Kamis, 25 April 2013

Libur Idul Fitri 2004 Menjadi Sembilan Hari

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Pemerintah menetapkan hari libur nasional dan cuti bersama pada Idul Fitri 2004 menjadi sembilan hari, karena hari besar Islam itu jatuh pada tanggal 14 dan 15 November 2004, atau hari Minggu dan Senin.

Dalam kondisi demikian pemerintah memundurkan hari libur menjadi 15 dan 16 November atau Senin dan Selasa, ditambah cuti bersama selama tiga yakni 17-19 November 2004 (Rabu, Kamis dan Jumat) dan ditambah libur Sabtu dan Minggu dan Sabtu dan Minggu sebelumnya, menjadikan libur Idul Fitri 2004 menjadi sembilan hari.

Menko Kesra Jusuf Kalla mengatakan di Jakarta, Kamis, seusai menyaksikan menandatanganan surat keputusan bersama Menag, Menakertrans, dan Menpan tentang Libur Nasional dan Cuti Bersama Selama 2004 di Jakarta.

Dikatakan bahwa libur sembilan hari itu sebenarnya efektif lima hari, yakni dua hari libur resmi, tiga hari cuti bersama, dan empat hari libur Sabtu Minggu yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta swasta di seluruh Indonesia.

Sedangkan libur hari besar di luar hari Sabtu dan Minggu untuk tahun 2004, jumlahnya tetap 14 hari kerja dengan catatan hari libur yang jatuh pada Minggu, Selasa, Rabu, dan Kamis dipindahkan ke hari Senin, sehingga tidak mengurangi jumlah hari libur nasional yang sudah ada. Contohnya, tahun baru hijriah yang jatuh pada tanggal 22 Februari (Minggu) dipindah menjadi Senin (23/2).  

Menurut Menko Kesra, tujuan pemindahan hari libur itu agar masyarakat memiliki libur akhir pekan lebih panjang dan memberi kesempatan bersilaturahmi dengan keluarga. 

Selain itu untuk mengefisienkan agar tidak banyak karyawan yang membolos karena adanya hari kerja yang terjepit pada hari libur. Begitui pula untuk meningkatkan kunjungan wisatawan domestik.

Sementara Menpan Feisal Tamin, meminta instansi pemerintah untuk menindak atau menjatuhkan sanksi bagi karyawan yang masih membolos. Ia mengatakan bahwa dipercepatnya pengumuman hari libur tersebut untuk memudahkan para penerbit kalender  memberi tanda khusus pada hari-hari libur yang dipindahkan, sehingga tidak membingungkan masyarakat.

Pihak swasta tidak mempermasalahkan pemindahan hari libur itu karena sudah dilaksanakan sejak lama.(ant/mkf)


 

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaSantri, Lomba, Ubudiyah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Libur Idul Fitri 2004 Menjadi Sembilan Hari (Sumber Gambar : Nu Online)
Libur Idul Fitri 2004 Menjadi Sembilan Hari (Sumber Gambar : Nu Online)

Libur Idul Fitri 2004 Menjadi Sembilan Hari

Rabu, 24 April 2013

Kunjungi Pantia Asuhan, Pesantren Tebuireng Turunkan Bantuan

Jombang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Pihak yang antara lain sangat membutuhkan perhatian adalah para dhu’afa dan yatim piatu. Memberikan santunan kepada mereka bisa membuat bahagia apalagi saat Ramadhan dan jelang Idul Fitri.

"Karenanya kami sengaja mengunjungi sejumlah panti asuhan dan memberikan santunan serta berbuka puasa bersama mereka," kata Direktur Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng Khoirur Rozaq saat berada di Pantia Asuhan Hasyimiyah Diwek Jombang, Rabu (29/6) petang.

Kunjungi Pantia Asuhan, Pesantren Tebuireng Turunkan Bantuan (Sumber Gambar : Nu Online)
Kunjungi Pantia Asuhan, Pesantren Tebuireng Turunkan Bantuan (Sumber Gambar : Nu Online)

Kunjungi Pantia Asuhan, Pesantren Tebuireng Turunkan Bantuan

Ia menyampaikan bahwa beberapa waktu sebelumnya, kegiatan serupa dilaksanakan di sejumlah panti asuhan di sekitar kota santri tersebut. "Untuk memberikan motivasi dan berbagi kebahagiaan dengan mereka yang memang layak mendapat perhatian," katanya.

Dosen di Universitas Hasyim Asyari (Unhasy) ini mengatakan, di samping bantuan dari LSPT di panti asuhan tersebut juga diserahkan uang tunai yang merupakan zakat dari Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Panti Asuhan Hasyimiyah Ustadz Syamsul Qomar mengatakan, seluruh biaya hidup dan sekolah ditanggung oleh panti. "Bahkan hingga kini sudah ada tiga mahasiswi yang ada di sini dan seluruh kebutuhannya kami sediakan," katanya.

Usia puluhan penghuni baik putra dan putri di panti ini beragam. Dari mulai mereka yang menempuh pendidikan di tingkat dasar, menengah pertama serta atas.

"Untuk yang kuliah masih putri," ungkapnya. Hal tersebut juga lantaran para penghuni panti putra biasanya keluar setelah selesai menempuh pendidikan formal tingkat atas dan enggan untuk kuliah, lanjutnya.

"Kami sangat berterima kasih atas perhatian LSPT dan Pengasuh Tebuireng karena bantuan yang diberikan sangat dibutuhkan para yatim piatu yang ada di sini," ungkapnya.

Sebelum buka puasa bersama, kegiatan diselingi dengan perkenalan baik dari pengurus LSPT dan juga penghuni panti asuhan setempat.

Saat adzan magrib berkumandang, seluruh hadirin menikmati takjil berupa buah kurma dan air putih. Kegiatan dilanjutkan dengan shalat magrib berjamaah dan dipungkasi buka puasa bersama di teras mushala panti. (Ibnu Nawawi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 13 April 2013

Tolak Bala Gagal Panen, Warga NU Blitar Gelar Istighotsah

Blitar, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Pengurus Ranting NU Gogodeso Kabupaten Blitar bersama aparat desa dan Himpunan Petani Nusantara Jawa Timur menggelar istighotsah untuk tolak bala di jalan lahan sawah desa, Sabtu (8/7) pagi. Mereka berdoa bersama untuk mengatasi serangan hama.

Pertemuan ini merupakan wujud empati atas kegagalan panen warga tani karena serangan hama, utamanya wereng dan tikus.

Tolak Bala Gagal Panen, Warga NU Blitar Gelar Istighotsah (Sumber Gambar : Nu Online)
Tolak Bala Gagal Panen, Warga NU Blitar Gelar Istighotsah (Sumber Gambar : Nu Online)

Tolak Bala Gagal Panen, Warga NU Blitar Gelar Istighotsah

"Kami ikut prihatin pada warga petani. Karena itulah, kami mengajak warga petani bersama-sama istighotsah, munajat kepada Allah SWT agar dihindarkan dari bala gagal panen," kata Ketua Pengurus Ranting NU Gogodeso Kiai Sulkan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hadir pada acara istighotsah ini Ketum HPN Hermanu Triwidodo, Ketua LPNU Blitar H Shohib, Kadis Pertanian Blitar Eko, dan warga petani. (Imam Kusnin Ahmad/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anti Hoax, Santri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 26 Maret 2013

40 Jamaah Umrah Asal Papua Dapat Bonus Keliling Jakarta

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebanyak 40 jamaah asal Kabupaten Sorong, Papua Barat, melakukan perjalanan umrah melalui PT ASBIHU Tour and Travel, operator Asosisi Bimbingan Haji dan Umrah Nahdlatul Ulama (ASBIHU NU) pada Kamis (2/2) malam. 40 ? jamaah tersebut tiba di Jakarta sehari sebelumnya.?

“Karena penerbangan dari Jakarta memerlukan kesiapan, saudara-saudara kita tiba Rabu kemarin di Jakarta,” terang Direktur PT ASBIHU Tour and Travel, KH Hafidz Taftazani.

40 Jamaah Umrah Asal Papua Dapat Bonus Keliling Jakarta (Sumber Gambar : Nu Online)
40 Jamaah Umrah Asal Papua Dapat Bonus Keliling Jakarta (Sumber Gambar : Nu Online)

40 Jamaah Umrah Asal Papua Dapat Bonus Keliling Jakarta

Jeda waktu sehari tersebut dimanfaatkan PT ASBIHU untuk mengantar jamaah berkunjung ke sejumlah lokasi di Jakarta. Pada Kamis pagi mereka dibawa berkeliling ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur. Siangnya mereka mengunjungi kantor PT ASBIHU, lalu mengadakan silaturahim ke kantor PBNU.?

Mereka juga melakukan shalat duhur dan ashar berjamaah di Masjid Annahdlah PBNU, sekaligus mendengarkan tausiyah pembekalan dari Katib Syuriah PBNU KH Mujib Qulyubi.

Dari PBNU jamaah lalu diajak mengunjungi Monumen Nasional (Monas) dan Masjid Istiqlal.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kalau orang-orang dari Bogor ke Jakarta merasa belum lengkap kalau belum mengunjungi Monas. Maka saudara-saudara dari Papua yang datang dari jauh, juga dikasih bonus ke Monas,” seloroh Kiai Hafidz.

Kegiatan jamaah selama di Jakarta termasuk penginapan, dibiayai oleh PBNU melalui PT ASBIHU Tour and Travel. Hal tersebut, menurut Kiai Hafid dilakukan sebagai komitmen ASBIHU dan PBNU untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada para jamaah.

Kiai Hafidz sangat mengapresiasi semangat para jamaah asal Sorong tersebut dalam melakukan ibadah umrah melalui PT ASBIHU Tour and Travel. Mereka yang berada di wilayah timur, jauh dari pusat pemerintahan Indonesia, juga tergerak hatinya untuk menjadi tamu Allah di tanah suci. (KendiSetiawan/Zunus)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam, Pondok Pesantren, Lomba PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 13 Maret 2013

Cak Lontong: NU Lebih Hebat dari PBB

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Cak Lontong berpendapat bahwa NU tetap memliki semangat yang sama dari mulai didirikan. Menurut dia, memperingati berdirinya NU pun dengan cara berdiri.

Cak Lontong: NU Lebih Hebat dari PBB (Sumber Gambar : Nu Online)
Cak Lontong: NU Lebih Hebat dari PBB (Sumber Gambar : Nu Online)

Cak Lontong: NU Lebih Hebat dari PBB

“Ini menunjukkan kesederhanaan dari dulu. Perlu dilestarikan,” ujar alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya tersebut pada peringatan Hari Lahir NU di halaman gedung PBNU, Jalan Kramat Raya Jakarta, Selasa, (31/1).

Pembawa acara sekaligus pelawak tersebut juga mengakui bahwa ia mempunyai kedekatan emosional dengan NU dari kecil.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Sejak kecil, saya hidup di lingkungan NU. Kekrabannya luar biasa,” ungkap lelaki yang menyandang gelar insinyur itu.

Selama hidup di kalangan NU, ia mengaku, ekonomi masyarakat dapat diperbaiki dengan cara tradisi tahlilan yang diadakan ketika ada acara atau ada orang yang meninggal dunia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Jika ada satu orang yang meninggal di desa saya, tujuh hari makan malam saya, aman. Coba kalau ada orang yang meninggal seratus,” ujar pemilik nama lengkap Lies Hartono.

Selain itu, dia juga menyinggung terkait dengan menghargai keberagaman. Menurutnya, Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Hal itu tergambar dari kekayaan etnis dan bahasa yang dimiliki.

“NU itu lebih hebat dari PBB,” tambahnya.

Menurutnya, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) hanya mengurusi perdamaian dunia, sedangkan NU mengurusi perdamaian dunia dan akhirat. (M. Ilhamul Qolbi/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ubudiyah, Hadits PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 11 Maret 2013

Kader IPPNU Ikuti Kompetisi Internasional tentang Pangan di Swiss

Malang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Salah satu kader Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Universitas Brawijaya, Anik Haryanti, kini sedang berjuang dalam acara TFF (Thought For Food) Challenge 2016 yang berlangsung 1-2 April 2016 di Zurich, Swiss.

Anik yang merupakan mahasiswi Universitas Brawijaya sekaligus pengurus IPPNU Universitas Brawijaya beserta tim melakukan inovasi dan mengangkat produk lokal di ajang akademik dan teknologi pangan tersebut. Dengan mengusung produk Biteback, mereka berhasil membawa nama Indonesia di ajang internasional. Biteback merupakan produk yang meyakini serangga dapat menjadi solusi pangan alternatif di masa depan.

Kader IPPNU Ikuti Kompetisi Internasional tentang Pangan di Swiss (Sumber Gambar : Nu Online)
Kader IPPNU Ikuti Kompetisi Internasional tentang Pangan di Swiss (Sumber Gambar : Nu Online)

Kader IPPNU Ikuti Kompetisi Internasional tentang Pangan di Swiss

Setelah bersaing ketat dengan 416 tim dari 105 negara di seluruh penjuru dunia, Tim Biteback yang digawangi Anik Haryanti bersama tiga mahasiswa lainnya akhirnya mampu menuju babak final. Tim-tim yang dinyatakan lolos di antaranya berasal dari negara Amerika, Brazil, India, Uganda, Kenya, Britania Raya, dan Perancis.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tim Biteback mengusung inovasi dalam pengolahan makanan, dan menemukan minyak untuk memasak yang dibuat dari serangga meailworm atau larva kumbang. Inovasi minyak ini diyakini mengandung omega-3 yang tinggi dan zat besi yang mampu mengatasi anemia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Babak final kompetisi ini akan diselenggarakan di Zurich, Swiss, 1-2 April mendatang. Pemenang akan berkesempatan mendapatkan dana investasi dengan total 15.000 USD atau setara 208 juta rupiah untuk pengimplementasian program yang direncanakan. Selamat berjuang ya! (Ikbar Al Asyari/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Quote PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 10 Maret 2013

Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan

Oleh: Gugun El-Guyanie

Kiai Haji Ali Maksum, kerinduan berjuta-juta santri di tanah air ini kepada beliau hingga kini tak kunjung terobati. Dari sentuhan ritmis Mbah Ali Maksum, lahir tokoh-tokoh besar NU yang sekaligus bangsawan dan guru bangsa. Ada Kiai Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU), Gus Mus—yang ulama, budayawan dan cendekiawan, Masdar F Masudi (Syuriyah PBNU), dokter Fahmi Saefuddin—seorang dokter yang menunggui Kiai Ali Maksum menjelang wafat, almarhum KH Cholil Bisri yang mantan Wakil Ketua MPR RI. Ada juga Asad Said Ali yang mantan Wakil Kepala Badan Intelejen Negara (BIN). Tentu juga guru bangsa; Gus Dur yang dipoles khusus oleh Mbah Ali.

Mbah Ali dan sakralitas Krapyak telah melahirkan generasi multitalenta. Santri-santri produk Krapyak zaman Mbah Ali tidak harus menjadi kiai yang berjubah dan berjenggot, namun mengutamakan spirit keulamaan dan keindonesiaan. Ada santri yang budayawan, ada santri yang ulama sekaligus politisi, ada santri yang dokter dan teknokrat.

Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan

Supremasi keulamaan dalam sosok Mbah Ali, memberi bukti bahwa ulama adalah pewaris para nabi, al ulama waratsatul anbiya. Ulama yang bukan sekedar memiliki otoritas keilmuan agama (ulumuddin), juga bukan semata-mata pencapaian maqam spiritual tertinggi. Atau bukan pula sekedar kuantitas berapa besar pengakuan umat dan para pengikutnya.

Kiai Ali, yang manusia biasa, bukanlah profesor universitas yang ahli dalam satu bidang keilmuan an sich. Bukan pula seorang asketis, yang zuhud-nya meninggalkan keruwetan dan gaduhnya konstelasi dunia fana.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam subyektivisme saya pribadi, Mbah Ali adalah makrokosmos, kemenyeluruhan yang merangkum partikularisme yang sempit. Atau dalam terminologi Al-Quran; ashluha tsaabitun wa faruha fis samaa—bagaikan pohon yang akarnya menghujam di kedalaman bumi, namun cabang dan rantingnya merangkai-rangkai ke langit.

Tipologi ulama yang demikian, yang tercermin dalam keteduhan Mbah Ali, tak akan pernah terperangkap dalam dikotomi dunia-akhirat. Kesibukannya untuk melayani kebutuhan duniawi umat, tak sedikit pun mengurangi derajat kemesraannya dengan Allah. Atau jika dibalik, kekhusyukan dan keintimannya dalam jagad spiritual, tak sedikitpun meninggalkan peran horisontal-sosialnya.

Para nabi dan para ulama, sebagaimana pula Mbah Ali—dalam terminologi Emha Ainun Nadjib—bagaikan rembulan. Cahaya matahari, sebagai simbol ke-Maha Kuasa-an Allah, bumi sebagai simbol pluralitas ciptaan dan kemajemukan peradaban umat. Para nabi, para ulama, juga para pemimpin adalah rembulan yang bertugas memancarkan cahaya cintanya matahari untuk menerangi kegelapan di muka bumi.

Mbah Ali adalah rembulan pada zamannya, yang mentransfer rahmat cinta-Nya Allah untuk menjadi pelayan umat, menerangi kegelapan dengan cahaya. Karena Mbah Ali adalah rembulan yang selalu purnama, hingga akhir hayatnya selalu memancarkan sinarnya.

Masihkah hari ini kita jumpai rembulan bersinar? Adakah kita merasa bahwa bumi kita hari ini selalu gerhana? Ya, generasi yang hidup di abad 21, adalah generasi yang hidup di bumi kegelapan, karena rembulan tak memancarkan cahaya dari matahari. Karena rembulan mereduksi cahaya matahari, sehingga gerhana terus terjadi. Bumi tanpa cahaya, anak-anak hidup tanpa pegangan nilai, umat berjalan menapaki globalisasi tanpa kepengasuhan dari ulama yang tipologi dan kharismanya seperti ulama-ulama terdahulu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tentu masih ada kiai-kiai dari pedalaman pelosok desa yang ketulusannya tak tergerus sedikit pun oleh hiruk pikuk Pemilu, Pilkada, Pilgub, atau Kongres Partai Politik. Namun ada pula sebagian kiai yang berebut kursi legislatif dan kursi gubernur dan bupati—tentu dengan cita-cita kemaslahatan umat. Meminjam humor Gus Mus yang juga santri Mbah Ali; "Kalau kita sowan kepada kiai-kiai zaman dulu, semacam Kiai Ali, begitu sowan semua urusan menjadi lapang. Kalau sekarang, orang sowan kepada kiai, urusannya tambah ruwet, diajak mendukung calon bupati ini, mendukung partai itu..."

Tak ada masalah sebenarnya dengan institusi politik dan segala bentuk manuvernya. Mbah Ali sendiri yang pernah terlibat menjadi anggota konstituante mengajarkan bahwa politik tak bisa dipisahkan dari kehidupan umat Islam, karena memiliki arti penting sebagai bentuk khidmah kepada bangsa dan negara. Beliau sering mengutip pernyataan sahabat Utsman bin Affan "Innallaha layazau bissulthon ma laa yazau bil quran"—Sesungguhnya Allah akan mencegah kemunkaran dengan penguasa apa yang tidak bisa dicegah dengan Al-Quran. Jelas, misi politik Mbah Ali bukanlah politik kekuasaan, tapi tak lain adalah misi politik moralitas kebangsaan, dalam bahasa Al-Quran, disebut misi amar maruf nahi munkar.

Keterlibatan politik Mbah Ali pada wilayah politik yang dianggap tabu pada saat itu, memberikan bukti bahwa hubungan agama dan politik harus dibangun secara harmonis. Mbah Ali, yang terpilih sebagai Rais Aam PBNU (jabatan tertinggi dalam struktur PBNU) dalam Munas Alim Ulama NU di Kaliurang tahun 1981, memiliki kontribusi terbesar dalam menyelamatkan NU dari jebakan politik praktis yang destruktif.

Dalam Munas Alim Ulama 1983 di Situbondo, beliau yang mengawal keputusan NU kembali kepada khittah 1926, sekaligus menerima asas tunggal Pancasila. Suatu keputusan maha penting, karena NU harus berdiri independen, bukan menjadi partai politik, juga tidak berafiliasi kepada partai politik tertentu. Bahkan, penerimaan terhadap asas tunggal Pancasila, seribu langkah lebih maju daripada kelompok Islam lain yang menganggap Pancasila adalah thaghut—sesembahan selain Allah.

Sampai hari ini, fondasi-fondasi ke-NU-an, sekaligus fondasi kebangsaan yang diajarkan Mbah Ali kepada santri-santrinya, memantapkan nasionalisme NU. Mbah Ali mengajarkan; menjadi NU seratus persen, juga menjadi nasionalis seratus persen. Atau dalam perspektif yang lebih umum; menjadi Muslim Indonesia, bukan menjadi Muslim yang hidup di bumi Indonesia, tetapi berbudaya Arab, berjubah gaya Arab dan berjenggot gaya Arab.

Wallahu alam bishawab.





*

Penulis adalah Dosen Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sekretaris LPBH PWNU DIY. 

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU, Ulama, Cerita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah