Sabtu, 22 Oktober 2016

MWCNU Pagelaran Pringsewu Ajak Warga Benahi Sanitasi lewat 5 Pilar

Pringsewu, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kebersihan sebagian dari Iman. Demikian kalimat pertama Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Pagelaran H Bahrodin saat mengisi Jihad Pagi (Ngaji Ahad Pagi) disusul dengan ajakan kepada jamaah untuk menerapkan pola hidup bersih dalam kehidupan sehari-hari.

“Pola hidup bersih dapat ditempuh melalui 5 hal yang merupakan pilar Program Pemerintah STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat )," jelasnya di Kecamatan Pagelaran, Pringsewu, Lampung, Ahad (3/1),

MWCNU Pagelaran Pringsewu Ajak Warga Benahi Sanitasi lewat 5 Pilar (Sumber Gambar : Nu Online)
MWCNU Pagelaran Pringsewu Ajak Warga Benahi Sanitasi lewat 5 Pilar (Sumber Gambar : Nu Online)

MWCNU Pagelaran Pringsewu Ajak Warga Benahi Sanitasi lewat 5 Pilar

Kelima pilar tersebut, menurutnya, meliputi setop buang air besar sembarangan, cuci tangan memakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan dengan sehat, mengelola sampah dengan benar dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan benar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia mengaku prihatin terhadap kondisi banyaknya warga Indonesia yang masih buang air tidak pada tempatnya. "Budaya ini mengakibatkan Indonesia termasuk negara nomor 2 terjorok di dunia di bawah Negara Laos yang berada di posisi pertama," terang duta STBM di Kecamatan Pagelaran ini.

Bahrodin mengingatkan fakta bahwa masyarakat Indonesia adalah mayoritas beragama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak orang Islam yang belum mempraktikkan hidup bersih dan sehat seperti anjuran Rasulullah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Banyak sekali hadits Rasul yang menjadi dasar tentang kebersihan khususnya masalah sanitasi. Hal ini menunjukkan bahwa Rasul sangat perduli dengan masalah kebersihan," tambah Bahrodin yang pada November 2015 diundang untuk mempresentasikan konsep “Jihad Sanitasi" yang dirintisnya pada Konfrensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) di Jakarta.

Salah satu contoh hadits Nabi, lanjutnya, adalah larangan Nabi kepada umatnya untuk buang air baik kecil maupun besar di air tergenang, air mengalir, di jalanan dan juga di tempat bernaung seperti pohon dan tempat-tempat umum.

"Inilah yang mendasari saya untuk terus menyosialisasikan pola hidup sehat melalui Konsep Jihad Sanitasi. Karena Jihad adalah mengajak ke arah yang lebih baik maka mengajak orang lain untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan lingkungan ke arah yang lebih sehat dan bersih termasuk dalam jihad," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Cerita, News PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 13 Oktober 2016

Putri Muslimah Indonesia, Tak Boleh Sekedar Cantik Fisik

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa kecantikan seorang perempuan tidak hanya dinilai dari penampilan fisik semata. Lebih dari itu, menurut putera mantan Menag KH Saifuddin Zuhri (alm) ini, kecantikan tidak terlepas dari soal pengetahuan, bakat, dan wawasan.

“Kecantikan tidak semata dinilai dari penampilan fisik belaka, tapi juga pengetahuan, wawasan, bakatnya dan kemampuan membaca Al-Quran,” demikian dikatakan Menag saat menghadiri malam pemilihan Puteri Muslimah Indonesia tahun 2015 yang disiarkan secara langsung di salah satu stasiun televisi swasta nasional, Rabu (13/05) malam seperti dilansir oleh situs kemenag.go.id. ? Ikut hadir mendampingi Menag dalam kesempatan ini, Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Rudi Subiyantoro.

Putri Muslimah Indonesia, Tak Boleh Sekedar Cantik Fisik (Sumber Gambar : Nu Online)
Putri Muslimah Indonesia, Tak Boleh Sekedar Cantik Fisik (Sumber Gambar : Nu Online)

Putri Muslimah Indonesia, Tak Boleh Sekedar Cantik Fisik

“Jadi hal positif yang lebih bermutu, dari pada kontes yang hanya menilai fisik saja,” tambah Menag sembari mengapresiasi terobosan yang dilakukan dalam pemilihan ini dalam menilai wanita Indonesia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kepada para finalis, Menag mengingatkan bahwa para finalis yang tampil sesungguhnya tidak lagi menjadi objek, tapi subjek. ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Finalis ini sekarang adalah subjek yang dituntut menunjukan potensi dirinya sehingga mampu memotivasi dan menginspirasi kita semua,” jelas Menag.?

Dalam ajang kali ini, juara Putri Muslimah Indonesia 2015 diraih oleh Nesa Aqila Herryanto Putri dari Medan, Sumatera Utara. Ia berhak membawa pulang uang hadiah sebesar 50 juta rupiah.

Sementara juara dua diraih oleh Inka Noor Aulia, kontestan asal Indramayu, Jawa Barat. Ia berhak memboyong hadiah uang sebesar 30 juta rupiah. Selanjutnya, juara ketiga diraih Bunga Ade Tama dari Jakarta yang berhak mendapat hadiah uang sebesar 20 juta rupiah. (mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Ubudiyah, RMI NU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 10 Oktober 2016

Pergunu DKI Jakarta Rayakan Hari Santri dengan Sarasehan Aswaja

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) DKI Jakarta turut gembira dan bangga dengan diperingatinya hari santri l, setelah ditetapkan oleh Presiden RI pada tahun 2015. Dalam rangka turut merayakan Hari Santri Nasional 2017, Pergunu DKI Jakarta menggelar kegiatan Sarasehan Ahlussunah wal Jamaah untuk Islam rahmatan lil alamin.

Kegiatan dilaksanakan di Masjid Raya KH Hasyim Asyari, Jakarta Barat, 21 Oktober 2017. Dengan tema Meneguhkan Komitmen Islam Ahlussunah wal Jamaah untuk Islam Rahmatan lil Alamin kegiatan diikuti oleh Guru Pergunu, berjumlah sekitar 200 orang.

Pergunu DKI Jakarta Rayakan Hari Santri dengan Sarasehan Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)
Pergunu DKI Jakarta Rayakan Hari Santri dengan Sarasehan Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)

Pergunu DKI Jakarta Rayakan Hari Santri dengan Sarasehan Aswaja

Kegiatan juga dirangkai dengan Pelantikan PAC Pergunu se-Jakarta Barat. Ketua Panitia Pelaksana, H. Matali mengungkapkan pentingnya bagi guru memahami Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunah wal Jamaah Annahdliyah. Karena menurutnya, Guru adalah garda terdepan untuk membentuk karakter generasi penerus bangsa. 

Semangat hari santri harus dapat diambil teladan yang baik. Sarasehan ini bertepatan hari santri nasional, kita berharap para guru Pergunu mampu meneladani para santri dan para kiai di masa lampau, terutama dalam prinsip keagamaan yang rahmatan lil alamin".

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hadir sebagai narasumber pada kegiatan tersebut, di antaranya KH Mujib Qulyubi. Dalam wajangannya, Kiai Mujib menekankan kepada para guru agar memberikan pemahaman pada murid tentang pentingnya mencintai agama dan negara. 

Karena itu adalah salah satu ajaran para alim ulama salafunassholikh. Selain itu, Katib Syuriyah PBNU itu juga berpesan agar para Guru NU waspada dan ikut menolak aliran-aliran Islam fundamental dan ekstrim yang masuk ke sekolah atau madrasah dengan menghadirkan nilai-nilai dan amaliyah Islam Ahlussunah wal Jamaah yang rahmatan lil alamin.

Pada kesempatan yang sama, H Marsudi Syuhud, Ketua PBNU menekankan kepada peserta sarasehan untuk memegang teguh prinsip-prinsip ke-NU-an dan perilaku sosial yang selalu mengedepankan kemanfaatan bagi orang lain. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Pergunu sebagai badan otonom NU harus begerak secara organisatoris, sistematis, dan visibel. Bawa dan sebarkan pada murid prinsip Islam yang dikembangkan NU. Berikan manfaat kepada orang lain, karena dengan itu orang lain juga akan lebih banyak lagi memberikan manfaat kepada kita," kata Marsudi.

Sarasehan Aswaja Pergunu DKI Jakarta, juga dihadiri oleh Jajaran Pengurus PWNU DKI Jakarta, PCNU Jakarta, Takmir Masjid JIC, Takmir Masjid Raya KH Hasyim Asyari, dan tokoh masyarakat lainnya. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jadwal Kajian PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 09 Oktober 2016

Kisah Perdebatan Dua Ulama Top NU soal Hakim Perempuan

KH A Wahid Hasyim saat menjadi Menteri Agama telah membuka pintu secara administratif perempuan untuk bisa menjadi hakim, namun landasan fiqh-nya belum sempat dirumuskan. Di sana-sini masih banyak penolakan para alim ulama akan status dan kedudukan perempuan sebagai hakim di Pengadilan Agama.

Jumhur ulama dari mazhab Syafii, Hanbali dan Maliki tidak membolehkan. Imam Abu Hanifah membolehkan dalam kasus di luar hudud dan qisas. Ibn Jarir al-Thabari membolehkan secara mutlak. Pendapat mana yang mau dipilih?

Kisah Perdebatan Dua Ulama Top NU soal Hakim Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)
Kisah Perdebatan Dua Ulama Top NU soal Hakim Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)

Kisah Perdebatan Dua Ulama Top NU soal Hakim Perempuan

Maka terjadilah Bahtsul Masail para ulama top di lingkungan Nahdlatul Ulama. Pandangan para ulama NU mengerucut pada dua blok besar: mereka yang mengikuti pandangan KH Marus Ali dari Pesantren Lirboyo, dan mereka yang mengikuti pandangan Prof KH Ibrahim Hosen (Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat dan Rektor Institut Ilmu Al-Quran Jakarta). Kiai Mahrus tidak membolehkan dengan mengikuti jumhur sedangkan Abahku membolehkan dengan mengikuti pendapat Hanafi dan Thabari. Sebagai catatan, pendapat Hanafi dan Thabari bisa digabungkan karena yurisdiksi Peradilan Agama di Indonesia terbatas pada masalah akhwalus syakhsiyah dan tidak masuk wilayah jinayah.

Perdebatan kedua kubu sangat panas dengan masing-masing mengeluarkan argumentasi dan rujukannya. Akhirnya diskusi diskors untuk makan siang dan shalat zuhur. Di saat itulah Abah mendekati Kiai Mahrus Ali dan melancarkan jurus diplomasinya. Abah berkata: "Pak Kiai, sebelum saya berangkat sekolah ke al-Azhar Kairo, saya belajar khusus kepada Kiai Abbas di Buntet". Kiai Mahrus langsung bangun dari kursinya dan memeluk Abah, "Kiai Abbas itu Waliyullah, beliau paman saya!"

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Setelah dialog tersebut sesi diskusi segera dibuka kembali. Kiai Mahrus mengangkat tangannya: "Diskusi tidak perlu dilanjutkan, sudah selesai, saya setuju perempuan boleh menjadi hakim", maka terdengarlah surat al-Fatihah dibacakan bersama. Para kiai yang lain keheranan apa yang terjadi mengapa perdebatan panas sebelumnya langsung hilang?

Abah saya belakangan menjelaskan kepada saya saat mengenang Kiai Mahrus Ali. Sambil berkaca-kaca Abah berkata: "Kiai Mahrus Ali itu ulama besar. Beliau paham perbedaan mazhab. Beliau hanya ingin diyakinkan bahwa Abah sudah menghitung dampak dari memilih mazhab Hanafi dan Thabari untuk masalah ini. Ketika disampaikan bahwa Abah santri kesayangan dari Kiai Abbas Buntet, Kiai Mahrus Ali seketika menjadi yakin bahwa seorang santri Buntet dibawah bimbingan langsung Kiai Abbas akan tahu bahwa fatwa itu tidak boleh sembarangan dikeluarkan. Kiai Abbas memang waliyullah."

Abah kemudian bercerita hubungan eratnya dengan Kiai Mahrus. Kiai Mahrus menanyakan perkembangan Institut Ilmu al-Quran (IIQ) bahkan meng-ijazahi shalawat untuk kelangsungannya. Belakangan saat Muktamar NU di Pesantren Lirboyo 1999 saya sowan ke rumah Kiai Kafabihi Mahrus, putra Kiai Mahrus. Beliau memeluk saya dan berkata, "Abah saya (Kiai Mahrus) pesan: Kiai yang alim soal ushul al-fiqh itu Prof KH Ibrahim Hosen".

Begitulah para Kiai NU. Mereka tahu argumen masing-masing. Mereka saling mencintai dan memghormati. Tinggal kita saja generasi berikutnya yang harus melanjutkan nilai-nilai yang para masyayikh sudah ajarkan kepada kita. Kalau sekarang anda melihat banyak perempuan yang menjadi hakim di Pengadilan Agama, ingatlah dengan kisah ini: semuanya dimulai dari diskusi para ulama kami.

Lahumul fatihah ....

Nadirsyah Hosen, Rais Syuriyah PCI Nahdlatul Ulama Australia - New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 05 Oktober 2016

Anak Indonesia Lebih Kenal Sincan dan Teletabis daripada Nabi

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Si Raja Dongeng Kusumo Priyono merasa prihatin dengan tayangan TV di Indonesia yang tidak mendidik dan mengandung nilai-nilai keagamaan sehingga kini anak-anak lebih mengenal tokoh kartun seperti Sincan dan Teletubis daripada para Rasul dan Nabi.

Hal ini dikemukakan dalam seminar Pendidikan Madrasah dan Tantangan Global yang diselenggarakan oleh Departemen Agama di gedung MK, Jakarta, Rabu (23/7).

Anak Indonesia Lebih Kenal Sincan dan Teletabis daripada Nabi (Sumber Gambar : Nu Online)
Anak Indonesia Lebih Kenal Sincan dan Teletabis daripada Nabi (Sumber Gambar : Nu Online)

Anak Indonesia Lebih Kenal Sincan dan Teletabis daripada Nabi

“Perilaku anak Indonesia, saat ini kondisinya memprihatinkan, ini dampak globalisasi sangat berpengaruh sehingga anak Indonesia tak mengenal kebanggaan pada nabi Muhammad. Idolanya Sincan dan Telebutis,” katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Gaya tayangan TV saat ini menurut pakar psikologi ini sama sekali tidak mencerminkan budi pekerti bangsa Indonesia. Tayangan yang bernuansa Islam kesannya juga pada hal-hal yang berbau mistik.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kita perlu bersikap kritis, karena menyangkut moral adil, anak sampai dengan cucu kita yang akan mengalami degradasi. Orang jadi gampang bunuh diri, unggah-ungguh juga hilang,” terangnya.

Tayangan asing yang memiliki latar belakang budaya yang bertolak belakang dengan Indonesia juga banyak disukai masyarakat. Ia menceritakan saat mengisi sebuah acara di Sumatra Barat harus ditunda sebenar karena bertepatan dengan tayangan Maria Mercedes.

“Padahal budaya kita jauh berbeda, disana orang kumpul kebo dianggap biasa, selingkuh biasa, punya anak tanpa punya kawin juga dianggap wajar dan perkawinan hanya nomor dua,” imbuhnya.

Salah satu upaya untuk mengurangi dampak buruk globalisasi pada anak-anak adalah pendidikan di madrasah yang memberikan bekal agama. Sayangnya, berdasarkan pengalamannya mengajar di berbagai tempat, lembaga pendidikan Islam ini sangat ketinggalan.

“Sekolah di madrasah tak ada kebanggaan, padahal madrasah itu lapisan dasar bagi pembinaan akhlak bagi anak yang mengenalkan mereka pada agama,” katanya.

Dan yang paling diperlukan, terutama bagi para pengambil kebijakan adalah keberanian untuk mengambil sikap tegas terhadap tayangan yang merugikan masyarakat. Ia mengaku dipecat dari lembaga sensor film gara-gara banyak menggunting film yang mengandung unsur pornografi. (mkf)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nurul Fathonah Pimpin PW IPPNU Jawa Barat

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Nurul Fathonah terpilih secara aklamasi sebagai Ketua IPPNU Jawa Barat dalam Konferensi Wilayah Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jawa Barat. Nurul akan memimpin gerakan pelajar putri NU Jabar untuk masa khidmah tiga tahun ke depan. Nurul sebelumnya pernah menjadi Ketua IPPNU Garut.

Konferensi Wilayah IPPNU Jabar berlangsung di Pesantren Assiddiqiyah 3-4, Cilamaya, Karawang, Sabtu-Ahad (26-27/11). Konferensi ini diikuti sedikitnya 25 cabang IPPNU utusan cabang dan kabupaten se-Jawa Barat.

Nurul Fathonah Pimpin PW IPPNU Jawa Barat (Sumber Gambar : Nu Online)
Nurul Fathonah Pimpin PW IPPNU Jawa Barat (Sumber Gambar : Nu Online)

Nurul Fathonah Pimpin PW IPPNU Jawa Barat

Nurul Fathonah mengajak segenap kader IPPNU di Jawa Barat untuk menjadikan IPPNU Jawa Barat sebagai wadah aktualisasi pelajar dalam mengawal kader Islam Aswaja An-Nahdliyah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Mari jadikan IPPNU sebagai benteng negara dalam menjaga pelajar Indonesia terhadap bahaya pergaulan bebas, narkoba, dan paham-paham radikalisme di kalangan pelajar,” kata Nurul.

Setiap cabang IPPNU mengutus minimal empat delegasinya dalam forum konferensi ini. Sementara dalam pembukaan tampak Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Ketua PWNU Jabar, Bupati Karawang, Camat Cilamaya, dan aparat desa setempat. (Alhafiz K)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Khutbah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua PBNU: Afi Nihaya Faradisa Tak Hanya Didukung Banser dan Ansor

Surabaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Nenek moyang telah menyadarkan bahwa kebinekaan adalah hal yang melekat bagi negeri ini. Berbagai suku, agama, ras dan antargolongan juga sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan. Karenanya, tugas generasi muda adalah merawat keragaman agar tetap lestari.

Ketua PBNU: Afi Nihaya Faradisa Tak Hanya Didukung Banser dan Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketua PBNU: Afi Nihaya Faradisa Tak Hanya Didukung Banser dan Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketua PBNU: Afi Nihaya Faradisa Tak Hanya Didukung Banser dan Ansor

Penegasan ini disampaikan KH Robikin Emhas kala tampil pada diskusi Cangkir9 dengan tema “Romadonesia; Meneguhkan kembali Khittah Keindonesiaan menuju Seribu Bulan Kemerdekaan Indonesia”. Diskusi yang digagas sejumlah lembaga dan badan otonom PWNU Jatim pada Jumat (9/6) malam itu juga menghadirkan Afi Nihaya Faradisa yang lebih akrab disapa Afi.

"Tuhan juga telah menegaskan bahwa manusia terlahir dengan perbedaan baik laki-laki dan perempuan, aneka bangsa serta suku dan golongan," kata Ketua PBNU ini sembari membacakan ayat ke 13 dari surat al-Hujurat. Karenanya, sudah selayaknya para penduduk di negeri ini turut mendukung, memberikan perlindungan kepada mereka yang mengampanyekan toleransi dan saling menghargai ini, lanjutnya.

Baginya, sosok Afi yang sempat memantik pro dan kontra lantaran idenya yang mendukung semangat keragaman tersebut untuk didukung. "Bukan hanya didukung oleh Banser dan Ansor, juga warga NU di mana pun berada," ungkap Haji Robikin.

Apalagi mereka yang terus bersuara lantang melawan kebinekaan jumlahnya hanyalah sedikit. "Percayalah bahwa yang mayoritas adalah kalangan yang mendukung ide dan gagasan kebinekaan, termasuk di dalamnya NU," tandasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Karenanya, Haji Robikin sependapat dengan apa yang dikemukakan Afi bahwa tugas berat menyemai perdamaian di tengah perbedaan harus terus dikumandangkan. "Semangat menghargai perbedaan harus terus digelorakan oleh golongan mayoritas seperti kita, baik di dunia nyata serta maya," harapnya. Oleh sebab itu aktivis hukum di PBNU ini berharap agar seluruh komponen bangsa bersama-sama melawan kelompok yang tidak mendukung keragaman.

Ratusan peserta antusias menyimak paparan dua narasumber ini. Sebelumnya, mereka disuguhkan dengan penampilan lagu Indonesia Raya serta mars Syubbanul Wathan yang diaransemen dengan musik hadrah. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi)

?

Afi, Haji Robikin serta Hakim Jayli

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Halaqoh, Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah