Rabu, 27 April 2016

Peduli Aceh, Guyuran Hujan Iringi Aksi Galang Dana PMII Salatiga

Salatiga, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Salatiga menggelar aksi solidaritas galang dana untuk korban bencana gempa di Aceh. Mereka menggalang dana dari para pedagang di daerah pasar raya dan juga beberapa titik di persimpangan jalan raya, Senin (12/12) pagi.

Ketua Rayon PMII Sutawijaya Fuadi mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk solidaritas dan kepedulian kader PMII kepada saudara-saudara yang terkena bencana alam di Aceh.

Peduli Aceh, Guyuran Hujan Iringi Aksi Galang Dana PMII Salatiga (Sumber Gambar : Nu Online)
Peduli Aceh, Guyuran Hujan Iringi Aksi Galang Dana PMII Salatiga (Sumber Gambar : Nu Online)

Peduli Aceh, Guyuran Hujan Iringi Aksi Galang Dana PMII Salatiga

Aksi yang digelar mulai pukul 08.00 di sepanjang jalan ini mengajak para pedagang dan para pengendara untuk saling berkontribusi dalam meringankan beban warga yang berada di Aceh. Meskipun suasana hujan mengguyur Kota Salatiga, para aktivis PMII Salatiga tetap melanjutkan penggalangan dana sampai pukul 13.00.

Alhamdulillah pada aksi penggalangan dana di hari pertama ini dana yang kita kumpulkan mencapai Rp. 6.997.500,00 yang nantinya akan kita distribusikan lewat PB PMII,” kata Ketua Rayon MAD M Syukri Abadi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Untuk tindak lanjut ke depannya pihak PMII Salatiga senantiasa siap dalam kegiatan sosial. Aksi ini diharapkan menggugah kepedulian seluruh elemen masyarakat terhadap masyarakat Indonesia yang membutuhkan uluran tangan. (Faizal Sutrisno/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, Ubudiyah, Hikmah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 21 April 2016

Bersaudara untuk Kemajuan Bangsa

Yogyakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Syawalan menjadi momentum sangat tepat bagi umat Islam untuk menguatkan persaudaraan. Inilah yang dilakukan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama’ (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggelar Forum Silaturrahim Ulama dan Ormas Islam se-DIY pada Kamis, 30 Agustus 2012, di Hotel Ruba Graha Yogyakarta.?

Kegiatan ini menghadirkan para pembicara, diantaranya adalah ? H Untung Cahyono, M Hum (Muhammadiyah), Muhammad Jazir (Ketua Takmir Masjid Jogokariyan), Abdul Ghafar (Ketua LKPSM NU DIY), dan Sahiron Syamsuddin (Wakil Rais Syuriah PWNU DIY). Acara ini dipandu oleh moderator Abdul Mustaqim (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).

Bersaudara untuk Kemajuan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Bersaudara untuk Kemajuan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Bersaudara untuk Kemajuan Bangsa

Dalam kesempatan ini Sahiron Syamsuddin mengatakan bahwa memantapkan persaudaraan akan menjadi kekuatan untuk kemajuan bangsa. Semangat bersaudara ini, lanjut beliau, telah diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau membangun masyarakat Madinah.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Ketika membangun masyarakat Madinah, Nabi Muhammad mencetuskan Piagam Madinah. Dari Piagam Madinah ini kita mengetahui bahwa orang-orang Yahudi dan umat non-Muslim lainnya mendapatkan perlakuan damai dan adil dari Rasulullah, yang dalam bidang agama, Rasulullah tidak memaksa mereka untuk mengikuti agama Islam. Dalam bidang sosial politik, mereka dan umat Islam diharuskan untuk saling menghormati, membantu, menjaga loyalitas, dan bersama-sama membangun negara kota Madinah,” tegasnya.

“Piagam Madinah memberikan inspirasi kepada para ulama di Indonesia pada masa kemerdekaan RI untuk menerima Indonesia sebagai negara republik, bukan negara agama, dan menerima Pancasila sebagai dasar negara,” lanjutnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu, Abdul Ghafar menjelaskan bahwa saatnya persadaraan umat Islam dijadikan sebagai momentum melakukan reorientasi gerakan dengan meneguhkan semangat politik kebangsaan. Dengan politik kebangsaan inilah, lanjutnya, umat Islam akan memberikan kontribusi penting dalam kemajuan bangsa.

“Politik kebangsaan semestinya dilakukan sebagaimana dilakukan oleh founding fathers. Jika kita belajar kepada mereka, semua berpikir tentang politik kebangsaan. Kalau politik kekuasaan itu menggoda, tetapi umurnya pendek,” tegasnya.

Abdul Ghafar juga menjelaskan bahwa Muslim di Indonesia jumlahnya bisa kira-kira 212 juta. Sebagian besar mereka adalah kelompok yang menamakan dirinya dengan ahlussunnah dengan berbagai variannya. Varian tersebut tidak perlu kita sesali, karena perbedaan itu muncul dari satu kitab suci. Jumlah muslim yang besar ini, baginya, cukup untuk melakukan revitalisasi gerakan. Disinilah ormas Islam berperan penting melakukan reorinetasi gerakan umat.

“Agar menjadi efektif, organisasi mulai mengambil agenda keumatan. Umat muslim yang kira-kira 212 juta itu akan memberi kontribusi apa untuk persoalan umat. Umat yang heterogen, relatif sulit untuk mampu mewujudkan konsep rahmatan lil’alamin. Ini adalah tantangan kaum muslimin. Ormas Islam harus mampu mengatasi ini dan mampu menunjukkan kepada dunia wajah Islam yang sesungguhnya,” tegasnya.

Sementara itu Untung Cahyono menjelaskan bahwa ada tiga kunci menuju masyarakat madani di Indonesia, yakni ukhuwah islamiyah (ikatan keislaman), ukhuwah wathaniyah (ikatan kebangsaan), ukhuwah basyariyah (ikatan kemanusiaan) dalam bingkai NKRI. ?

Menurut Pak Untung, panggilan akrab Untung Cahyono, peran ormas sangat penting menuju masyarakat madani itu. “Ormas itu ibarat rem, sedangkan pemerintah itu sopirnya,” tegasnya disambut tawa para peserta.

Pak Untung melihat bahwa berbagai fenomena keberagamaan yang meresahkan masyarakat itu harus disikapi dengan bijak. Selain memberikan pemahaman pendidikan yang memadai, juga memberikan teladan berbangsa yang baik.?

“Hal-hal kecil yang menyangkut pemahaman diantaranya persoalan pakaian, jenggot, pecis, dan sebagainya, masih menimbulkan problem. Ini bisa diatasi dengan pendidikan yang memadai yang didukung oleh keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Ormas akan memiliki peran maksimal jika pimpinan dan pendukungnya memiliki suri tauladan yang baik dalam segala aspek kehidupannya,” tegasnya.

“Tokoh ormas islam juga dituntut untuk menasihati para birokrat dan pengusaha supaya tidak melakukan penyelewengan dan berbagai langkah dan usaha yang korup, manipulatif dan sejenisnya,” lanjutnya.

Masjid, inspirasi peradaban

Sementara Ustadz Muhammad Jazir, Ketua Ta’mir Masjid Jogokaryan mengatakan bahwa dalam menguatkan persaudaraan ini, fungsi masjid sangat penting. Untuk itu, baginya, sudah seharusnya masjid dijadikan sebagai inspirasi dalam membangun peradaban.

“Rasulullah mendudukkan masjid sebagai tempat yang strategis dalam kehidupan kaum muslimin,” tegasnya. ? ?

Menurut Pak Jazir, tata kota dahulu pusatnya adalah masjid, di depannya alun-alun, sebelah kiri adalah kraton. Dan keempat adalah pasar sebagai tempat ekonomi. Tetapi pasar berjauhan dengan keraton, bahkan Pangeran Mangkubumi memagari negara dengan masjid. Ketika Belanda datang, masjid tidak boleh didirikan di dekat masjid, tetapi di pedalaman di dekat kuburan.?

?

Redaktur: Mukafi Niam

Kontributor: Anas

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lomba, Pesantren, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 09 April 2016

Jombang Bertekad Miliki Madrasah Diniyah di Tiap Desa

Jombang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Meskipun disebut sebagai Kota Santri, tingkat kejahatan dan tindakan kurang patut dan mengarah kriminalitas di Kabupaten Jombang Jawa Timur masih tinggi. Peredaran narkoba juga cukup memprihantinkan. Belum lagi kian bertambahnya jumlah anak jalanan. Sebagai solusi, harus ada usaha untuk mendirikan madrasah diniyah atau Madin di setiap desa.

Hal tersebut disampaikan Ny Hj Mundjidah Wahab pada kegiatan wisuda hafidh di Pondok Pesantren Nurul Quran yang berlokasi di Desa Bendungrejo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, Sabtu (2/9) malam.

Jombang Bertekad Miliki Madrasah Diniyah di Tiap Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
Jombang Bertekad Miliki Madrasah Diniyah di Tiap Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

Jombang Bertekad Miliki Madrasah Diniyah di Tiap Desa

"Saya saksikan sejumlah anak muda lebih memilih mengisi aktifitas di kawasan lampu merah sambil ngamen daripada bersama keluarga," kata perempuan yang juga Ketua PC Muslimat NU Jombang tersebut.

Mereka adalah generasi muda yang harusnya mengisi hidup dengan kegiatan yang bermanfaat seperti belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. "Tapi yang dilakukan mereka sangat memprihatinkan," ungkap Nyai Mundjidah.

Bagi putri pahlawan nasional, KH Abdul Wahab Hasbullah tersebut, perbaikan karakter adalah solusi agar anak muda tidak terjerumus dengan hal negatif. "Salah satunya adalah mengenalkan mereka dengan pendidikan agama layaknya di pesantren," tandas Wakil Bupati Jombang ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Konsekuensi sebagai Kota Santri yang melekat pada Kabupaten Jombang, maka Nyai Mundjidah akan berupaya menghadirkan madrasah diniyah (madin) di setiap desa. "Ini sebagai jawaban agar sejumlah penyakit masyarakat khususnya yang menghinggapi generasi muda bisa segera ditemukan jalan keluarnya," katanya.

Karena itu dirinya sangat salut kepada para wisudawan penghafal Al-Qur’an yang justru mengisi hari dengan aktivitas bermanfaat. "Kalianlah yang akan memberikan pencerahan kepada masyarakat," katanya.

Diharapkan kehadiran para wisudawan penghafal kalamullah tersebut nantinya bisa menyemarakkan madin yang ada di setiap desa. "Saya yakin bila upaya pendirian madin di setiap desa nantinya akan mampu menekan angka kriminalitas, khususnya para generasi muda," tandasnya. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi)

 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Direktur Liga Santri, Mualaf di Tengah Islamophobia

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah?



Cornelius Ariyanto Wibisono ketika mulaai bersentuhan dengan Islam, mengalami masa-masa yang tidak mudah. Bukan saja karena ia harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan dan komunitas lamanya, bahkan is harus siap dijauhi orang-orsng dekatnya.

Direktur Liga Santri, Mualaf di Tengah Islamophobia (Sumber Gambar : Nu Online)
Direktur Liga Santri, Mualaf di Tengah Islamophobia (Sumber Gambar : Nu Online)

Direktur Liga Santri, Mualaf di Tengah Islamophobia

Tantangan terbesar yang ia hadapi justru gelombang islamophobia yang menghantam agama samawi pamungkas ini. Bahkan, ketika ia mempertimbangkan convert menjadi Muslim dua tahun lalu, Islam Indonesia yang sejak dahulu terkenal ramah, sudah terjangkiti oleh wabah Islam-marah. Sebuah wabah yang berhasil meluluh-lantakkan peradaban-peradaban luhur Islam di banyak negara di Timur Tengah hingga Afrika.

Sosok yang kini menjadi Direktur Pengembangan Bisnis Liga Santri Nusantara itu mengalami kegamangan yang luar biasa. "Apakah benar yang datang pada hati saya adalah cahaya yang sejati. Bukankah Islam di mana-mana rusuh, kisruh, perang dan meninggalkan jejak kekacauan di belahan bumi?" gumam pergulatan batin Ary saat itu.

Tetapi fenomena islamophobia tidak lantas mematikan cahaya hidayahnya. Dengan tekun ia berproses. "Persinggungan saya dengan kawan-kawan buruh yang kena program PHK telah melembutkan hati saya. Sebagai menejemen perusahaan, saya berbalik mendukung para buruh itu. Belakangan saya tahu mereka adalah anggota serikat buruh yang berafiliasi ke NU," terang Ary.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lebih lanjut Ary menjelaskan, "Yang saya pahami saat itu adalah sesuatu yang baru. Buruh-buruh ini bukan saja sedang melakukan apa yang disebut Karl Marx sebagai perjuangan kelas, mereka juga sedang mempertaruhkan keyakinannya bahwa mereka berada di sisi yang benar dan karenanya membuat mereka gigih berjuang. Kerasnya perjuangan mereka hingga kasus ini menjadi perhatian nasional. Saya salut pada buruh-buruh NU ini, mereka tidak mau mundur sejengkal pun dari perjuangannya."

Ariyanto Wibisono dalam perjalanannya kemudian tercatat sebagai pengurus teras di salah satu federasi dari Konfederasi Sarbumusi NU. Semoga terus berjuang Pak Ary! (Ali/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Santri, Olahraga, Warta PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 03 April 2016

Sepuluh Bidang Penelitian pada Puslitbang Keagamaan 2016

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Kehidupan Keagamaan tahun 2016 mempunyai capaian target yang dikategorisasi menjadi penelitian, pengembangan, dan layanan kelitbangan. Secara umum target pada tahun 2016 dicapai dengan cukup baik (100%). 

Sepuluh Bidang Penelitian pada Puslitbang Keagamaan 2016 (Sumber Gambar : Nu Online)
Sepuluh Bidang Penelitian pada Puslitbang Keagamaan 2016 (Sumber Gambar : Nu Online)

Sepuluh Bidang Penelitian pada Puslitbang Keagamaan 2016

Pada kegiatan penelitian, ditargetkan 33 laporan dan tercapai 33 laporan (100%). Dalam hal pengembangan, ditargetkan 16 dokumen dan tercapai 16 dokumen (100%). Begitu pun pada layanan Kelitbang ditargetkan 12 dokumen dan tercapai 12 dokumen (100%). 

Tahun 2016 Anggaran Program Balitbang Diklat Kemenag Cukup Baik

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kegiatan Penelitian Kehidupan Keagamaan ditargetkan jumlah laporan terdistribusi pada empat unit kerja kelitbangan di lingkungan Badan Litbang dan Diklat, yaitu Penelitian pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan; Penelitian pada Balai Litbang Agama Jakarta; Penelitian pada Balai Litbang Agama Semarang; dan Penelitian pada Balai Litbang Agama Makassar. 

Pada Penelitian pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan terbagi menjadi beberapa penelitian. Pertama, Penelitian Survey Kerukunan Umat Beragama. Kedua, Penelitian Kelompok-kelompok Spiritual dan Tradisional dalam Agama Hindu. Ketiga, Penelitian Perkembangan Gerakan Syiah di Indonesia. Keempat, Penelitian tentang Kehidupan Keagamaan Kelompok Minoritas di Berbagai Negara (India, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Iran). 

Kelima, Penelitian Sikap Pelaku Usaha Kecil terhadap U.U. No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH). Keenam, Penelitian Peran Rohaniawan Asing Terhadap Perkembangan Kehidupan Keagamaan di Indonesia. Ketujuh, Penelitian tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah di Indonesia dan Arab Saudi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kedelapan, Penelitian Kasus-Kasus Aktual Pelayanan Keagamaan di Indonesia, terdiri dari Membaca Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Kalimantan Barat, Pemberangkatan Jamaah Calon Haji Indonesia dari Filipina, Fenomena Kawin Kontrak dan Prostitusi “Dawar? di Kawasan Puncak Bogor, Pelayanan Pernikahan Pada KUA di Kabupaten Majalengka dan Fenomena Perkawinan Campuran Tidak Tercatat di Sukabumi. 

Kesembilan, Penelitian Kasus-Kasus Aktual Aliran Keagamaan di Indonesia, terdiri dari: Fenomena Penipuan Bernuansa Agama di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi Kabupaten Probolinggo, Kasus Ancaman Pengusiran Jema’at Ahamdiyah Indonesia (JAI) di Sungailiat Kabupaten Bangka, Perilaku Keagamaan Menyimpang Kelompok Pengajian Ayam Putih (Ogan Ilir Palembang Sumatera Selatan dan Kota Padang Sumatera Barat), Kasus Keset Berlapiskan Kertas Bertuliskan Ayat Al-Qur’an, dan Aksi Damai Gerakan mengawal Fatwa MUI (GMF MUI) pada 2 Desember 2016 di Silang Monas Jakarta.

Terakhir, Penelitian Kasus-kasus aktual hubungan keagamaan di Indonesia, terdiri dari: Penyelesaian Perselisihan Tentang Pendirian Gereja Kristen dan Katolik Di Kabupaten Aceh Singkil, Kasus Keagamaan di Kota Tanjungbalai Provinsi Sumatera Utara, Demonstrasi Penolakan Pembangunan Masjid Al-Khairiyah, Kota Manado oleh Aliansi Makapetor (Masyarakat Adat Kawanua Pecinta Toleransi), Kasus Bom Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda, dan Penyerangan Pastor di Gereja Santo Yosef Medan. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul, Meme Islam, Budaya PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 01 April 2016

Didatangi Jokowi, Said Aqil: Hukum Mati Pengedar Narkoba!

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan, pengedar narkoba  termasuk dalam kategori penjahat kelas berat. Sanksi yang mestinya dikenakan kepada para pengedar narkoba adalah hukuman mati.

Didatangi Jokowi, Said Aqil: Hukum Mati Pengedar Narkoba! (Sumber Gambar : Nu Online)
Didatangi Jokowi, Said Aqil: Hukum Mati Pengedar Narkoba! (Sumber Gambar : Nu Online)

Didatangi Jokowi, Said Aqil: Hukum Mati Pengedar Narkoba!

Hal tersebut disampaikan KH Said Aqil Siroj dalam konferensi pers usai menerima kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di kantor PBNU Jl Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Rabu (24/12) pagi.

PBNU, kata Said Aqil, menolak grasi bagi pengedar narkoba. “Mengenai hukuman mati kami mendukung. NU mendukung hukuman mati kepada pengedar narkoba,” ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Seperti diwartakan, Presiden Jokowi menolak grasi yang diajukan oleh 64 pengedar Narkoba yang sudah divonis hukuman mati. Jokowi menegaskan tidak akan memberikan ampunan bagi para pengedar Narkoba.

Rencana pelaksanaan hukuman mati bagi para pengedar narkoba sempat memicu pro-kontra. Bahkan, Amnesty International meminta Jokowi untuk tidak menjatuhkan hukuman mati, karena dianggap melanggar HAM.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain membahas soal hukuman bagi pengedar narkoba, Jokowi dan para pengurus PBNU berbincang mengenai paham radikal seperti ISIS. Menurut Said Aqil, tindakan yang dilakukan kelompok ISIS adalah bentuk terorisme.

“NU anti radikalisme, anti ekstrimisme. Itu bukan pejuang, itu petualang. Jangan sampai ada simpatisan lagi,” kata Kang Said.

Kedatangan Jokowi ke PBNU kali ini didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Seskab Andi Widjajanto, dan Mensesneg Pratikno.

Sementara para pengurus PBNU yang hadir antara lain Wakil Ketua Umum H As’ad Said Ali, Sekjen Marsudi Syuhud, Wasekjen Abdul Mun’im DZ, Rais Syuriyah KH Masdar Farid Mas’udi, dan Bendahara Umum Bina Suhendra,. (Musthofa Asrori/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian, Kyai, Warta PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 20 Maret 2016

Bhineka Tunggal Ika Wujud Islam Rahmatal lil Alamin

Grobokan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Agama Islam akan sempurna dan kuat dengan adanya perkumpulan (jamaah) yang menjalin persatuan antarsesama bangsa dan negara. Kita hidup di negara Indonesia yang mayoritas bergama Islam namun di dalamnya juga hidup berbagai agama lain. Walaupun begitu, kita harus saling menghargai antarumat beragama dan tetap menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan.

Hal itu disampaikan oleh Ustadz Ali Masykur dalam kajian kitab Ad Difa anil Wathon di PP Al-Misykah yang didirikan oleh Kiai Asnawi Lathif Al Hafidz di Selo Tawangharjo Grobogan, Senin (29/5) malam.

Bhineka Tunggal Ika Wujud Islam Rahmatal lil Alamin (Sumber Gambar : Nu Online)
Bhineka Tunggal Ika Wujud Islam Rahmatal lil Alamin (Sumber Gambar : Nu Online)

Bhineka Tunggal Ika Wujud Islam Rahmatal lil Alamin

Ustadz Ali Masykur menjelaskan, bahwa kita sebagai umat Islam yang hidup di negara yang banyak akan suku, budaya, ras, dan agama haruslah menjaga kebinekaan Indonesia agar tetap utuh. Umat Islam tidak perlu melakukan tindakan anarkisme seperti pengeboman-pengeboman dalam menegakkan agama Islam yang mengakibatkan sebuah pandangan bahwa Islam adalah agama yang radikal.

?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebagai umat Islam, lanjut Ustadz Ali, dalam menegakan nilai-nilai keislaman, hendaklah diwujudkan melalui rasa pesaudaraan, saling menghargai dan menjaga persatuan sehingga dalam kacamata dunia terlihat bahwa Indonesia adalah negara yang ber-Bhineka Tunggal Ika serta menjunjung ajaran Islam yang rahmatal lil alamiin bukan ajaran radikalisme.

? "Seperti hal nya Nabi Muhammad SAW pada awal membangun di Madinah. Nabi akhir zaman tersebut, Rasulullah mempersaudarakan kaum Ansor dan Muhajirin, dilanjutkan membuat kesepakatan antara kaum Yahudi dan Nashrani yang berada di Madinah. Kemudian membuat sistem pemerintahan dan undang–undang yang disepakati bersama dengan tetap menjaga kebinekaan," terang Ustadz Ali.

Di akhir kajian, ia berpesan bahwa perdamaian itu harganya sangat mahal. Karena itu, jangan sampai mudah terpancing dengan perbedaan–perbedaan yang ada, sehingga menimbulkan perpecahan. (A. Lubabul Arifin/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pesantren PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah