Kamis, 29 Oktober 2015

FK-GMNU Tuntut Hamid Awaluddin Mundur dari Kabinet

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Sekitar 200 orang yang menamakan diri mereka anggota Forum Komunikasi Gerakan Muda Nahdlatul Ulama (FK-GMNU) melakukan unjuk rasa di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Selasa siang, menuntut agar kasus dugaan korupsi di lembaga penyelenggara pemilu itu diusut tuntas, termasuk dengan memeriksa seluruh anggotanya.

Unjuk rasa FK-GMNU, yang antara lain beranggotakan mahasiswa dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Assafi’iyah Jakarta, Universitas Bung Karno, Universitas Nasional, Sekolah Tinggi Agama Islam NU dan anggota Gerakan Pemuda Anshor juga menuntut agar Menteri Hukum dan HAM, Hamid Awaluddin, yang mantan anggota KPU, dicopot jabatannya di Kabinet Indonesia Bersatu.

Menurut koordinator aksi, Ali Abel, kasus dugaan korupsi di KPU perlahan-lahan mulai terungkap, bahwa semua anggotanya terlibat dalam penyelewengan dana penyelenggaraan pemilu 2004 namun pengusutan kasus itu mulai menemui ketidakjelasan.

"Sebab, salah satu tonggak penegakan hukum di Indonesia, yaitu Kementerian Hukum dan HAM masih dijabat oleh salah seorang anggota KPU yang ikut menikmati dana taktis sebesar 20 miliar," kata Abel.

Terkait kasus dugaan yang melibatkan Hamid, FK-GMNU menagih komitmen pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dalam pemberantasan korupsi, karena saat pengambilan sumpah para anggota kabinet 20 Oktober 2004 dinyatakan akan mundur jika terlibat korupsi dan siap menerima sanksi hukum yang berlaku.

Selesai menggelar aksi di KPU, rombongan pengunjuk rasa melanjutkan aksinya ke Departemen Hukum dan HAM di Jalan Rasuna Said, Jakarta, guna menyuarakan tuntutan yang sama.

"Kami belum lupa Pak Susilo Bambang Yudhyono berkali-kali menyatakan akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi jika terpilih sebagai presiden. Kini kami juga rakyat Indonesia menunggu realisasi janji tersebut," kata Abel.

Dalam aksinya para pengunjuk rasa mengusung sejumlah poster, yang salah satu di antaranya bertuliskan penagihan janji Presiden Yudhoyono untuk memberantas korupsi.

Mereka juga membentangkan spanduk untuk menyatakan empat tuntutan, yaitu "Usut Tuntas Kasus Korupsi di KPU Sampai ke Akar-akarnya, Copot Hamid Awaluddin dari Jabatan Menteri dan Adili Sesuai dengan Hukum yang Berlaku, Tegakkan Supremasi Hukum Tanpa Pandang Bulu, dan Tuntaskan Agenda Reformasi".(ant/mkf) 

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hadits PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

FK-GMNU Tuntut Hamid Awaluddin Mundur dari Kabinet (Sumber Gambar : Nu Online)
FK-GMNU Tuntut Hamid Awaluddin Mundur dari Kabinet (Sumber Gambar : Nu Online)

FK-GMNU Tuntut Hamid Awaluddin Mundur dari Kabinet

Rabu, 28 Oktober 2015

Habib Syech Ajak Jamaah Tidak Golput

Karanganyar, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam rangka menyukseskan penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) 2014, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf menghimbau warga agar tidak golput dalam pemilu yang digelar bulan mendatang.

“Saya berpesan kepada para jamaah semuanya, mari sukseskan pemilu dengan tidak golput dan gunakanlah hak pilih sebaik-baiknya,” seru Habib Syech di hadapan sekitar 10.000 jamaah di alun-alun mapolres Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (11/3).

Habib Syech Ajak Jamaah Tidak Golput (Sumber Gambar : Nu Online)
Habib Syech Ajak Jamaah Tidak Golput (Sumber Gambar : Nu Online)

Habib Syech Ajak Jamaah Tidak Golput

Habib Syech secara khusus tidak memberikan instruksi untuk memilih dan mendukung partai manapun, baik dalam pileg maupun pilpres mendatang. “Silakan jamaah memilih partai ataupun presiden sesuai dengan prinsip dan hati nurani masing-masing, namun yang terpenting jangan golput,” tegasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari  pantauan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, acara pada malam itu lebih meriah daripada sebelumnya. Banyaknya bendera merah putih, bendera NU, dan bendera Ahbabul Musthofa yang dikibarkan para jamaah menambah semaraknya acara.

“Memang polres pernah mengadakan acara serupa namun dahulu tidak seramai dan meriah sekarang,” ujar Alim salah satu jamaah yang aktif ikuti pengajian di Karanganyar. (Ahmad Rosyidi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, Meme Islam, Budaya PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 17 Oktober 2015

Pesan Gus Dur: NKRI, Rumah Bersama Semua Elemen Bangsa

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Teladan Gus Dur yang harus diingat generasi muda adalah bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia rumah bersama bagi semua warga yang berlainan suku dan agamanya agar dapat hidup berdampingan dengan semangat toleransi dan gotong royong.

Demikian salah satu kesimpulan dari dialog dalam acara haul ke-6 Gus Dur sekaligus peluncuran acara perdana yang digagas para santri Pesantren Soko Tunggal bernama “Ngopi Bareng Gus Nuril” ? pada 11 Februari 2016 bertempat di pesantren Soko Tunggal Rawamangun, asuhan KH Nuril Arifin yang akrab disapa Gus Nuril.

Pesan Gus Dur: NKRI, Rumah Bersama Semua Elemen Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesan Gus Dur: NKRI, Rumah Bersama Semua Elemen Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesan Gus Dur: NKRI, Rumah Bersama Semua Elemen Bangsa

Hadir sebagai narasumber adalah Romo Magnis Suseno, KH Maman Imanulhaq, KH Wahid Maryanto dan KH Nuril Arifin sebagai tuan rumah.?

Dalam dialog tersebut para narasumber menyampaikan bahwa Indonesia dengan keanekaragaman suku, agama, dan budayanya sangat rentan untuk dipecah-belah dari ideologi radikal. Oleh karena itu sebagai bagian dari elemen masyarakat baik dari agama manapun, dari suku manapun ketika merasa adalah warga negara Indonesia, sudah menjadi kewajibannya untuk mempertahankan Pancasila dan keutuhan NKRI dari ideologi-ideologi radikal.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Acara “Ngopi Bareng Gus Nuril” adalah gabungan dari pengajian dan dialog kebangsaan. Dalam rangka haul Gus Dur ini membawa tema “Teladan Gus Dur untuk Generasi Penerus Bangsa” yang dihadiri lebih 500 orang, terdiri dari berbagai unsur Nahdliyin, seperti dari Pagar Nusa, IPPNU, PMII, Ansor, dan juga dari para pemuka tokoh agama dari Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Dalam penutupnya Gus Nuril memberikan pesan “Orang boleh saja berpakaian islami tapi sesungguhnya bisa tidak islami, orang bisa tidak berpakaian islami tapi perbuatannya islami. Maka titik puncak agama adalah kesalehan sosial, bukan hanya pintar atau kesalehan di masjid-masjid saja.” Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hikmah, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 15 Oktober 2015

Pesantren Hadi Sakti Taklukkan Darul Falah 5 Gol tanpa Balas

Mataram, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Pertandingan Sepak Bola Liga Santri Nusantara yang mempertemukan Pesantren Hadi Sakti Kota Mataram dan Pesantren Darul Falah Mataram berakhir dengan skor 5-0 untuk Pesantren Hadi Sakti.

Bermain di lapangan TNI AU? ? Rembige Kota Mataram, Ahad (21/8) sore. Para pemain Hadi Sakti? kerap memainkan umpan pendek. Mereka menggunakan formasi 3:4:3 dalam melawan tim? kesebelasan Pesantren Darul Falah asuhan Rais Syuriyah PCNU Kota Mataram TGH Mustiadi Bahar.

Pesantren Hadi Sakti Taklukkan Darul Falah 5 Gol tanpa Balas (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Hadi Sakti Taklukkan Darul Falah 5 Gol tanpa Balas (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Hadi Sakti Taklukkan Darul Falah 5 Gol tanpa Balas

Serangan Srinata dengan nomor punggung 7 kerap menembus pertahanan lawan bagian delapan sehingga menghasilkan gol dengan kedudukan 1-0 pada babak pertama. Tidak lama kemudian, Pesantren Hadi Sakti menggandakan keunggulan menjadi 2-0 melaui tendangan pemain nomor 4. Skor 2-0 bertahan hingga babak pertama berakhir.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di babak kedua, Pesantren Darul Falah kembali kebobolan 3 gol tanpa balasan melalui tendangan nomor 4, 9, dan 10 hingga kemengan Hadi Sakti atas Darul Falah 5:0.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di hari yang sama Pesantren Bayyinul Ulum Lombok Utara yang meraih juara Zona NTB tahun 2015 lalu menang telak dengan skor 4-1 atas kesebelasan Pesantren Al-Islahudiny Kediri Lombok Barat. (Hadi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Khutbah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 12 Oktober 2015

Mbah Moen: Pemilu Tonggak Demokrasi Indonesia

Rembang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam sebuah acara pengajian, Mustasyar PBNU KH Maimoen Zubair menyinggung soal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang digelar serentak di sebagian besar kabupaten dan kota di Indonesia pada 9 Desember lalu.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah menuturkan, pemilihan umum ini merupakan tonggak demokrasi Indonesia.

Mbah Moen: Pemilu Tonggak Demokrasi Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Mbah Moen: Pemilu Tonggak Demokrasi Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Mbah Moen: Pemilu Tonggak Demokrasi Indonesia

"Siapapun yang ikut mencalonkan diri pada tanggal 9 Desember kemarin, mereka adalah anak bangsa yang juga telah ikut andil dalam menyukseskan demokrasi di Indonesia", tuturnya dalam acara Haflah Khatmil Qur’an di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Islamic Center, Lasem, Rembang, Senin (14/12) sore.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Mbah Moen, sapaan akrabnya, politik bukan untuk memuaskan kepentingan sesaat, melainkan untuk mendialogkan Islam dengan kebangsaan. Ia menambahkan, pemilihan umum ini merupakan tindak lanjut dari praktik yang pernah dicontohkan oleh Khulafaur Rasyidin.

Turut hadir dalam acara ini beberapa tokoh agama, di antaranya KH Sofwan (Imam Masjid Lasem), KH Khaizul Maali (Mustasyar PCNU Kabupaten Rembang), H Arwani Thomafi (anggota DPR RI). Acara ditutup dengan doa oleh KH Maimoen Zubair. (Aan Ainun Najib/Mahbib)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lomba, Pesantren, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 08 Oktober 2015

Dua Kiai Aziz dari Jombang

Pada sekitar pukul 14.00 WIB, Sabtu 15 April 2017, KH Aziz Masyhuri Denanyar wafat. Berita ini tentu mengejutkan karena pada paginya beliau masih membaca koran dan melanjutkan menulis buku sebagaimana yang dilakukannya selama ini. Dengan demikian berarti dua kiai besar bernama Aziz dari Jombang telah tiada, satunya lagi yaitu KH Aziz Mansyur Paculgowang sudah wafat pada 2015 lalu.

Saya, walaupun tidak lama, pernah mengaji ke beliau berdua. Kiai Aziz Mansyur adalah sosok kiai yang mempunyai etos ilmiah ala Lirboyo, yang tidak lain adalah pondok kakeknya sendiri, karena beliau juga lama mondok di Lirboyo. Gaya ngaji beliau; duduk bersila di depan meja kecil, dilengkapi dengan lampu belajar, serta bersandar di bantal. Diatas meja kecil itu, selain ada kitab dan lampu belajar, juga ada segelas air putih.

Dua Kiai Aziz dari Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)
Dua Kiai Aziz dari Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)

Dua Kiai Aziz dari Jombang

Ketika saya mengaji romadhon pada 2014, saya begitu takjub dengan kedisiplinan Kiai yang menjabat dewan syuro PKB ini. Kalau sudah duduk didepan kitab, maka sekitar 2 jam sampai 2, 5 jam ke depan, tidak beranjak dari tempat duduknya, membaca kitab tanpa berhenti, dan tanpa basa-basi. Ketika membaca kitab semacam ini posisi beliau menghadap ke arah kiblat, bertempat di selasar masjid. sementara kami yang mengaji juga menghadap kiblat, berada di belakang beliau. Nah, ini tentunya menguntungkan bagi saya, karena kalau ngantuk tidak akan ketahuan, hehehe.

Kitab yang dikaji ba’da taraweh ketika itu adalah al-Asybah wa An-nadhair, dan Dalailul Khoirot. Belum lagi yang dibaca pada waktu pagi dan sore. Dengan etos yang demikian itu, maka wajar kalau dalam kesempatan romadhon yang biasanya tidak sampai tanggal 20 sudah selesai, berhasil menghatamkan beberapa kitab. Sehingga bisa dimaklumi jika santri alumni pondok salaf, semacam Paculgowang dan Lirboyo mempunyai perbendaharaan kitab kuning yang relatif banyak.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lalu bagaimana gaya Kiai Aziz Masyhuri mengaji? Tempat belia mengaji tidak? ? di masjid, namun di ruang tamu. Beliau duduk di salah satu kursi, kemudian yang mengaji duduk dikursi-kursi yang lain, ada dua set kursi tamu di ruang tersebut. Sebagaimana layaknya menerima tamu, di meja tersaji aneka hidangan, ada makanan kering yang berada di toples-toples dan ada makanan basah, seperti pisang goreng, roti bakar, atau yang lainnya.

Jadwal mengaji satu minggu sekali, saya perhatikan hidangan di atas meja tersebut selalu berganti. Terasa benar bahwa memang itu disiapkan secara khusus untuk orang-orang yang mengaji pada beliau. Tidak berhenti sampai disitu, setiap ada yang datang, tidak lama kemudian ada yang menghidangkan kopi. Di tengah-tengah pengajian biasanya disusul dengan kolak, lalu diakhir ditutup dengan nasi goreng atau tahu petis. Jadi saya katakan pada Anda, bahwa tips mengaji pada Kiai Aziz Masyhuri haruslah dalam kondisi perut kosong, kalau tidak mau keringat dingin, karena harus menghabiskan makanan yang sedemikian banyak.

Nah, begitu kita datang ternyata tidak langsung mengaji kitab, tetapi masih mengobrol kesana-kemari antara setengah sampai satu jam. Bahan obrolan biasanya tentang permasalahan aktual, tentang ke-NU-an, tentang kegiatan-kegiatan beliau, atau seputar penulisan kitab yang sedang beliau kerjakan.

Jujur, awal-awal saya merasa gelisah dengan ritme mengaji seperti ini, karena tidak langsung to the poin. Tapi lama-kelamaan merasakan hal yang berbeda. Apa yang beliau obrolkan tersebut biasanya adalah pandangan atau sikap beliau sebagai seorang kiai menghadapi permasalahan yang sedang terjadi. Jadi ini adalah pengajian aktual, tidak melulu mengaji kitab, tapi juga mengaji kehidupan. Apalagi ketika membaca kitab juga selalu disisipi dengan penjelasan-penjelasan.

Yang dikaji ketika itu adalah kitab Kawakibul Lama’ah karangan Kiai Fadhol Senori Tuban, yang tak lain adalah pamannya sendiri. Mungkin Kiai Aziz Masyhuri produktif mengarang kitab karena terinspirasi oleh Kiai Fadhol ini. Kitab lain karya Kiai Fadhol diantaranya adalah ahlal musyamarah yang menceritakan tentang 10 wali di tanah Jawa. Di tangan Kiai Aziz Masyhuri, keterangan kawakibul lama’ah menjadi sangat luas.

Keterangan tentang apa yang tertulis di kawakibul lama’ah sepertinya sudah nempel banget di lidah beliau. Keterangannya bisa sangat detail. Misalkan saja, ketika masuk pada pembahasan devinisi sunnah dan jama’ah, dalam kitab tersebut menyitir devinisi dari kamus Muhith. Oleh beliau dijelaskan kamus mukhit ini merupakan kamus 4 jilid yang patokannya adalah huruf terakhir dari suatu kata. Misal kata ‘wasala’ yang terdiri dari huruf wawu, sin, dan lam, maka cara mencarinya dari huruf lam.

Keterangan ini kemudian melebar pada jenis-jenis kamus. Dimulai dari Tajul Arus yang merupakan sarah kamus mukhit. Lalu ada juga Misbahul Munir yang menurut beliau merupakan kamus yang paling ‘marem’, karena kalau ada masalah fiqh keterangannya dipanjangkan. Ada juga kamus munjit. Ini adalah kamus yang paling gampang, karena kalau ada yang tidak jelas dikasih gambar. Kelebihan yang lain dari kamus ini ada Faraidul Adab-nya. Namun yang mengarang orang kristen.

Keterangan kamus munjit ini menjadi semakin hidup manakala ditambahi dengan kisah Mbah Kiai Maksum Lasem dan putranya Mbah Kiai Ali Maksum. Mbah Kiai Maksum mengharamkan kamus munjit. Ketika Mbah Kiai Ali Maksum masih dipondok, waktu mau dijenguk ayahnya, santri-santri senior yang punya kamus munjit suruh menyembunyikan. Takut kalau-kalau Mbah Kiai Maksum memeriksa kamar-kamar. Nah, nanti kalau sudah pulang boleh dikeluarkan lagi.

Kitab berikutnya yang dikaji setelah kawakibul lama’ahkhatam adalah kitab tipis berjudul, butlani aqoidul syiah, sebuah kitab yang sepertinya belum ada di penerbitah Indonesia. Karena kami mengkajinya pun dari foto copy-an kitab yang beliau punya. Demikianlah Kiai Aziz Masyhuri, perbendaharaan kitab-kitab langkanya melimpah. Sehingga wajar kalau beliau menjadi rujukan kiai-kiai yang lain, termasuk dari pondok-pondok besar. Namun taqdir kami tidak bisa mempelajari kitab ini sampai selesai, karena setelah libur hari raya, pengajian kitab tersebut belum dilanjutkan lagi sampai beliau wafat.

Beliau memang pernah cerita, bahwa jika sedang haji, yang beliau buru adalah kitab-kitab terbitan timur tengah. Saking banyaknya yang beliau beli, sampai-sampai sebagiannya harus dititipkan ke orang lain yang jatah bagasinya masih ada. Maka wajar, kalau wacana kitab kuningnya di atas rata-rata. Sampai-sampai ketika Dr. Musthofa Ya’qub, imam besar Masjid Istiqlal Jakarta, yang juga karibnya waktu di Tebuireng membuat tulisan di Republika, tentang banyaknya kesamaan ajaran-ajaran NU melalui kitab karangan KH Hayim Asyari yang terkodifikasi dalam Irsyadus Syari, dengan ajaran-ajaran Wahabi, maka Kiai Aziz Masyhuri menegurnya, ketika bertemu di sebuah acara di madura. Hal ini karena Kiai Aziz Masyhuri mempunyai refrensi lain yang menguatkan tentang perbedaan besar antara ajaran NU dan wahabi.

Dengan kekayaan wacana kitab kuning demikian ini, ternyata Kiai Aziz Masyhuri mentransformasikan apa yang dipunyainya itu dengan cara yang santai; mengajar ngaji disambi dengan makan-makan dan ngobrol kesana-kemari. Perut terisi, kepala pun terisi.

Sedangkan Kiai Aziz Mansyur yang mempunyai tradisi dan etos kitab kuning yang disiplin, ternyata pembawaannya tidak dikit-dikit nge-dalil. Saya teringat ketika resepsi pernikahan saya, dalam tausyiahnya beliau malah hanya bercerita, tidak mendalil, tentang bagaimana galaunya ketika beliau dipasrahi untuk meneruskan estafet kepemimpinan pondok pesantren Tarbiyatun Nasihin, selepas ayahnya meninggal. Juga bercerita tentang awal-awal diundang mengaji ke kampung-kampung dengan mengendarai sepeda ontel, lalu beralih naik sepeda motor, lalu beralih memohon kapeda Allah agar diberi kendaraan yang ada iyup-iyupane (ada atapnya: mobil). Selanjutnya tausyiah beliau malah ditutup dengan penjelasan filosofi janur dan lain-lain, yang biasa digunakan di resepsi pernikahan adat Jawa. Allahummaghfirlahuma...

M. Fathoni Mahsun, Kader Gerakan Pemuda Ansor Jombang



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Istri Rais Aam Kebanjiran Permintaan “Bocoran”

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Di musim kampanye Capres dan Cawapres ini, rupanya tidak hanya tim sukses yang sibuk. Hj Siti Fatma misalnya kebanjiran pesan singkat yang meminta bocoran dukungan suaminya. Bocoran tersebut mencari tahu kepada siapa Rais ‘Aam PBNU KH A. Mustofa Bisri menjatuhkan pilihan pada 9 Juli nanti?

“Ibunya anak-anak ~Siti Fatma~ kebanjiran sms yang minta bocoran: dalam pilpres ini aku mendukung siapa?” tulis kiai yang akrab disapa Gus Mus tersebut melalui akun Facebooknya, Sabtu (14/6).

Istri Rais Aam Kebanjiran Permintaan “Bocoran” (Sumber Gambar : Nu Online)
Istri Rais Aam Kebanjiran Permintaan “Bocoran” (Sumber Gambar : Nu Online)

Istri Rais Aam Kebanjiran Permintaan “Bocoran”

Lanjutan status tersebut berbunyi, "Dijawab bagaimana, bah, sms-sms ini?" tanyanya sambil tersenyum.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Lho ya terserah Sampéyan mau menjawab bagaimana," jawabku juga sambil tersenyum; "kan Sampéyan yang dimintai bocoran."

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Beberapa akun berkomentar status tersebut, “Di jawab tg mriki mawon yai....” (Dijawab di sini saja, Kiai).? Akun lain menulis, “Insya Allah dan pastinya tidak Golput, kami jg menunggu bocoran. Minimal butuh clue Pak Kyai....”

Salah satu akun bereaksi lain, “Hehehe... saya kangen Ibu... salam kangen dan tadzim buat Ibu Siti Fatma...” (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 07 Oktober 2015

Kiai Tolchah Hasan Ingatkan Pentingnya Moral Akademik

Banjarmasin, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Meningkatnya jumlah perguruan tinggi Islam di Indonesia belum diiringi dengan peningkatan kualitas akademiknya. Lebih jauh dari itu, moral akademik, yaitu kejujuran, belum menjadi perinsip utama para civitas akademika. Plagiasi karya ilmiah masih marak di mana-mana, begitu juga di kampus-kampus umum.

Demikian dikatakan mantan menteri agama era Presiden Gus Dur, Prof. Dr. KH Tolchah Hasan dalam diskusi pleno pertama Islam Indonesia-Nusantara, Selasa (2/11). Kiai Tolchan mengatakan maraknya aksi plagiasi di kalangan sarjana merupakan dampak dari komersialisasi pendidikan.

Kiai Tolchah Hasan Ingatkan Pentingnya Moral Akademik (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Tolchah Hasan Ingatkan Pentingnya Moral Akademik (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Tolchah Hasan Ingatkan Pentingnya Moral Akademik

“Komersialisasi tidak saja mencari untung dengan ongkos pendidikan yang mahal, tapi komersialisasi dan politisasi gelar. Jika gelarnya tinggi, maka gajinya tinggi dan dianggap pinter. Padahal belum tentu,” ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Lihat saja sekarang, banyak perguruan tinggi yang laris manis hanya fakultas Tarbiyah. Sementara fakultas lain tidak laku. Para pemegang kebijakan dan masyarakatnya hanya perpikir instan. Budayanya sekarang ini ingin cepat jadi PNS, ingin dapat sertifikasi, biar gajinya banyak. Kan begitu?” tambah Kiai Tolchah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dia mengungkapkan bahwa kampus-kampus Islam dan kampus umum kita sekarang ini, melakukan dengan segala cara untuk mengolah dan mencetak sarjana secara instan. Pengikatan sarjana hanya pada sisi kuantitas, tanpa melihat aspek kualitas.

“Kondisi kurikulum peruguruan tinggi yang digemukkan, tapi secara waktu diperpendek, menyebabkan para dosen harus mengajar terus-menerus. Akhirnya mereka tidak punya waktu membaca. Kondisi seperti ini diperparah dengan kinerja yang lemah, malas  dan sering mengambil jalan pintas. Tidak sedikit karya ilmiah dosen-dosen itu mengambil karya orang lain tanpa etika akademik. Ini ironi. Ya, dosennya saja begitu, apalagi mahasiswanya?” papar

Kiai Tolchah yang juga mantan rektor Universitas Islam Malang.

Senada dengan Kiai Tolcah, Budi Munawar-Rahman yang ditemui di sela-sela mengikuti ACIS ke-10, mengatakan bahwa aksi plagiasi di kalangan sarjana begitu marak. Kondisi seperti ini menggambarkan kemiskinan akhlak, karena luluh oleh watak materialisme, hedonisme dan ambisi politik.

“Banyak sarjana Muslim kita yang sibuk jadi konsultan politik, bahkan jadi broker politik, hingga melupakan tugas utamanya menjadi pendidik. Ini masalah serius,” tegas Budi. (xbl/hmz)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah