Jumat, 10 Februari 2012

Perihal Keselamatan Agama di Luar Islam

Oleh M. Kholid Syeirazi

Sebagaimana ditunjukkan Al-Qur’an dan Hadits, Islam dapat dipahami dalam dua pengertian, yaitu semua agama tauhid yang dibawa para nabi dan rasul, dan nama bagi agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an menunjukkan kesatuan umat manusia, anak cucu Adam, yang menyembah Allah (QS. al-Anbiya’/21: 92) dan terikat penjanjian primordial untuk mengesakan-Nya (QS. al-A’râf/7: 172). Manusia kemudian terpecah-belah dan Allah mengutus para nabi dan rasul untuk menegakkan agama tauhid (QS. al-Baqarah/2: 213).

Perihal Keselamatan Agama di Luar Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Perihal Keselamatan Agama di Luar Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Perihal Keselamatan Agama di Luar Islam

Ibrahim adalah tokoh penting yang diutus Allah untuk memulihkan monoteisme. Ajaran nabi sesudahnya, termasuk Ismail, Ishak, Yakub dan keturunannya, Musa, ‘Isa, dan Nabi Muhammad adalah kesinambungan dari monoteisme Ibrahim (QS. Ali Imran/3: 84; QS. an-Nisa’/4: 125). Agama itu disebut sebagai Islam, yang arti generiknya adalah pasrah dan tunduk kepada Allah. Pengikutnya, dari dulu hingga sekarang, disebut sebagai Muslim/Muslimin atau ? ? (QS. al-Hajj/22: 78; QS. Ali Imran/3: 85, 52; QS. Al-Baqarah/2: 128; QS. Yusuf/12: 101; QS. An-Naml/27: 31; QS. Yunus/10: 84). Hanya Islam agama di sisi Allah (QS. Ali Imran/3: 19). Siapa yang mencari selain Islam sebagai agamanya, niscaya tertolak (QS. Ali Imran/3: 85). Menimbang konteks dan pertaliannya, dua ayat terakhir berbicara tentang Islam dalam makna generik, yaitu agama tauhid.

?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hadits sahih riwayat Bukhari-Muslim menegaskan kesatuan misi para nabi. Mereka semua adalah saudara seayah, berbeda-beda ibu, tetapi agamanya satu, yaitu agama tauhid atau Islam dalam pengertian asal:

? ? ? ? ? ? ? ? (? ?)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumlah nabi dan rasul banyak sekali. Kisahnya sebagian diceritakan oleh Al-Qur’an, sebagian besar tidak (QS. an-Nisa’/4: 164). Menurut riwayat, jumlah nabi mencapai 124.000 orang, sementara Rasul hanya 315 (Jalâluddin as-Suyûthi, Ad-Durrul Mantsûr fit Tafsîr al-Ma’tsûr. Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyah, 2000, h. 104-105). Nabi Muhammad menjelaskan kesinambungan ajaran para nabi. Perumpamaannya seperti rumah yang dibangun, yang terus disempurnakan dan diperindah, kecuali fondasinya yang tidak berubah. Menurut Nabi, agama yang dibawanya, Islam, adalah fondasi itu sendiri:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? : ? ? ? ? ? ? : ? ? ? ? ? (? ?)

Islam dalam pengertian kedua adalah nama agama yang dibawa Nabi dan Rasul pamungkas, yaitu Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an menyebut Islam sebagai agama sempurna yang dibawa Nabi Muhammad (QS. al-Maidah/05: 3). Islam bukan hanya telah disempurnakan doktrin-doktrin pokoknya (meliputi ? ? dan ? ?), tetapi agama yang menyempurnakan ajaran-ajaran Nabi sebelumnya. Islam hadir untuk mengembalikan manusia ke jalan yang lurus (? ?), jalan yang dilalui para Nabi, Rasul, dan orang-orang saleh. Dalam perjalanannya, jalan itu belok dan menyimpang karena dikorupsi para pengikutnya.Begitu Islam hadir, sebagianjalan (syariat) itu diganti atau diluruskan, sebagian lain dipertahankan, diakomodasi, dan diserap sebagai syariat Islam dengan sejumlah perubahan. ?

Jalan Keselamatan

Muncul pertanyaan, apakah kehadiran Islam yang dibawa Nabi Muhammad membatalkan atau me-nasakh jalan keselamatan lain di luar Islam? Artinya, selain Islam yang dibawa Nabi Muhammad, tidak ada keselamatan. Begitu Islam hadir, jalan keselamatan lain yang ada seperti Yahudi dan Nasrani otomatis tertutup dan tidak absah. Mereka semua celaka dan tempatnya kekal di neraka. Benarkah demikian?

Pertama, semua agama mengusung klaim keselamatan eksklusif, termasuk agama-agama samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam). Ketika Islam datang, Nabi bukan hanya ditolak oleh kaum pagan, tetapi juga oleh Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani). Mereka mengklaim agamanya yang paling benar dan pemeluk agamanya yang selamat.

Al-Qur’an (QS. al-Baqarah/2: 111) mencatat klaim Yahudi dan Nasrani yang mendaku paling berhak atas surga. Allah membantah klaim ini dan menegaskan siapa saja yang memasrahkan dirinya kepada Allah (? ? ?) dan berbuat kebajikan (? ?), baginya pahala di sisi Rabb-nya, tidak ada kekhawatiran, dan tidak pula bersedih hati (QS. al-Baqarah/2: 112). Di ayat lain, Allah menegaskan ganjaran itu tidak mengikuti angan-angan mereka (orang Islam dan Ahlul Kitab). Siapa saja yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dia akan masuk surga (QS. an-Nisa’/4: 124).

Klaim keselamatan eksklusif kaum Nasrani bertahan berabad-abad, menjelma dalam dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus (di luar Gereja, tidak ada keselamatan). Dalam Islam, klaim monopoli kebenaran juga berlaku. Banyak sekali ayat pendukung klaim kebenaran eksklusif. Bagi sebagian kelompok, QS. Ali Imran/3: 19, 85 serta QS. al-Maidah/05: 3 sering dipakai sebagai dalil kebenaran eksklusif Islam. Bagi sebagian yang lain, ayat-ayat itu justru menyimpan pesan-pesan Islam yang inklusif.

Kedua, untuk menjawab pertanyaan adakah di luar Islam jalan keselamatan atau pengampunan, saya ingin memulainya dengan sebuah hikayat. Salman al-Farisi, salah seorang sahabat Nabi ternama, dulunya adalah pemeluk Majusi sebagaimana umumnya orang Persia. Dia lantas bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yang mengajaknya menjadi pengikut Yesus dan mengajarinya kitab Injil. Suatu saat, ketika sedang berkunjung ke Baitul Makdis, sang pendeta berkata akan datang masanya seorang nabi pamungkas dari bangsa Arab. Dia berpesan agar Salman beriman dan menjadi pengikutnya bila berjumpa. Selain ada tanda kenabian di punggungnya, ciri lainnya adalah dia menolak sedekah, tetapi menerima hadiah.

Salman, bersama temannya—Ibn Malik, kemudian berangkat ke Madinah. Dia menjumpai Nabi dan mengitaribeliauuntuk mencari tanda kenabian di punggungnya. Nabi mengerti kehendak Salman dan menyingkap jubahnya. Di situ ada cap kenabian. Salman lantas membeli domba dan roti untuk diberikan kepada Nabi. Nabi bertanya, ‘apa ini?’ Dijawab Salman, ‘sedekah.’ Nabi menolak dan menyuruhnya diberikan ke orang lain. Salman lantas membeli lagi roti dan daging dan memberikannya kepada Nabi. Nabi bertanya, ‘apa ini?’ Dijawab, ‘hadiah.’ Nabi menerima dan mengajaknya makan bersama. Salman yakin inilah Nabi yang diceritakan pendeta itu. Dia lantas menceritakan perihal pendeta Nasrani dan teman-temannya. Mereka puasa, shalat, dan percaya bakal datangnya Nabi Muhammad yang diutus. Setelah Salman selesai memuji-muji mereka, Nabi berkata: “Hai Salman, mereka termasuk ahli neraka.” Salman merasa dunia gelap dan sesak dengan jawaban Nabi dan berkata: “Jika mereka menjumpaimu, mereka akan membenarkanmu dan mengikutimu.” Lantas turunlah ayat:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?(?: ?)?

“Sesungguhnya, orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Sabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekuatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Nabi lantas memanggil Salman, mengabarkan turunnya ayat ini dan berkata: “Siapa yang mati mengikuti agama Isa dan mati di (zaman) Islam sebelum mendengar risalahku, niscaya dia dalam kebaikan. Tetapi siapa sudah mendengar risalahku tetapi tidak mengimaniku, dia binasa”:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? .(? ?) ?

Hikayat ini diceritakan oleh Thabari dan as-Suyuthi dalam kitab tafsir mereka yang otoritatif, sebagai sebab turunnya QS. al-Baqarah/2: 62 (Lihat, Ibn Jarîr at-Thabarî, Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta’wil Âyi-l Qur’ân. Beirut: Dâr al-A’lâm dan Dâr Ibn Hazm, 2002, juz 1, h. 423-426; Jalâluddin as-Suyûthi, Ad Durrul Mantsûr fit Tafsîr al-Ma’tsûr. Beirut: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 2000, juz 1, h. 143-145). Ayat ini mengoreksi jawaban Nabi, menegaskan bahwa mereka (Ahlul Kitab) berhak atas pahala dan kebaikan mereka tidak akan sia-sia.

Menurut Ibn Abbas, ayat ini di-nasakh dengan QS. Ali Imran/3: 85, tetapi tidak menurut Thabari. Mengutip pendapat Ibn Abbas, Ar-Razi menyebut mereka yang beriman kepada Allah sebelum risalah Nabi Muhammad SAW seperti Qass Ibn Sa’idah, pendeta Bahira, Hubaib Ibn Najjar, Zayd ibn ‘Amr ibn Nufail, Waraqah ibn Nawfal, Salman al-Farisi, Abu Dzarr al-Ghifari, dan Negus—punya tempat dan pahala di sisi Tuhan (Muhammad ar-Râzi Fakhruddin, Tafsîr al-Kabîr wa Mafâtih al-Ghaib. Beirut: Dâr a-Fikr, 2005, juz 1 h. 102).

Dalam versi lain yang diriwayatkan Muslim, Nabi bersabda:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? (? ?) ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Ayat ini dan hadits Nabi menegaskan dua hal. Pertama, pahala mu’min sebelum datangnya Islam ditetapkan di sisi Tuhan. Kedua, mereka yang terjangkau risalah Nabi wajib tunduk, membenarkan, dan mengikuti. Sepuluh tahun sesudahnya, turun ayat dengan kandungan serupa:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

(?: ?)

“Sesungguhnya, orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, Sabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, maka tidak ada kekuatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Dua ayat ini sering dikutip sebagai dalil tentang ajaran Islam yang inklusif. Rashid Ridha, dalam Tafsîr al-Manâr, mengambil kesimpulan berani bahwa syarat keselamatan dan pengampunan adalah dua hal, yaitu iman yang benar dan berbuat baik. Kata Rashid Ridha (Tafsîr al-Manâr, Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1993, juz 1, h. 336):

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

Kesimpulan serupa diambil al-Ghazali bahwa rahmat dan ampunan Allah akan menjangkau orang beriman dan beramal saleh (Abû Hâmid Muhammad al-Ghazâlî, Faishal al-Tafriqah Baina-l Islâm wa-z Zandaqah. Damascus: Dâr al-Bairuty, 1993, h. 88). Pengampunan tidak berarti tidak diadili dan disiksa. Masing-masing orang akan dihisab sesuai iman, amal, dan perbuatannya. Kata al-Ghazali (ibid., h. 83):

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?.

“Rahmat Allah menjangkau umat-umat terdahulu, meskipun kebanyakan mereka akan dilemparkan (dulu) ke neraka: ada yang disiksa? ringan, disiksa sekejap, sesaat, atau semasa sehingga mereka bisa disebut sebagai delegasi neraka. Menurut pendapat saya, mayoritas umat Kristen Romawi dan Turki pada zaman sekarang tercakup rahmat Allah, insya Allah, yakni mereka yang berada di pelosok-pelosok negeri Romawi dan Turki yang tidak terjangkau dakwah (Islam).”

Islam diyakini sebagai agama yang paling benar, tetapi tidak semua orang terjangkau risalah Muhammad. Menurut al-Ghazali, ada tiga jenis kelompok orang terhadap dakwah Nabi. Pertama, mereka yang sama sekali tidak pernah mendengar dakwah Nabi Muhammad SAW. Meraka akan diampuni. Kedua, mereka yang telah mendengar risalah Nabi beserta bukti-buktinyata tetapi ingkar dan kafir. Mereka ini sesat dan akan disiksa kekal di neraka. Ketiga, mereka yang mendengar Nabi Muhammad, tetapi tidak menerima informasi yang lengkap tentang sifat dan kepribadiannya atau malah memperoleh versi yang buruk sejak kecil tentang Nabi yang pembohong. Mereka, seperti kelompok pertama, juga akan diampuni. Al-Ghazali juga menambahkan kategori lain yaitu orang yang terus mencari informasi tentang Islam (? ? ?) dan tidak ceroboh (? ?), tetapi menemui ajal sebelum menerima Islam (? ? ? ? ?). Ia akan diampuni berkat kasih sayang Allah. ?

Yang dilaknat oleh al-Qur’an adalah orang kafir yang zalim, congkak, dan mendustakan Nabi setelah melihat bukti-bukti yang nyata (?), seperti orang-orang kafir Quraisy dan sebagian Ahlul Kitab pada saat itu. Merekalah diancam akan dilempar ke neraka selama-lamanya, sebagaimana ditegaskan QS. an-Nisâ’/4: 115, 168; QS. al-A’râf/7: 40, QS. al-Baqarah/2: 161-162; dan QS. an-Nabâ’/78: 31-32.

Al-Qur’an menunjukkan bahwa kafir bukan sekadar persoalan doktrin yang sesat (kufur akidah), tetapi juga perilaku jahat dan culas serta congkak dan khianat sebagaimana ditunjukkan oleh Ahlul Kitab pada saat dakwah Nabi. Tidak semua Ahlul Kitab dicela al-Qur’an. Sebagian Ahlul Kitab disebut mukmin dan dipuji, meskipun mayoritas mereka adalah fasik (QS. Ali Imran/3: 110, 199). Mereka yang fasik adalah para pelaku korupsi, yang ‘mengorupsi’ firman Allah dengan melakukan tahrîf (QS. al-Baqarah/2: 75; QS. Ali Imran/3: 86; an-Nisa’/4: 46) dan juga yang memakan harta orang lain dengan batil, rakus, dan kikir (QS. at-Tawbah/9: 34). Terhadap sebagian Ahlul Kitab yang mu’min, baik, dan rendah hati, Allah menjanjikan pahala dan surga (QS. al-Mâidah/5: 82-85). Ahlul Kitab yang belum menerima risalah Nabi Muhammad, tidak boleh dipaksa konversi (QS. al-Baqarah/2: 256). Nabi bahkan menyerukan titik temu teologis (? ?) yaitu menyembah Allah dan tidak syirik (QS. Ali Imran/3: 64). Mereka yang tidak menunjukkan permusuhan dan berbuat jahat, Islam mengajarkan keharusan berbuat baik dan bersikap adil (QS. al-Mumtahanah/60: 8-9). ?

Lantas orang bertanya, lantas apa bedanya Muslim yang taat, yang mematuhi perintah dan menjauhi larangan, dengan non-Muslim yang tidak menjalankanshalat, tidak membayar zakat, tidak puasa dan pergi haji? Al-Qur’an menjelaskan bahwa kedudukan mereka berbeda-beda di akhirat. Mereka akan diadili sesuai dengan amal perbuatannya sebagaimana dijelaskan oleh QS. al-Hajj/22: 17:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? (?: ?)

“Sesungguhnya (kepada) orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Sabiin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.”

Orang-orang mu’min yang mengikuti syariat Nabi Muhammad SAW akan diganjar oleh Allah dengan surga dan diberi karunia terbesar untuk ‘menatap’ wajah-Nya. Itulahpuncak kebahagiaan (? ?) dan kenikmatan (? ?) yang diraih hamba Allah yang beriman dan bertakwa (QS. al-A’raf/7: 156). Sementara non-Muslim, menimbang kasih sayang Allah yang melebihi murka-Nya (perhatikan QS. al-An’âm/6: 54), akan mendapat ampunan setelah diadili dan dihukum, kecuali mereka yang congkak, korup, dan menentang risalah Islam setelah jelas baginya bukti dan kebenarannya seperti Abu Jahal dan Abu Lahab.? Mereka kekal di dalamnya.

Jika surga bertingkat-tingkat, surga bagi non-Muslim yang diberi ampunan mungkin lebih rendah tingkatnya dibanding surga bagi Muslim, sebagaimana dinyatakan al-Ghazali. Bisa juga mereka berada di al-A’râf, tempat tertinggi di antara surga dan neraka. Tercakup sebagai penghuni al-A’râf, kata al-Ghazali, adalah mereka yang tidak pernah merima risalah Islam, orang gila dan pengidap keterbelakangan mental, dan anak-anak orang kafir yang meninggal yang tidak pernah melawan maupun patuh kepada Tuhan selama di dunia (Abû Hâmid Muhammad al-Ghazâlî, Ihyâ Ulûmiddîn. Beirut: Dar al-Fikr, cet ke-3, tt, juz 4, h. 32). Hanya Allah yang tahu, dan Dialah yang Maha Berkehendak (? ? ?) untuk memindahkan manusia dari neraka ke surga (QS. Hud/11: 106-108).



Takhtim


Saya bukan seorang pluralis universalis yang menyatakan semua agama sama. Saya seorang inklusivis yang meyakini agama saya sebagai jalan keselamatan tetapi tidak menafikan jalan keselamatan agama lain dengan dua syarat kunci: iman dan amal saleh. Keselamatan bertingkat-tingkat menurut al-Ghazali (ibid., h. 26-33). Tingkat tertinggi adalah al-Fâizûn (?); mereka adalah mu’min arif (?) yang memperoleh kebahagiaan karena iman dan amalnya.

Tingkat kedua adalah an-Nâjûn (?) yaitu mereka yang diselamatkan karena ampunan Allah, tanpa kebahagiaan dan kemenangan (? ? ?). Mereka berdosa, tetapi diampuni. Kategori di bawahnya adalah? al-Mu’addzabûn (?), yaitu sekelompok pendosa yang masih menyimpan secuil iman. Mereka akan diangkat dari neraka setelah tuntas menerima penebusan. Kategori terbawah adalah al-Hâlikûn (?), yaitu kafir pencela yang akan dilaknat selama-lamanya (? ? ? ?). Pada akhirnya, berkat keluasan kasih sayang Allah, mereka semua akan masuk surga, kecuali segelintir kafir yang congkak, culas, zalim, dan dusta.

Saya bukan pengikut Zakir Naik yang menyatakan siapa saja yang di luar Islam akan celaka dan tempatnya kekal di neraka. Dalam logika Naik, orang sebaik Bunda Theresa, karena beragama Kristen, sama-sama penghuni neraka seperti Hitler atau Fir’aun. Jika tanpa kualifikasi, logika ini bertentangan dengan muatan QS. al-Baqarah/2: 62, QS. al-Mâidah/5: 62, QS. al-Hajj/22: 17, QS. al-Baqarah/2: 111, dan QS. Ali Imran/3: 199. Lebih adil untuk dikatakan bahwa siapa saja yang percaya Tuhan akan dihisab sesuai dengan amal dan perbuatannya. Setiap bulir kebaikan tidak akan sia-sia di sisi Tuhan, apa pun agamanya. Dan hanya Tuhan yang berwenang menghukum atau mengampuni hambanya yang bersalah.Wallahu a’lam.

Penulis adalah Sekretaris Jenderal PP ISNU



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian, Hikmah, RMI NU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PCNU Garut Gelar Dialog Publik Islam dan Masa Depan Bangsa

Garut, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebagai salah satu rangkaian acara peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-82 Nahdlatul Ulama , Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Garut melaksanakan kegiatan dialog publik yang bertemakan Islam, Perdamaian dan Masa Depan Bangsa. Kegiatan dilaksanakan pada Selasa (8/1) di SMK Maarif Garut.

Selain sebagai rangkai peringatan Harlah NU, kegiatan ini juga merupakan rangkaian kegiatan Lakpesdam NU Garut dalam program Kesetaraan, Toleransi dan Perdamaian. Demikain dilaporkan Kontributor PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Michael Zalath dari Garut, Jawa Barat.

Dalam khutbah iftitah Syuriah NU Kabupaten Garut yang disampaikan oleh KH. Drs. Agus Muhammad Sholeh menyatakan bahwa perdamaian merupakan harga mutlak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PCNU Garut Gelar Dialog Publik Islam dan Masa Depan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Garut Gelar Dialog Publik Islam dan Masa Depan Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Garut Gelar Dialog Publik Islam dan Masa Depan Bangsa

Menurutnya, inilah misi yang diemban oleh Nahdlatul Ulama, menegaskan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Dijelaskannya, NU yang selama ini dianggap sebagai organisasi “tradisional”, jauh-jauh hari sebelum Indonesia merdeka menyatakan bahwa negara Indonesia adalah Darussalam.

Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh NU pada tahun 1935, sepuluh tahun sebelum Indonesia merdeka. Menurut kiai Agus, ini menunjukkan keluasan pemikiran kiai-kiai Nahdlatul Ulama, jauh dari anggapan beberapa pihak selama ini.

Ditambahkannya, rangkaian kegiatan harlah ini merupakan upaya Nahdlatul Ulama dalam menegaskan pemahaman Islam Ahlussunnah wal jamaah yang akan memberikan warna tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, khususnya di Garut dan lebih luasnya negara Indonesia, bahkan dunia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sejalan dengan kiai Agus, ketua PCNU Kabupaten Garut, H Sirojulmunir dalam sambutannya menegaskan bahwa Islam turun ke dunia untuk mengatur kehidupan manusia agar selamat dunia dan akhirat, dan NU adalah potret Islam yang menunjukkan kedamaian sesuai dengan ajaran agama yang menyatakan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam perjalanannya NU harus semakin berdaya dan memberdayakan warganya dan seluruh umat manusia. Menurut Ceng Munir – begitu ia biasa disapa – apabila NU telah maksimal dan semakin berdaya, maka dengan sendirinya permasalahan umat akan ikut terselesaikan. Hal ini menurutnya, karena Nu tidak sekedar megurusi permasalahan keagamaan saja, tetapi menyentuh segala aspek kehidupan.

Dalam sesi dialog publik, pembicara yang ditampilkan adalah Khamami Zada dari PP Lakpesdam, Drs Samhari dari PCNU Garut, Drs Wowo Wibowo dari Pemda Garut yang mewakili Wakil Bupati Garut dan Pepen Fauzan mewakili FKUB yang juga seorang peneliti masalah-masalah sosial.

Dalam dialog publik terungkap adanya banyak konflik yang terjadi dengan mengatasnamakan agama, namun sesungguhnya ada dimensi lain yang tidak bias dilupakan. Sesungguhnya dimensi lain itulah yang seringkali menjadi penyebab utama dari sebuah konflik, sedangkan agama selalu menjadi kambing hitam yang selalu dipersalahkan, sehingga agama yang sesungguhnya menjadi alat perdamaian menjadi alat legitimasi berlakunya kekerasan. (mzl)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah, Doa, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 26 Januari 2012

Cerita Kesaktian Bendera dan Stiker NU

Tangerang Selatan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah?



Bendera Nahdlatul Ulama (NU) terpancang di pagar besi ? bercat putih yang agak memudar di sebuah rumah, di kawasan Legoso, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Rumah yang didominasi warna krem berlantai marmer dengan halaman kecil ini adalah sekretariat Ikatan Keluarga Mahasiswa Raudhatul Ulum (Ikamaru) wilayah Jakarta dan Sekitarnya. Ikamaru adalah organisasi yang mewadahi para santri alumni pesantren itu, yang menempuh studi di kampus-kampus yang tersebar di seluruh Jabodetabek.

Cerita Kesaktian Bendera dan Stiker NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Cerita Kesaktian Bendera dan Stiker NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Cerita Kesaktian Bendera dan Stiker NU

Pada Ahad (27/8) sore hingga malam, putra dan putri Ikamaru bersama pegiat lain berkumpul di sekretariatnya mengikuti acara Pungkasan Wulan Nyarung dengan agenda Khotmil Qur’an bi al ndhor dan bincang santai bertema “Semua (Ber)korban pada Waktunya”. Kegiatan ini rutin diadakan setiap Ahad akhir bulan oleh Nyarung.id, sebuah website yang menjadi saluran para santri dalam merawat tradisi pesantren.

Mengenai keberadaan bendera NU di sekretariat Ikamaru itu sudah ada sejak pertama kali mereka mengontrak rumah di jalan Lurah Disah No.27 Legoso, Tangsel itu. Hal ini tak lepas dari kultur para santri Ponpes Raudlatul Ulum yang lekat dengan tradisi NU. Tradisi tersebut terus mereka hidupkan hingga saat merantau dan bertahan hidup di Ibukota. Di antaranya, setiap Kamis sore atau malam Jumat, mulai pukul 16.00, mereka rutin menggelar acara pembacaan Yasin dan Tahlil, dilanjutkan dengan pembacaan salawat dan kitab Albarzanji hingga berakhir sekitar pukul 22.00.?

Tak hanya itu, mereka juga rutin menggelar pengajian kitab-kitab kuning, seperti Ta’limul Muta’alim, Bidayatul Hidayah, Kifayatul Akhyar, Tafsir Yasin dan lain-lain setiap malam Sabtu dan Ahad. Hingga saat ini, pengajian tersebut dipandu oleh Ustadz Purnomo, alumnus Raudlatul Ulum yang juga magister di Institut Ilmu al-Quran, Ciputat. Kegiatan itu diikuti oleh seluruh anggota Ikamaru dari seluruh Jabodetabek.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Masih terkait dengan logo NU di Ikamaru, Slamet Widodo, salah satu lulusan UIN Jakarta yang juga anggota Ikamaru, menceritakannya. Menurut dia, atribut NU, baik bendera maupun sekadar stiker, seakan wajib terpasang di sekretariat, terutama sejak peristiwa beberapa waktu lalu, sekitar Oktober 2015.?

“Karena bendera dan stiker NU itu “sakti”. Kita terhindar dari kecurigaan tetangga,” katanya.

Kala itu, lanjutnya, anak-anak Ikamaru baru pindah tempat sekretariat di kawasan Cirendeu, Tangerang Selatan. Seperti biasa, tiap malam Jumat mereka menggelar pembacan Yasin dan Tahlil dilanjutkan dengan al-Barzanji lengkap dengan iringan hadroh.?

Sehari setelahnya, Slamet Widodo yang hendak membeli sesuatu di warung samping sekretariat mendapat teguran atau tepatnya dicurigai sebagai kelompok teroris. Karena memang masa itu tengah merebak isu seputar kelompok radikal seperti ISIS dan sebagainya.?

“Waktu saya ke warung samping, saya dipanggil sama Pak RT. Saya ditanya, ‘Mas (orang yang tinggal di rumah kontrakan) ini kelompok apa? Bukan teroris, kan?’ Saya kaget dan saya jawab, ‘bukan Pak. Kami anak-anak NU’. Soalnya kalau saya jawab Raudlatul Ulum nanti dia malah tambah nggak tahu,” ujar Widodo.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Setelah saya jawab kita dari NU, lanjut Widodo, pak RT langsung paham. Dia bilang, ‘oh NU. Maaf sebelumnya, kita kan nggak tahu. Soalnya sekarang lagi rame teroris. Kalau NU mah kita paham,’ kata Pak RT.?

Gara-gara itu, Widodo langsung mencari stiker logo NU, kemudian menempelnya di kaca jendela depan sekretariatnya. Setelah kejadian itu, RT dan warga setempat pun merasa tenang. Mereka bahkan selalu mengundang anak-anak Ikamaru ketika warga atau RT setempat menggelar yasinan, tahlilan atau tasyakuran. (MSW/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 16 Januari 2012

“Karisma Hadhramaut dalam Ideologi ke-Indonesia-an”

Seiyun, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Forum Lingkar Pena (FLP) Hadramaut yang beranggotakan para pelajar Indonesia menggelar "Pentas Seni Islami" atas kerjasama Ibn Obaidillah Islamic Center di kota Seiyun.

Acara Rabu (20/3) lalu seyogyanya ditujukan untuk memperingati harlah ke-16 FLP ini bertajuk "Karisma Hadhramaut dalam Ideologi Ke-Indonesia-an."? Grand opening mencuplik senandung Al-Quran yang mencerminkan kandungan pentas seni Islami.

“Karisma Hadhramaut dalam Ideologi ke-Indonesia-an” (Sumber Gambar : Nu Online)
“Karisma Hadhramaut dalam Ideologi ke-Indonesia-an” (Sumber Gambar : Nu Online)

“Karisma Hadhramaut dalam Ideologi ke-Indonesia-an”

Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian lelaki dan perempuan dan menjadikan kalian beragam suku dan budaya agar kalian saling mengenal, sungguh yang paling mulya diantara kalian adalah mereka yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Mewaspadai." (Al Hujurat : 13)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Habib Muhammad Hasan Ibnu Ubaidillah, direktur utama Ibn Obaidillah IC mempersilahkan kepada Miqdarul Khoir, ketua FLP Hadhramaut untuk menyampaikan sepatah dua kata mengiringi pembukaan acara.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Marilah kita telaah kembali sejarah nenek moyang kalian dengan bahasa modern, bahwa bilamana suatu relasi ini didirikan atas nama Allah, maka hubungan tersebut akan kekal, berbeda halnya jikalau relasi tersebut dibangun atas nama material, maka tak heran suatu ketika akan berujung pertumpahan darah," katanya mantap.

Sebelum memasuki inti pentas, hadirin sempat dikejutkan dengan film dokumenter berjudul "Hadharim fi Indonesia" yang dicuplik dari channel Al Jazeerah. Sebuah video singkat yang mengungkap pengaruh masyarakat Hadhramaut dalam seluruh element kehidupan Indonesia.

Acara berlanjut dengan pembacaan syair oleh Ahmad Fathur Rahman. Mahasiswa universitas Al Ahgaff ini sukses menitikan air mata mayoritas hadirin malam itu. Gubahan baitnya meranakan kalbu pendengarnya.

Apalagi disusul pencitraan biografi ulama fenomenal dari kota Teris, Hadhramaut, yang akhirnya berhijrah dan berhasil mengubah pola kehiduan masyarakat Palu. Habib Idrus bin Salim Al Jufri, pendiri pesantren Al Khairat, Palu Sulawesi Utara. Habib Alwi Al-Atthas yang merupakan salah satu santri di pesantren tersebut mengungkapkan bahwa tanpa beliau, kota Palu tak akan seperti kota Palu yang sekarang.

Tak kalah mengesankan, dialog interaktif antar hadirin dibuka setelah habib Zainal Aibidin Al Haddar bercerita tentang napak tilas hijrah masyarakat cadas tandus Hadhramaut ke Gujarat hingga akhirnya berujung penyebaran Islam di Indonesia.

Euforia pentas seni yang dihadiri lebih dari 100 orang dari berbagai Negara tersebut mengundang simpatik Habib Ali bin Salim Al Haddad untuk turut aktif menyumbang riset ilmiahnya tentang prestasi Hadhramaut dalam kemajuan Indonesia.

"Sayangnya terjadi pemutar balikan fakta yang menyatakan bahwa hijrahnya para musafir Hadhramaut hanyalah berdasarkan asas dagang, padahal jauh sebelum mereka ada Fatimah binti Maimun pada tahun 700 H menyebar benih Islam, hanya saja sejarah terkesan menutup-nutupi tujuan asal mereka, yaitu berdakwah," pungkasnya menutup.

Acara pentas seni ditutup dengan marawis dengan lagu khas Hadhramaut yang dipandu oleh Shautul Muhibbin, grup marawis dan rebana Asosiasi Mahasiswa Indonesia (AMI Al Ahgaff). Turut hadir dekan fakultas Syareat dan Hukum universitas Al Ahgaff, Dr. Muhammad bin Abdul Qodir Alydrus, delegasi universitas Hadhramaut for Sains and Technology, ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI Yaman) cabang Hadhramaut, Pandi Yusron serta delegasi lembaga kedaerahan lainnya, seperti Padjajaran Jawa Barat, Sulawesi, GAMA Jatim, PPJJ Jateng dan Yogyakarta dan Opisi Sumatra.?

Redaktur ? ? : A. Khirul Anam

Kontributor: Adly Al-Fadlly*

*Koordinator Kaderisasi FLP Hadhramaut

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Halaqoh, Syariah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 07 Desember 2011

Muslimat NU-LDNU Buka Pelatihan Aswaja dan Empat Pilar

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pimpinan Pusat Himpunan Da‘iyah Muslimat NU (PP Hidmat NU) dan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (PP LDNU) membuka pelatihan keaswajaan dan empat pilar di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya nomor 164, Jakarta Pusat, Juma‘at (19/7) siang.

Muslimat NU-LDNU Buka Pelatihan Aswaja dan Empat Pilar (Sumber Gambar : Nu Online)
Muslimat NU-LDNU Buka Pelatihan Aswaja dan Empat Pilar (Sumber Gambar : Nu Online)

Muslimat NU-LDNU Buka Pelatihan Aswaja dan Empat Pilar

Pembukaan pelatihan dihadiri oleh sedikitnya seratus peserta. Pelatihan berlangsung 19-21 Juli 2013 di Kantor PBNU lantai delapan.

Pelatihan dibuka oleh Ketua PP Hidmat NU Hj Mahfudzoh Ali Ubaid, Ketua PP LDNU Zaki Mubarok. Pelatihan disaksikan langsung oleh Walikota Jakarta Pusat Saepullah yang menyambut baik pelatihan tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara pemateri awal keaswajaan ialah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Ia menjelaskan kedudukan dan sanad ahlusunnah wal jama‘ah NU sebagai rantai keilmuan sampai kepada Rasulullah.

“Jadi sebagai orang NU peserta harus yakin dengan akidah aswaja yang dipertanggungjawabkan kebenarannya,” kata KH Said Aqil setelah menyebutkan kebesaran para ulama berikut sejumlah karya mereka.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Peserta terdiri dari kader Muslimat NU dan nahdliyin. Salah seorang Pengurus Cabang Muslimat NU Jakarta Selatan Rosanih menjelaskan bahwa setengah peserta dihadiri oleh lima PC Muslimat NU di Jakarta.

“Saya ke sini mau menuntut ilmu, terlebih lagi di bulan puasa,” kata Rosanih asal Ciganjur Jakarta Selatan kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Penulis: Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah, Sholawat, Kyai PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 01 Desember 2011

Maulid Nabi, Muslimat NU Probolinggo Santuni Fakir Miskin

Probolinggo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pimpinan Cabang Muslimat NU Kota Probolinggo, Kamis (8/12) memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Kantor PCNU Kota Probolinggo. Dalam kesempatan tersebut, Muslimat NU juga memberikan santunan berupa paket sembako kepada fakir miskin.

Maulid Nabi, Muslimat NU Probolinggo Santuni Fakir Miskin (Sumber Gambar : Nu Online)
Maulid Nabi, Muslimat NU Probolinggo Santuni Fakir Miskin (Sumber Gambar : Nu Online)

Maulid Nabi, Muslimat NU Probolinggo Santuni Fakir Miskin

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini diikuti oleh 100 orang peserta terdiri dari pengurus cabang, pimpinan anak cabang (PAC), pimpinan ranting (PR) dan para kaum dhuafa se-Kota Probolinggo. Tampak pula Ketua PC Muslimat NU Kota Probolinggo Siti Aminah beserta segenap jajaran pengurus.

Sekretaris PC Muslimat NU Kota Probolinggo Musyarofah Ubaidi mengatakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus santunan kepada fakir miskin ini bertujuan mengingatkan kembali kelahiran, kehebatan, sepak terjang? dan? perjuangan Nabi? Muhammad SAW.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Serta mempererat ukhuwah persaudaraan dan menjalin hubungan silaturrahim antarwarga masyarakat. Disamping juga menumbuhkan semangat syiar? Islam di kalangan Muslimat NU yang ada di Kota Probolinggo," katanya.

Terkait dengan santunan kepada fakir miskin Musyarofah menegaskan bahwa hal ini merupakan salah satu bentuk kepedulian dari para pengurus Muslimat NU untuk berbagi kepada masyarakat yang kurang mampu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Harapan kedepan? warga? muslimin dan muslimat dapat semakin memperkokoh hubungan persaudaraan umat? Islam serta semakin meningkatkan ibadah, iman dan ketaqwaan kita kepada? Allah SWT," harapnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 25 November 2011

PMII Rayon Ashram Bangsa Bentuk Kader Sadar Gender

Yogyakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pergerakan Mahasiswa Islam Indoesia (PMII) Rayon Ashram Bangsa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan Sekolah Feminis dengan tema Membentuk Karakter Kader PMII yang Progresif, Transformatif dan Berkesadaran Gender di Pondok Pesantren Hidzhul Biah Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, 28-29 Desember 2013.

Sekolah feminis ini diikuti puluhan kader PMII Rayon Ashram Bangsa dari berbagai angkatan, baik perempuan maupun laki-laki. Kegiatan ini dimotori Komunitas Perempuan Syariah (Kapas) sebagai badan semi otonom rayon yang menangani keperempuan. Paserta tak hanya disuguhi sejumlah teori tapi juga dihadapkan dengan studi kasus.

PMII Rayon Ashram Bangsa Bentuk Kader Sadar Gender (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Rayon Ashram Bangsa Bentuk Kader Sadar Gender (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Rayon Ashram Bangsa Bentuk Kader Sadar Gender

"Sekolah Feminis ini dilaksanakan bukan sebatas pemahaman tentang gender semata. Lebih dari itu kami ingin membuktikan bahwa kader perempuan PMII Ashram Bangsa mampu mempunyai nilai tawar terhadap publik,” ujar Naya, Ketua Kapas PMII Rayon Ashram Bangsa dalam sambutannya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut dia, sebagai generasi yang dibesarkan dalam lingkungan NU, pihaknya ingin meyampaikan kepada masyarakat bahwa Islam di Indonesia adalah agama yang ramah terhadap perempuan.

Naya mengungkapkan, generasi muda PMII saat ini khususnya perempuan mulai enggan mengaji tentang gender karena dianggap sebagai bentuk perlawanan. Padahal, gender berbicara mengenai hak. Atas dasar itulah PMII Rayon Ashram Bangsa mengadakan Sekolah Feminis untuk kalangan kader-kader PMII khususnya perempuan. (Abdul Rahman Wahid/Mahbib)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hikmah, Ubudiyah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah