Rabu, 08 Oktober 2014

Mahasiswa RI di Yaman Diajak Kembangkan Semangat Entrepreneurship

Tarim, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebagai upaya menanamkan jiwa entrepreneurship di kalangan pelajar dan ? mahasiswa Indonesia di Yaman, Dewan Pengurus Wilayah Hadramaut Persatuan Pelajar Indonesia di Yaman (DPW PPI Yaman) bekerjasama dengan Asosiasi Mahasiswa Indonesia Al-Ahgaff (AMI Al-Ahgaff) dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama Yaman (PCI NU Yaman) menggelar acara kuliah umum bertajuk “Pemberdayaan Ekonomi Pesantren, Menuju Pesantren Mandiri dan Bermartabat” pada Rabu, (17/04).

Mahasiswa RI di Yaman Diajak Kembangkan Semangat Entrepreneurship (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa RI di Yaman Diajak Kembangkan Semangat Entrepreneurship (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa RI di Yaman Diajak Kembangkan Semangat Entrepreneurship

Acara yang bertempat di Auditorium Fakultas Syari’ah Universitas Al-Ahgaff, Tarim, Hadhramaut, Yaman ini menghadirkan KH Mahfudz Syaubari MA, pengasuh pesantren Riyadhul Jannah, Mojokerto, Jawa Timur sekaligus sosok kiai yang sukses dalam mengembangkan usahanya.?

Kedatangannya ke Tarim yang kesekian kalinya ini dalam rangka ziarah. ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam paparannya, alumnus program pasca sarjana Universitas King Abdul Aziz Saudi Arabia ini menuturkan bahwa pesantren selayaknya memiliki kader-kader yang berjiwa mandiri. Karena pesantren merupakan salah satu tempat tumpuan masyarakat.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kini saatnya pesantren tampil sebagai jawaban atas permasalahan ekonomi Indonesia” tambahnya.

“Bedakan antara kasal (rasa malas) dan tawakkal (sikap pasrah sepenuhnya kepada Allah SWT)!”, imbuhnya memotivasi ratusan pelajar Indonesia dari berbagai lembaga pendidikan yang ada di kota Tarim yang hadir malam itu. Selain itu, ia juga me-wanti-wanti para audien yang mayoritas dari kalangan pesantren tersebut agar bisa membedakan antara thalab al-halal (mencari rezeki yang halal) dan hub al-mal (cinta harta dunia).

Di pamungkas acara, ia mengatakan, “Semua pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri ketika sudah kembali ke tanah air, hal pertama yang harus dilakukan adalah meng-Indonesiakan diri dahulu.”

Redaktur ? ? : Mukafi Niam

Kontributor: Amaludin?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah, Ahlussunnah, Tokoh PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 07 Oktober 2014

Gus Mus Dituduh Liberal?

Kendal, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dituding sejumlah pihak beraliran liberal. Berkaitan dengan itu, warga Nahdlatul Ulama (NU) di Kendal, Jawa Tengah, meminta pihak yang menuding Pj Rais Aam PBNU 2014-2015 sebagai sosok liberal menggunakan nalarnya dengan baik.

"Yang bilang Syaikhona Gus Mus itu liberal sebaiknya mikir! Lihat dari dekat dengan hati dan akal sebelum mengatakan beliau liberal," ujar Shuniyya Ruhama Habiballah, warga NU di Kendal, Selasa (11/8).

Gus Mus Dituduh Liberal? (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus Dituduh Liberal? (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus Dituduh Liberal?

KH Ahmad Mustofa Bisri hingga hari ini akrab dipanggil Gus Mus. Sapaan “gus” lazimnya diperuntukkan bagi putra kiai dan umumnya berusia muda. "Padahal beliau itu kiai sepuh disegani banyak orang, ilmunya seperti lautan tak bertepi. Sementara orang baru belajar agama Islam, baru tahu satu dua ayat dijerumuskan teman-temannya dengan sebutan ustadz. Liberal siapa?" kata dia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya, Gus Mus yang dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944 selalu sumringah, bersikap melayani, tidak seperti ndoro yang selalu minta dilayani.

"Tidak peduli yang sowan itu pejabat atau penjahat, semua diterima dengan tangan terbuka. Tidak pernah menghakimi orang lain. Sementara yang baru saja belajar agama sudah berani menggantikan tugas Malaikat Rokib dan Malaikat Atid, bahkan tidak segan-segan mengambil alih tugas Malaikat Ridwan dan Malaikat Malik. Liberal siapa?" ujar Shuniyya lagi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya, jika disowani, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang tersebut dengan senang hati diajak foto bersama karena ingin menyenangkan hati semua orang.

"Tidak ada sedikitpun umpatan dan cacian yang akan kita dengar dari lisan beliau yang mulia. Bandingkan saja dengan sebarisan orang yang mengharamkan foto narsis, mencaci, memaki, bahkan tidak segan-segan meneraka-nerakan orang lain. Di saat yang sama, fotonya dengan berbagai gaya dan pose bertebaran di mana-mana. Liberal siapa?" tuturnya lagi.

Pada Muktamar NU 33 di Jombang 2015, Gus Mus bahkan bersedia mencium kaki para peserta supaya tetap tenang.

"Kiai sepuh panutan umat kok mau-maunya menyatakan hal semacam itu. Sementara yang di sana, jangankan mencium tangan kiai, sowan saja entah mau entah tidak. Liberal siapa? Lihat saja, saat beliau begitu saja menolak jabatan tertinggi dari ormas Islam terbesar di dunia, padahal sudah pernah menjadi pejabat sementara saat Syaikhona Mbah Sahal Mahfudh Pati berpulang ke rofiqul a’la sebelum selesai tugasnya, dan didukung penuh oleh kiai sepuh yang lebih senior, beliau hanya tertunduk, menangis, merasa tidak pantas. Lha yang di sana itu, malah mengangkat dirinya sebagai pemimpin ini itu, imam ini itu, setidaknya dijerumuskan teman-temannya sendiri dalam jabatan itu, petentang-petenteng padahal ada yang jauh lebih pantas atas sebutan dan jabatan itu. Liberal siapa?" katanya lagi.

KH Ahmad Mustofa Bisri pada Senin (10/8) kemarin berulang tahun yang ke-71. Ucapan selamat dan doa datang dari berbagai kalangan. (Gatot Arifianto/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sunnah, Hadits PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 05 Oktober 2014

Jelang Konfercab, LKNU Demak Gelar Pengobatan Gratis

Demak, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Cabang Demak bekerjasama dengan Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama (RSI NU) Sabtu (21/4), menyelenggarakan pengobatan gratis untuk umum bertempat di Rumah Sakit Islam (RSI NU) Jl. Jogoloyo no.9 Demak.

Jelang Konfercab, LKNU Demak Gelar Pengobatan Gratis (Sumber Gambar : Nu Online)
Jelang Konfercab, LKNU Demak Gelar Pengobatan Gratis (Sumber Gambar : Nu Online)

Jelang Konfercab, LKNU Demak Gelar Pengobatan Gratis

Ketua yayasan Hasyim Asy’ari RSI NU Demak dr. Mashudi yang juga sebagai ketua panitia konferensi NU mengtakan  bahwasannya pengobatan gratis ini diselenggarakan termasuk  rangkaian kegiatan menjelang konferensi cabang NU Demak yang akan digelar padda tanggal 20 Mei mendatang,

“Ini merupakan kegiatan pra konferensi, Alhamdulillah direspon baik oleh pihak rumah sakit dengan melibatkan MWC se-Kabupaten Demak,” katanya. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Direktur RSINU dr. Nunuk Sri Lestari dalam laporannya menyampaikan pengobatan gratis ini terselenggara berkat kerjasama RSINU, LKNU Demak dan Global Fund dari pusat dikarenakan juga dalam rangka bulan kampanye TB mulai tanggal 24 Maret sampai dengan 24 April.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Jadi kegiatan terselenggara dalam rangka Hari Lahir RSI NU, Konferensi Cabang NU dan Hari Tubercollusi sedunia,” tuturnya.

Sedangkan ketua PCNU Demak, H Musadad Syarif dalam sambutannya menyampaikan, RSI NU merupakan rumah sakit milik warga NU dan bukan milik perseorangan. Di mana pengelolaannya menjadi tanggungjawab sepenuhnya PBNU dan dalam pelaksanaan keseharian secara ex officio PCNU Demak sebagai pengelola.

“Badan hukum RSI NU dan yayasan ini nanti sudah menjadi milik PBNU, sebagai pelaksananya adalah PCNU Demak,” Katanya sebelum meresmikan pembukaan sebagai tanda dimulainya pengobatan gratis. 

Musaddad menjelaskan, warga NU di Kabupaten Demak dalam berobat menjadikan RSINU sebagai rujukan pertama, dikarenakan RSI NU sudah menjadi milik Warga NU.

“Rumah sakit ini sudah milik warga NU, tidak milik pribadi, korporasi atau kelompok, jadi kalau orang NU berobat di sini, akan merasa nyaman seperti berobat di rumah sendiri," tegasnya.

Hadir dalam acara pembukaan pengobatan gratis, kepala Dinas kesehatan Kabupaten Demak, Pengurus Cabang NU Demak, Banom NU, direktur RSINU, tokoh masyarakat dan warga yang sudah antri menunggu dimulainya pengobatan.

Sebagai pembuka pemeriksaan kesehatan, secara simbolis dimulai dulu oleh ketua PCNU Demak yang diperiksa oleh dr. Muhtadi dan dilanjutkan dengan warga yang sudah antri sejak pagi.

Setelah pembukaan pengobatan gratis, pengurus NU dan tamu undangan langsung meninjau dan mengawasi pelaksanaan pengobatan.

Ri’ayati (45) warga Moro Demak merasa bangga dengan terselenggaranya pengobatan gratis oleh NU Demak, karena bisa sedikit membantu meringankan beban warga yang kurang mampu.

“Saya senang mas, saya dan rombongan bisa memanfaatkan kegiatan ini, sedikit banyak bisa meringankan beban, coba bayangkan kalau kita periksa di hari biasa, mahal mas,” katanya terbata-bata.

Untuk menghilangkan kejenuhan dan kepenatan, ratusan warga yang sedang menunggu disuguhi hiburan musik qosidah organ tunggal dan snack yang telah disediakan oleh panitia.

Redaktur     : Syaifullah Amin

Kontributor : A. Shiddiq Sugiarto

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Pertandingan, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 30 September 2014

Hari Sosial Muslimat Digelar

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Salah satu program yang dijalankan oleh Muslimat NU setiap tahun adalah Hari Sosial Nasional Muslimat (Harsosnas) yang digelar dari tingkat pusat sampai ranting.

Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Harsosnas biasa dilakukan setiap bulan Muharram. Tahun ini sudah ke-49. Muslimat dari tingkat pusat hingga ranting melakukan kegiatan sosial, yaitu santunan yatim piatu.

Hari Sosial Muslimat Digelar (Sumber Gambar : Nu Online)
Hari Sosial Muslimat Digelar (Sumber Gambar : Nu Online)

Hari Sosial Muslimat Digelar

Dalam ada acara santunan yatim piatu dan pembukaan pengajian majelis taklim di Pusdiklat Muslimat, Pondok Cabe, Jakarta, Ahad (16/12), Khofifah mengatakan, pesan yang ingin disampaikan Muslimat dalam setiap kegiatan Harsosnas ini, adalah ajakan kepada semua masyarakat Indonesia yang mampu agar mau berbagi dengan sesama, terutama kepada orang yang kurang mampu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Intinya adalah kasalehan sosial. Jika orang kaya di negeri ini mau membantu yang lemah, tentu tidak banyak anak di negeri ini yang putus sekolah,” jelas Menteri Pemberdayaan Perempuan era Gus Dur ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lebih lanjut, ia mengatakan, pesan lain yang ingin disampaikan Muslimat dalam Harsosnas, adalah ajakan menjaga kerukunan antar warga bangsa. “Tanpa kerukunan, kita akan kesulitan membangun bangsa ini,” katanya.

Melalui Harsosnas, Muslimat juga mengajak kepada semua masyarakat Indonesia untuk saling menjaga tali silaturrahim. “Dengan bangunan komunikasi yang kuat, kita tak akan mudah dipecah belah,” katanya.

Sementara itu, pada kegiatan santunan yang digelar PP Muslimat ini, ratusan anak yatim piatu mendapat sejumlah uang dan peralatan sekolah. Dana untuk kegiatan ini didapat dari para donator, terutama dari pengurus PP Muslimat yang diberi kelapangan rezeki.

“Kegiatan sosial seperti ini selalu digelar Muslimat untuk membantu anak-anak Indonesia yang kurang mampu. Semoga ini semua membawa manfaat,” kata Ketua Bidang Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup PP Muslimat NU, Asna Nelly Wahid.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Sumber ? : PP Muslimat

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tokoh PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 24 September 2014

IPNU-IPPNU Blimbingrejo Terbitkan Buletin An-Nariyah

Jepara, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Bilmbingrejo, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menerbitkan buletin bernama An-Nariyah baru-baru ini.

Buletin kebanggaan pelajar Blimbingrejo ini hadir untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi para pelajar maupun masyarakat secara umum, utamanya terkait dengan hukum Islam, seperti soal hukum dan dampak nikah di usia muda.

IPNU-IPPNU Blimbingrejo Terbitkan Buletin An-Nariyah (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Blimbingrejo Terbitkan Buletin An-Nariyah (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Blimbingrejo Terbitkan Buletin An-Nariyah

"Untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi pelajar NU di sekitar Desa Blimbingrejo yang selama ini kurang begitu faham betul mengenai hukum Islam" ujar Pemimpin Redaksi Buletin An-Nariyah Muhamad Ridho Maulana, Ahad (16/3).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ridho menjelaskan, media tersebut juga menyajikan beberapa materi pembahasan, seperti fiqih, ushul fiqih, dan tasawuf. “Lebih spesifik problem-problem yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Dikaji dari pandangan fiqih dan metode usul fiqih," kata santri lulusan Pesantren Salafiyyah Safiiyyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur ini.

Menurutnya, ini juga merupakan langkah responsif terhadap isu-isu yang berkembang saat ini tentang berbagai persoalan hukum Islam. Ridho berharap kehadiran buletin ini membuat para pelajar NU semakin cinta terhadap ilmu agama dan bersemangat dalam berorganisasi IPNU-IPPNU. (Yusrul Wafa/Mahbib)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Memproklamirkan ‘Ahlussunnah wal Bidah Hasanah’

Judul: Ahlussunnah wal Bidah Hasanah

Penulis: Tim Jurnal Kalimah

Penerbit: Lesbumi Yogyakarta

Memproklamirkan ‘Ahlussunnah wal Bidah Hasanah’ (Sumber Gambar : Nu Online)
Memproklamirkan ‘Ahlussunnah wal Bidah Hasanah’ (Sumber Gambar : Nu Online)

Memproklamirkan ‘Ahlussunnah wal Bidah Hasanah’

Cetakan: Mei 2008

Tebal: 169 halaman

Peresensi: A Khoirul Anam


PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kalangan Nahdliyin (warga organisasi Nahdlatul Ulama/NU), juga para kiai dan santri di pondok pesantren sering dihadapkan dengan gugatan kelompok yang menamakan diri ‘kelompok pemurnian Islam’ atau ‘kelompok modernis’. Mereka yang muncul belakangan ini ‘berteriak-teriak’ mengharamkan alias mencap sesat beberapa ritual peribadatan (ubudiyah) yang sudah lama dijalankan semenjak Islam pertama kali berkembang di Nusantara, seperti tahlilan, ziarah kubur, selamatan, selawat Nabi, perayaan Maulid Nabi, dan masih banyak lagi yang lainnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ada satu senjata andalan yang sering mereka todongkan yakni bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan: “Kullu bid’atin dholalah, wa kullu dhalalatin fin nar”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi: semua bid’ah atau perkara baru dalam beribadah itu adalah sesat dan semua kesesatan itu adanya di neraka.

Terkadang gugatan itu ditanggapi ditanggapi sambil lalu, terkadang malah didiamkan saja. Namun terkadang juga ditanggapi serius seperti ini: Bahwa kata ‘kullu’ dalam hadits Nabi di atas menurut kaidah kebahasaan tidak harus berarti ‘semua’ tetapi juga berarti ‘sebagian’. Kemudian dikutip juga kaidah Imam Syafi’i bahwa bid’ah itu ada dua, adakalanya ‘bid’ah hasanah’, adakalanya ‘bid’ah dhalalah’, bisa jadi baik, juga bisa saja sesat.

Kadang gugatan ditanggapi dengan sedikit rumit begini: ‘Bid’ah’ itu kata benda, tentu mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits Nabi di atas yang dalam ilmu balaghah dikatakan, “hadzfus sifat alal maushuf”, membuang sifat dari benda yang bersifat”. Seandainya dituliskan kata ’bid’ah’ maka terjadi dua kemungkinan: yang baik dan yang sesat. Dan seterusnya.

Namun kalangan penggugat tidak peduli dengan ilmu tata bahasa Arab yang rumit sebagai prasyarat memahami dalil hadits. ”Pokoknya yang bid’ah itu sesat, titik!” Dan itu terus bergulir sampai sekarang. Klaim bid’ah sesat betapa pun tetap menjadi tambahan pekerjaan bagi Nahdliyyin yang tidak mengenakkan, tidak berguna sama sekali.

Nah, ada selentingan yang menarik dari para penggiat Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi), lembaga kesenian NU di Yogyakarta. Dalam jurnal ‘Kalimah: Jalinan Kreatif Agama dan Budaya’ edisi pertama ini mereka mengangkat istilah ‘ahlussunnah wal bid’atil hasanah’. Seakan mereka memproklamirkan bahwa ‘kami ini memang kelompok ahli bid’ah hasanah’.

Selama ini klaim warga Nahdliyyin sebagai ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) atau pengikut setia Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya dianggap kurang menggigit; kurang membidik ke sasaran, karena kalangan ‘pemurnian Islam’ juga bisa mengkalim diri sebagai Aswaja. Sama saja ketika kalangan Nahdliyin menyebut diri sebagai pengikut ulama salaf, mereka juga sering menamakan diri sebagai kelompok salafi.

Maka proklamirkan saja kita sebagai ahli bid’ah hasanah, sekedar mengakhiri polemik, karena terma ’bid’ah’ lah yang selama ini terus menjadi andalan mereka. Lesbumi Yogyakarta sepertinya sedang mengkritik kalangan Nahdliyyin yang sering berlaku defensif dan bersibuk melayani gugatan kalangan ’pemurnian Islam’. Sekali lagi, perdebatan tentang bid’ah itu sama sekali tida berguna.

Memang, masih ada semacam ketakutan yang dibawa-bawa dari Tanah Arab sana, dimulai pada permulaan abad-20 saat berkembangnya faham Wahabi. Mereka sangat ketakutan dengan terma ’syirik’ atau menyekutukan Allah SWT sehingga apapun bentuk ibadah yang tidak diajarkan, atau segala bentuk laku hidup yang tidak pernah dicontohkan langsung oleh Nabi jangan dilakukan! Makam para sahabat Nabi yang bernilai historis diratakan agar tidak ada yang meminta-minta kepada arwah. Lalu, bermadzab atau mengikuti pendapat ulama dilarang, karena semua hal harus dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Hadits.

Untung saja waktu itu KH Hasyim Asy’ary, KH Wahab Chasbullah dan para kiai yang tergabung dalam ’Komite Hejaz’ (yang merupakan cikal bakal organisasi NU) segera mengirimkan surat kawat dan memohon dengan hormat kepada Raja Ibnu Saud agar menghargai perbedaan pandangan di kalangan umat Islam seluruh dunia, dan alhamdulillah dikabulkan.

Demikianlah. Namun ketakutan untuk berlaku ’syirik’ itu terus menjadi-jadi , apalagi ketika dicampuraduk dengan kepentingan politik. Bahwa semakin banyak pilihan dalam beribadah, semakin banyak pendapat ulama maka semakin sedikit kesempatan penguasa Arab untuk berlaku otoriter.

Tidak untungnya ketakutan itu terus menular ke Nusantara. Tidak untungnya lagi, kalangan anti bid’ah ini berpretensi menghapuskan apapun yang kelaku dalam tradisi masyarakat setempat (meskipun secara diam-diam mereka juga sering mengamalkan bid’ah itu). Oleh kalangan ini, Islam secara sadar kemudian selalu diidentikkan dengan segala sesuatu yang berbau Arab.

Tidak! Islam tidak bersifat lokal. Islam bukan hanya untuk orang Arab saja. Islam adalah rahmatan lil alamin, untuk umat sedunia.

Dengan memproklamirkan terma ‘ahlus sunnah wal bid’ah hasanah’ dalam jurnal Kalimah sepertinya para penggiat Lesbumi Yogyakarta ingin menyelesaikan perdebatan dengan gaya menantang, mengatakan bahwa "kami inilah pelaku bid’ah hasanah."

Jurnal Kalimah edisi ini semakin lebih bermanfaat dengan menghadirkan beberapa tulisan penting terkait terma tersebut, tentang keislaman di Nusantara. Tulisan budayawan Agus Sunyoto mengkaji proses pengembangan nilai-nilai keislaman melalui budaya Nusantara. K Muhaimin ingin “Menemukan Ruas Sambung Agama dan Budaya Lokal." M Jadul Maula membincang soal Islam dan tranformasi budaya lokal, sekedar meyakinkan bahwa para ulama Nusantara adalah benar-benar waratsatul anbiya, pewaris para Nabi. Anis Masduki menjelaskan Aswaja Nusantara sebagai model Aswaja yang benar-benar ‘hidup’ di tengah-tengah tradisi dan problematika umat Islam di Nusantara.

Para ahli bid’ah hasanah ini juga tidak tanggung-tanggung melakukan riset mengenai produk-produk bid’ah yang telah berkembang di Nusantara seperti hadrah, tradisi rumatan, tradisi alalabang, kenduren, dan konversi pewayangan. Ada juga biografi singkat mengenai sosok seorang ahli bid’ah hasanah di Nusantara, KH Soleh Darat.

Di awal perbincangan Lesbumi Yogyakarta mengingatkan kembali kiprah warga Nahdliyin di bidang kesenian. Para ulama telah berkompromi dengan para seniman. Bukan dengan cara memunculkan ‘seni Islami’ yang sangat sederhana dengan dengan mendata dan memamerkan simbol-simbol keislaman seperti sekarang ini, tetapi menjadikan seni sebagai saranan untuk mengembangkan nilai-nilai keislaman.

Mungkin saja, saat ini bidang kesenian kurang tergarap oleh kalangan Nahdliyin gara-gara terlalu sibuk menganggapi klaim bi’dah itu. Maka sekarang jangan sungkan-sungkan, katakan, ahlussunnah wal bid’atil hasanah. Kami ini adalah ahli bid’ah yang baik. Ini bukanlah ide, atau ajaran yang perlu dihafal diperdalam lalu dipaktekkan, tapi sebuah sikap dalam menghadapi berbagai persoalan dan gugatan yang tidak penting.

Peresensi adalah aktivis PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat MuhammadiyahDari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul Ulama, IMNU, Tegal PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 22 September 2014

NU Jateng Siap Musyawaroh, dari Politik hingga Harga Gabah

Cirebon, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah siap membahas persoalan pilitik dalam Bahsul Masail di acara Munas & Konbes NU di Kempek Cirebon.?

NU Jateng Siap Musyawaroh, dari Politik hingga Harga Gabah (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Jateng Siap Musyawaroh, dari Politik hingga Harga Gabah (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Jateng Siap Musyawaroh, dari Politik hingga Harga Gabah

Rais Syuriyah PWNU Jateng melalui Katib Syuriyah, KH Ubaidullah Sodaqoh ketika ditemui di lokasi Munas menjelamg acara pembukaan menyatakan, PWNU Jateng telah menyiapkan materi fiqhiyyah untuk membahas soal pemilihan umum, money politik, suap dan juga penentuan harga gabah oleh pemerintah.

"Kami siap membahas persoalan politik dan pemerintahan. Isu Pemilu san money politik akan kami bahas serius," ujar pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Kota Semarang ini, Sabtu (15/9).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Ubed (panggilan akrab katib syuriyah ini), menguraikan, pemilihan umum yang termasuk pemilihan presiden dan kepala daerah haruslah diselenggarakan untuk dan demi kemaslahatan umat. Apabila membawa mafsadat, maka harus ditinjau ulang sistem dan tata cara pemilihannya.?

Menurutnya, salah satu pasal yang patut dibahas adalah sistem pemilihan langsung atau pemilihan perwakilan. Ahli fiqih ini mengatakan, NU telah mendapat masukan berbagai pihak agar meninjau ulang sistem pemilihan kepala daerah secara langsung. ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di dalam sejarah Islam, sambung dia, hanya dikenal pemilihan model perwakilan. Itupun hanya berlaku untuk imam (pemimpin) tertinggi dalam negara. Yakni pengangkatan para khalifah yang terkenal sebagai khulafaur rosyidin.?

Adapun pemilihan kepala daerah, yakni gubernur, bupati/walikota, dalam masa khalifah ditunjuk oleh imam. Bukan dipilih langsung oleh rakyat.?

"Dari sejarah khalifah bisa diambil rumusan fiqih bahwa kepala daerah ditunjuk oleh imam atau sulthon. Dalam ranah Indonesia ya oleh presiden," sambung dia.

Sistem Perwakilan

Selain dasar fiqih tersebut, tambah adik kandung KH Haris Sodaqoh ini, faktor maslahat perlu jadi pertimbangan untuk meninjau ulang model Pilkada langsung. Jika melalui politik uang dengan membeli suara rakyat serta menjadi penyebab suburnya korupsi sebagai akibat dari modal pencalonan yang mahal, maka patut diganti sistem perwakilan atau bahkan penunjukan oleh presiden.

"Pilkada langsung jika membawa kerusakan, ada politik uang dan menimbulkan korupsi, bisa saja diganti sistem perwakilan atau bahkan penunjukan langsung," imbuhnya.

Adapun jika memakai sistem perwakilan, sebagaimana dulu pernah dilaksanakan, harus benar-benar melalui proses yang benar. Para pemilihnya adalah ahlul halli wal aqdi. Bukan orang fasiq.? ?

Maka menurutnya, tanggung jawab semua warga negara adalah memilih orang yang baik dan adil untuk menjadi anggota dewan sebagai wakil rakyat.

"Syarat pemilih sebagai perwakilan rakyat adalah orang yg ahlul halli wal aqdi, tegasnya.

Mengutip qoul Imam Ghozali, Ubed menukilkan, kerusakan umaro karena kerusakan ulama, dan kerusakan ulama karena hubbud dun-ya (kecintaan pada harta benda).

Ulama dalam definisi Al-Ghozali, menurut tafsirannya, adalah DPR/DPRD. Sebab fungsi ulama di zaman Al-Ghozali hidup adalah sebagai dean penasehat dan pertimbangan Sulthon. Juga sebagai pengawas pemerintahan.?

"Di zaman Imam Ghozali belum ada trias politica. Jadi ulama yang beliau katakan dalam konteks sekarang adalah DPR/DPRD. Jadi kita harus memilih anggota parlemen yang tidak serakah harta. Tentu tidak yang koruptor, tandas Ubed.

Harga Gabah Harus Menguntungkan Petani

Lebih lanjut Kiai yang senang berdiskusi di dunia maya ini menyebutkan, pihaknya akan mengawal Bahsul Masail tema ekonomi dan pemerintahan Diantaranya terkait penentuan harga gabah oleh pemerintah.

Dia jelaskan, pemerintah secara umum wajib menjamin kesejahteraan rakyat. Perlindungan kepada petani dan pengaturan perdagangan adalah bagian tanggung jawab pemerintah.

Jika pemerintah ingin mengatur harga gabah, harus yang menguntungkan petani. Bulog sebagai lembaga yang melaksanakan pembelian serta pedagang swasta perlu diatur agar membeli gabah petani dengan harga yang layak. Tidak boleh seperti selama ini. Jika petani panen harganya murah, tapi kala musim tanam harga bibit mahal sekali. Ditambah beban harga pupuk yang sering tidak terkendali.?

Kontributor: Ichwan

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam, Hadits, Nahdlatul PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah