Selasa, 07 Maret 2017

Kita yang Mati, Bukan Rasulullah

Dua bagian ? terdahulu menjelaskan pada kita semua tentang thariqat dan cinta yag hakikat serta menjadi jelaslah sekarang bagaimana menjaga hubungan dengan Tuhan dan utusannya, Baginda Nabi Muhammad SAW. Simak bagian ketiga dialog Kontributor PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Moh Yasir Alimi dengan Syaikh Mustafa Mas’ud al-Naqsabandi al-Haqqani.

Apa pesan dari cerita Sayidina Abu Bakar, Syaikh?. Rasa cinta Abu Bakar As-Shiddiq ? pelajaran yang sangat essential, bukan textual. Cerita tentang Islam seperti terdeskripsi dalam Al-Quran, dalam hadits, tidak dapat kita tangkap muatan sebenarnya yang ada di dalamnya bila tidak dengan hati, with no sense, with no heart.?

Kita yang Mati, Bukan Rasulullah (Sumber Gambar : Nu Online)
Kita yang Mati, Bukan Rasulullah (Sumber Gambar : Nu Online)

Kita yang Mati, Bukan Rasulullah

Gaya hidup di dada Abu Bakar dalam bercinta, dalam berkerendahan hati, dalam berketulusan, dalam berkesediaan untuk patuh, dan untuk membuat pengkhidmatan, itu adalah rukun Islam yang tidak tertulis. Semua ini adalah muatan di dalam kehidupan Rasulullah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Iya Syaikh...? . Lihatlah kehidupan sekarang. Aku dan kamu setiap hari secara mauqut diberikan kesempatan untuk mengucapkan "Assalamualaika ya ayyuhan nabiyyu warahmatullah". Tapi with no sense, with no heart, belum sempat Rasulullah kita pindahkan ke perasaan, ke hati kita, belum sempat akhirat kita hadirkan ke dalam rasa kita Bagaimana aku dan kamu bisa menjadi `abid, bagaimana aku dan kamu menjadi shakir, bagaimana aku dan kamu menjadi muttaqiin dan seterusnya dan seterusnya. Itulah persoalan kita. Maha mulia Allah yang memberi kita rahmat dan taufiq, supaya kita semuanya berkhidmad.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Saya semakin paham maksud Syaikh. Thariqat adalah tentang azimah keterkaitan dengan Rasulullah. Terangkanlah lebih luas lagi kepadaku tentang hal ini agar kepala dan hati kami menjadi terang? . Azimah adalah lawan kata dari ruskhsah, yaitu keringanan, selanjutnya yang enteng, kemudian dalam praktek bias jadi perilaku atau suasana hati yang ngentengin. Ini salah kaprah dalam ibadah. Bisakah tukmaninah dan khusuk dalam ? bobot enteng-enteng saja, cuma sekilas sambil lalu?

Di situ ada nada yang hilang dan menguap; sejenis kesungguhan, ikhlas, istiqamah, ihsan, hudlur, getar hati. Ini bisa didapatnya melalui thariqat. Nah Rasulullah adalah mainstream kehadiran kita terhadap kehadiran Allah, dalam aneka perspektif yang ada, akhlak, aqidah, syariat, ibadah, sastra. Bukan Al-Quran hadits sendiri.?

Kemasannya musti azimah, jangan sampai cuma suplemen, asesoris, cuma seremoni apalagi dikontroversikan sebagai bidah, perlu rumusan paradigm yang benar-benar akurat. Di sini pentingya istighfar di thariqat: min kulli ma yukholiful azimah.?

Jadi ? saat ini pun, kita semestinya senantiasa menjaga pertalian ruhani dan batin terhadap Rasulullah agar mendapatkan rahmat Allah.?

Ya Yasir, berangkat dari aturan dalam tahiyat shalat, kita diniscayakan untuk direct communication dengan beliau, apakah telah cukup kadar esoteric dan kesungguhan dalam bersalaman kepada beliau? Di tharikat ini justru dijadikan urat nadi ibadah kita, bahkan hidup kita pada dasarnya dan secara menyeluruh bertumpu pada Rasulullah. Ini merujuk pada hadis Qudsi.?

Hadits pertama, Ya Muhammad Aku berkenan untuk mencipta manusia, walau mereka suka seenak sendiri, Aku menjadikan mereka pilihan-Ku karena itu mereka Kuserahkan dan Kutitipkan kepadamu Muhammad, sentuhlah qalbu mereka olehmu agar tak ngaco-ngaco banget, kembalikan mereka kelak pada-Ku di akherat ? dalam keadaan fitri sebagaimana ketika Kuserahkan padamu”.?

Hadis Qudsi kedua. Suatu ketika Rasulullah memampak sosok yang tak beliau kenali, padahal beliau paham semua orang, maka sabda beliau: ?

“Siapa kamu?”

“Aku Iblis” tukas orang asing itu.

“Lho kok ngaku biasanya kan kamu menipu?” Tanya Rasulullah.

“Aku diperintah Allah untuk datang kepadamu dan menjawab secara benar”.?

“Ooo.. “siapa yang paling tak kamu sukai?” tanya Nabi.

“Kamu,” jawab iblis tegas.

“Kenapa,” tanya Rasulullah.?

“Orang yang bersama Kamu tak dapat kugoda,” jawab iblis.?

Banyak orang sulit memahami ini karena menganggap Rasulullah sudah mati, Syaikh?. Yang mati kita, bukan Rasulullah.[]

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, Kiai, Lomba PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 06 Maret 2017

Ke PWNU Sulsel, Ketum Fatayat Ingatkan soal Perbaikan Kaderisasi

Makassar, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama Anggia Ermarini berkunjung ke Kantor PWNU Sulawesi Selatan, Sabtu (31/10), seiring dengan pelaksanaan Konferensi Wilayah Fatayat NU Sulsel selama dua hari, 31 Oktober - 01 November 2015 di Makassar.

Anggia dalam kesempatan itu mengingatkan, sebagai organisasi keagamaan NU ke depan mendapatkan banyak tantangan, salah satunya soal penataan organisasi hingga ke tingkat ranting. Selain manajemen, sistem kaderisasi di tubuh NU menurutnya juga perlu diperbaiki.

Ke PWNU Sulsel, Ketum Fatayat Ingatkan soal Perbaikan Kaderisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Ke PWNU Sulsel, Ketum Fatayat Ingatkan soal Perbaikan Kaderisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Ke PWNU Sulsel, Ketum Fatayat Ingatkan soal Perbaikan Kaderisasi

“Kemudian tantangan lainnya adalah sejauh mana NU merespon isu-isu nasional, misalnya kekerasan terhadap perempuan, radikalisme, kekerasan terhadap anak, dan lingkungan,” katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di Kantor PWNU Sulsel Lantai 4 itu, Ketua Umum PP Fatayat NU disambut langsung Ketua PWNU Sulsel Prof Iskandar Idy beserta para pengurus lainnya. Iskandar Idy memaparkan capaian-capaian NU.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Keberhasilan tersebut di antaranya dalam pengembangan perguruan tinggi NU di Sulsel, yakni Universitas Islam Makassar (UIM). UIM terbukti banyak diminati calon mahasiswa baru di Sulawesi Selatan. (Andy Muhammad Idris/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 04 Maret 2017

Peraih Nilai UN Tertinggi MTs Terpaksa harus Bekerja

Bondowoso, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Peraih nilai ujian nasional tertinggi se-Jatim untuk tingkat MTs Mochamad Adnan Hakiki yang akrab dipanggil Kiki saat ini terpaksa harus bekerja di Surabaya karena himpitan ekonomi keluarga.

"Kiki sekarang tidak ada, berangkat bekerja jadi tukang bersih-bersih rumah di Surabaya. Katanya ngumpulkan uang dulu buat bayar uang sekolah," kata Yakub (61), kakek kandung Kiki, saat ditemui di rumahnya di Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso, Jumat.

Peraih Nilai UN Tertinggi MTs Terpaksa harus Bekerja (Sumber Gambar : Nu Online)
Peraih Nilai UN Tertinggi MTs Terpaksa harus Bekerja (Sumber Gambar : Nu Online)

Peraih Nilai UN Tertinggi MTs Terpaksa harus Bekerja

Kiki yang merupakan siswa MTs Negeri 2 Bondowoso ini memperoleh nilai UN 39,60. Untuk pelajaran Matematika dan IPA ia mendapatkan nilai masing-masing 10 dan Bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia masing-masing 9,80.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selama ini Kiki tinggal bersama kakek neneknya, Yakub dengan Zaenab. Anak pertama dari tiga bersaudara itu hidup di rumah sangat sederhana bersama adiknya yang masih kelas V SD. Yakub sehari-hari hanya bekerja sebagai tukang becak.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kalau bapaknya Budiono bekerja serabutan. Kadang bekerja, kadang tidak. Makanya, Kiki sama adiknya kumpul sama saya. Ibunya Arbaiya, hanya ibu rumah tangga," kata Yakub.

Ia mengaku terkejut dengan perolehan nilai Kiki. Selama ini cucunya tersebut dikenal rajin dalam belajar, meskipun hasilnya tidak terlalu menonjol.

"Saya sebetulnya kasihan dia bekerja, tapi mau bagaimana lagi, keadaan saya seperti ini. Saya inginnya dia paling tidak lulus SMA dulu baru bekerja. Mudah-mudahan dengan prestasinya ini Kiki bisa mendapatkan bantuan beasiswa agar bisa melanjutkan sekolah," katanya.

Yakub menceritakan, selama ini Kiki berangkat ke sekolah yang jarak dari rumahnya sekitar 10 Km dengan menggunakan sepeda pancal.

"Memang anaknya punya niat untuk sekolah. Ia berharap dengan bekerja dulu bisa mendapatkan biaya buat sekolahnya," kata Yakub.

Mendapatkan kabar tersebut, sejumlah tetangganya juga terkejut. Mereka berharap, dengan prestasi itu Kiki bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk melanjutkan sekolah. 

Redaktur: Mukafi Niam

Sumber  : Antara

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah, Amalan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 26 Februari 2017

Beda Lebaran, Warga NU Senang Tetap Harmonis dengan Muhammadiyah

Bandung, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pemerintah melalui Kementerian Agama RI menetapkan bahwa Hari Raya Idul Adha jatuh pada hari Ahad (5/10) ini. Namun demikian, perbedaan tak bisa dihindari. Seperti yang terjadi di Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Warga Muhammadiyah setempat melaksanakan shalat Ied, Sabtu pagi (4/10).

Beda Lebaran, Warga NU Senang Tetap Harmonis dengan Muhammadiyah (Sumber Gambar : Nu Online)
Beda Lebaran, Warga NU Senang Tetap Harmonis dengan Muhammadiyah (Sumber Gambar : Nu Online)

Beda Lebaran, Warga NU Senang Tetap Harmonis dengan Muhammadiyah

Menurut Laido (50) salah satu warga Muhammadiyah, perbedaan hari raya Idul Adha adalah masalah khilafiyah saja. Pemahaman masalah agama, kata dia, tergantung dari masing-masing orang. Menurutnya, sikap seseorang dipengaruhi kedalaman ilmu yang dimilikinya.

Laido beranggapan, perbedaan itu gampang diucapkan, tapi susah dilaksanakan. Meskipum begitu ia tetap selalu berusaha untuk bisa menyikapi perbedaan dengan baik. “Hari ini adalah rahmat bagi umat Islam,” ungkap warga Cileunyi itu kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah sesaat sebelum melaksanakan jamaah shalat ied bersama-sama warga Muhammadiyah, di lapangan ASDP Dishub Jabar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tentang warga NU yang saat itu belum merayakan Idul Adha, baginya mesti disikapi dengan toleran. “Jangankan dengan umat Islam sendiri, kita dengan agama-agama dunia juga menghormati. Jadi umat Islam tidak boleh antara saling menyalahkan, yang jelas saling mengisi. Itu no problem bagi kita,” tegas pria asal Permata Biru Cileunyi itu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senada dengan Laido, Kosran dalam kesempatan yang sama memandang perbedaan adalah rahmatullah. Sehingga ia dapat menyikapi baik kepada tetangganya yang NU dengan cara saling menghormati terhadap keyakinan masing-masing, karena memiliki dalil masing-masing yang kuat.

“Harapan saya, ukhuwah tetap terjaga dan tidak mudah terbecah belah,” tutur pria usianya 42 tahun itu.

Berbeda dengan Herman yang pada saat itu memakai sarung, baju koko dan peci putih, ia tidak berpikir adanya perbedaan dalam momen Idul Adha ini. Herman mengikuti pendapat yang ia anggap pendapat terbaik.

Herman juga menilai toleransi itu harus ada. “Kita harus saling memahami, kita harus tahu masing-masing dan tidak saling mengganggu. “Kita tetap harus saling menjaga toleransi,” imbuhnya.

Sementara itu, H. Edi tokoh masyarakat di Cibiruhilir Cileunyi yang rumahnya tidak jauh dari tempat shalat ied warga Muhammadiyah mengatakan, “Seng arep lebaran saiki yo silahkan, seng arep lebaran sesok ya rapopo (Yang ingin idul Adha sekarang silahkan, yang ingin besok tidak apa-apa),” kata warga NU ini.

Masalah perpecahan itu dilakukan orang-orang yang tidak memahami Islam yang sebenarnya. “Jadi masalah Muhammadiyah, NU dan lainnya yang penting Islam,” ujarnya pria keturunan Banjarnegara itu.

Atas sikap toleransi warga Muhammadiyah di sekitarnya, ia merasa senang. Yang penting baginya tidak ada permusuhan, karena warga Muhammadiyah juga sesama saudara muslim.

H. Edi menambahkan, hubungan warga NU dan Muhammadiyah setempat selama ini tidak ada masalah. Karena pada hari-hari biasa warga shalat jumat jadi satu. “Hal-hal begitu yang penting kita bermasyarakat yang baik,” pungkasnya. (Muhammad Zidni Nafi’/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sunnah, Amalan, Syariah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 25 Februari 2017

Peran Kiai Asad dalam Perebutan Senjata Belanda

Pada tahun 2014, Wakil Gubernur Syaifullah Yusuf membuka tapak tilas dalam rangka menyusuri jalur perjuangan KH. R. Asad Syamsul Arifin melintasi 100 desa untuk berebut senjata Belanda di gudang mesiu Desa Dabasan Bondowoso pada tahun 1947. Tak kurang dari 4000 peserta mengikuti kegiatan tersebut.

Pada 2002, Gus Dur membuka acara tersebut. Diikuti sekitar 5000 santri Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo.

Peran Kiai Asad dalam Perebutan Senjata Belanda (Sumber Gambar : Nu Online)
Peran Kiai Asad dalam Perebutan Senjata Belanda (Sumber Gambar : Nu Online)

Peran Kiai Asad dalam Perebutan Senjata Belanda

Memang Kiai Asad memiliki peran penting dalam merebut senjata Belanda. Beliau turun langsung berbaur dengan bromocorah yang menjadi binaannya (disebut Pelopor) memimpin perebutan senjata sambil berpuasa pada 20 Juli 1947 untuk mendukung perlawanan gerilyawan atas agresi militer Belanda.

Para Pelopor sebenarnya meminta Kiai Asad untuk tidak turun langsung ke dalam hutan. Mereka khawatir terkena serangan Belanda. Namun, beliau bukan tipe orang yang suka duduk manis di atas kursi melihat orang lain bekerja. Beliau bersikeras ikut serta merebut senjata dan siap berperang melawan Belanda.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Asad menyadari cinta tanah air bagian dari iman, dan pentingnya sebuah tanah air untuk mengamalkan ajaran agama. Agama tanpa tanah air sulit untuk direalisasikan. Sementara tanah air tanpa agama akan amburadul. Keduanya ibarat sebuah mata uang, sisi yang satu dengan yang lain tak bisa dipisahkan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Perang itu harus niat menegakkan agama dan arebbuk negere (merebut negara), jangan hanya arebbuk negere! Kalau hanya arebbuk negere, hanya mengejar dunia, akhiratnya hilang! Niatlah menegakkan agama dan membela negara sehingga kalau kalian mati, akan mati syahid dan masuk surga" (hlm. 138).

Demikian motivasi yang Kiai Asad tanamkan kepada para Pelopor. Dengan motivasi itu, para Pelopor semangat menyusuri jalan cadas nan berbatu menanjak melintasi 100 desa, dan tak takut mati untuk memperoleh senjata demi mempertahankan tanah air sebagai bentuk pengamalan orang beriman.

"Kalian tidak boleh mundur. Kalau mati, akan syahid dan masuk surga. Namun, jika lari ke belakang, kalian akan meninggal dalam keadaan kafir," dawuh Kiai Asad kepada para Pelopor sebelum berangkat merampas senjata Belanda (hlm. 107).

Misi mengambil senjata tak mengalami hambatan berarti, namun satu anggota Pelopor tewas. Anggota Pelopor berhasil mengambil 24 senjata api dan amunisi, termasuk senapan jenis bren, sten gun, lee enfield, mortir, light machine gun, serenteng peluru tajam, dan granat (hlm. 136-137).

Sementara pesantren Salafiyah Syafiiyah menjadi tempat berlindung dan menyusun strategi para gerilyawan. Sehingga, pasukan Belanda menggerebek pesantren untuk mencari gerilyawan dan senjata. Bahkan, pesantren hendak dibom karena dinilai membahayakan tapi pesawatnya meledak terlebih dahulu di udara, sementara gerilyawan berhasil kabur dari pesantren termasuk Kiai Asad.

Namun, ada penyusup dan yang dipandu oleh orang dalam Pesantren Sukorejo sendiri yang berkhianat. Penggerebekan pesantren menjadi ajang fitnah di media dan Kiai Asad dituduh melakukan makar pada NKRI dan terlibat dalam DI/TII. Akhirnya Kiai Asad menjadi tahanan politik selama enam bulan. Kiai Asad kembali ke Sukorejo tahun 1954.

Buku K. H. R. Asad Syamsul Arifin, Kesantria Kuda Putih Santri Pejuang membawa imajinasi pembaca menyusuri perjuangan Kiai Asad mulai merebut senjata Belanda hingga kembali ke Sukorejo setelah dipenjara. Penting dibaca negeri muda di tengah lunturnya rasa memiliki terhadap tanah air.

Berbeda dengan buku Kharisma Kiai Asad di Mata Umat (LKiS, 2013) dan Sang Pelopor (Pena Salsabila, 2014) yang penulisnya menggunakan pendekatan non fiksi sehingga harus menggunakan bahasa ilmiah, Ahmad Sufiatur Rahman menulis dalam bentuk fiksi sejarah. Buku setebal 210 halaman jauh dari membosankan layaknya buku sejarah pada umumnya.

Data buku:

Judul: K. H. R. Asad Syamsul Arifin, Kesantria Kuda Putih Santri Pejuang

Penulis: Ahmad Sufiatur Rahman

Penerbit: Tinta Medina, Solo

Terbitan: Pertama, Mei 2015

Tebal: XXXVIII+210 halaman

ISBN: 978-602-72129-7-8

Peresensi: M. Kamil Akhyari, kader muda NU, pecinta buku sejarah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pahlawan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 21 Februari 2017

Disdikpora Buka Pesantren Kilat SNMPTN

Jepara, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Jepara, H Muhammad Zahid yang diwakili Agus Nur Slamet, membuka secara resmi Pesantren Kilat (Sanlat) Sukses Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2012, bertempat di Pesantren Mathlaun Nasyiin, Desa Pecangaan Kulon Kecamatan Pecangaan, Sabtu (12/5) kemarin.

Dalam kesempatan itu, peserta yang akan mengikuti Pesantren Kilat (Sanlat) sejumlah 60 santri. Mereka berasal dari siswa-siswi SMA/ MA/ SMK se-Kabupaten Jepara yang lolos seleksi. Kegiatan Sanlat akan berlangsung sejak 12/5-10/6 mendatang.

Disdikpora Buka Pesantren Kilat SNMPTN (Sumber Gambar : Nu Online)
Disdikpora Buka Pesantren Kilat SNMPTN (Sumber Gambar : Nu Online)

Disdikpora Buka Pesantren Kilat SNMPTN

Hadir pula dalam pembukaan Ketua Yayasan Walisongo, Kapolsek, Koramil dan tokoh masyarakat setempat.

Selaku ketua panitia, Adib Khoiruzzaman mengatakan kegiatan tersebut merupakan andil Pimpinan Pusat GP Ansor bekerjasama dengan Yayasan Mata Air memfasilitasi pendidikan yang layak untuk lulusan SMA sederajat. Untuk pelaksana kegiatan, lanjutnya, adalah pihak Yayasan Walisongo Pecangaan dan Pesantren Mathlaun Nasyiin. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sanlat, tambahnya merupakan kegiatan pembinaan menjelang SNMPTN. Jadwalnya, Senin-Jumat bimbingan belajar, Sabtu try out dan Ahad out bond.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Selain itu diisi pula dengan psikologi dan Aswaja,” paparnya.

Materi Aswaja, lebih spesifiknya ke-NU-an penting disampaikan menurutnya untuk membentengi kader muda agar tidak terjemurus kepada Islam radikal.

“Materi ke-NU-an penting disampaikan agar kader-kader kita semakin paham akan Islam rahmatan lil alamin,” jelasnya.

Kegiatan Sanlat, tuturnya serentak dilaksanakan di 50 kota di Indonesia. Untuk tahun kemarin hanya di 20 kota.

“Alhamdulillah tahun kemarin santri kami yang ikut Sanlat dan kuliah di PTN sejumlah 36 santri. Semoga tahun ini 60 santri bisa diterima PTN semuanya. Amiin,” harapnya.

H Ahmad Ja’far, Ketua PC GP Ansor Jepara dalam sambutannya mengungkapkan, dalam setiap kegiatan mesti ditempuh dengan proses. Sanlat, menurutnya, bagian daripada proses yang perlu dilalui.

“Yang perlu diingat dalam berproses mesti menemukan hambatan dan rintangan. Muaranya, jika telah melampauinya akan menerima keberkahan,” ungkapnya.

Redaktur : Sudarto Murtaufiq

Kontributor : Syaiful Mustaqim

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 20 Februari 2017

IPPNU Kencong Bagi-bagi Bunga dan Doa Hari Asyura

Jember, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kencong, membagikan rangkaian bunga kepada warga dan pengguna jalan di depan Sekretariat PC IPPNU dan depan Masjid Jami Kencong, Jember, Jawa Timur, Kamis (21/9). 

IPPNU Kencong Bagi-bagi Bunga dan Doa Hari Asyura (Sumber Gambar : Nu Online)
IPPNU Kencong Bagi-bagi Bunga dan Doa Hari Asyura (Sumber Gambar : Nu Online)

IPPNU Kencong Bagi-bagi Bunga dan Doa Hari Asyura

"Kegiatan ini untuk mengigatkan pengendara dan warga bahwa hari ini adalah tahun baru bagi umat Islam," ungkap Ketua IPPNU Cabang Kencong, Nihayatul Khoiroh.

Di samping itu, kegiatan tersebut juga sebagai  sarana bagi para pelajar NU untuk berdakwah.

"Menjadi salah satu cara bagi kami untuk melakukan syiar agama, terutama bagi warga Nahdliyin yang berada di wilayah cabang Nahdlatul Ulama (NU)  dan sekitarnya. Karena di dalam rangkaian bunga kami sertakan juga tulisan doa-doa Hari Asyura," tambah Khoiriyah.

Menurutnya, para pengendara yang menerima bunga mengaku senang. Apalagi, bunga itu juga bisa menggambarkan ekspresi kasih sayang antar sesama umat. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Karena bunga yang dibagikan  adalah rangkaian yang kami buat.Jadi ini sekaligus melatih kreativitas," jelasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kegiatan tersebut melibatkan kader IPPNU Kencong dari kepengurusan Pimpinan Ranting, Pimpinan Komisariat, Pimpinan Anak Cabang (PAC)  hingga pengurus Pimpinan Cabang (PC), 

Tahun baru Hijriah merupakan hari bersejarah bagi umat Islam yang menandai peristiwa penting ketika Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari kota Mekkah ke Madinah. (Khoerus/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Quote, Olahraga, Aswaja PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah