Minggu, 07 Mei 2006

Samakan Persepsi Orang Tua dan Lembaga Pendidikan TK

Bojonegoro, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Raudlatul Athfal Fattahul Huda desa Pumpungan kecamatan Kalitidu kabupaten Bojonegoro mengadakan seminar pendidikan di gedung madrasah setempat, Kamis (18/10). Seminar ini membehas peran orang tua untuk mendidik anak yang berakhlaq dan berilmu.

Kepala RA Fattahul Huda, Slamet mengatakan, "Semoga acara ini bisa membekali wali murid untuk diimplementasikan pada anak-anaknya agar tidak terjadi kekeliruan paham antara pembelajaran yang diberikan di lembaga dan pola asuh orang tua di rumah."

Samakan Persepsi Orang Tua dan Lembaga Pendidikan TK (Sumber Gambar : Nu Online)
Samakan Persepsi Orang Tua dan Lembaga Pendidikan TK (Sumber Gambar : Nu Online)

Samakan Persepsi Orang Tua dan Lembaga Pendidikan TK

Kegiatan ini merupakan satu program lembaga yang rutin dilaksanakan, tetapi bergantian dengan program kegiatan edukatif lainnya. "Setiap bulan kita mengadakan kegiatan secara khusus baik untuk anak-anak maupun untuk orang tua siswa," imbuhnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Untuk keluarga lengkap, peran boleh berbagi, tapi tanggung jawab pendidikan tidak bisa dialihkan. "Tetap pada sang ayah sebagai inspirasi, teladan, dan idola bagi putra-putrinya."

Tampak dikegiatan tersebut para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan. Pasalnya tidak hanya mendengarkan saja tetapi peserta juga diajak Brain Gym dan diberikan terapi bagaimana mengatasi rasa sakit dengan cepat dan dilakukan sendiri. (M Yazid/Alhafiz K)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Quote PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 05 Mei 2006

Pengurus LP Maarif Kudus Ini Berprestasi di Tingkat Nasional

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Setelah menyandang Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) berprestasi tingkat Jawa Tengah, Pengurus Lembaga Pendidikan Maarif  NU Kudus Noor Yadi maju pada seleksi serupa di tingkat Nasional, 14-16 Nopember lalu. Dalam seleksi di Hotel Soll Marina Serpong Banten itu, Noor Yadi yang juga kepala MIN Kudus sukses meraih juara ketiga di bawah peserta asal Sulawesi Tengah dan DIY.

Pengurus LP Maarif Kudus Ini Berprestasi di Tingkat Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
Pengurus LP Maarif Kudus Ini Berprestasi di Tingkat Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

Pengurus LP Maarif Kudus Ini Berprestasi di Tingkat Nasional

Ia menuturkan pemilihan kepala MI berprestasi tahun 2014 ini diadakan oleh kementerian agama dengan peserta perwakilan kepala MI dari provinsi seluruh Indonesia. ""Kebetulan saya mewakili Jawa tengah dan alhamdulillah masuk nominasi juara ketiga," katanya kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Sabtu (22/11).

Ia mengatakan penilaian juara berdasarkan hasil presentasi makalah karya ilmiah dan wawancara di hadapan dewan juri dari kalangan akademisi.  Dalam tingkat Nasional itu, pihaknya memaparkan makalah yang sama berjudul "The profile and improve quality madrasah in MI NU Basyirul Anam Kudus  (profile dan upaya meningkatkan mutu madrasah di MI NU Basyirul Anam Kudus).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Usai meraih juara ketiga Kepala MI berprestasi tingkat Nasional ini, Yadi  berupaya selalu memacu diri untuk selalu belajar, mengevaluasi kekurangan, meningkatkan dan menjaga mutu madrasah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Saya juga mendorong teman sejawat memeranan diri sesuai tupoksimasing demi keberhasilan dan kualiatas pendidikan madrasah," tandasnya.

Atas keberhasilannya itu, Yadi mendapat sertifikat penghargaan, piala dan uang pembinaan yang diserahkan oleh Dirjen Kemenag RI H.Nur Kholis Setiawan. (Qomarul Adib/Anam)

Foto : Noor Yadi saat menerima piagam dan piala yang diserahkan Dirjen Kemenag H.Nur Kholis Setiawan.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Hadits, Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 25 April 2006

Al-Asyariyah Menang Tipis atas Darussalam

Bantul, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kesebelasan Pondok Pesantren Al-Asyariyah berhasil menundukkan kesebelasan Pondok Pesantren Darussalam pada Liga Santri Nusantara 2016 dalam pertandingan sepakbola 8 besar seri nasional, Jumat (28/10) malam. Gol diciptakan M Raply pada menit ke-62.

Sampai peluit panjang ditiup wasit Haryadi, kedudukan tetap 1-0 atas keunggulan Al-Asyariyah dalam pertandingan berlangsung di Stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta itu.

Al-Asyariyah Menang Tipis atas Darussalam (Sumber Gambar : Nu Online)
Al-Asyariyah Menang Tipis atas Darussalam (Sumber Gambar : Nu Online)

Al-Asyariyah Menang Tipis atas Darussalam

Sejak awal pertandingan, dua kesebelasan bermain cepat dan keras. Beberapa kartu kuning terpaksa dikeluarkan wasit untuk pemain yang melakukan pelanggaran keras. Affan nomor punggung 9 dari Darussalam mendapat kartu kuning pertama pada menit ke-9.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara dari Al-Asyariyah mendapat kartu kuning pada menit ke-8 atas nama Al-Hamra H. Menit ke-40, M Raply mendapat hal serupa. Lalu pada menit ke-68 Al-Hamra kembali diganjar kartu kuning sehingga ia harus keluar lapangan karena akumulasi kartu.

Dengan demikian, Al-Asyariyah maju ke babak selanjutnnya, semifinal esok hari di stadion yang sama, siang hari Sabtu (29/10). (Abdullah Alawi)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 17 Februari 2006

Calon Volunter Perpustakaan PBNU Siap Bekerja

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kepala Perpustakaan PBNU Ahmad Syatiri menerima para calon volunter di perpustakaan PBNU, Rabu (19/3). Para tenaga sukarela ini rencananya akan membantu proses pendataan arsip, manuskrip, laporan, dan buku-buku koleksi perpustakaan yang berjumlah ribuan itu.

Calon Volunter Perpustakaan PBNU Siap Bekerja (Sumber Gambar : Nu Online)
Calon Volunter Perpustakaan PBNU Siap Bekerja (Sumber Gambar : Nu Online)

Calon Volunter Perpustakaan PBNU Siap Bekerja

“Saya berterima kasih kepada teman-teman semua yang siap membantu kami. Kami sedang mengembangkan perpustakaan ini lebih serius. Tidak hanya memperkaya koleksinya, tetapi juga memperbaiki manajemennya,” tutur Syatiri di depan calon volunter.

Lebih lanjut Syatiri menjelaskan, perpustakaan PBNU adalah amanat ulama saat Musyawarah Nasional alim-ulama di Situbondo tahun 1983. Dalam Munas tersebut, ulama menyatakan keprihatinan mengingat banyak dokumen penting NU yang tercecer atau hilang karena tak tersimpan secara baik.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Keputusan Munas inilah yang kemudian ditindaklanjuti Lakpesdam NU untuk menelusuri kembali naskah-naskah yang pernah dikeluarkan NU. Semula perpustakaan PBNU dikelola di bawah Lakpesdam NU yang berkantor di Tebet sebelum akhirnya pada 2006 dipindahkan di gedung PBNU lantai dua jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kini cita-cita kami, perpustakaan PBNU tidak hanya menjadi tempat penyimpanan dokumentasi laporan-laporan NU, tetapi lebih luas lagi kami bertekad menjadi tempat penyimpanan khazanah peradaban Islam Nusantara,” kata Ahmad Syatiri yang 24 tahun mengabdikan dirinya merawat koleksi perpustakaan PBNU.

Mendengar paparan itu, para volunter terlihat sangat antusias. Dimas, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang tengah meneliti ulama Betawi mengaku ingin segera bekerja. “Saya juga sambil ngerjain skripsi,” ujarnya.

Lain lagi alasan Nurul Hidayah, desainer dari Cileduk dan Dawam Multazam dari Ciganjur. “Energi kami terlalu besar, jadi kami ingin melampiaskannya untuk kegiatan bermanfaat daripada nggak jelas,” katanya disertai derai canda. (M Nurul Huda/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, IMNU, AlaSantri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 03 Agustus 2005

Ramadhan dan Spirit Peradaban Buku

Oleh M. Haromain

Di antara sekian banyak keistimewaan bulan Ramadhan adalah diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad untuk pertama kalinya pada bulan suci ini. Teristimewanya lagi dan ini juga yang membedakan Al-Qur’an dengan kitab-kitab suci agama lain ialah bentuk atau susunan kalimat pertama dalam Al-Qur’an. Al Quranlah satu-satunya kitab suci yang redaksi kalimat pertamanya menggunakan kata perintah (fiil amar), tidak redaksi kalimat berita (khabariyah). Tidak hanya itu, konten perintah dari kata pertama tersebut sifatnya menggebrak, yaitu perintah membaca. Suatu ajakan yang kini telah terbukti menjadi landasan dan basis untuk membangun peradaban dan kebudayaan.

Perintah membaca ini (iqra) barangkali untuk konteks sekarang terkesan biasa-biasa saja. Tapi pada empat belas abad yang lalu saat Nabi menerima wahyu pertama, perintah tersebut jelas sangat revolosioner, ketika masyarakat Arab jahiliah sama sekali belum mengenal tradisi baca-tulis, melainkan hanya mengandalkan tradisi hafalan. Bahkan Nabi pun dalam menggambarkan kejahiliahan bangsa Arab masa itu pernah bersabda: Orang-orang yang pandai membaca dan menulis dari kalangan bangsa Arab dapat dihitung dengan jari.

Ramadhan dan Spirit Peradaban Buku (Sumber Gambar : Nu Online)
Ramadhan dan Spirit Peradaban Buku (Sumber Gambar : Nu Online)

Ramadhan dan Spirit Peradaban Buku

Secara eksplisit perintah membaca itu sejatinya mengarahkan umat manusia agar membangun peradaban buku, masyarakat yang memuliakan keberaksaraan, bukan kelisanan yang dangkal, kendati penulisan Al-Qur’an secara sistematis dalam bentuk kodifikasi lengkap baru dimulai pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Komitmen Nabi Muhammad dalam memperjuangkan dan menyadarkan urgensitas budaya literasi bagi umat manusia bisa dijumpai dalam pelbagai usaha dakwah beliau dalam membumikan risalah Islam, salah satunya pada perang Badar. Nabi Muhammad kala itu mensyaratkan mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh anak kaum muslimin sebagai tebusan bagi tawanan perang dari pasukan musuh. ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selanjutnya terang sekali generasi pascawafatnya Nabi, yaitu generasi sahabat, tabiin dan generasi ulama setelahnya, sangat menyadari hakikat perintah membaca itu untuk terus mengembangkan peradaban buku. Berkat upaya para penerus Nabi generasi awal ini, bersumber dari pembacaan Al-Quran lantas mereka berhasil melahirkan bejibun karya dan mengembangkan banyak cabang ilmu. Al-Qur’an menjadi satu kitab yang setelah dieksplorasi kandungannya mampu melahirkan beribu-ribu buku lain dengan aneka disiplin ilmu mulai bahasa, fiqih, tafsir, balaghoh (sastra), usul fiqh, arudh, kalam, tasawuf, dan lain sebagainya.

Pendek kata perintah membaca sebagai wahyu yang pertama kali turun telah menjadi pemantik dan inspirasi bagi lahirnya pelbagai cabang dan disiplin ilmu baru yang tertuang dalam pusparagam khazanah kitab, terlebih puncaknya pada masa periode khalifah Al Mamun dari Daulah Abbasiah. Al-Ma’mun yang memang sangat gandrung pada ilmu, terutama filsafat, mencanangkan proyek besar-besaran penerjemahan literatur Yunani ke dalam bahasa Arab, yang pada akhirnya Islam berhasil menjadi kiblat peradaban dunia berkat penghargaan yang sangat tinggi pada budaya literasi.

Penulis bergiat di "Rumah Pena" NU Temanggung dan Kontributor NU online kawasan Kedu



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, IMNU, Syariah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 11 Juli 2005

Sejarah Ahlul Halli wal Aqdi (2-Habis)

Oleh Drs. Choirul Anam

--Sabar pun ada batasnya. Para kiai sepuh merasa dilecehkan. Putusan Munas Ulama NU yang menggemparkan itu, dianggap menyesatkan dan membahayakan NU oleh kubu Cipete. Perlawanan ini akhirnya melahirkan sikap keras para ulama terhadap Idham Cholid.

Pada 2 Mei 1982 sejumlah ulama kharismatik: KH R Asad Syamsul Arifin, KH Ali Mashum, KH Masjkur, dan KH Mahrus Aly didampingi tokoh muda NU Dr Muhammad Thohir (kala itu) berangkat ke Jakarta untuk menemui Pak Idham Cholid. Para kiai ini lantas menasehatinya agar mengundurkan diri dari jabatan ketua umum PBNU.

Sejarah Ahlul Halli wal Aqdi (2-Habis) (Sumber Gambar : Nu Online)
Sejarah Ahlul Halli wal Aqdi (2-Habis) (Sumber Gambar : Nu Online)

Sejarah Ahlul Halli wal Aqdi (2-Habis)

Alasannya, NU perlu dibangun kembali seperti dulu lagi dengan menampilkan kepemimpinan baru yang lebih kompak. Lagi pula, kesehatan Pak Idham waktu itu dinilai semakin memburuk.

Bagaimana sikap Pak Idham Cholid? Taslim, setuju, menerima dan langsung membuat surat pengunduran diri di atas kertas kosong yang dibawa Dr Muhammad. Setelah ditandatangani, Pak Idham minta agar surat tersebut dipublikasikan empat hari setelah diteken, yakni pada 6 Mei.

Apa yang terjadi? Setelah dipublikasikan, ternyata Idham malah membantah dan mencabut kembali suratnya karena tidak sesuai AD/ART NU. Karuan saja perasaan kiai semakin jengkel, karena merasa dipermainkan. Bisa dimengerti jika kemudian muncul keragu-raguan terhadap niat baik Pak Idham Cholid dalam memimpin NU. Pertanyaannya adalah bagaimana cara menghentikannya?

Para ulama sepuh yang mendapat dukungan penuh kelompok muda NU berpikiran progresif, ? seperti Gus Dur, Fahmi Saifuddin, Achmad Bagja, Slamet Effendi Yusuf, dll tetap berupaya keras untuk menghentikan gerakan kubu Cipete secara cepat dan tepat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Salah satunya adalah dengan menggelar Munas Alim? Ulama NU. Tokoh-tokoh muda NU ini bergerak cepat, akhirnya Munas Ulama dijadwalkan (18-21 Desember 1983) di Pesantren Salafiyah Safiiyah, Asembagus, Situbondo, pimpinan KH R Asad Syamsul Arifin. Agenda Munas hanya tiga: 1) merumuskan? konsep NU kembali ke ? khitthah, 2) merumuskan sikap NU terhadap isu asas tunggal Pancasila (yang waktu itu sempat mengegerkan umat Islam Indonesia), dan? 3) menetapkan panitia Muktamar ke-27 NU (waktu itu muktamar direncanakan Desember 1984) juga di Situbondo.

KH Achmad Siddiq, konseptor? khittah? dan penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal, memberikan penjelasan secara gamblang kepada peserta Munas tentang perlunya NU kembali ke khitthah, kembali rel asalnya atau jati dirinya. Khitthah Nahdliyah, kata Kiai Achmad, adalah landasan berpikir, bersikap, dan bertindak bagi warga maupun pemimpin NU.

Landasan dimaksud mengandung banyak unsur,? antara lain: keagamaan, kemasyarakatan, kepemimpinan ulama, mazhab, sistem pembinaan umat dan pembangunan karakter moderat atau toleran. Jadi tidak berurusan dengan politik atau partai politik.

NU kembali ke khitthah, berarti NU bukan lagi wadah politik dan tidak ada kaitan apa pun dengan partai politik yang mana pun juga. Apa yang dituturkan Kiai Achmad merupakan kondisi riil NU kala itu yang memang rapuh. Sehingga, seluruh peserta Munas setuju dengan pemikiran Kiai Achmad dan meminta agar muktamar ke-27 menetapkan NU kembali ke khitthah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tentang penerimaan Pancasila sebagai asas organisasi, Kiai Achmad juga menjelaskannya dengan sangat piawai, sehingga peserta yang semula ragu-ragu akhirnya setuju dan mendukung. Walhasil, Munas memutuskan menerima Pancasila sebagai asas NU.

Dengan demikian di mata NU sudah tidak ada lagi kata "alternatif" untuk dasar maupun bentuk negara. Pancasila, UUD 1945, dan NKRI adalah FINAL. Bahkan sikap seperti itu, sesungguhnya, sudah dinyatakan sejak Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dengan turut sertanya wakil NU, KH Wahid Hasyim, dalam merumuskan dan menandatangani Pembukaan UUD? 1945. Selain memutuskan dua hal penting tersebut, Munas juga menunjuk KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur} sebagai Ketua Panitia Muktamar ke-27.

Dua bulan setelah Munas, KH R Asad Syamsul Arifin menemui Presiden Soeharto di Istana Negara (19 Februari 1984), untuk menyerahkan hasil Munas, terutama yang menyangkut penerimaan Pancasila sebagai asas jam’iyah NU. Beberapa hari kemudian diteruskan pertemuan lanjutan dengan Mendagri Soepardjo Rustam dan Menteri Agama Munawir Sjadzali, di kediaman? Mendagri (26 Februari 1984). Dari pihak NU yang hadir adalah KH R? Asad Syamsul Arifin, KH Ali Mashum, KH Masjkur, dan KH Achmad Siddiq.

Pertemuan ini lebih bersifat presentasi mengenai latar belakang pemikiran dan sikap yang diambil peserta Munas. Kiai Achmad lantas menjelaskan maksud dan tujuan serta sasaran yang diinginkan Munas, sampai kemudian bisa menerima Pancasila sebagai asas jamiyah NU dari sudut pandang agama, bukan politik. Dari pertemuan inilah kemudian lahir isyarat bahwa pemerintah berada di belakang kubu Situbondo. Tetapi, pemerintah juga berharap agar Pak Idham Cholid diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugasnya sesuai prosedur organisasi, walaupun akhirnya harus mundur.

Kubu Cipete memang terus mengimbangi (menyaingi) apa yang dilakukan dan dibuat kubu khitthah. Kubu khitthah menggelar Munas, kubu Cipete juga membuat Munas. Kubu khitthah menunjuk Gus Dur sebagai ketua panitia Muktamar ke-27, kubu Cipete juga menunjuk Cholid Mawardi sebagai ketua panitia. Jadi, waktu itu, NU menjadi tontonan paling menarik.

Munas Situbondo menerima Pancasila sebagai asas, Munas Cipete juga menerima Pancasila sebagai asas, dan bahkan sudah lebih dulu diserahkan kepada pemerintah. Tetapi, pemerintah rupanya lebih menghargai hasil Munas Situbondo karena lebih konseptual, ketimbang Cipete yang? cenderung sebagai manuver politik untuk mencari simpati pemerintah.

Nah, setelah melihat sikap pemerintah mendukung kubu khitthah, kubu Cipete mulai melunak. Dengan kebesaran hati para kiai sepuh, akhirnya kedua kubu dikumpulkan dalam sebuah acara ‘tahlilan’ di kediaman KH Hasyim Latief, ketua PW NU Jawa Timur di Sepanjang, Sidoarjo (10 September 1984). Di sini lahir sebuah maklumat bersejarah bernama "MAKLUMAT KEAKRABAN" yang ditandatangani tujuh ulama terkemuka: KH R Asad Syamsul Arifin, KH Ali Mashum, KH Idham Cholid, KH Machrus Aly, KH Masjkur, KH Saifuddun Zuhri, dan KH Achmad Siddiq. Isi maklumat pada intinya adalah mengakhiri konflik,? saling memaafkan, dan bersepakat untuk menyukseskan muktamar ke-27 di Situbondo, Desember 1984. Maka, berakhir sudah pertikaian antardua kubu yang berlangsung 3 tahun lebih itu.

Itulah sepenggal gambaran kondisi NU waktu itu yang memang memerlukan pertolongan secepat mungkin. Jika tidak, nasib NU ke depan tidak bisa dibayangkan. Oleh karena itu, kemudian muncul pikiran tentang sistem pemilihan. Sebab kalau tidak ada perubahan sistem maka (bisa jadi) muktamar ke-27 akan tetap menggunakan sistem lama, pilihan langsung. Jika ini yang terjadi, maka dapat dipastikan Pak Idham Cholid akan terpilih kembali, karena hampir seluruh cabang di Indonesia ‘dikuasai’ oleh orang-orangnya Pak Idham.

Karena itu, kemudian lahirlah sistem pemilihan baru bernama Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) untuk rais aam syuriah PBNU. Sedangkan ketua umum PBNU ditunjuk oleh rais aam syuriah.

Nah, sistem Ahwa yang digunakan di Muktamar ke-27 adalah seperti yang dikemukakan oleh KH Achmad Siddiq sebagai berikut:

Bahwa ketika Nabi Muhammad SAW wafat, jenazahnya sempat tertahan dua hari, belum bisa dimakamkan, karena belum ada penggantinya. Untunglah waktu itu ada sahabat Umar Ibnu Khatthab yang menunjuk sahabat Abu Bakar As-Shiddiq sebagai pengganti nabi. Dengan tindakan Umar tersebut, kemudian satu persatu yang hadir bertindak serupa ikut membaiatnya.

Lain lagi cara yang ditempuh Umar Ibnu Khatthab, jauh sebelum beliau wafat sudah menunjuk enam orang sebagai penggantinya. Terserah kepada mereka berenam siapa yang akan dipilih untuk menggantikannya. Karena keenamnya tidak bisa memutuskan, maka ditunjuklah Abdullah putra Umar yang berfungsi sebagai pemilih, tapi tidak boleh dipilih. Jadi bisa disimpulkan bahwa pada masa Umar, suksesi dilakukan dengan menunjuk enam orang dan satu orang sebagai Ahwa. Inilah yang dipraktikkan di muktamar Situbondo.

Dan ingat, bahwa Ahwa diterapkan di Situbondo itu bukan untuk menyelamatkan seseorang atau kelompok, tetapi untuk mengobati NU yang sudah sakit parah. Karena itu dipilih satu orang kiai sepuh yang kharismatik (KH Asad Syamsul Arifin) sebagai Ahwa, kemudian KH Asad menunjuk enam orang ulama (KH Ali Mashum, KH Machrus Ali, KH Masjkur, KH Achmad Siddiq, KH Saifuddin Zuhri, dan KH Moenasir Ali) sebagai pendamping untuk memilih rais aam syuriah. Terpilihlah kemudian KH Achmad Shiddiq, ‘pendekar’ muktamar dan Munas kala itu, sebagai rais aam syuriah, lalu menunjuk Gus Dur sebagai ketua umum. Apakah muktamar ke-33 di Jombang nanti, akan meniru sistem Ahwa itu?

Kalau hanya itu yang ditempuh, maka Ahwa tersebut bukan sistem baru. Oleh karena itu, diharapkan jika harus menggunakan sistem Ahwa yang baru, maka (Ahwa dimaksud) harus terkait dengan kondisi NU ke depan, misalnya NU 50 tahun yang akan datang seperti apa? Dan ingat, perubahan sistem tanpa perbaikan SDM-nya adalah sia-sia. Selamat bermuktamar!

?

Choirul Anam, Dewan Kurator Museum NU

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaNu, Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 28 Mei 2005

Pengurus NU Bondowoso H Matkur Terima Satya Lencana Pendidikan

Bondowoso,PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus PCNU Bondowoso H Matkur menerima penghargaan dari Pemerintah RI atas dedikasi dan prestasi dalam dunia pendidikan. Penghargaan diberikan pada puncak peringatan Hari Guru Nasional (HGN) di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor pada Ahad 27 November lalu.

Pengurus NU Bondowoso H Matkur Terima Satya Lencana Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pengurus NU Bondowoso H Matkur Terima Satya Lencana Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pengurus NU Bondowoso H Matkur Terima Satya Lencana Pendidikan

Ia bersama pendidik lainnya yang terpilih menerima penghargaan Satya Lencana Pendidikan yang diberikan Presiden RI Joko Widodo.

"Alhamdulillah saya mendapatkan penghargaan Satya lencana Pendidikan. Ini sebuah penghargaan yang diberikan Presiden RI pada orang-orang yang dianggap berprestasi luar biasa di bidang pendidikan," ungkapnya Ahad (27/11) malam.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Wakil Rais Syuriah MWCNU Kota Bondowoso, ada 40 orang yang menerima penghargaan tersebut, tapi yang disematkan langsung Presiden RI ada 15 orang perwakilan di antaranya dari Gorontalo, Yogyakarta, Maluku.

Bapak beranak lima bersyukur kepada Allah, orang tua, keluarga, para guru dan sahabat-sahabat dengan penghargaan ini. “Semoga menjadi motivasi dan inspirasi bagi anak-anak, murid dan teman guru,” katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Salah satu prestasi yang pernah diraihnya juara satu lomba Kepala Madrasah berprestasi tingkat nasional dan Apresiasi Pendidikan Islam (API) 2016 dari Menteri Agama. (Ade Nurwahyudi/Abdullah Alawi)



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khutbah, Nahdlatul, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah