Senin, 12 Oktober 2015

Mbah Moen: Pemilu Tonggak Demokrasi Indonesia

Rembang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam sebuah acara pengajian, Mustasyar PBNU KH Maimoen Zubair menyinggung soal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang digelar serentak di sebagian besar kabupaten dan kota di Indonesia pada 9 Desember lalu.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah menuturkan, pemilihan umum ini merupakan tonggak demokrasi Indonesia.

Mbah Moen: Pemilu Tonggak Demokrasi Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Mbah Moen: Pemilu Tonggak Demokrasi Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Mbah Moen: Pemilu Tonggak Demokrasi Indonesia

"Siapapun yang ikut mencalonkan diri pada tanggal 9 Desember kemarin, mereka adalah anak bangsa yang juga telah ikut andil dalam menyukseskan demokrasi di Indonesia", tuturnya dalam acara Haflah Khatmil Qur’an di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Islamic Center, Lasem, Rembang, Senin (14/12) sore.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Mbah Moen, sapaan akrabnya, politik bukan untuk memuaskan kepentingan sesaat, melainkan untuk mendialogkan Islam dengan kebangsaan. Ia menambahkan, pemilihan umum ini merupakan tindak lanjut dari praktik yang pernah dicontohkan oleh Khulafaur Rasyidin.

Turut hadir dalam acara ini beberapa tokoh agama, di antaranya KH Sofwan (Imam Masjid Lasem), KH Khaizul Maali (Mustasyar PCNU Kabupaten Rembang), H Arwani Thomafi (anggota DPR RI). Acara ditutup dengan doa oleh KH Maimoen Zubair. (Aan Ainun Najib/Mahbib)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lomba, Pesantren, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 08 Oktober 2015

Dua Kiai Aziz dari Jombang

Pada sekitar pukul 14.00 WIB, Sabtu 15 April 2017, KH Aziz Masyhuri Denanyar wafat. Berita ini tentu mengejutkan karena pada paginya beliau masih membaca koran dan melanjutkan menulis buku sebagaimana yang dilakukannya selama ini. Dengan demikian berarti dua kiai besar bernama Aziz dari Jombang telah tiada, satunya lagi yaitu KH Aziz Mansyur Paculgowang sudah wafat pada 2015 lalu.

Saya, walaupun tidak lama, pernah mengaji ke beliau berdua. Kiai Aziz Mansyur adalah sosok kiai yang mempunyai etos ilmiah ala Lirboyo, yang tidak lain adalah pondok kakeknya sendiri, karena beliau juga lama mondok di Lirboyo. Gaya ngaji beliau; duduk bersila di depan meja kecil, dilengkapi dengan lampu belajar, serta bersandar di bantal. Diatas meja kecil itu, selain ada kitab dan lampu belajar, juga ada segelas air putih.

Dua Kiai Aziz dari Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)
Dua Kiai Aziz dari Jombang (Sumber Gambar : Nu Online)

Dua Kiai Aziz dari Jombang

Ketika saya mengaji romadhon pada 2014, saya begitu takjub dengan kedisiplinan Kiai yang menjabat dewan syuro PKB ini. Kalau sudah duduk didepan kitab, maka sekitar 2 jam sampai 2, 5 jam ke depan, tidak beranjak dari tempat duduknya, membaca kitab tanpa berhenti, dan tanpa basa-basi. Ketika membaca kitab semacam ini posisi beliau menghadap ke arah kiblat, bertempat di selasar masjid. sementara kami yang mengaji juga menghadap kiblat, berada di belakang beliau. Nah, ini tentunya menguntungkan bagi saya, karena kalau ngantuk tidak akan ketahuan, hehehe.

Kitab yang dikaji ba’da taraweh ketika itu adalah al-Asybah wa An-nadhair, dan Dalailul Khoirot. Belum lagi yang dibaca pada waktu pagi dan sore. Dengan etos yang demikian itu, maka wajar kalau dalam kesempatan romadhon yang biasanya tidak sampai tanggal 20 sudah selesai, berhasil menghatamkan beberapa kitab. Sehingga bisa dimaklumi jika santri alumni pondok salaf, semacam Paculgowang dan Lirboyo mempunyai perbendaharaan kitab kuning yang relatif banyak.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lalu bagaimana gaya Kiai Aziz Masyhuri mengaji? Tempat belia mengaji tidak? ? di masjid, namun di ruang tamu. Beliau duduk di salah satu kursi, kemudian yang mengaji duduk dikursi-kursi yang lain, ada dua set kursi tamu di ruang tersebut. Sebagaimana layaknya menerima tamu, di meja tersaji aneka hidangan, ada makanan kering yang berada di toples-toples dan ada makanan basah, seperti pisang goreng, roti bakar, atau yang lainnya.

Jadwal mengaji satu minggu sekali, saya perhatikan hidangan di atas meja tersebut selalu berganti. Terasa benar bahwa memang itu disiapkan secara khusus untuk orang-orang yang mengaji pada beliau. Tidak berhenti sampai disitu, setiap ada yang datang, tidak lama kemudian ada yang menghidangkan kopi. Di tengah-tengah pengajian biasanya disusul dengan kolak, lalu diakhir ditutup dengan nasi goreng atau tahu petis. Jadi saya katakan pada Anda, bahwa tips mengaji pada Kiai Aziz Masyhuri haruslah dalam kondisi perut kosong, kalau tidak mau keringat dingin, karena harus menghabiskan makanan yang sedemikian banyak.

Nah, begitu kita datang ternyata tidak langsung mengaji kitab, tetapi masih mengobrol kesana-kemari antara setengah sampai satu jam. Bahan obrolan biasanya tentang permasalahan aktual, tentang ke-NU-an, tentang kegiatan-kegiatan beliau, atau seputar penulisan kitab yang sedang beliau kerjakan.

Jujur, awal-awal saya merasa gelisah dengan ritme mengaji seperti ini, karena tidak langsung to the poin. Tapi lama-kelamaan merasakan hal yang berbeda. Apa yang beliau obrolkan tersebut biasanya adalah pandangan atau sikap beliau sebagai seorang kiai menghadapi permasalahan yang sedang terjadi. Jadi ini adalah pengajian aktual, tidak melulu mengaji kitab, tapi juga mengaji kehidupan. Apalagi ketika membaca kitab juga selalu disisipi dengan penjelasan-penjelasan.

Yang dikaji ketika itu adalah kitab Kawakibul Lama’ah karangan Kiai Fadhol Senori Tuban, yang tak lain adalah pamannya sendiri. Mungkin Kiai Aziz Masyhuri produktif mengarang kitab karena terinspirasi oleh Kiai Fadhol ini. Kitab lain karya Kiai Fadhol diantaranya adalah ahlal musyamarah yang menceritakan tentang 10 wali di tanah Jawa. Di tangan Kiai Aziz Masyhuri, keterangan kawakibul lama’ah menjadi sangat luas.

Keterangan tentang apa yang tertulis di kawakibul lama’ah sepertinya sudah nempel banget di lidah beliau. Keterangannya bisa sangat detail. Misalkan saja, ketika masuk pada pembahasan devinisi sunnah dan jama’ah, dalam kitab tersebut menyitir devinisi dari kamus Muhith. Oleh beliau dijelaskan kamus mukhit ini merupakan kamus 4 jilid yang patokannya adalah huruf terakhir dari suatu kata. Misal kata ‘wasala’ yang terdiri dari huruf wawu, sin, dan lam, maka cara mencarinya dari huruf lam.

Keterangan ini kemudian melebar pada jenis-jenis kamus. Dimulai dari Tajul Arus yang merupakan sarah kamus mukhit. Lalu ada juga Misbahul Munir yang menurut beliau merupakan kamus yang paling ‘marem’, karena kalau ada masalah fiqh keterangannya dipanjangkan. Ada juga kamus munjit. Ini adalah kamus yang paling gampang, karena kalau ada yang tidak jelas dikasih gambar. Kelebihan yang lain dari kamus ini ada Faraidul Adab-nya. Namun yang mengarang orang kristen.

Keterangan kamus munjit ini menjadi semakin hidup manakala ditambahi dengan kisah Mbah Kiai Maksum Lasem dan putranya Mbah Kiai Ali Maksum. Mbah Kiai Maksum mengharamkan kamus munjit. Ketika Mbah Kiai Ali Maksum masih dipondok, waktu mau dijenguk ayahnya, santri-santri senior yang punya kamus munjit suruh menyembunyikan. Takut kalau-kalau Mbah Kiai Maksum memeriksa kamar-kamar. Nah, nanti kalau sudah pulang boleh dikeluarkan lagi.

Kitab berikutnya yang dikaji setelah kawakibul lama’ahkhatam adalah kitab tipis berjudul, butlani aqoidul syiah, sebuah kitab yang sepertinya belum ada di penerbitah Indonesia. Karena kami mengkajinya pun dari foto copy-an kitab yang beliau punya. Demikianlah Kiai Aziz Masyhuri, perbendaharaan kitab-kitab langkanya melimpah. Sehingga wajar kalau beliau menjadi rujukan kiai-kiai yang lain, termasuk dari pondok-pondok besar. Namun taqdir kami tidak bisa mempelajari kitab ini sampai selesai, karena setelah libur hari raya, pengajian kitab tersebut belum dilanjutkan lagi sampai beliau wafat.

Beliau memang pernah cerita, bahwa jika sedang haji, yang beliau buru adalah kitab-kitab terbitan timur tengah. Saking banyaknya yang beliau beli, sampai-sampai sebagiannya harus dititipkan ke orang lain yang jatah bagasinya masih ada. Maka wajar, kalau wacana kitab kuningnya di atas rata-rata. Sampai-sampai ketika Dr. Musthofa Ya’qub, imam besar Masjid Istiqlal Jakarta, yang juga karibnya waktu di Tebuireng membuat tulisan di Republika, tentang banyaknya kesamaan ajaran-ajaran NU melalui kitab karangan KH Hayim Asyari yang terkodifikasi dalam Irsyadus Syari, dengan ajaran-ajaran Wahabi, maka Kiai Aziz Masyhuri menegurnya, ketika bertemu di sebuah acara di madura. Hal ini karena Kiai Aziz Masyhuri mempunyai refrensi lain yang menguatkan tentang perbedaan besar antara ajaran NU dan wahabi.

Dengan kekayaan wacana kitab kuning demikian ini, ternyata Kiai Aziz Masyhuri mentransformasikan apa yang dipunyainya itu dengan cara yang santai; mengajar ngaji disambi dengan makan-makan dan ngobrol kesana-kemari. Perut terisi, kepala pun terisi.

Sedangkan Kiai Aziz Mansyur yang mempunyai tradisi dan etos kitab kuning yang disiplin, ternyata pembawaannya tidak dikit-dikit nge-dalil. Saya teringat ketika resepsi pernikahan saya, dalam tausyiahnya beliau malah hanya bercerita, tidak mendalil, tentang bagaimana galaunya ketika beliau dipasrahi untuk meneruskan estafet kepemimpinan pondok pesantren Tarbiyatun Nasihin, selepas ayahnya meninggal. Juga bercerita tentang awal-awal diundang mengaji ke kampung-kampung dengan mengendarai sepeda ontel, lalu beralih naik sepeda motor, lalu beralih memohon kapeda Allah agar diberi kendaraan yang ada iyup-iyupane (ada atapnya: mobil). Selanjutnya tausyiah beliau malah ditutup dengan penjelasan filosofi janur dan lain-lain, yang biasa digunakan di resepsi pernikahan adat Jawa. Allahummaghfirlahuma...

M. Fathoni Mahsun, Kader Gerakan Pemuda Ansor Jombang



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Istri Rais Aam Kebanjiran Permintaan “Bocoran”

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Di musim kampanye Capres dan Cawapres ini, rupanya tidak hanya tim sukses yang sibuk. Hj Siti Fatma misalnya kebanjiran pesan singkat yang meminta bocoran dukungan suaminya. Bocoran tersebut mencari tahu kepada siapa Rais ‘Aam PBNU KH A. Mustofa Bisri menjatuhkan pilihan pada 9 Juli nanti?

“Ibunya anak-anak ~Siti Fatma~ kebanjiran sms yang minta bocoran: dalam pilpres ini aku mendukung siapa?” tulis kiai yang akrab disapa Gus Mus tersebut melalui akun Facebooknya, Sabtu (14/6).

Istri Rais Aam Kebanjiran Permintaan “Bocoran” (Sumber Gambar : Nu Online)
Istri Rais Aam Kebanjiran Permintaan “Bocoran” (Sumber Gambar : Nu Online)

Istri Rais Aam Kebanjiran Permintaan “Bocoran”

Lanjutan status tersebut berbunyi, "Dijawab bagaimana, bah, sms-sms ini?" tanyanya sambil tersenyum.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Lho ya terserah Sampéyan mau menjawab bagaimana," jawabku juga sambil tersenyum; "kan Sampéyan yang dimintai bocoran."

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Beberapa akun berkomentar status tersebut, “Di jawab tg mriki mawon yai....” (Dijawab di sini saja, Kiai).? Akun lain menulis, “Insya Allah dan pastinya tidak Golput, kami jg menunggu bocoran. Minimal butuh clue Pak Kyai....”

Salah satu akun bereaksi lain, “Hehehe... saya kangen Ibu... salam kangen dan tadzim buat Ibu Siti Fatma...” (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 07 Oktober 2015

Kiai Tolchah Hasan Ingatkan Pentingnya Moral Akademik

Banjarmasin, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Meningkatnya jumlah perguruan tinggi Islam di Indonesia belum diiringi dengan peningkatan kualitas akademiknya. Lebih jauh dari itu, moral akademik, yaitu kejujuran, belum menjadi perinsip utama para civitas akademika. Plagiasi karya ilmiah masih marak di mana-mana, begitu juga di kampus-kampus umum.

Demikian dikatakan mantan menteri agama era Presiden Gus Dur, Prof. Dr. KH Tolchah Hasan dalam diskusi pleno pertama Islam Indonesia-Nusantara, Selasa (2/11). Kiai Tolchan mengatakan maraknya aksi plagiasi di kalangan sarjana merupakan dampak dari komersialisasi pendidikan.

Kiai Tolchah Hasan Ingatkan Pentingnya Moral Akademik (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Tolchah Hasan Ingatkan Pentingnya Moral Akademik (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Tolchah Hasan Ingatkan Pentingnya Moral Akademik

“Komersialisasi tidak saja mencari untung dengan ongkos pendidikan yang mahal, tapi komersialisasi dan politisasi gelar. Jika gelarnya tinggi, maka gajinya tinggi dan dianggap pinter. Padahal belum tentu,” ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Lihat saja sekarang, banyak perguruan tinggi yang laris manis hanya fakultas Tarbiyah. Sementara fakultas lain tidak laku. Para pemegang kebijakan dan masyarakatnya hanya perpikir instan. Budayanya sekarang ini ingin cepat jadi PNS, ingin dapat sertifikasi, biar gajinya banyak. Kan begitu?” tambah Kiai Tolchah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dia mengungkapkan bahwa kampus-kampus Islam dan kampus umum kita sekarang ini, melakukan dengan segala cara untuk mengolah dan mencetak sarjana secara instan. Pengikatan sarjana hanya pada sisi kuantitas, tanpa melihat aspek kualitas.

“Kondisi kurikulum peruguruan tinggi yang digemukkan, tapi secara waktu diperpendek, menyebabkan para dosen harus mengajar terus-menerus. Akhirnya mereka tidak punya waktu membaca. Kondisi seperti ini diperparah dengan kinerja yang lemah, malas  dan sering mengambil jalan pintas. Tidak sedikit karya ilmiah dosen-dosen itu mengambil karya orang lain tanpa etika akademik. Ini ironi. Ya, dosennya saja begitu, apalagi mahasiswanya?” papar

Kiai Tolchah yang juga mantan rektor Universitas Islam Malang.

Senada dengan Kiai Tolcah, Budi Munawar-Rahman yang ditemui di sela-sela mengikuti ACIS ke-10, mengatakan bahwa aksi plagiasi di kalangan sarjana begitu marak. Kondisi seperti ini menggambarkan kemiskinan akhlak, karena luluh oleh watak materialisme, hedonisme dan ambisi politik.

“Banyak sarjana Muslim kita yang sibuk jadi konsultan politik, bahkan jadi broker politik, hingga melupakan tugas utamanya menjadi pendidik. Ini masalah serius,” tegas Budi. (xbl/hmz)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 29 September 2015

PCNU Pringsewu Luncurkan Program "Jihad Pagi"

Pringsewu, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus baru PCNU Pringsewu melalui Mustasyar KH Sujadi mengungkapkan, bahwa dalam waktu dekat ini pihaknya akan meluncurkan program ‘jihad pagi’ (ngaji ahad pagi). Hal ini dikemukakan Kiai Sujadi dalam rapat koordinasi perdana seluruh pengurus yang berlangsung di Aula Gedung NU Kabupaten Pringsewu, Ahad (15/2).

PCNU Pringsewu Luncurkan Program Jihad Pagi (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Pringsewu Luncurkan Program Jihad Pagi (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Pringsewu Luncurkan Program "Jihad Pagi"

“Kepengurusan yang telah terbentuk ini diharapkan dapat berkoordinasi dengan maksimal. Koordinasi yang maksimal dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas komunikasi dan pertemuan diantaranya lewat program jihad pagi ini,” terang kiai yang juga Bupati Pringsewu ini.

Program jihad pagi ini, tambahnya, akan dimulai pekan depan ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi seluruh pengurus untuk berdiskusi dan berkoordinasi. Dengan intensitas koordinasi yang meningkat, ? tentunya ide, ? gagasan, dan permasalahan yang muncul akan dapat di selesaikan dengan baik. "Kalau sering kumpul, ide dan gagasan kan akan muncul " ujarnya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dia menambahkan, bahwa program ini akan dilaksanakan tiap hari pukul 06.00 WIB dan tidak terbatas untuk pengurus NU saja namun terbuka luas bagi kaum muslimin dan muslimat yang ingin mendalami Ilmu agama dengan ngaji bersama.

Disamping itu, Kiai Sujadi juga mengajak seluruh pengurus untuk memaksimalkan sumber daya yang ada. "Maksimalkan sumber daya, jangan selalu terjebak dengan sumber dana,” ujarnya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hal ini diamini oleh Rais Syuriyah PCNU Pringsewu KH Ridwan Syuaib dengan berpesan kepada seluruh pengurus untuk memberdayakan SDM dan kader NU disegala sektor untuk bersama sama berkhidmah di NU.?

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Pringsewu, H Taufiqurrahim, M.Pd.I menjelaskan, kepengurusan baru yang telah terbentuk ini akan segera bekerja dengan skala prioritas yang telah diputuskan pada konfercab beberapa lalu dan akan lebih dipertajam lagi pada musyawarah kerja (muker) yang akan di laksanakan dalam waktu dekat ini.?

Kepengurusan hasil Konfercab ke-2 PCNU dan telah disahkan melalui Surat Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Nomor: 477/A.II.04.d/12/2014 ini siap untuk berkhidmah kepada umat. Pada rapat perdana itu, juga telah disepakati pembentukan kepengurusan baru berbagai lembaga dan lajnah seperti LP Ma’arif, ? Lazisnu, ? LTNNU, dan lain lainnya.?

“Pada muker nanti, akan diadakan pelantikan kepengurusan yang akan dihadiri oleh PBNU,” terang Taufiqurrahim. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Aswaja, Pertandingan, Daerah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 26 September 2015

Soal Kebakaran Hutan, PBNU Kecewa Pada Putusan PN Palembang

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyayangkan putusan sidang Pengadilan Negeri Palembang yang menolak gugatan perdata sejumlah Rp 7,9 triliun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terhadap perusahaan terkait pembakaran hutan. PBNU menilai putusan sidang PN ini tidak berpihak pada kemaslahatan umum.

“Pada prinsipnya PBNU mengecam keras putusan-putusan yang tidak mencerminkan keadilan dan berpihak kepada rakyat,” kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Jakarta, Senin (4/1) sore.

Soal Kebakaran Hutan, PBNU Kecewa Pada Putusan PN Palembang (Sumber Gambar : Nu Online)
Soal Kebakaran Hutan, PBNU Kecewa Pada Putusan PN Palembang (Sumber Gambar : Nu Online)

Soal Kebakaran Hutan, PBNU Kecewa Pada Putusan PN Palembang

Kang Said menilai gugatan KLHK terhadap pihak-pihak yang membakar hutan sudah tepat. Sikap KLHK merupakan bentuk perlindungan negara atas kelangsungan lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara Sekjen PBNU H Helmy Faishal Zaini menambahkan, gugatan KLHK menandai kehadiran negara sebagai garda depan demi hajat hidup masyarakat. Kebakaran hutan berdampak luar biasa, bukan saja pada aspek ekonomi tetapi juga kesehatan yang urusannya dengan nyawa penduduk dan warga negara.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Yang patut disesalkan adalah putusan hakim pada 30 Desember 2015 lalu yang justru kontraproduktif dalam menghadirkan keadilan sebagai usaha membela hajat hidup warga negara,” kata Helmy. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Aswaja, Pesantren, Tokoh PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 24 September 2015

Wasiat Mbah Sahal Tiga Tahun Lalu soal Lokasi Makam

Pati, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Almaghfurlah KH MA Sahal Mahfudh telah berwasiat kepada beberapa kiai Kajen agar dimakamkan di kompleks pemakaman Syeikh KH Ahmad Mutamakkin. Ia mengkaveling tanah makam di sana tiga tahun silam karena berharap bisa dekat dengan leluhurnya.

KH Muadz Thohir yang masih kerabat dekat Mbah Sahal menceritakan hal tersebut kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan beberapa tamu usai tahlilan mitung dino atau peringatan tujuh hari wafatnya Rais Aam PBNU tiga periode tersebut di kompleks Pesantren Maslakul Huda Kajen-Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Selasa (28/1) malam.

Wasiat Mbah Sahal Tiga Tahun Lalu soal Lokasi Makam (Sumber Gambar : Nu Online)
Wasiat Mbah Sahal Tiga Tahun Lalu soal Lokasi Makam (Sumber Gambar : Nu Online)

Wasiat Mbah Sahal Tiga Tahun Lalu soal Lokasi Makam

Menurut Pengasuh Pesantren Putri Roudloh At-Thahiriyyah Kajen ini, mula-mula dirinya diajak Pengasuh Pesantren Asrama Pelajar Islam Kauman (APIK) Kajen KH Junaidi Muhammadun untuk menghadap KH A Nafi’ Abdillah. Mereka berdua ingin mengklarifikasi kebenaran informasi ihwal wasiat Mbah Sahal kepada sepupu Ketua Umum MUI Pusat tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Saya masih ingat betul, awalnya Pak Jun ngajak saya untuk datang ke Kak Fe’ (Gus Nafi’). Saya tanya, ‘Ada apa?’ Jawab Pak Jun, ‘Sudahlah, nanti juga tau sendiri.’ ‘Jangan begitu, sebenarnya ada apa kok tumben ngajak ke sana?’ Saya masih penasaran,” terang Kiai Muadz.

Sampai tiga kali bertanya, lanjut Kiai Muadz, Kiai Junaidi tetap tidak mau bercerita. Lalu, sesampainya di kediaman Gus Nafi’, mereka berdua dikasih cerita oleh Gus Nafi’ tentang wasiat Mbah Sahal tersebut. Gus Nafi’ yang putra Almaghfurlah KH Abdullah Salam (Mbah Dulah) adalah orang yang diberi wasiat tentang makam oleh Mbah Sahal. Sontak, ketiganya tergugu menahan tangis lantaran belum siap ditinggal Mbah Sahal.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Meski Kiai Sahal jarang mengajar di madrasah (Matholi’ul Falah-red), tapi ruhnya sangat terasa. Jadi, ketika beliau sudah bilang seperti itu rasanya tak lama lagi benar-benar akan meninggalkan kami semua,” ujar Kiai Muadz berkaca-kaca.

Ditanya seputar percepatan acara mitung dino Mbah Sahal, Musytasyar PCNU Pati itu menegaskan bahwa hal tersebut merupakan wasiat kakeknya, KH Nawawi. Mbah Nawawi khawatir jika tradisi masa lalu itu dipahami layaknya syariat Islam. Oleh karenanya, beliau berpesan agar tidak terjadi hal demikian maka perlu dibuat beda.

“Mbah saya dari bapak mewasiatkan hal itu. Jadi, biar tidak sama persis dengan tradisi Hindu-Budha. Kita bikin netral dan luwes aja waktunya. Tidak harus tepat pada hari ketujuh to,” pungkasnya. (Musthofa Asrori/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Internasional, Amalan, Pertandingan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah