Jumat, 18 Januari 2013

PMII Ingin Kader Kaffah, Cetak Penggerak Dakwah

Bandung, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mendidik mahasiswa mahasiswi pada pemahaman organisasi yang “kaffah”. Juga mampu jadi penggerak dakwah dalam membumikan Islam Indonesia dengan nilai-nilai Ahlusunnah wal Jama’ah.

PMII Ingin Kader Kaffah, Cetak Penggerak Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Ingin Kader Kaffah, Cetak Penggerak Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Ingin Kader Kaffah, Cetak Penggerak Dakwah

Aktivis PMII Rayon Dakwah dan Komunikasi Komisariat UIN Sunan Gunung Djati Bandung,? Fajri Idatul Akbar,? mengatakan hal itu dalam rangka Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba.) kegiatan tersebut adalah fase rekruitmen mahasiswa untuk menjadi anggota PMII.

“Kaffah di sini adalah sempurna pemikiran dan ketakwaannya. Jangan hanya kritis, tapi juga transformatif kepada nilai-nilai nasionalis serta berpegang teguh pada ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah,” terang Fajri kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah ketika ditemui di sekretariat PMII di Jalan Manisi, Bandung, Jawa Barat, Senin (16/9).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain kaffah, lanjut Fajri, kegiatan Mapaba pun bertujuan membentuk kader yang ulil albab. Menurut dia, setidaknya ada tiga ciri, pertama manusia yang peka terhadap kenyataan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kedua, tambah dia, manusia yang mengambil pelajaran dari pengalaman sejarah, dan ketiga manusia yang giat membaca tanda-tanda alam yang kesemuanya dilakukan dalam rangka berzikir kepada Allah SWT.?

“Mapaba ini adalah gerbang awal dalam pengkaderan di PMII sebab masih ada gerbang selanjutnya,” kata fajri, yang juga ketua komisariat PMII Cabang Kabupaten Bandung.

Mapaba tersebut sudah digelar pada tanggal 13 sampai dengan 15 September lalu, di Gedung Local Education Center (LEC) Cicalengka bandung. Ratusan mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung dari berbagai jurusan dan fakultas mengikuti kegiatan tersebut. (Bakti Habibie/Abdullah Alawi)?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail, Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 15 Januari 2013

IPNU IPPNU Kadur Siap Cetak Kader Andal

Pamekasan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus IPNU-IPPNU Kadur Pamekasan sudah memantapkan niat untuk mencetak kader-kader andal Nahdlatul Ulama (NU). ?

Rabu (25/4) kemarin, mereka melangsungkan rapat di kantor MWCNU Kadur guna menggelar diklat manajemen organisasi. Pada Ahad (6/4) mendatang, mereka bakal mengadakan pembinaan terhadap 60 pengurus harian Pimpinan Komisariat dan Pimpinan Ranting IPNU-IPPNU sekecamatan Kadur.

IPNU IPPNU Kadur Siap Cetak Kader Andal (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU IPPNU Kadur Siap Cetak Kader Andal (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU IPPNU Kadur Siap Cetak Kader Andal

“Pembinaan terhadap kader-kader NU yang bergabung di IPNU maupun IPPNU penting kita seriusi,” ujar ketua umum IPNU Kadur Faisol Ansori. “Sebab, adakalanya kita jumpai kader IPNU-IPPNU yang hanya sekadar bergabung dalam organisasi tetapi minim wawasan tentang manajemen organisasi.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jika itu yang terjadi, lanjut Faisol, maka bisa dipastikan perjalanan IPNU-IPPNU ke depan terbilang memprihatinkan. Kelangsungan hidup sebuah organisasi sangat bergantung pada sistem kaderisasi yang baik.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Sistem kaderisasi yang baik dapat dilihat dari keseriusan para pengurusnya,” tegas Faisol.

Pada kesempatan itu, para pengurus organisasi pelajar NU tersebut mengangkat tema yang cukup bagus. Tema tersebut dikemas dengan redaksi bahasa “Optimalisasi manajemen organisasi untuk mencetak kader IPNU-IPPNU yang ideal”.

“Dari tema ini diharapkan nantinya lahir kader-kader yang betul-betul sesuai dengan harapan para pendiri NU,” ujar ketua panitia Abdul Kifli menguatkan tema di atas yang bersumber dari usulan sekretaris umum IPPNU Kadur, Baitiyah.

Karena peserta dipastikan terdiri dari putra dan putri, maka pengurus IPNU-IPPNU memeras otak untuk menyiasati agar tidak muncul hal-hal yang tidak diinginkan.

“Karena diklat ini akan dilangsungkan sehari, maka tempat shalat dan mandi harus kita perhatikan secara saksama,” usul Abdul Kifli yang diamini para pengurus lainnya.

Akhirnya, mereka sepakat untuk memanfaatkan kamar mandi dan mushalla salah satu pengasuh pesantren Sumber Gayam yang juga ketua MWCNU Kadur KH Ach Baidawi Abshom.

“Khusus peserta putri, bisa mandi dan sholat di gedung MWCNU Kadur lantai bawah,” tambah sekretaris panitia Anis Sulalah. Forum pun menyepakatinya.

Diklat tersebut akan difokuskan pada materi keorganisasian, kepemimpinan, dan keadministrasian. Pematerinya adalah Masyhuri Thoha dan Minhadji Ahmad. Keduanya dikenal sebagai tokoh IPNU Pamekasan yang ahli dalam ketiga bidang tersebut.?

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Hairul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khutbah, Bahtsul Masail PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 11 Januari 2013

Batik Besurek, Kolaborasi Budaya Lokal dan Agama

Oleh Muhammad Afiq Zahara

Pada bulan Oktober 2009, Batik Indonesia diakui sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity (Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia) oleh UNESCO. Salah satu pertimbangan Dewan Komite kenapa Batik Indonesia layak diakui sebagai warisan budaya adalah kekayaan simbolisnya yang berhubungan dengan status sosial, komunitas lokal, alam, sejarah dan warisan budaya yang memberikan sense of identity untuk orang Indonesia dan keberlanjutannya sebagai komponen penting dari mulai kelahiran sampai kematian, serta terus berkembang tanpa kehilangan makna

Batik Besurek, Kolaborasi Budaya Lokal dan Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
Batik Besurek, Kolaborasi Budaya Lokal dan Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

Batik Besurek, Kolaborasi Budaya Lokal dan Agama

Dari sekian banyak macam batik di Indonesia, salah satunya adalah Batik Besurekasal Bengkulu. Pak Muhardi dari Koleksi Konservasi dan Preparasi, UPTD Museum Negeri Bengkulu mengatakan bahwa Kain Besurek sudah ada sejak abad ke-16, bertepatan dengan masuknya Islam di Bengkulu, diperkenalkan oleh sudagar dan seniman batik dari Demak. Sebelum berkembang menjadi pakaian, kain Besurek dulunya hanya digunakan untuk menutup al-Qur’an.

Motif Batik Besurek terbilang unik. Berbeda dengan motif batik-batik Jawa yang sering menggambarkan tumbuhan, alam, hewan dan lainnya. Batik Besurek, sesuai dengan namanya, berasal dari bahasa Bengkulu yang artinya bersurat (bertulis). Motifnya dipenuhi dengan tulisan kaligrafi Arab atau tulisan Kaganga (aksara asli Bengkulu). Meskipun ada motif lainnya semacam motif rafflesia dan rembulan, fokus kita hanya pada motif kaligrafi Arab.

Motif kaligrafi Arab di Batik Besurek yang digunakan untuk pakaian bersifat abstrak, yaitu tulisan Arab yang diambil secara acak dan tidak memiliki makna. Sedangkan motif kaligrafi Arab non-abstrak (bermakna) biasanya digunakan untuk pajangan, tidak untuk dijadikan pakaian. Mungkin, karena bahasa Arab dianggap bahasa sakral, sebagaimana kebanyakan pandangan orang Indonesia. Akan tidak sopan memakainya ke kamar mandi.

Keberadaan Batik Besurek merupakan bukti bahwa proses kolaborasi Islam dan budaya lokal tidak hanya terjadi di wilayah ritus, tapi juga pakaian. Artinya, Islam secara dinamis mampu berbaur dengan kebudayaan apapun tanpa kehilangan ajaran intinya. Kita perlu ingat, Islam adalah way of life (cara hidup). Ajarannya berdasarkan pada adab atau akhlak, seperti tujuan utama Nabi Muhammad diutus, yaitu makârim al-akhlâq atau mashâlih al-akhlâq (memuliakan dan menyempurnakan akhlak manusia).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam hal pakaian, Islam tidak menentukan modelnya secara detail, tetapi memberikan etika umum yang harus dipatuhi dan diamalkan. Standaritasnya adalah kepantasan yang diatur oleh agama. Karena itu, pakaian bisa dikatakan sebagai produk budaya. Setiap daerah memiliki model pakaiannya sendiri-sendiri. 

Ada kalanya proses pembentukan budaya berpakaian itu menyesuaikan dengan alam, seperti orang-orang yang tinggal di sekitar kutub. Ada kalanya pula karena akulturasi antar kebudayaan. Intinya, selama pakaian tersebut tidak menabrak norma-norma agama, Islam tidak melarangnya.

Oleh karena itu, banyak ulama yang berbeda pendapat tentang batas kepantasan berpakaian, khususnya pakaian wanita. Sebagian mewajibkan bercadar, sebagian yang lain tidak. Bahkan pada tahun 2009, Grand Syeikh al-Azhar, Muhammad Sayyid Thanthawi (1928-2010 M) memandang niqâb adalah produk budaya, bukan agama. Pandangannya ini menjadi perdebatan panjang di kalangan ulama. Ia mengatakan (BBC Arab, 8 Oktober 2009): al-niqâb mujarrad ‘âdah wa lâ ‘alâqah lahu bi al-dîn al-islâmiy—niqab itu murni produk budaya, tidak ada kaitannya dengan agama Islam.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Apa yang dikemukakan di atas sekedar salah satu contoh pandangan ulama. Kita tidak akan masuk pada wilayah ‘setuju’ atau ‘tidak setuju’. Semua orang berhak mengambil pendapat yang menurut mereka benar. Hanya saja, jangan sampai menyalahkan pendapat lainnya. Toh, mereka juga sama-sama ulama yang memiliki dasar atas pendapatnya masing-masing.

Intinya, agama dan budaya saling melengkapi, tidak perlu dipertentangkan. Jika pun dipandang bid’ah dan tidak mempunyai dasar agamanya, biarlah. Tidak perlu repot mengurusinya. Telah banyak kajian tentang bid’ah di PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, silakan mencarinya sendiri. Selamat hari batik. Semoga Batik Besurek pada khususnya, dan Batik Indonesia pada umumnya, semakin berkembang dan diminati oleh dunia. Amin.

Penulis adalah Alumnus Pondok Pesantren al-Islah, Kaliketing, Doro, Pekalongan dan Pondok Pesantren Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anti Hoax, Ubudiyah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 06 Januari 2013

Menag Sayangkan Studi Hadist di Indonesia Masih Langka

Tangerang Selatan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebagai salah satu cabang utama ilmu keislaman, studi dan pengajaran hadits relatif tertinggal dibandingkan dengan studi Al-Quran, pengajaran fiqh, dan studi tentang tauhid dan tasawuf. Bisa dikatakan bahwa studi hadits di Indonesia relatif marjinal, kalau tidak dikatakan sangat langka. 

Menag Sayangkan Studi Hadist di Indonesia Masih Langka (Sumber Gambar : Nu Online)
Menag Sayangkan Studi Hadist di Indonesia Masih Langka (Sumber Gambar : Nu Online)

Menag Sayangkan Studi Hadist di Indonesia Masih Langka

Demikian disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat Wisuda Sarjana ke-13 Darus Sunnah International Institute for Hadits Science di Ciputat-Tangerang Selatan, Sabtu (6/6). Selain Pimpinan Darus Sunnah Ali Musthafa Yaqub, hadir pula Rektor UIN Jakarta Dede Rosada seperti dilansir oleh situs kemenag.go.id.

“Kondisi ini terjadi baik di pesantren, madrasah, diniyah maupun perguruan tinggi. Dari sekitar 16.000 lembaga, pesantren yang mendalami studi hadits dapat dihitung dengan jari,” kata Menag.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dikatakan Menag, pada umumnya pembelajaran hadits di pesantren bukan sebagai ilmu, tetapi lebih banyak mempelajari matan atau periwayatan hadits (sanad) sebagai bagian dari bayan (penjelas) dalam kajian Al-Quran atau tafsir. Metode yang digunakan pun sama dengan pengajaran fiqh, yakni sorogan atau bandongan.

“Hanya ada satu dua pesantren yang secara khusus mengajarkan dan mempelajari hadits sebagai ilmu dan salah satu dari pesantren itu adalah Darus Sunnah,” ucap Menag.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ditambahkan Menag, kita sebenarnya berharap dari institusi formal Perguruan Tinggi Islam seperti UIN, IAIN, STAIN atau universitas-universitas islam lainnya dalam kajian hadits. Perguruan tinggi Islam ini sebenarnya memiliki sumberdaya ahli hadits, program studi tafsir hadits di fakultas/jurusan ushuluddin, perpustakaan yang memadai, dan koleksi kitab-kitan hadits standar, disamping sistem pembelajarannya yang menekankan berpikir secara kritis dalam kajian Islam dibandingkan pesantren.

“Namun harapan itu tidak sepenuhnya tercapai, karena kajian hadits di perguruan tinggi Islam tampaknya juga masih belum berkembang secara maksimal,” ujar Menag.

Menurut pandangan Menag, program studi tafir hadits yang ada lebih menekankan kajian tafsirnya dibandingkan hadits, sehingga tetap marjinal. Meskipun sudah dibuka kemungkinan memisahkan stusi hadits tersendiri, belum ada perguruan tinggi Islam yang mengkhususkan diri sebagai lembaga kajian hadits.

“Hal ini jauh tertinggal dengan program studi yang populer, seperti pendidikan agama Islam, ekonomi, syariah, penyiaran Islam, atau justru ilmu-ilmu non-keislaman yang tidak merupakan mandat utama perguruan tinggi Islam seperti matematika, bilogi, fisika, kedokteran dan lainnya,” terang Menag.

Menurut Menag, hal ini sebenarnya ironi, karena hadits merupakan sumber otoritatif kedua dalam pengajaran Islam setelah Al-Quran. Disamping fungsi hadits sebagai bayan atau penjelas terhadap ayat-ayat Al-Quran, seluruh ajaran, nilai, dan sendi-sendi keislaman berdasarkan atau bersumber pada sunnah qawliyah, fi’liyah, dan taqririyah baginda Rasulullah SAW. 

“Karena itu, memahami hadits secara benar dan tepat adalah kemestian dalam memahami Al-Quran,” tandas Menag. (mukafi niam).

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Internasional PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 04 Januari 2013

KH Abdul Azim AS, Ulama Betawi yang Organisatoris

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

KH Abdul Azim Ahmad Suhaimi lahir di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada 1 Juli 1937. Ayahnya KH Ahmad Suhaimi adalah seorang ahli falak. Dan kakeknya Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayub bin Qais adalah seorang ulama Betawi terkemuka pada masanya, yang lebih dikenal dengan sebutan Guru Mughni.

KH Abdul Azim AS, Ulama Betawi yang Organisatoris (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Abdul Azim AS, Ulama Betawi yang Organisatoris (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Abdul Azim AS, Ulama Betawi yang Organisatoris

KH Abdul Azim AS menempuh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat dan kemudian di Madrasah Raudhatul Muta’allimin Kuningan. Tahun 1956-1957 ia belajar di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.?

Tahun 1957 ia berangkat ke Kairo, Mesir. Pendidikan yang diambil di Kairo tidak langsung pendidikan tinggi, karena harus lebih dahulu menyelesaikan tingkat SMA-nya. Barulah setelah itu, ia meneruskannya dengan mengambil pendidikan sarjana.

Ia juga cukup aktif di dunia organisasi. Pada tahun 1955, ia menjadi anggota Pandu Ansor cabang Kramat Jati, Jakarta Timur. Ketika di Kairo ia pun aktif dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI).?

Setelah sekitar sembilan tahun tinggal dan belajar di Mesir, ia kembali ke Indonesia dan mulai aktif berdakwah. Karena keaktifannya, ia pun berhubungan dekat dengan banyak ulama besar. Salah satunya KH Fathullah Harun, ulama Betawi Matraman yang waktu itu menjadi imam dan guru besar di Malaysia. Oleh kiai dan sekaligus sahabatnya saat di Mesir itu, KH Abdul Azim sering diundang untuk mengasisteni dan mengadakan kunjungan dakwah ke berbagai tempat di Malaysia bahkan sampai ke Patani, Thailand.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tahun 1974, KH Abdul Azim semakin fokus mengembangkan dakwah di Jakarta. Ia antara lain terlibat dalam memajukan Perguruan Islam Al Mughni yang dirintis kakeknya sejak tahun 1925. Perguruan Al-Mughni yang sempat mengalami gempuran tantangan atas nama pembangunan di DKI Jakarta, kini semakin maju. Lokasi perguruan yang dikepung bangunan perkantoran di Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan itu, berpacu dengan modernisasi Jakarta memiliki lembaga sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dari Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).

KH Abdul Azim adalah ayah dari empat anak yang banyak aktif di dunia pendidikan Islam. Salah satu anaknya, Ahmad Sidqi, adalah aktivis PCINU di Turki. Kepada generasi muda NU KH Abdul Adzim berpesan agar tidak melupakan sejarah dan peran para pendahulu. (Kendi Setiawan/Fathoni)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Sholawat PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 03 Januari 2013

PCNU Temanggung Sampaikan 4 Rekomendasi Kepada Bupati

Temanggung, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Temanggung menyampaikan empat poin rekomendasi atas terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Rekomendasi itu disampaikan melalui audiensi dengan Bupati Temanggung Bambang Sukarno di Pendopo Jenar komplek Setda Kabupaten Temanggung, Sabtu (9/9). 

Ketua PCNU Kabupaten Temanggung KH Muhammad Furqon mengatakan, dengan terbitnya Perpres nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah sudah tidak berlaku lagi.

PCNU Temanggung Sampaikan 4 Rekomendasi Kepada Bupati (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Temanggung Sampaikan 4 Rekomendasi Kepada Bupati (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Temanggung Sampaikan 4 Rekomendasi Kepada Bupati

Menurut Furqon, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), sangat diperlukan, karena untuk pembentukan generasi Indonesia yang berkarakter ke depan, sebab, kini telah ada degradasi. 

"PCNU memandang perlu untuk mengawal pelaksanaan perpres tersebut yang di antaranya dengan menyampaikan sejumlah rekomendasi pada Bupati Temanggung. Rekomendasi berisi 4 poin, kami sampaikan langsung pada Bupati," katanya. 

Furqon membeber, empat rekomendasi di antaranya; PCNU Temangung meminta kepada Bupati untuk menjamin bahwa sekolah-sekolah di Kabupaten Temanggung terutama SD/MI /sederajat dan SMP/MTs/seserajat akan tetap menjalankan 6 hari sekolah. 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Poin selanjutnya, Bupati untuk segera mengusulkan kepada Gubernur Jateng dan memerintahkan kepada pihak-pihak terkait di lingkungan Dinas Pendidikan dan Dewan Pendidikan agar SMA/SMK/MA/seserajat kembali menjalani 6 hari sekolah.

Selanjutnya, PCNU Temanggung meminta kepada Bupati untuk membuat Peraturan Daerah (Perda) yang menjamin keberlangsungan Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) dan Madrasah Diniyah sebagai lembaga pendidikan nonformal untuk memaksimalkan kegiatan pembelajarannya dalam rangka penguatan pendidikan karakter.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Poin terakhir, PCNU Temanggung meminta kepada Bupati untuk memberikan perhatian dan dukungan penuh terhadap pelaksanaan kegiatan Hari Santri Nasional (HSN) setiap tanggal 22 Oktober sebagai momentum untuk penguatan pendidikan karakter generaai bangaa dengan meneladani semangat jihat keindonesiaan kebangsaan rasa cinta tanah air dan semangat rela berkorban untuk bangsa dan negara sebagaimana telah dicontohkan oleh para ulama terdahulu.

Sementara itu, Bupati Bambang Sukarno mengaku siap mengawal rekomendasi PCNU Temanggung untuk diteruskan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Presiden Joko Widodo. 

"Kami siap meneruskan rekomendasi ini (PCNU Temanggung, red) kepada Pak Gubernur dan Presiden," janji Bambang. 

Empat rekomendasi itu disampaikan PCNU diserta dengan pengurus banom dan lembaga NU yaitu GP Ansor, Fatayat, Lakpesdam, IPNU-IPPNU, PMII  dan Majlis Pengurus Cabang (MWC) se-Temanggung. Juga BEM STAINU Temanggung, Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Temanggung dan Badko TPQ Kabupaten Temanggung. (Ahsan Fauzi/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahlussunnah, Nahdlatul, Nahdlatul Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 31 Desember 2012

Akrabi Budaya Nusantara, Universiti Sains Islam Malaysia Belajar ke Pesantren

Semarang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah?



Mahasiswa Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) berkunjung ke Pondok Pesantren Darul Falah, Besongo, Semarang dalam rangka studi banding dan halaqah, Ahad (23/10). Bertempat di Mushala Raudlatul Jannah, silaturahim dihadiri 25 mahasiswa dari semester VII. ? Kunjungan ini menjadi bagian dari usaha mengenal lebih jauh salah satu lembaga Islam yang menerapkan budaya Nusantara.

Akrabi Budaya Nusantara, Universiti Sains Islam Malaysia Belajar ke Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Akrabi Budaya Nusantara, Universiti Sains Islam Malaysia Belajar ke Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Akrabi Budaya Nusantara, Universiti Sains Islam Malaysia Belajar ke Pesantren

"Santri memiliki kontribusi yang sangat besar dalam negeri ini dan kerangka besar dalam rahmatan lil alimin," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah, Umi H. Arikhah.?

Sementara itu, salah satu pengajar Pondok Pesantren, Ustadz Luthfi Rahman menjelaskan, Pondok Pesantren Darul Falah Besongo menerapkan kurikulum karakter yang sesuai dengan aktivitas harian di lingkungan pesantren. Selain itu juga dijelaskan tentang tokoh kiai yang berperan di Indonesia dan kontribusinya.?

“Di antaranya pertama KH Wahid Hasyim, KH Salah Mahmud, dan KH Ahmad Basyir. Ketiga ulama tersebut memiliki peran penting dalam pembentukan pesantren-pesantren di Indonesia,” jelasnya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selanjutnya, mahasiswa USIM juga berbagi ilmu tentang ulama-ulama yang berada di tanah Melayu. Menurut mereka, tuan guru besar (ulama) memiliki peran yang sangat penting dalam penyiaran dakwah Islam di Malaysia.

Pembahasan berikutnya yakni mengenai surat al-Alaq oleh salah satu perwakilan dari mahasiswa USIM, ? Khairi. Ia menyampaikan bahwa betapa penting membaca ulasan makna wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW itu.

Setelah penyampaian materi para narasumber, acara beralih dengan penampilan shalawat oleh salah satu mahasiswa asal Malaysia, Adil bin Rahman, yang diiringi grup rebana Al-Falah untuk sekadar menghibur audien. Perpaduan antara Nusantara dan Melayu pun mulai terjalin hangat.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Ada momen yang tidak dapat kita ungkapkan yaitu Busyhrollana Nilnal Muna. Semoga tetap terjaga tali silaturrahim dan segalanya membawa keberkahan," ungkap ustadz Misbah mewakili Abah Imam Taufiq dan Umi Arikhah selaku pengasuh serta keluarga besar Pesantren Darul Falah Besongo. (Hilvi/Zulfa/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Sejarah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah