Senin, 19 September 2011

Rebut Kembali Masjid Nahdliyyin, LDNU Kumpulkan Majelis Ta’lim se-Jabotabek

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nahdlatul Ulama (NU) merasa khawatir dengan nasib masjid-masjid milik warga nahdliyyin (sebutan untuk warga NU) diambilalih oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam. Oleh karenanya, Pengurus Pusat (PP) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) berinisiatif melakukan gerakan nyata untuk merebut kembali masjid-masjid milik warga nahdliyyin itu, dengan mengumpulkan para pemimpin majelis ta’lim se-Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi)

“Tanggal 30 (Agustus, red) nanti kita akan kumpulkan ketua-ketua majelis ta’lim se-Jabotabek. Kita harus rebut kembali masjid-masjid yang sudah dikuasai orang (kelompok, red) lain itu,” kata Ketua Umum PP LDNU KH Nuril Huda kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (24/8).

Seperti diberitakan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah beberapa waktu lalu, Ketua PBNU KH Masdar F Mas’udi mengungkapkan, sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam telah serampangan mengambilalih masjid-masjid milik warga nahdliyyin dengan alasan syarat ajaran bid’ah dan beraliran sesat. Pengambilalihan yang dimaksud berbentuk penggantian para takmir masjid yang selama ini diisi oleh warga nahdliiyin. Demikian juga dengan tradisi-tradisi ritual keagamaan khas NU pun diganti.

Rebut Kembali Masjid Nahdliyyin, LDNU Kumpulkan Majelis Ta’lim se-Jabotabek (Sumber Gambar : Nu Online)
Rebut Kembali Masjid Nahdliyyin, LDNU Kumpulkan Majelis Ta’lim se-Jabotabek (Sumber Gambar : Nu Online)

Rebut Kembali Masjid Nahdliyyin, LDNU Kumpulkan Majelis Ta’lim se-Jabotabek

Kegiatan yang merupakan hasil kerja sama PP LDNU dengan PP Muslimat NU itu, kata Kiai Nuril—demikian panggilan akrabnya—, dilaksanakan setiap akhir bulan. Dalam pertemuan itu, para pemimpin majelis ta’lim tersebut diberikan pemahaman yang menyeluruh tentang paham Ahlusunnah wal Jama’ah (Aswaja).

Menurut Kiai Nuril, pemahaman tentang Aswaja yang benar dirasa sangat penting guna menghadapi gerakan-gerakan kelompok-kelompok yang telah mengambilalih masjid-masjid NU. Pasalnya, secara umum para pemimpin majelis ta’lim itu belum memahami sepenuhnya ajaran Aswaja tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain itu, Kiai Nuril menambahkan, tidak sedikit pula bermunculan ajaran yang mengatasnamakan Ahlussunnah, namun yang dimaksud bukanlah Aswaja. “Sekarang kan banyak sekali aliran yang mengaku Ahlussunnah, tapi sebetulnya bukan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Ahlussunnah saja, beda dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Makanya, majelis ta’lim ini harus diberi pemahaman agar bisa membedakan antara Ahlussunnah saja, dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah,” terangnya.

“Bedanya, kalau Ahlussunnah saja, itu hanya mengikuti ajaran dan perilaku Nabi Muhammad SAW. Tapi kalau Ahlussunnah Wal Jama’ah, mengikuti ajaran dan perilaku nabi sekaligus juga para Khulafaur Rosyidin (kholifah empat; Abu Bakar Assiddiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib, red),” imbuh Kiai Nuril.

Disadari Kiai Nuril, sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia yang berpaham Aswaja, NU merasa perlu untuk segera melakukan gerakan-gerakan nyata dalam rangka penyelamatan terhadap paham yang sudah diyakini kebenarannya selama ini. Jika tidak, katanya, tidak ada jaminan dalam waktu sepuluh tahun mendatang ajaran moderat yang terkandung dalam Aswaja akan hilang dan tergantikan oleh paham yang lain.

Diungkapkan Kiai Nuril, pada pertemuan pertama dan kedua yang diikuti 162 ketua majelis ta’lim se-Jabotabek itu, responnya cukup positif atas kegiatan tersebut. Dalam pertemuan tersebut, katanya, sekaligus terungkap bahwa sebagian besar pimpinan majelis ta’lim belum mengerti sepenuhnya paham Aswaja sebagaiamana diterapkan NU selama ini.

“Ibaratnya, kita akan berikan pencerahan kepada para majelis ta’lim itu tentang ajaran Aswaja yang benar dan menyeluruh. Biar mereka juga bisa membedakan antara paham Ahlussunnah saja dengan Ahlussunnah yang ada Wal Jama’ah-nya,” tandas Kiai Nuril.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kegiatan tersebut, kata Kiai Nuril merupakan awalan. Selanjutnya, pihaknya akan memperluas wilayah garapan dari kegiatan tersebut hingga ke daerah-daerah, terutama daerah di luar Jawa. Karena, ungkapnya, fenomena tersebut tidak hanya terjadi di wilayah Jabotabek saja, melainkan seluruh Indonesia.

Untuk pertemuan mendatang (30 Agustus), tutur Kiai Nuril, pihaknya telah mengundang seorang tokoh muslimah asal Amerika Serikat untuk menjadi penceramah, yakni Mrs Tiye Mulazim. Menurutnya, Mrs Tiye Mulazim juga seorang muslimah yang berpaham Aswaja. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Internasional, AlaSantri, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 16 September 2011

Edisi Kesembilan Terbit, Majalah Serambi Al-Muayyad Tampilkan Konten Menarik

Solo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Setelah beberapa bulan dinanti, Majalah Serambi Al-Muayyad (MSA) akhirnya kembali terbit. Rencananya majalah yang dikelola para santri Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Solo ini akan diluncurkan saat peringatan haul para sesepuh pondok, Rabu (20/1) mendatang.

Edisi Kesembilan Terbit, Majalah Serambi Al-Muayyad Tampilkan Konten Menarik (Sumber Gambar : Nu Online)
Edisi Kesembilan Terbit, Majalah Serambi Al-Muayyad Tampilkan Konten Menarik (Sumber Gambar : Nu Online)

Edisi Kesembilan Terbit, Majalah Serambi Al-Muayyad Tampilkan Konten Menarik

Kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, salah satu redaktur MSA Miftahul Abrori menuturkan, pada penerbitan kali ini kita akan mengetengahkan judul “Santri Butuh Perhatian Orang Tua dan Ketelatenan Guru Ngaji”.

Selain itu, imbuh Miftah, ada artikel “Hati Mbah Umar Bergantung di Masjid” tulisan dari Drs Muhammad Ishom yang menerangkan keteladanan KH Ahmad Umar Abdul Mannan (Mbah Umar) yang secara istiqamah melaksanakan kewajiban shalat lima waktu berjamaah di masjid.

“Ketika Mbah Umar tidak bisa berjamaah di masjid karena masih berada di jalan, Mbah Umar tetap berusaha shalat berjamaah di masjid begitu sampai di Mangkuyudan dengan cara mencari santri yang belum shalat. Jika ternyata tidak menemukan santri yang belum shalat, Mbah Umar menawarkan kepada santri yang sudah shalat untuk mau melakukan i’adah (shalat ulang) dengan berjamaah bersama beliau,” terang Miftah, Ahad (17/1).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Wawancara bersama alumni Pesantren Al-Muayyad 1991 Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri, juga menjadi menu spesial edisi kali ini. “Menaker memunyai nostalgia di Al-Muayyad yang masih terkenang hingga kini. Ia juga sampai sejauh ini masih sering mengunjungi Al-Muayyad,” kata Miftah.

Tak ketinggalan berita pesantren dan kegiatan santri, cerpen, puisi, dan lain-lain. “Jika Anda hadir pada acara Khataman Al-Muayyad, terasa kurang rasanya jika Anda pulang tanpa membawa ‘oleh-oleh’ khas Al-Muayyad ini,” selorohnya. (Ajie Najmuddin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pahlawan, Kyai PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 13 September 2011

Peneliti LIPI: Tak Ada NU, Toleransi di Indonesia Mati

Tasikmalaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pilkada DKI Jakarta sudah selesai. Namun dampak dari panasnya pesta demokrasi di ibu kota masih terasa. Ironisnya hawa panas itu terjadi tidak hanya di Jakarta, tapi melebar ke berbagai wilayah di Indonesia.

Peneliti LIPI: Tak Ada NU, Toleransi di Indonesia Mati (Sumber Gambar : Nu Online)
Peneliti LIPI: Tak Ada NU, Toleransi di Indonesia Mati (Sumber Gambar : Nu Online)

Peneliti LIPI: Tak Ada NU, Toleransi di Indonesia Mati

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amin Mudzakir mengkhawatirkan dampak negatif dari pilkada DKI Jakarta yang kental isu SARA. Kekhawatirannya terutama pada soal toleransi di Indonesia. Bukan hanya toleransi antarumat beragama, tapi juga antarsesama anak bangsa.

"Dari sekian banyak organisasi masyarakat di Indonesia, saya melihat hanya NU yang komitmennya kuat dan konsisten mengimplementasikan dan menggaungkan masalah toleransi. Yang lainnya tidak terdengar," katanya saat berziarah ke makam Syekh Abdul Muhyi Pamijahan, Tasikmalaya, Ahad (14/5).

Hampir seluruh organ yang ada ditubuh NU, kata Amin, bergerak menggaungkan sikap toleransi di Indonesia. Mulai dari lembaga-lembaga di bawahnya, sampai dengan banom (badan otonom) NU seperti halnya GP Ansor dan Banser.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

NU melalui Banom dan lembaganya dengan tegas menolak segala gerakan radikal di Indonesia. Khususnya gerakan HTI yang dianggap intoleran karena condong ingin memaksakan mengubah sistem di Indonesia dengan khilafah Islamiyahnya.

"Anehnya ketika NU menggaung-gaungkan toleransi di tanah air, NU kerap menjadi sasaran serangan dan cemoohan masyarakat lainnya. Terutama kelompok-kelompok Islam radikal," ujar pria lulusan Ilmu Sejarah UGM yang tengah melakukan penelitian soal NU dan Minoritas di Tasikmalaya itu.

Alhasil, kata Amin, NU seolah sendirian menyikapi masalah toleransi yang saat ini sedang terancam di Indonesia. Padahal, ia menduga yang lainnya pun paham betul dengan kondisi tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Andai kata tidak ada NU, mungkin toleransi di Indonesia ini sudah mati," ujarnya. (Nurjani/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, Olahraga, Pahlawan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 08 September 2011

Dua Kesebelasan dari Kebumen Bakal Bertemu di Laga Final LSN Regional Jateng III

Tegal, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Partai final ajang kompetisi Liga Santri Nusantara (LSN) 2017 Regional Jateng III bakal mempertemukan dua tim kesebelasan pesantren asal Kebumen. Mereka adalah kesebelasan Hisba FC, PP Al-Barokah, Kebumen dengan tim kesebelasan Al-Kahfi FC, PP Al-Kahfi, Kebumen.

Kedua tim dijadwalkan beradu terbaik di Lapangan GOR Trisanja Slawi Kabupaten Tegal, Selasa (19/9).

Dua Kesebelasan dari Kebumen Bakal Bertemu di Laga Final LSN Regional Jateng III (Sumber Gambar : Nu Online)
Dua Kesebelasan dari Kebumen Bakal Bertemu di Laga Final LSN Regional Jateng III (Sumber Gambar : Nu Online)

Dua Kesebelasan dari Kebumen Bakal Bertemu di Laga Final LSN Regional Jateng III

Panitia Pelaksana LSN 2017 Regional Jateng III Mustholah melalui Sekretarisnya Mubin menuturkan, pada laga semifinal tim Al-Kahfi FC Kebumen berhasil menumbangkan tim Walindo Berbaur FC, Pekalongan dengan skor 2-0.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Sedangkan tim Pesantren Hisba FC, Kebumen berhasil unggul atas tim Mangku Aji FC Pekalongan lewat drama adu pinalti dengan skor akhir 4-2," tuturnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mubin menyebutkan, Jawara LSN 2017 Regional Jateng III nantinya bakal mewakili zona tersebut ke ajang LSN tingkat nasional.

"Insya Allah digelar 22 Oktober 2017 mendatang di Bandung bersamaan dengan peringatan Hari Santri tingkat nasional," ujarnya. (Hasan/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Santri, Bahtsul Masail, Nasional PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 31 Agustus 2011

Teladan Pergantian Pemimpin NU di Jawa Barat 1967

Pada Muktamar ke-24 NU di Bandung, Jawa Barat, KH Bisri Sansuri berhasil mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan Rais ‘Aam PBNU mengungguli KH Wahab Chasbullah.

Muktamar pada Juli 1967 tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan tertinggi ditolak Kiai Bisri. Ia menyerahkannya pada Kiai Wahab. Sementara Kiai Wahab juga merasa tidak berhak karena Kiai Bisri yang mendapatkan amanat muktamirin. Kedua tokoh tersebut saling menolak jabatan.?

Kiai Bisri tetap bersikeras menolak menjadi Rais ‘Aam selama ada Kiai Wahab yang lebih sepuh, merupakan kakak ipar, serta sahabat karibnya. Dengan demikian, Muktamar akhirnya memilih Kiai Wahab. Ketika Kiai Wahab wafat pada tahun 1971, Kiai Bisri baru bersedia menggantikannya.

Teladan Pergantian Pemimpin NU di Jawa Barat 1967 (Sumber Gambar : Nu Online)
Teladan Pergantian Pemimpin NU di Jawa Barat 1967 (Sumber Gambar : Nu Online)

Teladan Pergantian Pemimpin NU di Jawa Barat 1967

Jauh sebelumnya, Kiai Wahab juga menolak menjadi Rais Akbar NU ketika Hadrotusyekh KH Hasyim Asy’ari wafat pada tahun 1947. Ia mau menggantikannya dengan catatan, tidak Rais Akbar, tapi Rais ‘Aam. Rais Akbar baginya, hanya cocok disandang mahagurunya itu.?

Pada Muktamar NU ke-33 di Jombang, pada tahun 2015, terjadi pula penolakan jabatan Rais ‘Aam meskipun sudah ditetapkan muktamirin. Kali ini KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang melakukannya. (Abdullah Alawi) ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hindari Perpecahan dalam Setiap Perbedaan Pendapat

Pringsewu, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam satu tujuan yang sama-sama disepakati, kadangkala seseorang menempuh cara dan jalan yang berbeda-beda. Inilah keragaman dalam kenyataan. Perbedaan pendapat atas satu persoalan yang sama sekalipun, seringkali tidak bisa dihindari. Hal ini diungkapkan oleh Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, Ahad (16/10) dalam akun Facebook miliknya.?

Namun, tuturnya, tidak setiap perbedaan pendapat itu meniscayakan perpecahan selama ada sikap toleransi, saling menghargai, saling menghormati dan tidak memaksakan kehendak karena merasa benar sendiri.?

Hindari Perpecahan dalam Setiap Perbedaan Pendapat (Sumber Gambar : Nu Online)
Hindari Perpecahan dalam Setiap Perbedaan Pendapat (Sumber Gambar : Nu Online)

Hindari Perpecahan dalam Setiap Perbedaan Pendapat

Sebagaimana perbedaan agama yang dianut, suku, ras dan golongan menurutnya adalah hal nyata dalam kehidupan pada bangsa Indonesia ini. "Perbedaan tersebut tidak meniscayakan perpecahan yang berujung pada disintegrasi bangsa, selama warga negara ini menyadarinya, tunduk dan patuh kepada ajaran agamanya dengan pemahaman yang benar dan setia kepada pemimpin pemerintahannya," ujarnya.

Gus Ishom, saapaan akrabnya menambahkan bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sangat penting dan sudah seharusnya setiap orang sebagai warga negara saling menyayangi, menghormati dan menaati konstitusi sebagai sebuah kesepakatan bersama.?

Tanpa hal itu, menurut ulama muda ini, maka peluang perpecahan antar anak bangsa yang demikian beragam niscaya terjadi dan ini berbahaya, wajib kita hindari. Umat Islam di mana saja tidak dibenarkan memaksakan kehendak dari "kebenaran relatif" yang diyakininya kepada pihak lain dan tidak perlu melakukan kekerasan atas nama agama serta tidak coba-coba membenturkan secara diametral hubungan antara agama dan negara.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Tujuan bernegara ini antara lain untuk melindungi setiap hak warga negara, baik muslim maupun non-muslim. Sehingga tidak boleh ada saling menghalangi atau merebut hak orang lain. Setiap muslim mestinya bisa patuh pada kesepakatan atau konstitusi kita sebagai wujud ketaatan kepada ulil amri yang diperintahkan agama," tegasnya.

Pelanggaran terhadap konstitusi atau agama itu berdosa, sehingga mengguncangkan hati dan berakibat buruk pada kehidupan harmonis bersama. Di sinilah menurutnya, dalam hidup bersama yang plural ini yang diperlukan bukan hanya ilmu atau wawasan agama yang mendalam, tetapi juga perlu wawasan kebangsaan.?

Oleh karenanya umat Islam wajib mengkampanyekan Islam yang rahmatan lil-alamin dan terus berupaya mengamalkannya. Menurutnya perlu wasathiyah (moderasi) dalam pikiran, ucapan dan tindakan dan penting sikap tasamuh (toleransi) menghadapi setiap perbedaan, meski tidak setiap perbedaan perlu dipertimbangkan.?

"Semoga umat Islam di seluruh Indonesia menyadari hal ini. Kehilangan emas bisa kembali membeli di toko emas, tetapi jika kita kehilangan tanah air kemana kita akan membelinya? Jadi, sayangilah dan hormatilah agar persatuan bangsa ini segera terwujud tanpa gangguan yang berarti," pungkasnya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

(Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nasional PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 29 Agustus 2011

Muammar ZA Pimpin Shalawat Badar Puluhan Ribu Nahdliyin

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Qori internasional Muammar ZA memimpin pembacaan shalawat badar pada Istighotsah Menyambut Ramadhan 1436 H dan Pembukaan Munas Alim Ulama" di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (14/6).

Muammar ZA Pimpin Shalawat Badar Puluhan Ribu Nahdliyin (Sumber Gambar : Nu Online)
Muammar ZA Pimpin Shalawat Badar Puluhan Ribu Nahdliyin (Sumber Gambar : Nu Online)

Muammar ZA Pimpin Shalawat Badar Puluhan Ribu Nahdliyin

Muammar memandu pembacaan shalawat khas NU itu selepas melantunkan ayat suci al-Quran. Suara Muammar yang melengking disambut antusias puluhan hadirin yang memadati Masjid Istiqlal.

Hingga berita ini ditulis, acara istighotsah sedang berlangsung dengan dipimpin Rais Aam Idarah Aliyah Jamiyyah Ahlit Thariqah al-Mutabarah an-Nahdliyah (Jatman) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tampak di atas panggung antara lain Presiden RI Joko Widodo, Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, Ketum PP GP Ansor Nusron Wahid, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti, serta sejumlah pejabat dan para kiai lainnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Secara terpisah, Muammar menyatakan kegembiraannya dengan acara istighotsah NU. "Apalagi dengan melibatkan masyarakat sebanyak ini. Luar biasa," tuturnya.

Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama tahun ini mengusung tema "Memelihara Tradisi Rohani, Menjaga Keutuhan Negeri". Sebelumnya, forum tertinggi setelah Muktamar NU ini juga digelar 2014 lalu. (Mahbib/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam, Pondok Pesantren PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah