Senin, 03 Oktober 2016

Konsep Wali Songo dalam Memakmurkan Masjid

Oleh Darul Qutni



Wali Songo adalah teladan bagi kita dalam memakmurkan masjid-masjid Allah subhanahu wa taala. Mereka adalah para muballigh Islam dan dai penyebar Islam di Indonesia di abad 15 Masehi. Keberhasilan mereka dalam berdakwah masih terasa hingga saat ini. Penyiaran Islam yang dilakukan Wali Songo sangat rapat hubungannya dengan masjid dan pesantren-pesantren. Bagaimanakah konsep mereka memakmurkan Masjid di masanya? Dapatkah hal itu dicontoh pada masa kini?

Pertama, Masjid sebagai pusat ibadah. Ditunjukkan oleh Kanjeng Syekh Sunan Ampel rahimahullah saat membangun langgar sederhana yang kemudian besar, megah dan bertahan sampai sekarang dan diberi nama Masjid Rahmad. Setibanya di Ampel langkah pertama Raden Rahmat rahimahullah adalah membangun masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah (Purwadi, 2009)

Konsep Wali Songo dalam Memakmurkan Masjid (Sumber Gambar : Nu Online)
Konsep Wali Songo dalam Memakmurkan Masjid (Sumber Gambar : Nu Online)

Konsep Wali Songo dalam Memakmurkan Masjid

Hal ini juga dilakukan Kanjeng Syekh Sunan Kudus rahimahullah saat membuat masjid sebagai tempat ibadah dan pusat penyebaran agama. Masjid Kudus didirikan tahun 956 H/ 1549 M.

Kedua, masjid sebagai pusat dakwah dan penyebaran Islam. Hal ini dicontohkan oleh Kanjeng Syekh Sunan Kalijaga rahimahullah. Dia mengonsep pendirian Masjid Demak sebagai pusat agama dan penuntasan Islamisasi di seluruh Jawa. Gerakan Islamisasi dilakukan melalui masjid mengingat lembaga pesantren kala itu belum menemukan bentuk yang final. 

Ketiga, masjid sebagai tempat pengajian. Dilakukan oleh Kanjeng Syekh Sunan Drajat rahimahullah. Dia membuat masjid yang agak jauh dari tempat tinggalnya. Masjid itulah yang menjadi tempat berdakwah menyampaikan ajaran Islam kepada penduduk. Pengajian di masjid atau langgar adalah salah satu dari 5 (lima) cara dakwah Kanjeng Syekh Sunan Drajat rahimahullah. Adapun cara yang kedua, adalah dengan metode pendidikan di pesantren. Ketiga, fatwa atau petuah. Keempat, kesenian tradisional. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Keempat, kesatuan masjid dan pesantren. Ini merupakan konsep yang khas dari Wali Songo di mana penyebaran Islam melalui masjid merupakan sesuatu yang include dengan pesantren. Contoh kesatuan masjid dan pesantren adalah apa yang dilakukan oleh Kanjeng Syekh Sunan Ampel rahimahullah  yang mendirikan pesantren sekaligus masjid. Beliau kerap mengelilingi pesantren dan masjidnya itu untuk mengetahui keadaan para muridnya yang belajar dan tidur di dalamnya (H. Aboe Bakar Atcheh, 2011).

Kelima, masjid yang berkebudayaan. Konsep ini juga merupakan kekhasan konsep dakwah Wali Songo yang tidak frontal dalam berdakwah namun menggunakan strategi kebudayaan. Kanjeng Syekh Sunan Kudus rahimahullah membangun menara untuk azan dengan desain seperti bangunan hindu yang saat ini dikenal dengan menara kudus. Menara berasal dari bentuk kata tempat (shigat isim makan) dalam bahasa arab yang artinya tempat api/cahaya. Menara ini kemudian dimanfaatkan untuk menyeru orang sembahyang.

Kanjeng Syekh Sunan Kudus rahimahullah juga menggunakan beduk untuk mengundang jamaah ke masjid untuk mengumumkan itsbat awal Ramadhan. Beduk yang tergantung pada tiap-tiap serambi masjid itu, yang dipukul untuk memperingatkan kepada waktu shalat, bukanlah sesuatu yang baru sejak zaman dahulu pun sudah dialami oleh rakyat memukul tambur periuk dan perunggu yang berasal dari zaman purbakala.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Aboe Bakar Atcheh mengatakan, (2011) di dalam masjid Demak, masih dapat dilihat beberapa bagian yang berukir menurut motif kebudayaan Hindu dan zaman Majapahit itu, misalnya, tiang yang bernama Soko Majapahit pada pendopo Masjid itu. Begitu juga keadaannya masih sangat jelas menggambarkan bentuk Kesenian Hindu-Jawa. Dalam pada itu, kita dapati beberapa buah masjid yang di sekelilingnya ada selokan air. Keadaan yang mengingatkan kita kepada telaga-telaga suci yang biasanya terdapat pada candi-candi Hindu, misalnya, Candi Jawi. 

Konsep masjid yang berkebudayaan ini menurut Syaiful Arif (2009) dianggap sebagai keberhasilan rekonsiliasi antara Islam dan budaya yang bertitik tolak dari kemampuan memahami wahyu dengan mempertimbangkan berbagai faktor konstektual, termasuk kesadaran hukum dan rasa keadilan. Keberhasilan proses pribumisasi Islam dapat dilihat dari kemampuan kamu Muslim seluas mungkin mengembangkan aplikasi wahyu guna memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya arsitektur ranggon atau atap dari Masjid Demak. Lapis atap masjid tersebut diambil dari konsep meru agama Hindu yang kemudian diislamkan dari sembilan susun menjadi tiga susun. Konsepnya merujuk pada tahapan kesempurnaan hamba di hadapan Gusti Allah Taala yakni iman (Muslim meraih keyakinan monoteistik), Islam (kesadaran syariat), dan ihsan di mana Muslim sudah mendalami tasawuf, hakikat dan marifat. Pada tingkat ini mulai disadari keyakinan tauhid dan ketaatan syariat mesti berwujud kecintaan kepada sesama manusia. 

Tiap masjid terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, mempunyai pendopo atau serambi di depannya, yang sukar kita terka maksud asalnya, apakah supaya bentuknya mirip rumah peribadatan Hindu ataukah untuk tempat mengadakan sedekah-sedekah untuk arwah mereka yang sudah meninggal, jelas keadaan sudah mendekati Islam, sajen lama sudah berganti dengan doa, zikir dan bacaan Al-Quran. 

Pada waktu mengadakan perayaan Maulid Nabi ini seminggu sebelumnya dipukul gamelan di halaman depan masjid. Hal yang mungkin bertentangan dengan Islam karena Islam menghendaki ketenangan. Tetapi oleh mubaligh zaman yang lampau itu dikemukakan sebagai alasan bahwa tabuh-tabuhan itu gunanya untuk menarik rakyat umum datang ke Masjid dan bukanlah untuk memanggil jiwa halus dan para nenek moyang supaya turut makan bersama sama anak cucunya yang masih hidup. 

Sampai kepada bentuk masjid di era Wali Songo disesuaikan dengan bangunan yang sudah galib dalam masa Hindu. Ia harus mempunyai atap bertingkat supaya sesuai dengan bentuk gedung-gedung umum pada masa itu, untuk tempat rapat, perayaan, dsb, seperti yang sampai sekarang masih terdapat di Bali dengan nama Badung, tempat mengadu ayam.





Penulis adalah Sekretaris LTM PCNU Kota Depok

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Budaya PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 02 Oktober 2016

Membongkar Jaringan Radikal ISIS

Indonesia saat ini telah hampir memasuki fase darurat radikalisme. Fenomena kekerasan atas nama agama, peristiwa bom bunuh diri yang menyeret korban, serta merasuknya jaringan teroris-radikal di beberapa daerah menjadi ancaman nyata. Terlebih, jaringan radikal dari Islamic State of Irak and Syiria (ISIS) telah masuk ke beberapa kawasan di Indonesia. Selain itu, fenomena Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) juga layak direnungkan dalam pertanyaan tentang bagaimana menangkal radikalisme di negeri ini.

Buku karya Reno Muhammad, “ISIS: Mengungkap Fakta Terorisme Berlabel Islam” mencoba membongkar pemahaman kaum salafi yang menginginkan khilafah serta getol meneriakkan pengkafiran. Dalam buku ini, Reno Muhammad menggunakan fenomena ISIS sebagai pintu masuk. Buku ini, diharapkan oleh penulisnya, menjadi menjadi salah satu elemen mata air yang menginspirasi. Reno Muhammad dengan jeli menggali latar belakang munculnya ISIS, kemudian menganalisa kekeliruan takfir, serta? kepentingan ekonomi di baliknya munculnya ISIS di beberapa negara timur tengah. Buku ini juga menawarkan perspektif deradikalisasi dengan menyampaikan gagasan Islam cinta, untuk kedamaian antar umat agama di negeri ini.

Membongkar Jaringan Radikal ISIS (Sumber Gambar : Nu Online)
Membongkar Jaringan Radikal ISIS (Sumber Gambar : Nu Online)

Membongkar Jaringan Radikal ISIS

Dalam buku ini, Reno Muhammad membongkar kesalahan berpikir kelompok yang menginginkan tegaknya khilafah. Ada dua argumentasi mendasar, yang disampaikan dalam buku ini: (1) Jika mendasarkan sistem khalifah pada kepemimpinan Nabi Muhammad, tentu saja hal ini salah besar. Nabi Muhammad tidak menetapkan diri sebagai khalifah (dalam artian pemimpin politik), akan tetapi menggerakkan tata nilai berdasar wahyu dan intuisi; (2) Nabi Muhammad tidak pernah mengabarkan bahwa agama Islam menjadi agama politik yang mengatur sistem kenegaraan berbasis agama. Ajaran Islam yang diwartakan oleh Sang Rasul, menjadi rahmat bagi semesta alam (hal. 127).



PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

ISIS: Jaringan Radikal ?


PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Reno Muhammad melacak bagaimana radikalisme berkembang sebagai kekuatan politik yang bertemu dengan kepentingan ekonomi. Semangat untuk tajdid dan melakukan pembaruan, telah dikobarkan oleh barisan Hasan al-Banna, seorang pembaru asal Mesir. “Pemuda belia itu bernama Hasan al-Banna (1906-1949). Ia sangat mengesankan, berpikiran kuat,kharismatik dan dapat menyakinkan orang untuk mengikutinya. Pada sebuah petang bulan Maret 1928—nyaris berbarengan dengan lahirnya Sumpah Pemuda di Indonesia—enam pemuda di Ismailiyah, Mesir, datang untuk meminta Hasan al-Banna bertindak: Kami tidak tahu cara praktis mencapai kemuliaan Islam dan kesejahteraan kaum muslim. Kami bosan dengan kehidupan yang dihina dan dikekang ini. Kami melihat orang-orang Arab dan Muslim tidak memiliki status atau martabat. Mereka tidak lebih dari orang upahan yang dimiliki orang asing (hal. 7). Dengan demikian, semangat untuk menegakkan khilafah yang dipahami, sebagai usaha untuk menegakkan martabat kaum muslim.

Apa yang dicitakan oleh Hasan al-Banna kemudian bergeser menjadi aksi-aksi kekerasan. Inilah yang menjadi penyebab bergesernya semangat pembaruan, menjadi aksi kekerasan, kepentingan kekuasaan dan akses ekonomi berupa monopoli minyak. Hadirnya ISIS di Timur Tengah, tidak lepas dari latar belakang ini. Rezim Bashar al-Assad menjadi bagian penting dari tegaknya Suriah, meski digempur oleh jaringan radikal ISIS dan revolusi Timur Tengah, yang disebut sebagai musim semi jazirah Arab. ?

Dalam buku ini, Reno Muhammad menulis, “Sejak berkuasa pada 2000, Bashar al-Assad menjadi kekuatan absolut yang tidak bisa digoyahkan oleh para oposisi. Pada mulanya, ia diharapkan mampu membawa angin perubahan bagi modernisasi ekonomi dan reformasi politik di Suriah. Akan tetapi, struktur dan kultur politik telah menyebabkan rezim Bashar al-Assad hanya melanjutkan kepemimpinan orang tuanya yang dikenal otoriter” (hal. 17). ?

Mengapa Bashar al-Assad tidak tergoyahkan? Reno Muhammad, menyajikan dalam tiga analisis tentang kuatnya Rezim al-Assad ini. Pertama, klan al-Assad menguasai sektor militer dan bisnis, yang menjadi tulang punggung kekuatan politik. Dengan demikian, klan ini menjadi penyangga solidnya kekuatan politik, militer dan ekonomi di panggung kekuasaan. Bashar al-Assad didukung oleh orang-orang kuat yang loyak dengan jaringan keluarga, yang menjadikan posisi pemimpin menjadi tidak tergoyahkan.

Kedua, Bashar al-Assad dengan jeli merangkul faksi Syiah Alawi. Kelompok ini, meski hanya 11 persen dari total penduduk Suriyah, dikenal sangat solid dan memiliki hubungan emosional kuat antar anggota. Kedekatan Syiah Alawi dengan Bashar al-Assad ini turut menjadi penguat kekuatan rezim al-Assad di Suriyah. Juga, jaringan Suriyah dan Iran menjadi kokoh, karena dukungan kelompok Syiah di belakang Assad.

Ketiga, al-Assad dengan piawai menggunakan kekuatan militer dan intelijen untuk mengukuhkan kekuatan politiknya. Status sebagi darurat militer, telah memberi kewenangan bagi operasi intelijen untuk menghabisi kelompok oposisi sampai ke akar-akarnya. Inilah yang menjadi sistem militer yang menguatkan kepemimpinan Bashar al-Assad. Keempat, al-Assad memegang posisi kunci dalam mengendalikan Partai Baath. Di Suriyah, partai ini mendapat legitimasi yang kuat, bahkan dapat merekrut orang-orang penting dari kelompok Sunni dengan menempatkannya di posisi-posisi strategis. Tentu saja, ini adalah salah satu jaminan kekuatan politik Bashar al-Assad di negerinya.

Jaringan ISIS yang menghalalkan? kekerasan tentu saja tidak boleh didukung dengan kesepakatan. Harus ada upaya untuk melawan jaringan ISIS, dengan sistem deradikalisasi yang integratif. ISIS juga ditolak oleh beberapa tokoh agama, “Apa yang dilakukan oleh ISIS, tidak diridhai oleh Allah dan tidak mencerminkan spirit al-Qur’an. Perilaku kekerasan jelas sama sekali tidak dibenarkan oleh Islam. Muslim yang baru mengangkat pisau saja sudah mendapat laknat Allah. ISIS juga sudah ditolak oleh ulama-ulama besar di seantero dunia. Atas dasar tersebut, NU mengajak masyarakat agar ikut menolak ISIS karena akan mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ungkap KH. Said Aqil Siroj dalam buku ini (hal. 148).

Melalui buku ini, Reno Muhammad ingin mengajak pembaca untuk memahami jaringan teroris-radikal, serta kemudian mengupayakan deradikalisasi. Ia mencatat, bahwa kekerasan bukanlah cara untuk menegakkan syariat Islam. Sejarah mencatat, masuknya Islam dan penyebarannya ke seluruh penjuru Tanah Air Indonesia, tidak melalui pertumpahan darah, apalagi ledakan bom. Para Wali, menyiarkan Islam melalui pendekatan kebudayaan yang sarat kedamaian. Buku ini mengungkapkan analisis alternatif untuk memahami jaringan teroris-radikal, serta memberi tawaran bagaimana menghadirkan Islam cinta, yang penuh kasih sayang dan perdamaian [].

Data Buku:



Penulis? ? ? ? ? ? ? ? ? ? : Reno Muhammad

Judul Buku? ? ? ? : ISIS: Mengungkap Fakta Terorisme Berlabel Islam|

Penerbit? ? ? ? ? ? ? ? : Noura Book

Edisi? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? : Desember 2015

ISBN? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? : 978-602-385-055-6

Perensi? ? ? ? ? ? ? ? ? ? : Munawir Aziz, pembaca buku (@MunawirAziz)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaSantri, Doa, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Respon Sejumlah Jamaah Terkait Ceramah Maulid Kiai Said

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid dan Halaman Gedung PBNU dihadiri masyarakat dari berbagai wilayah di Jakarta, (3/12) malam. Masyarakat berdatangan sejak maghrib. Tak kurang dari dua ribu jamaah diperkirakan menjadi saksi dan terlibat langsung dalam acara ini.

Sebelum menyimak ceramah, jamaah dihibur dengan penampilan grup hadrah Ashabul Kahfi, yang membawakan sejumlah lagu-lagu salawatan. Riwayat Nabi Muhammad pun tak lupa dibacakan. Hati jamaah yang hadir dan terus berdatangan, melebur dalam salawat, ditandai dengan khusuknya mereka mendengarkan salawat dan pembacaan riwayat Nabi, bahkan sesekali mulut mereka ikut menyuarakan salawat dan riwayat tersebut.

Respon Sejumlah Jamaah Terkait Ceramah Maulid Kiai Said (Sumber Gambar : Nu Online)
Respon Sejumlah Jamaah Terkait Ceramah Maulid Kiai Said (Sumber Gambar : Nu Online)

Respon Sejumlah Jamaah Terkait Ceramah Maulid Kiai Said

Antusiasme jamaah juga terjadi saat Ketum PBNU, KH Said Aqil Sirodj menyampaikan ceramah. Mereka duduk rapi dan tenang menyimak taushiyah kiai asal Cirebon tersebut.?

(Baca: Penduduk Yatsrib Lapang Dada kepada Pendatang)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Seusai acara, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkesempatan mewawancarai sejumlah jamaah. Khorimah (38) mengatakan dengan mengikuti acara tersebut hatinya lebih terbuka oleh isi ceramah Kiai Said.

“Materi ceramahnya sangat bagus. Yang menarik adalah tentang Islam Nusantara. Perhatian Kiai Said ke rakyat sangat luas. Tidak hanya keagamaan, tapi juga kebangsaan,” kata Khorimah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senada dengan itu, pengunjung lainnya, Khairun (48) menilai ceramah tersebut sangat baik. “Ceramah Kiai Said tidak mengandung muatan politik, jadi bisa mendidik dari generasi muda sampai lansia,” kata Khairun yang mengatakan ia dan jamaah di lingkungannya sering mengikuti pengajian di PBNU.

(Baca: Maulid Nabi atau Maulud Nabi? Ini Penjelasan Kiai Said)

Adapun Tarik Majid, mahasiswa Semester 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengatakan pengajian dalam rangka peringatan maulid Nabi termasuk acara yang sagat positif.

“Peringatan Maulid Nabi harus selalu dijaga, mengingat ini merupakan hal yang sangat penting. Apalagi di dalamanya disampaikan nilai-nilai bagaimana menjaga keutuhan NKRI,” kata mahasiwa Jurusan Tarbiyah itu.

Bagi Tarik, sebagai anak muda, peringatan Maulid Nabi dan ceramah Kiai Said merupakan sebuah motivasi yang harus dilaksanakan generasi muda, karena kita saat ini sedang berada pada zaman penuh provokasi.

“Kita gerenarasi muda jangan mudah terbawa pada ajaran yang macam-macam, dan ? harus tetap menjaga NKRI,” kata anak muda asal Tegal Jawa Tengah. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam, Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 01 Oktober 2016

Kalender 2017 NU Pringsewu Telah Terbit dan Siap Edar

Pringsewu, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Memasuki bulan September 2016, Lembaga Talif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kabupaten Pringsewu, Lampung, yang memiliki tugas dalam bidang penulisan dan penerbitan, telah menerbitkan kalender tahun 2017 Keluarga Besar Nahdlatul Ulama Kabupaten Pringsewu.

Kalender tersebut diterbitkan sebagai upaya pengurus NU untuk menumbuhkan rasa cinta warga terhadap NU sekaligus menumbuhkan ukhuwah dan memperkuat identitas warga NU di Kabupaten Pringsewu. Hal tersebut diutarakan Sekretaris LTNNU Pringsewu M Mustanir di sela-sela distribusi kalender tersebut ke seluruh pengurus NU di Bumi Jejama Secancanan Bersenyum Manis ini, Jumat (16/9).

Kalender 2017 NU Pringsewu Telah Terbit dan Siap Edar (Sumber Gambar : Nu Online)
Kalender 2017 NU Pringsewu Telah Terbit dan Siap Edar (Sumber Gambar : Nu Online)

Kalender 2017 NU Pringsewu Telah Terbit dan Siap Edar

Mustanir mengharapkan pula dengan adanya kalender NU di setiap rumah warga NU, syiar NU juga akan lebih terasa di kabupaten yang terkenal dengan kentalnya nuansa NU-nya ini. "Nanti kalendernya dipasang di ruang tamu masing-masing sehingga para tamu pun akan melihatnya dan secara otomatis NU akan lebih tersyiarkan," ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam Kalender tersebut, lanjut Mustanir, dimuat beberapa foto kegiatan-kegiatan penting NU di Kabupaten Pringsewu selama tahun 2016. Hal ini, menurutnya, dilakukan sebagai sebuah dokumentasi publik yang diharapkan diketahui oleh masyarakat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Selain itu juga kita tampilkan beberapa foto pengurus Inti PCNU Kabupaten Pringsewu dan seluruh Ketua MWCNU (Majelis Wakil Cabang NU) pada kalender tersebut," tambahnya menjelaskan kalender yang berjumlah 4 halaman itu.

Untuk lebih memperkenalkan beberapa badan otonom (banom) yang ada di bawah naungan NU, dalam kalender tersebut juga ditampilkan logo seluruh banom NU, seperti Muslimat NU, Gerakan Pemuda Ansor, Jatman, IPNU, IPPNU, Jamiyyatul Qurra’ wal Huffadh (JQH) dan beberapa lainnya.

Untuk mendapatkan kalender KBNU Pringsewu tersebut, masyarakat dapat menghubungi Ketua MWCNU di setiap kecamatan di Kabupaten Pringsewu. "Atau dapat menghubungi kami langsung dengan menelpon ke nomor 082184818338 atau 082378781078," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah, Ubudiyah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 30 September 2016

Semangat NU Care Bantu Pesantren Tahfidh di Bogor

Bogor, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mendung yang menggantung di langit Pondok Pesantren Annur di Jalan Cibeureum Gang Menteng, Kampung Nyalindung, Desa Sukamantri Kecamata Tamansari, Bogor Jawa Barat sejak sebelum shalat Jumat (24/30) berubah jadi hujan. Selama dan beberapa saat setelah pelaksanaan shalat, hujan masih turun, hingga perlahan berubah gerimis.

Suasana basah dan dingin mengantar jamaah shalat Jumat terutama penduduk sekitar meninggalkan masjid di kompleks pesantren. Keadaan menjadi hangat saat beberapa santri menabuh rebana, membawakan musik hadrah. Sementara para santri lainnya mendendangkan shalawat.

Semangat NU Care Bantu Pesantren Tahfidh di Bogor (Sumber Gambar : Nu Online)
Semangat NU Care Bantu Pesantren Tahfidh di Bogor (Sumber Gambar : Nu Online)

Semangat NU Care Bantu Pesantren Tahfidh di Bogor

Setelah sajian musik hadrah dan shalawat, Ustadz Fathurrohman, salah satu pengajar di pesantren tersebut, mengumumkan bahwa siang itu Pondok Pesantren Annur kedatangan tamu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kepada para tamu, Ustadz Fathurrohman menjelaskan Pondok Pesantren Annur merupakan pesantren tahfidh Al-Qur’an. Dirintis pada tahun 2007, semula pesantren itu hanya memiliki delapan santri. Berdiri di atas lahan seluas 1, 8 hektar, Pesantren Annur dibangun atas cita-cita H Amran yang ingin mewadahi para yatim dan dhuafa untuk menghafal Al-Quran.

“Perkembangan berikutnya, dilihat dari hasil yang cukup memuaskan terbukti dengan hafalan yang baik, masyarakat mulai tertarik untuk menitipkan anak mereka menghafal Al-Quran di sini,” kata Ustadz Fathurrohman.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Saat ini ada 125 santri di Pesantren Annur. Para santri yang berada pada rentang usia SMP-SMA, berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka belajar secara gratis di pesantren tersebut, baik untuk makan, tempat tinggal, maupun biaya pendidikan. Sementara alumninya banyak yang meneruskan belajar maupun mengabdikan diri di berbagai tempat termasuk luar negeri seperti Qatar dan Turki. ?

Para tamu yakni tim NU Care LAZISNU siang itu datang ke pondok pesantren Annur untuk menyerahkan bantuan berupa beras seberat 1,5 ton.

“Setelah saya bertemu dengan dan berbicara dengan para pengasuh dan ustadz di Pesantren Annur, saya dipenuhi pikiran apa yang bisa kami (NU Care) lakukan. Adalah? tanggung jawab kita untuk saling berbagi. Kalau ada sedikit yang kami salurkan sekarang, ini adalah apresiasi dan penghormatan kepada para santri di sini,” kata Samsul.

Menurutnya, suasana menyenangkan dan melegakan di pondok pesantren sebagai tempat belajar harus selalu diciptakan. Karenanya ia berharap akan ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam waktu ke depan untuk pesantren tersebut.

“Apa yang kurang di sini dan bisa kita tambahkan untuk perbaikan, akan kita diskusikan. Semuanya untuk meningkatkan semangat dan konsentrasi para santri di sini,” harapnya. (Kendi Setiawan/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tokoh PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 29 September 2016

Kang Said Setuju Hukum Mati Bandar dan Pengedar Narkoba

Bogor, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj secara gamblang menyatakan dukungan terhadap penetapan hukum vonis mati untuk terhadap para bandar dan pengedar narkoba. Menurut Kiai Said, pengedar dan bandar mesti dihukum jauh lebih dibanding sekadar penyalahguna narkoba.

Kang Said Setuju Hukum Mati Bandar dan Pengedar Narkoba (Sumber Gambar : Nu Online)
Kang Said Setuju Hukum Mati Bandar dan Pengedar Narkoba (Sumber Gambar : Nu Online)

Kang Said Setuju Hukum Mati Bandar dan Pengedar Narkoba

Demikian pernyataan kiai yang lazim disapa Kang Said dalam Tadarus NU yang berbarengan dengan pelantikan PCNU kabupaten Bogor, Selasa (6/1) lalu.

“Pada bandar dan pengedar narkoba harus dihukum mati, karena mereka merusak moral bangsa. Dan itu berarti telah mengancam NKRI. Bagi NU, segala yang mengancam NKRI merupakan hal yang harus diperangi,” tegas Kang Said.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Untuk mereka yang terlanjur pengguna sebagai korban, pemerintah berkewajiban merehabilitasi mereka. 

Dukungan ini juga dinyatakan Kang Said saat bertemu dengan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu di Kantor PBNU. (Akhsan Ustadhi/Alhafiz K)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nasional, Cerita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Indonesia Berpotensi Jadi Negara Super Power

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian menyebutkan, Indonesia berpeluang untuk menjadi negara super power di dunia. Hal itu bisa dicapai asalkan semua elemen bangsa bahu membahu untuk mewujudkannya, terutama pemuda.

“Indonesia bisa menjadi negara super power kalau solid. Tidak mengedepankan satu suku, tetapi satu bangsa Indonesia,” kata Tito di Jakarta, Senin (14/8).

Indonesia Berpotensi Jadi Negara Super Power (Sumber Gambar : Nu Online)
Indonesia Berpotensi Jadi Negara Super Power (Sumber Gambar : Nu Online)

Indonesia Berpotensi Jadi Negara Super Power

Tito menambahkan, pemuda dan mahasiswa memiliki perang penting dalam mewujudkan Indonesia yang solid. Sebagaimana yang telah pemuda torehkan dengan membangun kesadaran kebangsaan pada Sumpah Pemuda 1928.

Menurut dia, untuk menjadi negara super power maka sebuah negara harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, populasi yang besar. Indonesia memiki populasi yang cukup besar dan populasi tersebut adalah sebagai modal untuk menjadi angkatan pekerja yang besar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kedua, sumber daya alam yang besar yang merupakan bahan material kasar untuk menggerakkan mesin produksi yang besar pula. Ketiga, wilayah negara yang luas.?

“Wilayah yang besar akan mampu menampung mesin produksi yang besar,” ujarnya.

Oleh karena itu, Tito menilai, kalau melihat syarat-syarat tersebut maka Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi negara super power. Selain Indonesia, ada China, India, Amerika Serikat, dan Rusia yang memiliki potensi untuk jadi negara super power.

“Kalau kita melihat dari tiga syarat ini, maka yang punya chance (kesempatan) untuk menjadi negara super power satu adalah China, kedua adalah India, ketiga adalah Amerika Serikat, empat adalah Rusia, dan lima adalah Indonesia,” tukasnya. (Muchlishon Rochmat/Abdullah Alawi)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Halaqoh, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah