Minggu, 20 Juni 2010

Fungsi Dosen PAI di PTU Diambil Alih Organisasi Kemahasiswaan

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebuah keironisan terjadi terkait Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi Umum (PTU). Peran dan fungsi pendidikan agama lebih banyak dilakukan oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan dan organisasi kemasyarakatan dibanding dosen PAI itu sendiri.?

Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama (Puslitbang Penda) Balitbang dan Diklat Kemenag RI tahun 2015. Sedangkan pihak PTU sendiri tidak bisa mengontrol setiap kegiatan keagamaan yang dilakukan mereka sehingga penanaman ideologinya pun tak bisa dikendalikan.

Fungsi Dosen PAI di PTU Diambil Alih Organisasi Kemahasiswaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Fungsi Dosen PAI di PTU Diambil Alih Organisasi Kemahasiswaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Fungsi Dosen PAI di PTU Diambil Alih Organisasi Kemahasiswaan

Sedangkan fakta di lapangan yang terjadi selama ini, paham-paham Islam transnasional justru banyak berkembang di PTU. Alasan inilah yang harus menjadi perhatian penuh dosen PAI di PTU agar pemahaman agama tidak bergeser dari semangat kebangsaan Indonesia yang plural.

Kenyataan bahwa pendidikan agama di PTU lebih banyak dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan memberikan kesan, peran dan tanggung jawab dosen PAI telah diambil alih oleh organisasi-organisasi tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam penelitian, meskipun diakui bahwa pendidikan agama masih selaras dengan wawasan kebangsaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, pendidikan agama yang masih sesuai dengan semangat kebangsaan tersebut hanya berlangsung seper sekian menit ketimbang kegiatan dan aktivitas pendidikan agama di luar perkuliahaan.?

Penelitian itu mengungkapkan, kegiatan-kegiatan keagamaan yang mereka lakukan bersifat transnasional. Seperti yang telah kita mafhumi bersama, ideologi Islam transnasional bertujuan merongrong dasar negara Pancasila. Padahal Pancasila terbukti mampu menyatukan bangsa Indonesia yang majemuk ini.

Penelitian tersebut juga menyatakan, sumber daya manusia (SDM) tenaga pendidik baik kuantitas maupun kualitasnya dan juga dari segi sarana dan prasarana pendidikan agama Islam masih belum maksimal.?

Selain dari segi kuantitas dan kualitas SDM, keberadaan dosen agama masih sangat terbatas. Belum satupun dosen PAI (sasaran penelitian) yang telah mencapai posisi akademik tertinggi yaitu guru besar atau profesor. (Fathoni)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Nahdlatul, Khutbah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 18 Juni 2010

Yang Lebih Buruk dari Fir’aun dan Iblis

Dalam kitab an-Nawâdir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Mishri al-Qulyubi asy-Syafi‘i dikisahkan, suatu kali Iblis mendatangi Fir’aun dan berkata, “Apakah kau mengenaliku?”

“Ya,” sahut Fir’aun.

Yang Lebih Buruk dari Fir’aun dan Iblis (Sumber Gambar : Nu Online)
Yang Lebih Buruk dari Fir’aun dan Iblis (Sumber Gambar : Nu Online)

Yang Lebih Buruk dari Fir’aun dan Iblis

“Kau telah mengalahkanku dalam satu hal.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Apa itu?” Tanya Fir’aun penasaran.

“Kelancanganmu mendaku sebagai tuhan. Sungguh, aku lebih tua darimu, juga lebih berpengetahuan dan lebih kuat ketimbang dirimu. Tapi aku tidak berani melakukannya.”

“Kau benar. Tapi aku akan bertobat,” kata Fira’un.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Jangan buru-buru begitu,” bujuk Iblis la’natullah ‘alaih, “Penduduk Mesir sudah menerimamu sebagai tuhan. Jika kau bertobat, mereka akan meninggalkanmu, merangkul musuh-musuhmu, dan menghancurkan kekuasaanmu, hingga kau tesungkur dalam kehinaan.”

“Kau benar,” jawab Fir’aun, “Tapi, apakah kau tahu siapa penghuni muka bumi ini yang lebih buruk dari kita berdua?”

Kata Iblis, “Ya. Orang yang tidak mau menerima permintaan maaf orang lain. Ia lebih buruk dariku dan darimu.” (Mahbib/Sindikasi Media)





* Dari kitab an-Nawâdir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Mishri al-Qulyubi asy-Syafi‘i (Surabaya: Al-Haramain), h. 57

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaSantri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 17 Juni 2010

Jambore Pelajar-Santri Nusantara Lengkapi Pra-Kongres

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sedikitnya 500 pelajar dan santri akan berkumpul di Bumi Perkemahan Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (28/11). Mereka melaksanakan Jambore Pelajar-Santri Nusantara dan Apel Akbar Corp Brigade Pembangunan (CBP) IPNU.

Kegiatan ini termasuk rangkaian acara Pra-Kongres XVII Ikatan Pelajar Nahdaltul Ulama (IPNU) yang digelar di Palembang, 30 November hingga 4 Desember. Menurut Nurudin, ketua panitia, jumlah tersebut terdiri dari 350 anggota CBP IPNU dan sekitar 200 pelajar dan santri.

Jambore Pelajar-Santri Nusantara Lengkapi Pra-Kongres (Sumber Gambar : Nu Online)
Jambore Pelajar-Santri Nusantara Lengkapi Pra-Kongres (Sumber Gambar : Nu Online)

Jambore Pelajar-Santri Nusantara Lengkapi Pra-Kongres

Dalam jambore atau perkemahan besar tingkat nasional ini, pelajar dan santri akan digembleng dengan sejumlah materi dan latihan-latihan tertentu. Sementara CBP IPNU, selain apel, mereka akan turut mengamankan keberlangsungan acara kongres.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Mereka semua nanti juga akan ada bakti sosial,” ujar Nurudin.

Sejak Mei lalu, Pra-Kongres IPNU dimulai dengan ToT dan Pembentukan Kader Antinarkoba di Bogor, dilanjutkan dengan Workshop Pra-Kongres XVII IPNU di Bandung, serta Pendidikan Latihan Khusus Nasional CBP IPNU di Mojokerto.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rencananya, acara Pra-Kongres IPNU akan ditutup dengan pengajian akbar bertema “Islam itu Indah” bersama Rais Syuriyah PBNU KH Hasyim Muzadi dan Ust M. Nur Maulana di Masjid Agung Palembang, Jumat (30/11).

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj bersama Menteri Pemuda dan Olahraga RI Andi Mallarangeng dijadwalkan hadir membuka acara.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis   : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 15 Juni 2010

AGH Sanusi Baco: Umat Moderat Ditandai Tiga Ciri

Makassar, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah?



Rais Syuriyah NU Sulawesi Selatan Anregurutta KH M Sanusi Baco menjelaskan dakwah wasathiyah, artinya moderat. Secara bahasa berada pada dua sisi, tidak berlebih-lebihan.

AGH Sanusi Baco: Umat Moderat Ditandai Tiga Ciri (Sumber Gambar : Nu Online)
AGH Sanusi Baco: Umat Moderat Ditandai Tiga Ciri (Sumber Gambar : Nu Online)

AGH Sanusi Baco: Umat Moderat Ditandai Tiga Ciri

“Al-wasathiyah bisa dipahami sebagai umat wasathiyah yang berarti umat Islam,” katanya pada Halaqah Dakwah Wasathiyah An Nahdliyah yang digelar PWNU Sulawesi Selatan di auditorium KH Muhyiddin Zain Universitas Islam Makassar, Sabtu (20/5).

Menurut AGH Sanusi, wasathiyah ditandai dengan 3 sifat yakni, umat yang adil, umat yang selalu menegakkan kebenaran, dan umat yang selalu menjaga keseimbangan dalam segala hal.

“Salah satu definisi keadilan adalah keseimbangan antara kewajiban dan hak. Kalau keduanya seimbang, maka itulah umat wasathiyah. Orang yang memiliki sifat wasathiyah biasanya adalah orang pemurah. Jadi orang-orang NU itu semuanya pemurah,” ungkapnya disambut tawa hadirin.

Dalam berdakwah pun, NU senantiasa dengna pendekatan wasathiya, menjaga keseimbangan, menyebarkan nilai-nilai toleransi, serta selalu menganjurkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pemateri halaqah di antaranya Guru Besar UIN Alauddin yang juga Ketua Lembaga Dakwah NU Sulsel, M. Ghalib, Katib Syuriyah NU Sulsel KH Ruslan, Rais Syuriyah NU Makassar KH Baharuddin HS, Ketua PW Muslimat NU Sulsel Majdah Agus Arifin Numang dan salah satu Mubaligh NU Makassar Ust. Amirullah Amri. (Andy Muhammad Idris/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hadits, Kajian PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 29 Mei 2010

Mematri Pancasila ala Nahdlatul Ulama

Oleh M. Rikza Chamami

Salah satu aspek penting salam beragama dan bernegara adalah aturan kehidupan. Agama Islam mengenal aturan hidupnya dengan syariah. Sedangkan negara Indonesia menetapkan Pancasila sebagai ruh kehidupan berbangsa.

Jelang hari lahir ke-92 Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 2018 mendatang, sesuai kalender miladiyah, butuh renungan mendasar mengenai cara warga bangsa mengenali kembali hakikat agama dan Pancasila.

Mematri Pancasila ala Nahdlatul Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)
Mematri Pancasila ala Nahdlatul Ulama (Sumber Gambar : Nu Online)

Mematri Pancasila ala Nahdlatul Ulama

Soal beragama, NU tegas dengan paham Ahlussunnah wal Jamaah yang kemudian dispesifikasikan dengan annahdliyyah (Aswaja khas NU). Kaidah dasar agama ini dicerminkan dengan model Islam rahmatan lil alamin berkarakter moderat.

Dalam kaitan memahami Pancasila, NU juga tegas. Kenapa? Sebab tokoh-tokoh NU terlibat langsung dalam perumusan Pancasila yang diyakini akan menjadi perekat bangsa Indonesia yang multikultur ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menghadapi gerakan transnasional yang mulai mengoyak dan mempersoalkan Pancasila dianggap tidak Islami, rasanya bagi NU itu kuno. Sebab yang demikian sudah ada sejak zaman perumusan Pancasila dengan mempertentangkan antara piagam Jakarta atau rumusan final Pancasila terutama sila pertama.

Maka ada baiknya mengingatkan kembali sikap resmi NU dalam hal mematri Pancasila dalam kehidupan berbangsa. NU secara historis tidak pernah berkhianat soal keyakinan berpancasila.

Ada tiga alasan kenapa NU menerima Pancasila sebagaimana dijelaskan KH Muchit Muzadi dalam bukunya Apa dan Bagaimana Nahdlatul Ulama:

Pertama, soal tujuan NU sejak berdiri secara organisatoris tegas menyatakan asas organisasinya Islam dan sejak jadi partai 1952 baru mencantumkan ideologinya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kedua, Islam bukan ideologi tapi agama. Sebab ideologi adalah pemikiran manusia. Ketiga, asas organisasi tidak harus agama, boleh dengan asas kerakyatan, keadilan, kekeluargaan yang semuanya itu ada dalam Pancasila.

Penegasan NU dalam mematri Pancasila termaktub jelas dalam deklarasu hubungan Pancasila dan Islam saat Muktamar ke-27 tahun 1984.

Ada lima isi deklarasi tersebut, yakni: Pancasila sebagai dasar dan falsafah NKRI (bukan agama), sila ketuhanan yang maha esa dijiwai dengan tauhid dan keimanan, Islam adalah aqidah dan syariat yang menghubungkan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, penerimaan dan pengamalan Pancasila adalah wujud pelaksanaan syariat, dan NU berkewajiban mengamalkan pengertian Pancasila secara murni dan konsekuen.

Isi deklarasi inilah yang patut direnungkan oleh segenap bangsa Indonesia. Tidak ada satupun yang bisa berkhianat dengan Pancasila dalam menjaga NKRI.

Maka dari itu, dalam forum-forum resmi NU selalu dipekikkan kalimat: Pancasila jaya dan NKRI harga mati. Itu adalah amaliyah warga NU sesuai deklarasi NU tahun 1984 dan menjalankan dawuh para ulama sejati.

Penulis adalah PW GP Ansor Jawa Tengah.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah, Halaqoh, Sholawat PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 23 Mei 2010

Imam Sibawayhi

Oleh Syafiq Hasyim

Setelah membahas sekilas mengenai Imam Khalil bin Ahmad, kini tiba saatnya bergerak ke Imam Sibawayhi. Nama Sibawayhi adalah pemberian ibunya. Dia adalah tokoh kedua terpenting peletak dasar ilmu Nahwu dari aliran Basrah.

Imam Sibawayhi (Sumber Gambar : Nu Online)
Imam Sibawayhi (Sumber Gambar : Nu Online)

Imam Sibawayhi

Banyak kalangan ahli Nahwu berpendapat bahwa kemunculan Al-Kitab, kitab karangan Sibawayhi, dianggap sebagai awal dan sekaligus akhir dari perkembangan ilmu ini. Ini merupakan pengagungan terhadap Imam Sibawayhi.

Hal demikian tidak sepenuhnya benar, sebab banyak pernyataan-pernyataan di dalam Al-Kitab sendiri, meskipun tidak disebutkan secara langsung merupakan kutipan-kutipan dari pendapat-pendapat sarjana sebelumnya. Beberapa figur penting yang tercatat dalam sejarah adalah misalnya Isa b. ?Amr al-Thaqafi (149 H), Yusuf b. ?abib Al-?abbi, Abu Al-?i?ab Abu Al-?amid atau yang populer dengan Imam Al-Akhfash dan Imam Khalil sendiri yang menghiasi diskursus ilmu dengan ribuan pandangannya memberi kontribusi yang sangat penting atas karya Sibawayhi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

?Isa b. ?Amr adalah salah satu murid Abu Is?aq al-?adrami (117 H, dikenal sebagai ibu Ilmu Nahwu). Dia bisa dinyana sebagai pembuka paling awal masa tadwin (kodifikasi) kitab ini. ?Isa berjasa pada Sibawayhi dalam merangkum dan menyempurnakan Al-Kitab. Posisi penting ?Isa b. ?Amr di sini harus diletakkan dalam konteks kecenderungan kajian Nahwu sebelumnya yang masih terbatas pada penggambaran tentang contoh-contoh kaidah-kaidah bahasa Arab secara umum dari sisi i?rabnya saja.

?Isa b. ?Amr lalu datang dengan melakukan strukturisasi (tan?im) dan pembaban (tabwib). Imam Khalil pernah memuji ?Isa dengan mengatakan “Ilmu Nahwu telah pergi seluruhnya, tapi tidak dengan apa yang dikabarkan Isa.” Sayangnya, karya Isa bin Amr tidak dikenal karena orang sudah merasa cukup dengan terbitnya Al-Kitab karya Sibawayhi yang menjadi penyempurna masa kodifikasi ilmu ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hal demikian tidak dimaksudkan untuk meletakkan jasa Isa b. Amr lebih rendah dari Sibawayhi, namun kenyataannya, pemikiran-pemikiran yang sulit dan asing dari ?Isa b. ?Amr masih dijaga oleh kalangan sejarahwan.

Sibawayhi bernama asli ?Amr b. Uthman b. Qanbar dari arah Ibn ?arith b. Ka’ab. Menurut beberapa kalangan, Imam Sibawayhi lahir di Persia dan tumbuh di Basrah. Kalangan sejarahwan tidak menyebutkan tanggal kelahirannya, namun Sibawayhi, diperkirakan meninggal pada 180 H.

Ada apa dengan Imam Sibawayhi sehingga aktor ini begitu penting dalam pembentukan ilmu Nahwu ini. Beliau adalah penulis sebuah kitab terpenting yang disepakati di kalangan ahli Nahwu diberi judul Al-Kitab. Apa maknanya?

Judul ini merupakan pengibaratan atas betapa pentingnya kitab ini sehingga para ahli Nahwu ada yang menyebutnya sebagai “Qur’an al-Nahwy” artinya Bacaan (Qur’annya) Nahwu, sumber Nahwu. Namun beberapa kalangan menyatakan bahwa apa yang sesungguhnya diutarakan dalam Al-Kitab banyak dinukilkan dari Imam Khalil b. Ahmad, guru Sibawayhi.

Hal ini terlihat dari narasi-narasi yang dipaparkann oleh Imam Sibawayhi misalnya, sa’altuhu (saya telah bertanya) atau qala (berkata, kata kerja bentuk lampau [ma?i] yang menyimpan dhamir [kata ganti] laki-laki). Baik pada sa’altuhu maupun qala, sesungguhnya isi dari dhamir itu tidak lain adalah Imam Khalil b. A?mad.

Meskipun demikian, kita tidak bisa memungkiri bahw Imam Sibawayhi memang yang secara sistematis merangkaum dan meformulasikan pendapat-pendapat dahulu dalam bentuk karangan ini (Al-Kitab).

Pengakuan pentingnya Al-Kitab misalnya dinyatakan oleh al-Jahi? dimana suatu saat dia berencana berkunjung ke Mu?ammad b. ?Abd Mulk, seorang menteri zaman al-Mu?ta?im, dan berpikir hadiah apa yang pantas diberikan kepada sang menteri. Lalu al-Jahidz memutuskan sebagai hadiahnya tidak lain adalah Al-Kitab ini (“lam ajid shay’an ahdihi laka mithla hadha Al-Kitab,” tidak aku temukan sesuatu untuk ku hadiahkan padamu yang sepadan [seharga] Al-Kitab).

Bahkan menurut sejarah, Al-Jahi? harus membeli Al-Kitab dari Al-Farra’ yang merupakan harta warisannya. ?Abd Mulk menjawab pemberian Al-Jahi?, “demi Allah apa yang kamu telah berikan padaku adalah sesuatu yang paling aku sukai.” Sebenarnya, banyak kisah-kisah lain yang menyanjung Al-Kitab ini, namun tidak perlu saya utarakan di sini.

####

Selanjutnya, banyak karya-karya sarjana terkemuka masa lalu yang ditujukan secara khusus untuk mensyarahi (menjelaskan) dan mengajarkan Al-Kitab kepada murid-murid mereka. Mereka itu misalnya Abu Sa?id As-Sirafi, Mubarrad, ?Ali b. Sulayman Al-Akhfash, Ar-Ramani, Ibn Siraj, AZ-Zamakshari dan masih banyak lainnya.

Di dunia akademia Barat, Al-Kitab diterjemahkan oleh Derenbourg, seorang sarjana berkebangsaan Prancis pada menjadi dua volume pada tahun 1881-1889 M. Beberapa tahun kemudian, sarjana berkebangsaan Jerman asal Berlin, G. Jahn, menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab, didasarkan pada terjemahan versi Prancis Derenbourg, namun dilengkapi dengan komentar-komentar (ta?liqat) dari As-Sirafi.

Edisi Jerman ini diberi judul Sibawayhi’s Buch uber die Grammatik pada 1995-1900. Beberapa tahun kemudian, penerbit Bulaq, Cairo, Mesir, menerbitkan Al-Kitab dalam dua volume (1316-1318 H). Edisi Bulaq ini dianggap sebagai terbitan yang terbaik. Di dalam edisi Bulaq ini, di pinggir kitab (hamish), bagi yang terbiasa membaca kitab lama, pasti mengerti ini, dicantumkan penjelasan Abu Sa?id As-Sirafi.

Studi tentang Sibawayhi yang agak belakangan dan cukup komprehensif misalnya terlihat dalam buku, The Legacy of the Kitab karya Ramzi Ba’labakki. Buku ini merupakan uraian yang sangat detil atas Al-Kitab misalnya aktivitas keilmuan yang berkaitan dengan Nahwu dan sejarah Al-Kitab. Dalam buku ini juga dijelaskan beberapa konsep kunci untuk memahami Al-Kitab seperti tentang apa pengertian sama? (data yang sudah diuji), qiyas (analogi), ?Illa (sebab), takdir (supplative insertion, penyelundupan makna), ?amal (aturan-aturan) dan a?al (asal usul).

Selain itu, buku ini juga menjelaskan hubungan Sibawayhi dengan Mubarrad serta imam-imam lainnya. Sebuah buku volume yang bertajuk The Foundations of Arabic Linguistics: Sibawayhi and Early Arabic Grammatical Theory, bertindak sebagai editor adalah Amal Elesha Marogy, adalah karya modern lain soal Imam ini. Buku ini memuat artikel-artikel penting yang ditulis oleh orang-orang yang kompeten dalam bidang Nahwu mengenai keseluruhan aspek Imam Sibawayhi dan Al-Kitabnya dengan sangat detil.

Salah satu tulisan misalnya membahas bagaimana konsep maf?ul (obyek langsung) dikemukakan oleh Sibawayhi. Buku-buku tentang Sibawayhi yang barusan saya kemukakan adalah merupakan contoh bagaimana studi tentang Imam Sibawayhi terus berlanjut sampai sekarang. Bahkan kajian seperti itu tidak hanya dimonopoli oleh fakultas-fakultas bahasa Arab di universitas-universita terkemuka di Timur Tengah, bahkan di Barat.

Bahasan serial ilmu nahwu ini merupakan bagian kelima. Silakan diikuti pembahasan selanjutnya yang dikupas Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman, Syafiq Hasyim. Belum lama ini ia meraih gelar Dr. Phil dari BGSMCS, FU, Berlin, Jerman.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai, Ubudiyah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 20 Mei 2010

Kisah Unik Gus Dur Menulis Pengatar Buku “Mati Ketawa Cara Rusia”

Suatu hari, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) datang ke Grafiti Press, tempat Ismed Natsir bekerja sebagai editor. Dia tanya, "Med, ada yang bisa saya bantu, ada perlu untuk pendaftaran anak sekolah".

"Ada Gus, membuat pengantar untuk buku."

Kisah Unik Gus Dur Menulis Pengatar Buku “Mati Ketawa Cara Rusia” (Sumber Gambar : Nu Online)
Kisah Unik Gus Dur Menulis Pengatar Buku “Mati Ketawa Cara Rusia” (Sumber Gambar : Nu Online)

Kisah Unik Gus Dur Menulis Pengatar Buku “Mati Ketawa Cara Rusia”

Gus Dur pun setuju. Ia duduk membuka-buka dan membaca draft buku. Tak terlalu lama—hanya selintasan membaca. Lalu ia minta mesin tik, dan mulailah ia menulis, tanpa tip-ex tanpa ada satu pun kalimat yang dia perbaiki. Dalam waktu tak sampai satu dua jam, pengantar redaksi untuk buku pun selesai.

Sembari dia mengetik, Ismed mengurus pembayaran. Selesai, ia pun pamit dengan mengantongi honor untuk biaya sekolah salah satu dari 4 anaknya yang akan masuk SMA.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sore hari menjelang pulang, Ismed baru sempat membaca pengantar itu, dan ia terperangah. Pengantar redaksi yang luar biasa keren, segar, dan jenaka. Itulah pengantar "Mati Ketawa Cara Rusia".

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Cerita ini disampaikan Lies Marcoes, istri Ismed Natsir yang juga aktivis hak asasi manusia. Kisah yang diunggah di akun Fecebook pribadinya pada 9 Maret 2014 itu menunjukkan setidaknya dua hal. Pertama, canggihnya Gus Dur soal membaca sebuah karya, lalu menuangkan analisanya dalam tulisan dalam tempo yang singkat.

Kedua, tentang kesederhanaannya. Gus Dur yang di kemudian hari dipercaya sebagai presiden keempat RI bukanlah orang yang kaya raya. Sebagai cucu tokoh besar dan putra pejabat negara, ia tetap menjalani hidup dalam kebersahajaan dan mandiri: mengandalkan pontensi dan kerja kerasnya sendiri. (Mahbib)

Berikut adalah kata pengatar buku "Mati Ketawa Cara Rusia" itu yang kami ambil dari Gusdurian.net.

Pengantar Buku "Mati Ketawa Cara Rusia"

?

Oleh Abdurrahman Wahid

?

Presiden Gonzales dari sebuah “republik pisang” di Amerika Latin sangat tidak populer. Pada suatu hari ia bertamasya keliling ibu kota, dengan berkendaraan kuda. Ketika akan menyeberang sebuah jembatan, kuda yang dinaikinya terkejut melihat derasnya arus sungai di bawah jembatan itu. Presiden Gonzales terjatuh dari kudanya ke dalam sungai itu, dan dihanyutkan arus deras tanpa dapat ditolong oleh para pengawalnya. Namun, setelah hanyut sangat jauh, ia ditolong oleh seorang pengail ikan yang pekerjannya setiap hari mengail di tempat itu. Dengan rasa terima kasih sangat besar, ia menyatakan kepada pengail miskin itu siapa dirinya, dan betapa besarnya jasa pengail itu kepada negara, dengan menolong dirinya. Ditanyakannya kepada pengail tersebut, apa hadiah yang diinginkannya sebagal imbalan atas jasa sedemikian besar itu. Dengan kelugasan orang kecil, pengail itu menjawab: “Satu saja, Paduka. Tolong jangan ceritakan kepada siapa pun bahwa sayalah yang menolong Paduka.”

?

Lelucon di atas memiliki unsur-unsur ‘humor yang mengena’. Unsur surprise terdapat pada akhir cerita, karena jawaban pengail itu benar-benar di luar dugaan. Juga ada unsur sindiran halus, yang mengajukan kritik atas hal-hal yang salah dalam kehidupan, tetapi tanpa rasa kemarahan atau kepahitan hati. Keduanya merupakan kondisi psikologis terlalu intens dan emosional, sehingga kehilangan obyektivitas sikap terhadap hal yang dikritik itu sendiri. Tidak lupa tertangkap dalam cerita di atas, rasionalitas yang merupakan tali pengikat seluruh cerita. Terakhir, situasi yang ditampilkan, yaitu akal orang kecil untuk menggunakan kearifan mereka sendiri, tertangkap dengan jelas.

?

Buku kumpulan lelucon tentang Rusia ini menampilkan cukup banyak lelucon yang memiliki kelengkapan unsur-unsur seperti lelucon di atas. Memang tidak seluruh lelucon yang ada di dalam buku kumpulan ini baik, tetapi jumlah yang benar-benar baik sudah lebih dari cukup untuk menikmatinya sebagai kumpulan lelucon. Kenyataan ini timbul dari kenyataan tingginya rasa humor orang Rusia. Rasa humor itu juga terlihat dalam cerita berikut. Lenin meninggal tahun 1924, dan Stalin menggantikannya sebagai penguasa Rusia. Mayat Lenin, yang disemayamkan di mausoleum di Kremlin, pada suatu hari dicoba untuk dihidupkan lagi oleh para dokter. Mereka berhasil dengan percobaan itu, dan mayat Lenin dengan sempoyongan meninggalkan mausoleum, menuju ke kantor Politbiro Partai Komunis. Dimintanya semua koran yang terbit sejak kematiannya, dikuncinya dirinya di kamar kerjanya, untuk menyimak ulang perkembangan Rusia sejak ditinggalkannya selama tiga tahun itu. Ia tidak mau diganggu, hanya meminta makanan diletakkan di muka pintu ruang itu. Selama tiga hari makanan masih diambilnya, dan piring bekas makanan masih dikeluarkannya dari dalam ruang. Setelah itu tidak ada piring kotor dikeluarkan, dan makanan yang disediakan tidak diambil. Setelah beberapa hari hal itu berlangsung, diputuskan untuk mendobrak pintu ruang itu, dan melihat apa yang terjadi, karena dikhawatirkan terjadi sesuatu atas dirinya. Ternyata, Lenin tidak berada di sana. Harian-harian lama yang dimintanya berceceran memenuhi lantai, dan di meja ditinggalkannya secarik kertas, berisikan pesan tertulis berikut: REVOLUSI TELAH GAGAL. SAYA AKAN KEMBALI KE JENEWA UNTUK MEMPERSIAPKAN REVOLUSI LAGI.

?

Rasa humor dari sebuah masyarakat mencerminkan daya tahannya yang tinggi di hadapan semua kepahitan dan kesengsaraan. Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain. Kepahitan akibat kesengsaraan, diimbangi oleh pengetahuan nyata akan keharusan menerima kesengsaraan

tanpa patahnya semangat untuk hidup. Dengan demikian humor adalah sublimasi dari kearifan sebuah masyarakat.

?

Mengapakah kemampuan menertawakan diri sendiri menjadi demikian menentukan? Karena orang harus mengenal diri sendiri, sebelum mampu melihat yang aneh-aneh dalam perilaku diri sendiri itu. Lelucon berikut menunjukkan hal itu dengan nyata. Dua orang Irlandia berbincang tentang tanda apa yang ingin mereka pasang di kubur masing-rnasing setelah mati kelak. Kata Mulligan, ia ingin kuburnya nanti disiram wiski, pertanda kegemarannya yang memuncak kepada minuman keras. Dimintanya agar sang teman mau melakukan hal itu, kalau Mulligan mati lebih dahulu. Jawab temannya, “Aku bersedia, tetapi kau tidak keberatan bukan kalau wiskinya kulewatkan ginjalku dahulu?”

?

Watak kegemaran akan minuman keras memang sudah menjadi “ merk dagang” beberapa bangsa, termasuk bangsa Irlandia. Watak bangsa Yahudi adalah kekikiran. Citra ini memang tidak fair bagi orang Irlandia atau orang Yahudi, tetapi memang demikianlah yang sudah menjadi anggapan umum di seluruh dunia. Kisah berikut menunjukkan kekikiran orang Yahudi. Seorang Yahudi membuat minuman keras untuk dinikmati sendiri. Ketika temannya melihat hasil karya itu, dimintanya contoh sedikit, untuk dianalisa di laboratorium. Temyata, minuman itu mengandung bahaya, dapat membuat mata buta dan hanya dapat diatasi dengan operasi. Ketika disampaikan hal itu kepada si Yahudi itu, ditanyakannya berapa biaya pengobatan mata itu nantinya. Sewaktu diberi tahu biayanya dua puluh lima ribu rupiah, dijawabnya, “Biarlah kunikmati minuman itu, karena biaya membuatnya tiga puluh lima ribu rupiah. Kalau operasi juga, sudah menghemat sepuluh ribu rupiah.”

?

Bangsa lain yang terkenal kikir adalah orang Skot dan kepulauan Inggris. Suatu hari, seorang ibu mencari-cari orang yang menolong anaknya yang hampir tenggelam di danau sehari sebelumnya. Ketika sampai ke si penolong, orang itu menjawab agar tidak usah terlalu dipikirkan, karena sudah kewajiban manusia untuk menolong sesamanya. Jawab ibu tersebut, “Ya, tetapi topinya hilang sewaktu Anda menolong anak saya kemarin. Siapa yang harus bertanggung jawab atas kehilangan itu?”

?

Dari kemampuan mengenal kekurangan diri sendiri itu, lalu muncul pengertian juga akan keadaan orang lain. Seorang Skot pergi ke Laut Galilea di Israel. Oleh pemandu wisata ditawarkan untuk membawanya menyeberang dengan perahu, mengikuti garis lintas Yesus dahulu berjalan kaki di atas air. Ketika ditanyakannya biaya penyeberangan dengan perahu itu, sang pemandu wisata itu menjawab sepuluh dolar Amerika Serikat.

Gerutu orang Skot itu dalam hatinya, “Pantas Yesus memilih berjalan di atas air, biaya penyeberangannya dengan perahu semahal itu!”

?

Dalam episode itu tergambar rasa pengertian akan nasib sesama orang yang sering ditipu oleh para pemandu wisata. Apalagi kalau sama-sama liciknya, tentu akan lebih dalam rasa saling pengertian itu. Rasa itu dapat juga timbul bagi masyarakat sendiri, yang sering kalah di hadapan bangsa-bangsa lain. Kejadian berikut menggambarkan rasa ketidakberdayaan itu dengan tepat. Seorang sopir pada tahun enam puluhan membawa seorang turis Amerika berkeliling Jakarta. Di depan Toserba Sarinah, sang turis bertanya, berapa lama diperlukan waktu untuk mendirikan bangunan itu. Sopir itu menjawab empat tahun. Sang turis menyatakan hal itu terlalu lama dan memakan waktu, karena di Amerika Serikat hanya dua tahun. Sesampai di jalan lingkar di depan Hotel Indonesia, turis itu menanyakan berapa lama waktu mendirikan hotel tersebut. Sopir itu memendekkan waktunya dan menjawab dua tahun. Sang turis menyatakan di Amerika hanya diperlukan setahun. Ketika sampai di dekat kompleks stadion Senayan, turis itu menanyakan hal yang sama. Sopir taksi itu menjawab, tanpa memperlihatkan rasa bersalah sedikit pun, “Entahlah, Tuan, kemarin stadion itu belum ada di sini!”

?

Rasa pengertian itu juga muncul dari ketidakberdayaan menghadapi kenyataan. Seorang turis Amerika menyombongkan luasnya daratan negerinya, dengan menyatakan bahwa dari pantai barat di San Francisco ke New York di pantai timur, orang harus naik kereta api tiga hari lamanya. Seorang Malaysia yang mendengar itu rupanya salah mengerti dan menjawab, “Di negeri saya kereta api juga suka rusak berhari-hari seperti di negeri Anda.” Ketidakberdayaan orang Malaysia menghadapi sistem perkeretaapian di negerinya itu, rupanya, diproyeksikan kepada kenyataan lain di negeri orang. Seperti halnya anak kecil kita yang bertemu anak orang kulit putih di salah satu pasar. Anak Melayu itu berkata kepada ayahnya, “Pak, itu anak kecil-kecil kok sudah bisa berbahasa Inggris?” Bahwa hanya orang Melayu dewasa saja yang mampu berbahasa Inggris, diproyeksikan kepada anak orang asing itu oleh si anak Melayu.

?

Namun, humor juga mencatat hal-hal lucu ketika manusia berusaha menjadi makhluk komunikatif kepada orang lain. Seorang turis Arab mendapat tempat di meja makan yang sama sewaktu sarapan di sebuah hotel di Paris. Orang Prancis yang merasa harus menggalakkan pariwisata di negerinya itu menganggukkan kepala dan mengucapkan selamat pagi kepada turis asing itu, dengan mengatakan, “Bonjour, Monsieur.” Turis Arab itu mengira ditanya namanya, dan menjawab “Ana Abbas Hasan.” Dan mereka pun lalu bersarapan tanpa berucap apa pun. Pada siang harinya, hal yang sama terjadi ketika mereka akan makan siang. Namun, setelah menjawab dengan jawaban yang sama, turis Arab itu merasa ada sesuatu yang tidak beres. Masakan ada orang bertanya nama dua kali? Setelah makan siang, ia lalu pergi ke toko buku dan melihat pada kamus Prancis-Arab. Ternyata, ucapan “Bonjour” adalah salam bahagia untuk orang lain. Sewaktu mencari padanan jawabannya dalam bahasa Prancis, ia tidak menemukan kamus Arab-Prancis. Ia memutuskan untuk mendahului mengucapkan “Bonjour, Monsieur” ketika makan malamnya. Sewaktu hal itu dilakukannya malam harinya, ia terkejut setengah mati. Mengapa? Karena si orang Prancis meniawab dalam bahasa Arab, “Ana Abbas Hasan.” Sama-sama ingin komunikatif, tetapi tetap saja tidak komunikatif.

?

Humor juga merekam akibat perbuatan manusia dalam hidupnya, termasuk akibat atas dirinya sendiri. Seorang wartawan melihat seorang tua di pegunungan kuat sekali meneguk minuman keras. Ditanyakan apakah itu kegemarannya yang utama, orang tua itu menjawab, “Ya, saya minum paling sedikit dua botol vodka tiap hari, dan main cewek di mana-mana.” Sang wartawan kagum, bahwa orang tua renta dengan muka begitu keriput dan rambut begitu putih masih kuat melakukan hal itu. ”Berapa umur Bapak sekarang?” tanyanya dengan hormat. Orang itu menjawab, “Tiga puluh dua tahun.”

?

Humor merupakan senjata ampuh untuk memelihara kewarasan orientasi hidup sebuah masyarakat, dengan itu warga masyarakat dapat menjaga jarak dari keadaan yang dinilai tidak benar. Salah satu di antaranya adalah sikap penuh pretensi, yang sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan. Kecenderungan manusia untuk memperlihatkan kebodohan jika bersikap pretensius dapat dilihat pada lelucon Rusia yang tidak ada dalam buku ini. Ketika radio transistor dipakai umum di negeri-negeri Barat, seorang turis tampak membawa sebuah di suatu tempat di Moskow. Seorang Rusia mendekatinya bertanya, “Di sini juga banyak barang seperti Anda bawa ini. Apa namanya?” Pretensi selalu menampakkan wajah ketololan, apalagi kalau dilakukan dengan cara tolol pula.

?

Terkadang humor tentang sikap pretensius mengambil bentuk lelucon yang mengajukan kritik tajam. Bagi orang Malaysia yang jengkel dengan perusahaan penerbangan nasionalnya MAS bukan kependekan Malaysian Air System melainkan ‘Mana Ada System?’ Untuk orang Filipina, PAL bukanlah Philippine Air Lines, melainkan Plane Always Late. Dan GARUDA apakah kepanjangannya? Bagi sementara orang, ia adalah Good And Reliable, Under Dutch Administration (Bagus dan tepat, kalau diurus orang Belanda). Yang paling fatal adalah singkatan Penerbangan Mesir di zaman Nasser dahulu, UAA. Bagi kebanyakan orang, ia tidak berarti United Arab Airways, melainkan Use Another Airways (Gunakan Penerbangan Lain). Kritik lucu diarahkan kepada pretensi perusahaan- perusahaan penerbangan yang menampangkan ketepatan waktu dan baiknya pelayanan dalam iklan-iklan mereka, padahal dalam kenyataan tidakiah demikian. Seperti juga orang jengkel melihat perilaku pihak kepolisian, yang menggambarkan pasukan Sabhara sebagai elite yang penuh tanggung jawab, melayani masyarakat tanpa pandang bulu dan dengan cara yang adil. Karena kenyataannya banyak berbeda, ada orang yang memperpanjang istilah tersebut, hingga menjadi ‘Sabbharaha?’ Artinya dalam bahasa daerah Sunda: berapa? Rupanya, sudah diketahui orang ‘modus operandi’nya

?

Pretensi yang paling banyak terdapat adalah justru di bidang politik, karenanya tidak heran kalau kehidupan politik yang paling banyak dijadikan sasaran humor, seperti terlihat dalam buku ini. Kata seorang humoris terkenal di Amerika “Saya berhati-hati sekarang, tidak banyak menyatakan lelucon. Yang sudah-sudah kalau saya kemukakan sejumlah lelucon polilik kepada Presiden Reagan, ia akan mengangkat mereka pada jabatan penting dalam pemerintahan.”

?

Salah satu sasaran empuk adalah sifat egoistis para politisi. Lelucon berikut menggambarkan hal itu. Dalam perebutan calon presiden Amerika Serikat dan pihak Partai Demokrat, dalam tahun 1960, ada tiga orang calon kuat, yaitu Adlai Stevenson, Hubert Humphrey, dan Lyndon Johnson. Menurut kisah ini, ketiga mereka bertemu dalam sebuah pesta. Stevenson berkata kepada yang dua itu, “Saya tadi malam mimpi diberkati Tuhan. Rupanya, sayalah yang akan memenangkan pencalonan partai kita.” Humphrey menjawab, “Aneh, saya juga bermimpi yang sama, sehingga kans kita tampaknya sama.” Yang terhebat adalah Lyndon Johnson, yang mengatakan, “Lho, bagaimana mungkin? Saya kok tidak merasa memberkati kalian?” Lelucon yang menunjukkan besamya ego Lyndon Johnson sudah tentu diceritakan saingan terberat mereka, yang kemudian memenangkan jabatan kepresidenan, yaitu Mendiang John Fitzgerald Kennedy.

?

Tetapi untuk tidak terlalu menjatuhkan martabat kaum politisi, ada baiknya dikemukakan lelucon tentang kegoblokan orang dan profesi lain. Seorang pelatih bola marah karena anak asuhannya tidak naik tingkat di fakultas. Ia menyatakan dengan suara keras kepada dekan fakultas tersebut, “Kamu pilih kasih, anak sepintar dia sampai tidak naik tingkat. Kamu sentimen kepada olah raga bola.” Sang dekan menjawab, “Dia tolol sekali. Bagaimana mungkin ada mahasiswa menjawab tiga kali tiga ada sepuluh?” Sang pelatih memuncak marahnya, dengan suara semakin lantang ia berteriak, “Babi kamu, kelebihan dua angka saja sudah dijatuhkan!” Rupanya, ia mengira tiga kali tiga sama dengan delapan!

?

Kata pengantar ini ditutup dengan jaminan bahwa para pembaca pasti puas dengan lelucon-lelucon dari dan tentang Rusia yang ada dalam buku ini. Memang tidak sama standarnya, dan ada yang menjengkelkan tetapi kekurangan yang ada akan tertutup oleh mutiara-mutiara begitu banyak yang terserak dalam buku ini. Kalau tidak puas, tentu tidak mungkin buku ini dikembalikan kepada penerbit, dengan ganti rugi. Itu tidak lucu sama sekali. Masih lebih lucu kalau para pembaca meloakkan saja buku ini, agar tidak tertawa seorang diri karena orang lain tidak mampu membacanya, karena tidak mampu membelinya dengan harga asli. Diloakkan boleh, tetapi jangan dipinjamkan. Mengapa? Karena banyak peminjam sudah tahu peribahasa ampuh berikut: orang yang meminjamkan buku adalah orang bodoh, tetapi mengembalikan buku pinjaman adalah perbuatan orang gila.

?

?

Awal 1986



(Baca Juga: Gus Mus: Sederhana, Gus Dur Tak Punya Dompet)


Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai, Nasional PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah