Rabu, 16 Maret 2016

As’ad Ali: Terhadap ISIS, Kita Tidak Akan Tinggal Diam

Semarang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Wakil Ketua Umum PBNU, Dr H Asad Said menjelaskan, ISIS dalam jangka waktu dua tahun sejak 2013 memproyeksikan pengaruhnya di seluruh Timur Tengah, Turki/Balkan, dan Afrika Tengah/Barat.

Dikatakannya, dalam periode lima tahun, pengaruh ISIS bisa saja merambah ke Asia Selatan, Asia Tengah, dan Asia Tenggara termasuk ke Indonesia.

As’ad Ali: Terhadap ISIS, Kita Tidak Akan Tinggal Diam (Sumber Gambar : Nu Online)
As’ad Ali: Terhadap ISIS, Kita Tidak Akan Tinggal Diam (Sumber Gambar : Nu Online)

As’ad Ali: Terhadap ISIS, Kita Tidak Akan Tinggal Diam

"Mimpinya seperti itu, tapi kalau kita diam, itu bisa terjadi. Saya pikir kita tidak akan diam, karena kita adalah penerus ajaran para wali," papar Asad Ali dalam seminar nasional yang diadakan oleh Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Rabu (25/3) kemarin.

ISIS memaksakan sistem politik khilafah Islamiyah yang dimulai di Irak dan Suriah. Menurut As’ad, dulu umat Islam belum memiliki konsep sistem politik pasca runtuhnya Turki Utsmani (1924). Kemudian muncul berbagai perdebatan untuk menggantikan konsep kekhalifahan Turki Utsmani ini, diantaranya adalah konsep negara bangsa. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya, ada dua negara yang telah melakukan eksperimen politik yang cukup berhasil yakni model Arab Saudi dan model Indonesia. Kedua model ini berbeda dengan Barat dalam memisahkan agama dan negara. 

"Indonesia dengan negara moralitas agama, bukan negara agama bukan pula negara Islam, bisa juga dikatakan negara Islam, tapi dikurangi dengan hudud (hukum kriminal)," tandasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bila menilik sistem politik Arab Saudi, tambahnya, hanya cocok untuk negara itu sendiri, tetapi sulit diterapkan di negara lain. Berbeda dengan Indonesia yang memiliki Pancasila, lebih mudah ditiru negara muslim yang multikultur.

“Sebut saja Afghanistan yang sekarang mendirikan Nahdlatul Ulama Afghanistan setelah beberapa kali berkonsultasi ke PBNU. Dengan kata lain pola pikir dan akhlak ala NU atau Islam Nusantara menjadi alternatif bagi kalangan umat Islam dunia,” terangnya.

Dalam kegiatan ini, KSMW juga menghadirkan ulama Afghanistan, Fazal Ghani Kakar dan Ahmad Zin Anwari serta Ketua Ikatan Intelektual Timur Tengah yang juga Rais Syuriah PWNU Jateng, Dr KH Fadlolan Musyafa. (M Zulfa/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, Nahdlatul, Humor Islam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 15 Maret 2016

Asad Said Ali: NU Bukan Stempel Pemerintah

Surabaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H. As’ad Said Ali mengungkapkan, pihaknya akan tetap proporsional dalam menilai kinerja pemerintah. NU mendukung beberapa program pemerintah, namun pada beberapa hal NU tetap kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.

Hal tersebut disampaikannya dalam seminar “Mengawal Entitas Kebudayaan Indonesia di Tenga Liberalisasi dan Keterbukaan Informasi-Komunikasi” di aula PWNU Jatim, JL Masjid Al Akbar, Surabaya, Sabtu (8/9). Seminar ini merupakan bagian dari kegiatan Pra Munas dan Konbes NU 2012.

Asad Said Ali: NU Bukan Stempel Pemerintah (Sumber Gambar : Nu Online)
Asad Said Ali: NU Bukan Stempel Pemerintah (Sumber Gambar : Nu Online)

Asad Said Ali: NU Bukan Stempel Pemerintah

As’ad menampik anggapan seorang peserta seminar yang mengatakan NU pada periode ini tidak terlalu kritis terhadap pemerintah, bahkan terkesan hanya sebagai ‘stempel’ pemerintah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Penilaian bahwa NU pro pemerintah atau hanya stempel itu hanya kesan saja. Mungkin disimpulkan dari pernyataan-pernyataan beberapa pengurus saja,” katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut As’ad, beberapa pernyataan yang pengurus NU disampaikan dalam kapasitasnya sebagai pribadi, dan tidak melalui rapat dengan jajaran pengurus.

“Kadang-kadang pernyataan tidak dimusyawarahkan dulu. Ya namanya manusia mahallul khoto’ wan nisyan, tempat salah dan lupa,” katanya.

Menurutnya, sikap-sikap NU yang sebenarnya direpresentasikan oleh Rais Aam PBNU KH Sahal Mahfud sebagai pemimpin tertinggi NU. “Yang menjadi rujukan di PBNU adalah Rais Aam,” katanya.

Ditambahkan, Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU di Cirebon, 14-17 September mendatang akan akan mengkritisi berbagai produk undang-undang dan kebijakan pemerintah. Hal ini sesuai dengan instruksi dari Rais Aam PBNU.

Penulis: A. Khoirul Anam





Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah, Kajian Islam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 11 Maret 2016

Buya Jafar Aqiel: Shalawat Adalah Kunci Segalanya

Cirebon, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Buya KH Ja’far Aqil Siroj mengatakan bahwa dengan rajin dan konsisten bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, apapun keinginan dan cita-cita manusia dapat tercapai.?

Buya Jafar Aqiel: Shalawat Adalah Kunci Segalanya (Sumber Gambar : Nu Online)
Buya Jafar Aqiel: Shalawat Adalah Kunci Segalanya (Sumber Gambar : Nu Online)

Buya Jafar Aqiel: Shalawat Adalah Kunci Segalanya

Hal tersebut disampaikan saat menyambut para khotimin Al-Qur’an dan para penghafal Alfiyah di peringatan haul pesantren yang diasuhnya, Majlis Tarbiyatul Mubtadi-ien (MTM) Pondok Pesantren Kempek, Cirebon. (19/1).

“Dengan rajin bershalawat kepada Nabi, apapun yang dicita-citakan oleh kita, Insyaallah tercapai. Itulah sebabnya mengapa saya menekankan kepada para santri untuk rajin-rajin bershalawat,” papar pengasuh pesantren Kempek Cirebon tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Buya Ja’far, para santri sebenarnya tidak usah menjalankan amalan-amalan yang terlalu berat, cukup dengan memperbanyak shalawat kepada baginda Rasul. Di pesantren Kempek telah menanamkan tradisi membaca shalawat setelah shalat berjama’ah ini selama puluhan tahun.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Di Kempek, alhamdulillah, kami melaksanakan tradisi bershalawat ini sudah terhitung puluhan tahun lalu, biasanya, setelah shubuh kami dan para santri membacakan hingga 1000 shalawat, dan pada selain shubuh kami mebacakan 99 kali shalawat, manfaatnya sangat banyak, Kempek sendiri mendapatkan barokah shalawat dengan diberikan kemudahan untuk melakukan pengembangan baik mutu maupun fisik,” jelas kakak ketua umum PBNU tersebut.

Sambutan tersebut mendapatkan apresiasi ribuan tamu undangan, wali santri, serta alumni yang mengunjungi peringatan haul KH Aqil Siroj dan KH Nashir Abu Bakar, serta tasyakkur khotmil Qur’an dan Alfiyah pesantren Kempek Cirebon tahun ini.

Redaktur ? : Mukafi Niam

Kontributor: Sohib Adnan

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hikmah, Halaqoh, Makam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 09 Maret 2016

KKN STAI Sunan Giri Berantas Buta Aksara Arab

Bojonegoro, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sunan Giri Bojonegoro, kelompok di Desa Bogo Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro, memberantas buta aksara arab.

Hal itu ditunjukkan dengan pembinaan kepada warga setempat selama tiga malam, mulai tanggal 10 sampai 12 Februari 2014 di TPQ Al-Choirot desa setempat.

KKN STAI Sunan Giri Berantas Buta Aksara Arab (Sumber Gambar : Nu Online)
KKN STAI Sunan Giri Berantas Buta Aksara Arab (Sumber Gambar : Nu Online)

KKN STAI Sunan Giri Berantas Buta Aksara Arab

Sekretaris KKN di Desa Bogo, Anisah mengaku, kegiatan ini merupakan usulan warga setempat. Setelah beberapa waktu lalu saat melakukan observasi, melihat kondisi dan informasi dari tokoh masyarakat untuk memberantas aksara arab di Desa Bogo Kecamatan Kapas.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Setelah sekitar 20 warga yang mayoritas ibu-ibu ini akan diterjunkan ke masyarakat, untuk mengajarkan kepada warga lainnya," jelasnya kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain itu, para peserta KKN di Desa Bogo juga mengundang narasumber yang kompeten, yakni ketua majlis pembina (mabin) TPQ An-Nahdliyah cabang Bojonegoro, Shodiqin.

Ketua karang taruna dan juga ketua TPQ Al-Choirot, Kusbaliyah mengaku sangat mengapresiasi kegiatan penuntasan buta aksara arab di Desa Bogo. Pasalnya diharapkan, seluruh warga setempat mampu membaca Al-Quran dengan baik dan sempurna.

"Penuntasan aksara arab ini, dilakukan dengan dikembangkan di lingkungannya masing-masing, untuk mengajari warga lainnya," terangnya.

Sementara itu, Sekretaris Desa Bogo, Indarti mengatakan, pelatihan dilakukan tiga hari ini sangat membantu Desa Bogo dalam mengembangkan agama Islam dan pelajaran Arab di daerah tersebut.

"Semoga pelatihan dan tujuan baik ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar," jelasnya.

Ketua Mabin Cabang Bojonegoro, Shodiqin sebelum memberikan materi penataran mengimbau kepada para orang tua, peserta penataran agar tidak berhenti menuntut ilmu. Tetapi meminta tetap bersemangat mencari ilmu, meskipun sehari-hari disibukkan dengan aktivitas beragam.

Ia berharap, dengan belajar Al-Quran ini dapat ditularkan kepada warga masyarakat lainnya. "Sebaik-baik orang, yang mau mengajarkan ilmunya kepada orang lain," pungkasnya.

Para peserta yang rata-rata ibu-ibu dan bapak-bapak setempat itu, tampak bersemangat dengan materi yang disampaikan kepala mabin cabang Bojonegoro. Tiap malam pesaerta selalu bertambah pada kegiatan yang diselenggarakan tiga malam tersebut. [Muhammad Yazid/Abdullah Alawi]

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 06 Maret 2016

PTKIN Perlu Turun Tangan Tangkal Radikalisme

Bandung, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Kementerian Agama melalui Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan mengajak kalangan Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) untuk turun ke masyarakat dalam upaya menangkal paham radikalisme agama yang belakangan semakin marak.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Abdurahman Mas’ud, dalam pengarahan? pembukaan acara Workshop Pengengembangan Laboraturium Dakwah di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTKIN) di Hotel California, Bandung dalam release yang dikirimkan ke PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kamis (17/3).

PTKIN Perlu Turun Tangan Tangkal Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)
PTKIN Perlu Turun Tangan Tangkal Radikalisme (Sumber Gambar : Nu Online)

PTKIN Perlu Turun Tangan Tangkal Radikalisme

Mengutip Asghar Enginer, Abdurahman Mas’ud menyebutkan bahwa dakwah harus diniati untuk menciptakan kedamaian. Dakwah menjadi tidak wajib kalau dakwah hanya menghilangkan ketenangan masyarakat dan hanya menghasilkan konflik sosial. Sekarang ini banyak pelaku dakwah yang kerjanya hanya memanasi keadaan, membenturkan kelompok sosial keagamaan, tanpa mencarikan langkah konstruktif? yang membuat pemeluk agama nyaman menjalankan agamanya masing-masing. Karena tujuannya mulia, dakwah menurut Kepala Badan harus diniati oleh semua Muslim, minimal sekali seumur hidup, imbuhnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kegiatan penyusunan pedoman Laboratorium Dakwah merupakan kegiatan kerjasama Bidang Litbang Pendidikan Nonformal/Informal Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan dengan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan gunung Djati Bandung. Kegiatan ini berlangsung 3 hari (17-19 Maret 2016) dihadiri oleh peserta dari berbagai elemen yang terdiri dari akademisi, peneliti, penyuluh, pelaku dakwah di Bandung dan sekitarnya.

Kehadiran Laboraturium Dakwah di PTKIN diperlukan untuk memetakan permasalahan keagamaan yang ada di masyarakat sehingga pelaku dakwah mempunyai cukup data untuk membekali umat dari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti membanjirnya peredaran narkoba, semaraknya paham radikal, kebebasan informasi melalui media sosial (medsos) yang membuat pornografi bebas ditonton oleh anak-anak. Dengan Laboratorium Dakwah yang didukung data akurat sangat penting untuk mengantisipasi semua itu. Demikian papar Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Hamdar Arraiyah, dalam sambutan selaku penanggung jawab laporan penyelenggara.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya, “Sekalipun Perguruan Tinggi Keagamaan Islam ada di mana-mana, mahasiswa juga jumlahnya besar, namun ternyata kita temukan di salah satu masjid di Toraja, Sulawesi kekurangan tenaga khotib untuk shalat Jum’at. Karena menunggu khotib datang, tidak jarang pelaksanaan khutbah Jum’at dilakukan pada pukul 13.30 waktu setempat. Padahal jamaah sudah berkumpul sejak jam 12.00.”

Itu menunjukkan bahwa agamawan terpusat di kota-kota, atau desa-desa tertentu? dan belum tersedia di daerah lain. Itu fungsi yang harus menjadi? Laboraturium Dakwah nantinya, tambahnya.

Ahmad Sarbini, mewakili Rektor UIN Sunan Gunung Djati, menyambut baik kerjasama ini dan menganggap kegiatan ini istimewa karena bekerjasama langsung dengan Badan Litbang Kementerian Agama. Menurutnya, kehadiran Laboratorium Dakwah dapat menjadi pendukung melahirkan pelaku-pelaku dakwah yang berpengetahuan dan memiliki daya saing dalam konteks globalisasi informasi saat ini. kehadiran meme, iklan harus juga dihasilkan dari Laboraturium dakwah ini, pesan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung ini.

Kegiatan Penyusunan Pedoman Laboratorium dakwah ini menurut Murtadho, Penyelenggara sekaligus Kepala Bidang Litbang Pendidikan Nonformal/Informal Kementerian Agama, dimaksudkan untuk membuat pedoman yang bisa dipakai tidak saja pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang di sana ada Fakultas dakwahnya, tetapi juga perguruan Tinggi Keagamaan Islam? yang tidak ada Fakultas Dakwahnya. Untuk itu kegiatan penjaringan pemikiran sekaligus penyusunan pedoman ini akan dilakukan dengan bekerjasama dengan beberapa pihak seperti Fakultas Dakwah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Perguruan Tinggi As’adiyah Sengkang Sulawesi, dan Organisasi Keagamaan Muslimat di Jakarta.

“Semoga dampak dari ikhtiar penyusunan pedoman ini nantinya dapat menghantarkan umat semakin religius, harmoni dan maju. Doakan ya,” imbuhnya.? Red: Mukafi NiamDari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam, Tokoh, Warta PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 29 Februari 2016

Jadi Pengabdi Umat, Fatayat NU Songgom Perkuat Kapasitas Pengurus

Brebes, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Songgom, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menggelar upgrading dalam rangka menguatkan kapasitas pengurus. Hal itu dilakukan agar organisasi menjadi pengabdi umat.

Hal tersebut disampaikan Ketua PAC Fatayat NU Songgom Hj Sumiyati, di sela acara di aula Kecamatan Songgom, Senin (8/2).

Jadi Pengabdi Umat, Fatayat NU Songgom Perkuat Kapasitas Pengurus (Sumber Gambar : Nu Online)
Jadi Pengabdi Umat, Fatayat NU Songgom Perkuat Kapasitas Pengurus (Sumber Gambar : Nu Online)

Jadi Pengabdi Umat, Fatayat NU Songgom Perkuat Kapasitas Pengurus

?

Menurut Sumiyati, kegiatan upgrading dalam rangka orientasi dan penguatan kapasitas pengurus Fatayat NU Songgom masa khidmat 2016-2021.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Diharapkan, para pengurus Fatayat NU periode ini mampu memahami secara komprehensif mengenai visi misi Fatayat NU. Dia menyadari kalau anggota dan pengurusnya belum paham tentang Fatayat NU. “Banyak yang menganggap kalau kegiatan fatayat hanyalah pengajian saja,” kata Sumiyati.

Padahal, banyak banyak hal yang bisa diperbuat Fatayat termasuk peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan keluarga, peningkatan pendidikan dan kesehatan keluarga. “Lewat upgrading, diharapkan ada pemahaman yang konfrehensip,” terangnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Disamping itu, lewat upgrading diupayakan para pengurus mampu mengemban amanah yang diberikan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Kegiatan ini juga menitikberatkan pada konsistensi pengurus untuk bisa membangun Fatayat NU di Songgom menjadi lebih baik.

Kewaspadaan terhadap narkoba dan aliran sesat juga menjadi tugas para pengurus Fatayat. Peran Fatayat, antara lain melakukan pembinaan dan pembentukan moral anak-anak bangsa melalui pengajian-pengajian khusus para remaja.

Anggota DPRD Brebes Imam Royani mengaku bangga dengan aktivitas yang telah dilakukan Fatayat dalam kegiatannya. Dia berpesan, agar anggota Fatayat bisa menjadi kader bangsa yang berkualitas. Berbagai keterampilan perlu dimiliki ibu-ibu Fatayat dengan matang. Apalagi, kini memasuki era MEA, yang tentunya wanita Indonesia harus memiliki kualitas terhadap persaingan global.

“Fatayat harus siap menghadapi MEA, karena akan membawa keuntungan bila masyarakat Indonesia siap menghadapi era pasar bebas,” kata Imam Royani.

Ketua Jurusan PGMI Universitas Wahid Hasyim Semarang Sari Hernawati selaku narasumber dalam kesempatan tersebut menyampaikan pentingnya peran wanita dalam menegakan bangsa. Perempuan, sangat strategis dalam memajukan daerah, yang diawali dari kehidupan keluarganya. “Bila di dalam keluarga sudah kokoh, maka tidak akan sulit menjadi pilar penyangga kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Sri Hernawati.

Sari menegaskan, keluarga Fatayat harus memasang strategi yang jitu dalam mengemban amanat organisasi yang bisa meningkatkan keharmonisan keluarga.

Acara diikuti 65 peserta dari 18 ranting se Kecamatan Songgom juga dihadiri Camat Songgom Edy Yusuf. Selaku pimpinan wilayah, dirinya memberikan keleluasaan penggunaan fasilitas yang dimiliki kecamatan untuk dipergunakan ormas seperti Fatayat. Dia melihat, Fatayat sangat membantu mensosialisasikan maupun mengaktualisasikan program pemerintah. “Ada sinergi yang bisa dibangun dalam mewujudkan pembangunan daerah,” tegasnya. (wasdiun/abdullah alawi)



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 28 Februari 2016

Islam Datang ke Nusantara Bukan untuk Merusak Tradisi

Tangerang Selatan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Penulis buku Mahakarya Ulama Nusantara,? Ahmad Ginanjar Sya’ban membuka kajian rutin Islam Nusantara, Sabtu (19/8) dengan mengatakan bahwa Islam datang bukan untuk merusak tradisi.

“Islam datang bukan untuk merusak tradisi bangsa lain,” katanya dalam diskusi yang bertema Manhaj Islamisasi di Nusantara Era Walisongo di Sekretariat Islam Nusantara Center (INC) Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Islam Datang ke Nusantara Bukan untuk Merusak Tradisi (Sumber Gambar : Nu Online)
Islam Datang ke Nusantara Bukan untuk Merusak Tradisi (Sumber Gambar : Nu Online)

Islam Datang ke Nusantara Bukan untuk Merusak Tradisi

Penyempurnaan itulah yang dilakukan oleh Walisongo dalam menebarkan Islam secara damai. Ginanjar mengutip hadis, Innamaa bu’itstu liutammima makarimal akhlaq.?

Menurutnya, Islam datang itu untuk menyempurnakan hal-hal yang sudah sangat baik, tradisi yang luhur. Hal-hal buruk saja yang bersifat prinsip yang perlu diubah. Sementara hal yang bersifat furuiyah ataupun tahsiniyah tidak perlu diperdebatkan lagi.

Para wali terpilih itu tidak menghancurkan ekosistem, budaya, tradisi, bahkan agama. Direktur Islam Nusantara Center itu mengutip ayat Al-Quran, “Laa ikroha fiddin, tidak ada paksaan dalam agama,” ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) itu mengutip hadis, “Laa yu’minu ahadukum hatta yukrima jarohu, belum sempurna iman seseorang kalau belum bisa memuliakan tetangganya.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Saking menghormatinya kepada para penganut agama lain dan tradisi yang sudah ada, Sunan Kudus memfatwakan untuk tidak menyembelih sapi sebagai kurban karena sapi sangat dihormati oleh umat Hindu.

Min babi ikromi jar, tidak menyembelih sapi,” ujarnya.

Wali bernama asli Ja’far Shodiq itu juga membangun masjid yang arsitekturnya senada dengan model bangunan pura pada masa itu. Hal ini pun terdapat di beberapa masjid lainnya, seperti Masjid Agung Demak.

Toleransi sebagai landasan dakwah Walisongo itu menyebabkan cepatnya persebaran Islam di Nusantara. Hal tersebut dikarenakan Walisongo dapat menaklukkan hatinya masyarakat, bukan sekadar wilayah atau kerajaannya.

“Kesuksesan cepatnya Islamisasi masa Walisongo itu karena yang ditaklukkan oleh Walisongo itu bukan wilayah atau kerajaan, tapi hati para penduduknya,” katanya.

Manhaj islamisasi Walisongo itu senada dengan apa yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih di Turki Utsmani. Penakluk Konstantinopel itu melarang pasukannya untuk merusak tempat ibadah dan menjarah harta masyarakat Bosnia yang juga ditaklukkannya saat itu.

“Pasukan orang-orang Muslim Turki dilarang merusak, menjarah harta orang-orang Bosnia, mengusik rumah-rumah mereka, memasuki tempat ibadah mereka, gereja-gereja harus tetap dalam keadaan semula,” ujarnya mengutip surat keterangan Sultan Muhammad Al-Fatih kepada masyarakat Bosnia.

Lebih lanjut, pria asal Majalengka itu mengatakan, bahwa orang-orang Bosnia dibebsakan melaksanakan praktik agama mereka, “Orang-orang Bosnia dibebaskan untuk tetap menjalankan ibadah dan keyakinan sesuai yang mereka anut,” katanya. (Syakir NF/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal, Kiai PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah