagetan (Sumber Gambar : Nu Online)

Soal Situasi Politik, GP Ansor Diminta Tidak Kagetan

Gus Syarif mengatakan, kalau kita mau menggali sejarah, kondisi masyarakat yang penuh fitnah, demonstrasi yang berjilid-jilid, dan maraknya berita hoax sudah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW dan zaman sahabat. Untuk itu sebagai kader Ansor hendaknya jangan sampai terprovokasi gerakan-gerakan yang hendak memecah belah NKRI.

Menurutnya, menjadi kader Ansor harus diniatkan untuk berkhidmah dan mencari berkah dari para alim ulama. Ini membutuhkan perjuangan, penderitaan, dan kondisi yang tidak menyenangkan sebagaimana dialami Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Inilah makna? jihad yang sebenarnya. Karenanya menjadi kader Ansor harus mampu membawa kebaikan dan kemaslahatan untuk lingkungannya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu Ketua GP Ansor Pekalongan M Azmi Fahmi menyatakan, GP Ansor tengah menggenjot program kaderisasi dengan target di tahun 2017 ini merekrut sedikitnya 2000 kader baru.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Bagi Ansor dan Banser kaderisasi menjadi tuntutan dan kebutuhan organisasi sekaligus untuk mencari dan menggembleng kader terbaik, mengingat tantangan organisasi berupa perubahan situasi kondisi masyarakat termasuk munculnya paham yang tidak sejalan dengan NKRI. Bagi Ansor menurut arahan para kiai, NKRI adalah final dan harga mati dan NKRI sudah sesuai dengan syariah Islam," terangnya.

Untuk itu selain kaderisasi, dalam rangka implementasi visi dan misi organisasi, Ansor dan Banser melakukan upaya penataan dan penertiban organisasi, pemberdayaan potensi kader serta program menuju kemandirian ekonomi kader dan organisasi.

Baru pekan lalu telah diluncurkan PT Sorban Nusantara Tourism, sebuah biro perjalanan haji plus dan umroh yang cukup mendapatkan sambutan antuasias dari kader Ansor dan nahdliyin pada umumnya. (Alim Musthofa/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaSantri, AlaNu, RMI NU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 19 November 2011

Jangan Telanjangi Islam

Oleh Kumail Jafar



Pakaian atau penutup adalah sesuatu yang harus dipakai setiap manusia. Jika tidak maka ia akan merasakan yang namanya malu, dan yang melihatnya pun menilainya? negatif. Karena dengan berpakaian, manusia dapat menutupi anggota tubuhnya, juga agar selalu terjaga kehormatanya, sebab dengan berpakaian, manusia bisa dibedakan mana yang normal dan mana yang tidak normal. Oleh karena itu, saat menjelang tanggal 1 Syawal (Idul Fitri), kita selalu melihat, khususnya di Indonesia, umat muslim berbondong-bondong ke pasar untuk membeli pakaian baru. Tujuanya, untuk menghias dirinya, agar terlihat modis dan menarik.

Jangan Telanjangi Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Jangan Telanjangi Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Jangan Telanjangi Islam

Namun, lebih jauh,? banyak orang yang berpikir,? bahwa pakaiannya itu hanya sebatas celana dan baju yang selalu membalut tubuh mereka. Padahal, kalau kita perhatikan, ternyata bukan hanya manusia yang harus berpakaian. Lebih dari itu, agama Islam pun juga memiliki yang namanya pakaian atau penutup.? Seandainya pakaian Islam ini tidak diperhatiakan dan tidak dipakainya, penganut agama Islam pun sudah dipastikan telanjang, telanjang bukan secara dzahir (luar), melainkan dalam konteks batin (dalam/ruh).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Terkait dengan kasus telanjang, ini juga tak luput dari singgungan Kanjeng Nabi Saw, ketika salah satu dari sahabatnya yang bernama Abi Dzar bertanya padanya, "Siapa orang Muslim itu wahai Kanjeng Nabi?" Ia pun? menjawabnya, "Orang Muslim adalah mereka yang selalu bertakwa, pakaian mereka adalah ketakwaaan." Kalau kita renungkan, banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari hadits tersebut, sebab hadits ini secara tidak langsung menyuruh kita agar tidak menelanjangi Islam, seperti judul? tulisan ini.

Kalau kita amati, di media pemberitaan, baik berupa cetak maupun elektronik,? tak sedikit orang yang perlahan berupaya mencoreng Islam itu sendiri. Dan bentuknya pun beragam, yang intinya merusak nilai-nilai Islam yang sebenarnya. Apalagi bagi mereka yang memisahkan kebudayaan dari Islam, tentu hal ini tidak bisa dibenarkan, sebab masuknya Islam ke bumi Nusantara ini, melalui budaya-budaya yang ada. Jadi, bagi mereka yang memisahkan kebudayaan dari keIslaman, sudah dipastikan kalau pengetahuan mereka akan keislaman dan keindonesiaan masih terbilang minim.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Seperti yang sudah kita lihat pada realita yang ada,? banyak dari individu umat Islam yang hanya mengklaim dirinya Muslim, atau mengaku dirinya sebagai umatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW, namun sikap dan ucapannya sering kali bersebrangan dengan apa yang diajarkan oleh Islam. Oleh karena itu, mengaku menjadi Muslim? itu mudah, namun sangat sulit apabila mengamalkan ajaran-ajaran luhurnya. Sederhananya, kita mengaku Muslim, tetapi sikap dan ucapan kita? kadang tidak mencerminkan layaknya orang Muslim.

Menurut? penulis, permasalahan yang mengungkung Umat Islam zaman sekarang ini ialah, bahwa; kebanyakan mereka? memiliki hobi yang berseberangan dengan ajaran Islam. Karena itu, Menantu Kanjeng Nabi yang bernama Sayyidina Ali kw berkata, "Wahai saudaraku, kebiasaan itu belum tentu benar, akan tetapi, kebenaran itu yang harus dibiasakan."? Maksudnya,? umat Islam jangan memelihara perbuatan yang negatif, yang pada akhirnya perbuatan yang negatif itu dijadikan kebiasaan, namun, kita seharusnya memelihara perbuatan yang positif, yang pada akhirnya yang positif itu yang seharusnya dibiasakan.

Nah, hobi negatif yang sudah menjadi kebiasaan umat Islam, khususnya umat Islam di Indonesia ialah; suka menilai kekurangan orang lain daripada menilai kekurangan? diri sendiri. Seperti yang sudah ramai terjadi pada saat ini, terlebih di negara-negara Timur-Tengah, seperti Irak, Syiria dan lainnya. Pembunuhan tanpa sebab sudah meraja lela, kezaliman pun sudah terjadi di mana-mana, saling mencaci, saling memgkafirkan, saling melaknat dan lain sebagainya yang merusak citra dan kultural Islam. Yang lebih fatal lagi, mereka mengatasnamakan bela Islam. Menurut penulis, mereka itulah di antara sebagian Muslim yang secara perlahan menelanjangi Islam, hingga banyak orang memandang Islam sebagai agama yang negatif, cinta kekerasan dan lain-lain.

Kita harus banyak merenung, kita biasakan suatu perbuatan yang baik dan yang positif.? Jangan sampai kita telanjangi Islam ini dengan perilaku kita yang amoral dan tidak sesuai? dengan ajaran suci? Rasulullah Saw.? Dan yang perlu kita catat, kita harus selalu sadar akan perkataan Kanjeng Nabi? Saw "Hisablah (perhitungkanlah) diri kita sebelum kita dihisab oleh Allah Swt kelak di akhirat". Maka itu, merenunglah, sebab masih banyak yang perlu kita perbaiki dari kita sendiri.

Akhir kata, hidup itu bukan tentang siapa yang terbaik, akan tetapi siapa yang bisa berbuat baik dan bisa menyembunyikan perbuatan baiknya dari pandangan orang lain, bukan berpura-pura baik.

Salam saling menebarkan senyum

Penulis adalah pendiri dan pengasuh "Majlis Syafaat" di Jakarta; pengajar di salah satu pesantren di Jakarta Timur



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah