Sabtu, 07 Agustus 2010

Pak Ud Wasiati NU agar Hadang Ideologi Transnasional

Surabaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tidak ada yang tahu bahwa pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KHM Yusuf Hasyim, beberapa lama sebelum meninggal, pernah berwasiat kepada Ketua Umum PBNU KHA Hasyim Muzadi untuk menghadang ideologi transnasional, seperti liberalisme Barat dan kekerasan Timur.

"Sim (Hasyim), kami harus dapat memotong ideologi transnasional itu, karena ideologi transnasional itu dapat merusak NU dan Indonesia," ujar Hasyim Muzadi menirukan wasiat almarhum Pak Ud.

Pak Ud Wasiati NU agar Hadang Ideologi Transnasional (Sumber Gambar : Nu Online)
Pak Ud Wasiati NU agar Hadang Ideologi Transnasional (Sumber Gambar : Nu Online)

Pak Ud Wasiati NU agar Hadang Ideologi Transnasional

Itulah ungkapan Hasyim Muzadi saat berpidato dalam peringatan 100 hari wafatnya Pak Ud di kantor PWNU Jatim, Surabaya (29/4), yang dihadiri Ir KH Solahuddin Wahid (pengasuh Tebuireng), KH Tholchah Hasan (mantan Menag), dan Slamet Effendy Yusuf (politisi Golkar/ mantan Ketua Umum PP Ansor).

Menurut mantan Ketua PWNU Jatim itu, Pak Ud menilai ideologi transnasional itu sama-sama berbahaya, baik ideologi transnasional yang datang dari Barat maupun dari Timur.

"Karena itu, pemerintah juga harus ’memotong’ masuknya ideologi transnasional itu, sebab liberalisme dari Barat maupun Islam ideologis dari Timur juga sama-sama merusak. Pemerintah harus menggunakan Pancasila sebagai ideologi yang membatasi," paparnya.

"Pak Ud itu selalu bervisi NU, baik beliau menjadi pengurus atau tidak, karena itu saya kira apa yang dilakukan dan disampaikan patut dipegang teguh. Akhirnya, saya berkeliling ke Barat dan Timur Tengah untuk mengkampanyekan NU sebagai ideologi alternatif," ucapnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hasyim pun menyebut kedatangannya ke "ground zero" di New York, AS (lokasi pengeboman WTC pada 9-11-2001) untuk menolak "kekerasan" dari Islam ideologis dan kedatangannya ke Irak, Iran, dan Palestina untuk menolak "kekerasan" dari liberalisme ala Barat. (ant/eko)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah, Fragmen, Makam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 03 Agustus 2010

Naik Haji ‘Bersama’ Kekasih Allah

Ibadah haji menempati urutan terakhir dari beberapa rentetan rukun Islam, haji sedikit berbeda dengan rukun-rukun Islam yang lain. Ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup, dan itupun berlaku kepada orang yang mampu saja, baik secara fisik maupun materi. Keadaan atau keputusan Islam ini memacu semangat juang sebagian kaum muslim yang berada pada taraf ekonomi menengah ke bawah, mereka berusaha sekuat tenaga dan sabar dalam mengumpulkan dana untuk menjadi tamu Allah.

Pada tahun 2017 ini, ada beberapa kisah calon jamaah haji yang taraf ekonominya bisa dibilang cukup rendah, akan tetapi mereka berhasil mendaftar haji dengan menabung selama puluhan tahun. Di Klaten Jawa Tengah misalnya, Ngadiman Yitno Samito, seorang tukang becak ini berhasil melaksanakan rukun Islam yang terakhir setelah menabung selama 20 tahun dari hasil mengayuh becak. Lebih lama menabung dari Ngadiman, ada Mansyur yang berprofesi sebagai tukang jahit, pria yang berasal dari Banjarnegara Jawa Tengah itu bisa melaksanakan ibadah setelah menabung selama 27 tahun. Selain untuk membiayai keluarga, hasil kerja keras dari usaha kecil-kecilan mereka sisihkan untuk menabung. Sungguh proses dan usaha yang begitu lama mereka lakukan hanya untuk memenuhi rukun Islam yang kelima.

Perjuangan dan kerja keras untuk mengunjungi Rumah Allah tidak hanya terjadi pada sebagian warga Indonesia saat ini, akan tetapi Nabi Muhammad dan para sahabatnya dulu juga mengalami hal serupa. Pada tahun 6 H/628 M Rasulullah bersama sekitar 1.400 kaum Muslim yang berangkat dari Madinah berniat untuk mengunjungi Makkah, setibanya di Hudaibiyah kedatangan mereka ditolak oleh kaum musyrik Quraisy yang menguasai kawasan Makkah waktu itu. Terjadilah perundingan di antara kedua belah pihak, dan disepakati beberapa perjanjian Hudaibiyah, salah satunya Rasulullah beserta rombongannya baru bisa mengunjungi Kota Makkah selama tiga hari pada tahun berikutnya (hal. 255).

Naik Haji ‘Bersama’ Kekasih Allah (Sumber Gambar : Nu Online)
Naik Haji ‘Bersama’ Kekasih Allah (Sumber Gambar : Nu Online)

Naik Haji ‘Bersama’ Kekasih Allah

Perjalanan panjang yang sangat melelahkan harus ditambah dengan kekecewaan yang mendalam, Umar ibn Al-Khattab termasuk sahabat yang merasa tidak puas dengan isi perjanjian Hudaibiyah, karena kaum Muslim seperti direndahkan, padahal kaum Muslim berada pada kebenaran sedang orang-orang musyrik berjalan di atas kebatilan. Umar ibn Al-Khattab pun mengajukan beberapa keberatannya kepada Rasulullah dan Abu Bakar, akan tetapi Rasulullah tetap berpegang pada isi perjanjian Hudaibiyah, sehingga pada tahun itu beliau bersama rombongannya harus kembali ke Madinah.

Hal ini nampaknya memberikan isyarat kepada kaum Muslim, bahwa terkadang memang tak mudah untuk menapakkan kaki di Tanah Suci Makkah, butuh perjuangan dan tekad yang bulat, apalagi bagi mereka yang memiliki taraf ekonomi rendah. Kisah Ngadiman Yitno Samito dan Mansyur di atas mungkin sedikit bisa memberikan motivasi bagi mereka yang taraf ekonominya rendah tetapi memiliki keinginan yang luar biasa untuk menjadi tamu Allah.

Dalam sejarah disebutkan bahwa Rasulullah pertama kali melaknasanakan ibadah haji pada tahun 10 H. pada akhir-akhir bulan Dzulqa’dah Rasulullah mulai berkemas-kemas untuk berangkat, menyiapkan bekal perjalanan, memakai wangi-wangian, dan mengenakan mantel. Sebelum niat berihram, beliau terlebih dahulu mandi, kemudian ‘Aisyah binti Abu Bakar Al-Siddiq memercikkan wewangian ke tubuh dan kepala beliau, hingga tetesan wewangian itu terlihat meleleh di anak-anak rambut dan jenggot, dan beliau tidak membasuh tetesan wewangian itu. Pada tanggal 4 Dzulhijjah 10 H, setelah memasuki Masjid Al-Haram beliau langsung melaksanakan tawaf mengelilingi Ka’bah, lalu dilanjutkan dengan melaksanakan sa’i antara Shafa dan Marwah tanpa bertahallul, karena beiau berniat melaksanakan Haji Qiran (hal. 268).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain menjelaskan tentang bagaimana kisah Rasulullah bersama para sahabat menunaikan ibadah haji yang dikemas dalam 20 bab, penulis juga mengutip pesan Ali Syariati dalam karyanya, Haji. Menurut Ali Syariati, yang terpenting dari ibadah haji adalah kesungguhan untuk menangkap pesan sejarah dari tokoh-tokoh yang diperankan, dengan tokoh utamanya: Nabi Ibrahim. Perjalanan hidup beliau senantiasa dicurahkan hanya kepada Allah, meski begitu beliau tetap harus menerima beberapa cobaan dan ujian dari Allah, dengan diperintahkannya menyembelih putra kesayangannya (hal. 251).?

Dengan kata lain, Muslim sejati dan apalagi sudah berpredikat sebagai “pak haji” harus selalu tabah dan memasrahkan semuanya kepada Allah ketika ia ditimpa suatu musibah, bisa saja saat itu Allah menguji kesabarannya. Muslim sejati tidak bisa berlomba-lomba dengan ketetapan dan ketentuan Allah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ibadah haji juga sebagai simbol kesederajatan sesama manusia, karena pada waktu pelaksanaannya semua jamaah haji sama-sama berdiri di hadapan Khalik-Nya dalam pakaian yang sama, tanpa perbedaan satu dengan yang lain. Sikap ini selayaknya harus tetap dipelihara sampai kembali pada kampung halamannya, sehingga “pak haji” tidak merasa “tinggi” sendiri dan tidak serta merta merendahkan dan apalagi menghina orang-orang di sekitarnya. Para kerabat, sanak family, dan tetangga sebenarnya mengharap “pak haji” atau orang yang pulang dari Tanah Suci sebagai sosok Nabi Ibrahim di kampung halaman mereka.

Data Buku

Judul : Pesona Ibadah Nabi: Shalat, Zakat, Puasa, Haji

Penulis : Ahmad Rofi’ Usmani

Penerbit : Mizan Pustaka

ISBN : 978-602-1337-35-6

Tebal : 346 Halaman

Peresensi: Saiful Fawait, Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika), Sumenep.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai, Halaqoh, Humor Islam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kesaksian Gus Mus Tentang KH Ali Maksum

Bantul, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Di mata KH. A Mustofa Bisri, KH. Ali Maksum adalah seorang kiai yang tidak hanya memiliki keilmuan tinggi tetapi juga dermawan terhadap para santri.

Kesaksian Gus Mus Tentang KH Ali Maksum (Sumber Gambar : Nu Online)
Kesaksian Gus Mus Tentang KH Ali Maksum (Sumber Gambar : Nu Online)

Kesaksian Gus Mus Tentang KH Ali Maksum

Pejabat Rais Aam PBNU yang akrab disapa Gus Mus ini menyampaikan hal tersebut dalam acara Haul KH. Ali Maksum Ke-25 di Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Senin (10/3).

“Hanya di pesantren Krapyak sini, santri kehabisan uang malah pinjam kiainya. Dulu itu, di setiap sudut pesantren dipasangi speaker timbal balik. Ketika Pak Ali ngendikan (bicara), bisa didengar santri dan begitu pun sebaliknya. Jadi Pak Ali itu tahu semua tingkah polah santri-santri. Jika ada santri yang malu-malu pinjam sama Pak Ali, santri itu bicara ? di dekat speaker. Bilang kalau enggak punya uang. Masyaallah, Pak Ali yang mendengar keluhan santri tersebut langsung meminjaminya. Kalau tidak Pak Ali tidak mungkin ada,” kenang Gus Mus.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tidak hanya itu saja, kedermawanan KH. Ali Maksum juga tampak ketika Rais Aam PBNU 1980-1984 ini mengikhlaskan semua barang-barangnya yang diambil oleh santri. “Semua barangku yang diambil oleh santri, saya halalkan. Asalkan tidak ketahuan,” tutur Gus Mus menirukan ucapan KH. Ali Maksum yang disambut gelak tawa para jamaah.

Selain dermawan, Gus Mus juga mengatakan bahwa KH. Ali Maksum merupakan seorang kiai yang hafal seluruh nama santri-santrinya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kiai Ali itu hafal semua nama santri. Kalau ada haulnya Kiai Munawwir atau acara mantenan, semua santri itu dikasih undangan dan ditandatangani langsung oleh Kiai Ali. Jadinya nggak enak kalau tidak datang,” ujar Gus Mus.?

Tidak hanya itu saja, Gus Mus juga mengatakan bahwa Kiai Ali adalah satu-satunya kiai yang dipanggil bapak oleh semua santri. Saking sayangnya terhadap para santri-santrinya. (Nur Rokhim/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hikmah, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 27 Juli 2010

STISNU Nusantara Peringati Haul Gus Dur bersama Bu Shinta

Tangerang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Haul ke-7 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) diperingati oleh banyak elemen di berbagai daerah, tak terkecuali Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) Nusantara Tangerang, Banten.

Sabtu (14/1), STISNU Nusantara menggelar acara tahunan ini di kampus setempat, Tangerang, dengan menghadirkan istri almarhum Gus Dur, Nyai Sinta Nuriyah Rahman Wahid.

STISNU Nusantara Peringati Haul Gus Dur bersama Bu Shinta (Sumber Gambar : Nu Online)
STISNU Nusantara Peringati Haul Gus Dur bersama Bu Shinta (Sumber Gambar : Nu Online)

STISNU Nusantara Peringati Haul Gus Dur bersama Bu Shinta

H. Muhamad Qustulani, ketua panitia yang juga wakil ketua bidang akademik di STISNU Nusantara Tangerang, menjeleaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan inisiatif Gusdurian Kota Tangerang bersama para mahasiswa STISNU Nusantara yang kangen terhadap Gus Dur.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Iyah, jadi tema haulan Gus Dur di Tangerang (adalah) “Kangen Gus Dur”, kangen sosoknya yang mukhlis beragama, ajarannya yang penuh dengan cinta dan kasih sayang, pemikiran dan keilmuan yang tabahhur, luas dan penuh kemanfaatan, celotehannya penuh canda dan makna, sehingga kita semua kangen Gus Dur," ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Sebab itu, di tengah kondisi negeri yang sedang sakit, penuh fitnah, dan saling menghujat, apalagi di dunia maya (media sosial), maka pemikiran Gus Dur untuk Indonesia pantas kita gunakan dan aplikasikan, dengan mengedepankan persatuan dan penuh kasih sayang,” tambahnya.

Bu Sinta, sapaan akrab Nyai Sinta Nuriyah, mengaku tiap kali menghadiri haul Gus Dur ia merasa sedih dan haru. Sedih karena kangen dengan sosoknya, haru karena banyak orang masih cinta Gus Dur, termasuk orang-orang yang dahulu menghina dan mencaci Gus Dur.

Ia juga mengaku perihatin atas kondisi bangsa saat ini yang mudah disulut isu serta informasi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan. Rakyat saeakan sulit melakukan tabayun dan mencari informasi berimbang.

“Maka yang bisa dilakukan yaitu dengan cara kembali mengulang memori tentang ajaran-ajaran Gus Dur yang penuh kasih dan sayang, menunjukan Islam ramah bukan yang marah. NKRI harga mati," tegasnya.

KH Edi Junaedi Nawawi, Mustasyar PCNU Kota Tangerang dalam tausiyahnya menjelaskan tentang makna dari tahlilan, "la ilaha illallah", bahwa tidak ada Tuhan yang akan mengampuni kesalahan almagfurllah KH Abdurrahman Wahid bin KH Abdul Wahid Hasyim kecuali Allah. Sebab itu, insya Allah almarhum almagfurlah dalam kebahagiaan dan kesenangan di sisi Allah, dan ajaran-ajaranya pun dapat dirasakan untuk kita (rakyat), agama, bangsa, dan negara.

Acara ditutup? ? dengan doa oleh KH Edi Junaedi Nawawi. Hadir pada acara tersebut KH A. Syubakir Toyib (Pembina Gusdurian setempat), KH Aliyuddin Zen Pandawa (Murabbi Ruh STISNU Nusantara), KH Arif Hidayat (Katib Syuriah PCNU Kota Tangerang), KH A. Bunyamin (Ketua PCNU Kota Tangerang), KH Dedi Miftahudin (Ketua ISNU Kota Tangerang), Rudi (perwakilan Boen Tek Bio), Nur Asyik (Ketua Gusdurian Kota Tangerang), Khoirul Huda (Ketua GP Ansor Kabupaten Tangerang), dan para ulama lainnya bersama warga Nahdliyin serta mahasiswa STISNU Nusantara. (Red: Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 18 Juli 2010

Pendekar Pagar Nusa Juga Bantu Korban Banjir

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Para pendekar yang tergabung di Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa juga membantu warga korban banjir di bantaran Ciliwung Kelurahan Bidaracina, Jatinegara, Jakarta.

Pendekar Pagar Nusa Juga Bantu Korban Banjir (Sumber Gambar : Nu Online)
Pendekar Pagar Nusa Juga Bantu Korban Banjir (Sumber Gambar : Nu Online)

Pendekar Pagar Nusa Juga Bantu Korban Banjir

Menurut Sekretaris Umum Pagar Nusa, M. Nabil Harun, timnya sudah dari hari Selasa mendirikan Posko banjir di kelurahan tersebut.

“Kami akan tetap di Posko sampai banjir benar-benar usai,” katanya kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Posko Pagar Nusa, Ahad, (20/01).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nabil menambahkan, membantu korban banjir adalah bagian dari jiwa kependekaran yaitu sikap setia kawan dan tolong-menolong kepada sesama yang membutuhkan. “Dan tentunya tanpa melihat latar belakangnya,” tegasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sejak didirikan, Posko tersebut jadi tempat distribusi bantuna bahan makanan, minuman untuk warga. Hari ini Pagar Nusa kembali akan menyalurkan bantuan yang disumbang Kemenakertrans.

Salah satu kesaksian warga kepada pandekar Pagar Nusa disampaikan salah seorang anggota Forum Pemuda Bidaracina, Andi Candra. “Selasa malam, Pagar Nusa datang dengan dua perahu karet untuk membantu evakuasi warga,” terangnya.

Lebih jauh, pria berusia 38 tahun menjelaskan, Kelurahan Bidaracina dilanda banjir setidaknya 5 tahun sekali. “Yang terparah tahun 2002 dan 2007,” katanya.

Seperti diketahui, sejak hari Senin lalu, 3 RW yaitu RW 2, 3, dan 15, dilanda banjir. Sekitar 500 warga mengungsi di kantor-kantor RW, di sekolah dan rumah-rumah sekitar yang tidak terkena banjir.

Dalam pantauan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, siang ini Ciliwung sudah surut. Sementara warga sibuk membersihkan lumpur yang memenuhi rumah mereka. “Membutuhkan waktu sekitar dua hari untuk membersihkannya,” pungkas Andi.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis ? ? : Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 17 Juli 2010

PBNU: Proses Berdemokrasi Jangan Dirusak dengan Isu SARA

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj memberi perhatian terhadap proses demokrasi yang sudah berjalan dengan baik di Indonesia. Namun, ia juga tidak memungkiri, demokrasi saat ini telah tercoreng dengan penggunaan isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan).

PBNU: Proses Berdemokrasi Jangan Dirusak dengan Isu SARA (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU: Proses Berdemokrasi Jangan Dirusak dengan Isu SARA (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU: Proses Berdemokrasi Jangan Dirusak dengan Isu SARA

Setidaknya menurut Kiai Said, isu SARA ini terlihat ketika perhelatan Pilkada Provinsi DKI Jakarta untuk memilih gubernur dan wakil gubernur 2017 lalu. Demokrasi yang jujur dan fair harus dijaga mengingat 2018 juga dihelat pilkada di 171 daerah dan 2019 memasuki pemilihan presiden dan legislatif.

Dalam berdemokrasi, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini menyayangkan sejumlah kelompok masih kerap menggunakan SARA, agama jadi isu untuk kepentingan politik sesaat.

“Demokrasi silakan, misal ada dua calon, nggak seneng ini gak usah dipilih, nggak seneng si A gak usah dipilih, gak seneng si B gak usah dipilih, buat apa harus menggunakan isu agama dan SARA, jangan sampai memburu kekuasaan yang hanya lima tahun tetapi merusak tatanan kebangsaan yang sudah berjalan bertahun-tahun,” tegas Kiai Said, Rabu (3/1) di Jakarta.

“Jadikan bangsa Indonesia dengan jumlah Muslim terbanyak di dunia sebagai kiblat perdamaian, budaya, peradaban bagi dunia internasional,” imbuhnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bercermin dari kasus Pilkada DKI, lanjutnya, kontestasi politik dapat mengganggu kohesi sosial akibat penggunaan sentimen SARA, penyebaran hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian (hate speech).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Dan ini semakin parah karena massifnya penggunaan internet dan media sosial,” ungkap guru besar ilmu tasawuf ini.

Maka, tandasnya, PBNU perlu mengimbau warganet (netizen) agar bijak dan arif menggunakan teknologi internet sebagai sarana menyebarkan pesan-pesan kebaikan dan perdamaian, bukan fasilitas untuk menjalankan kejahatan dan merancang permusuhan. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal, Habib, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 13 Juli 2010

GP Ansor Kubu Raya Gelar PKD Perdana

Kubu Raya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebanyak 50 pemuda mengikuti Pelatihan Kader Dasar sebagai kaderisasi jenjang dasar di tubuh GP Ansor. Selama tiga hari, Jumat-Ahad (28-31/8), mereka terlibat secara aktif dalam kegiatan kaderisasi di madrasah Miftahul Huda desa Sungai Malaye yang diadakan untuk pertama kali oleh GP Ansor Kubu Raya, Kalbar.

GP Ansor Kubu Raya Gelar PKD Perdana (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Kubu Raya Gelar PKD Perdana (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Kubu Raya Gelar PKD Perdana

Tampak hadir dalam pembukaan PKD ini ialah Pengurus NU Kubu Raya, Romawi Martien dari PP GP Ansor, Ketua GP Ansor Kalbar Nurdin, Ketua GP Ansor Mempawah Rajuini, Sekda Kubu Raya, Kepala Dinas Kemenag Kubu Raya, PMII Kubu Raya, serta para ulama Kubu Raya.

Selain dari Kubu Raya, peserta PKD juga berasal dari kabupaten Landak, Mempawah, Kota Pontianak, kata Ketua GP Ansor Kubu Raya Junaidi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Junaidi mengharapkan peserta PKD kali ini meneguhkan diri sebagai pelanjut perjuangan ulama terdahulu.

Sementara Nurdin mengingatkan warga NU di Kalbar agar tidak terlena dengan kebesaran warga NU di Indonesia. “Meskipun NU sangat besar dibandingkan organisasi lainnya, hanyak kaderisasi yang bisa dijadikan ukuran kebesaran NU. Karenanya, kaderisasi sangat penting untuk digerakan setiap pengurus daerah.” (Firman/Alhafiz K)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaSantri, Doa, Pahlawan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah