Jumat, 09 April 2010

Kiai-Pejabat-TNI-Polri Bersama dalam Bershalawat

Bantul, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf melantunkan gema shalawat yang diiringi hadroh gabungan santri Pesantren Krapyak, Yogyakarta.? Suara bergemuruh menyambut kedatangan Nabi Muhammad. Para kiai, pejabat, TNI, Polri dan masyarakat pun hanyut.

Kiai-Pejabat-TNI-Polri Bersama dalam Bershalawat (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai-Pejabat-TNI-Polri Bersama dalam Bershalawat (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai-Pejabat-TNI-Polri Bersama dalam Bershalawat

Inilah sebagian rekaman acara shalawatan yang digelar Pesantren Al-Munawwir Krapyak, TNI, dan Kapolda DIY dalam acara yang bertajuk “Doa Bersama untuk Indonesia, Kamis (28/3) lalu.?

Acara ini dihadiri Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, Habib Luthfi bin Ali bin Yahya (Rois Aam Jam’iyyah Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah), Habib Husein Sleman, KH. R. Najib Abdul Qodir, KH. Haedar Muhaimin, Sri Paduka Pakualam IX (Wakil Gubernur DIY), Kapolda DIY, Danrem DIY, Polres Bantul, dan seluruh jajaran Polri dan TNI.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lautan shalawat menjadi pemersatu semua kalangan untuk duduk bersama ditemani rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Ini ditegaskan oleh Habib Syech. Bagi beliau, shalawat menjadikan bangsa ini tentram, teduh, nyaman dan rukun. Dengan shalawat, cinta damai dan kedamaian akan terus hadir di muka bumi. Dengan shalawat pula, TNI, Polri, santri dan masyarakat bersatu untuk menjaga negeri ini.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu, Kapolda DIY, Brigjen Pol. Drs. Sabar Rahardja mengajak warga Yogya untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Polri, katanya, akan menjadi teman dan partner masyarakat dalam menjaga ketertiban. Konflik sosial yang terjadi baru-baru, lanjutnya, menjadi tugas Polri untuk menyelesaikan.?

“Tentu saja saja Polri minta bantuan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Khususnya para santri dan pesantren yang perannya sangat besar menjaga keharmonisan warga,” tegasnya.?

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Rokhim Bangkit

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anti Hoax, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 06 April 2010

Said Aqil: Masjid bukan hanya untuk Shalat

Wonosobo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengingatkan kepada kaum muslim bahwa masjid tidak hanya untuk ibadah shalat saja, tetapi juga bisa didayagunakan untuk membina dan mendidik anak-anak dalam pendalaman agama.

"Hal ini menunjukkan adanya keseimbangan antara pembangunan fisik dan pembangunan mental," katanya saat meresmikan Masjid Agung Al Jihad Dukuh Binangun Desa Wringinanom, Kabupaten Wonosobo, Ahad (18/1).

Said Aqil: Masjid bukan hanya untuk Shalat (Sumber Gambar : Nu Online)
Said Aqil: Masjid bukan hanya untuk Shalat (Sumber Gambar : Nu Online)

Said Aqil: Masjid bukan hanya untuk Shalat

Ia berharap masjid tersebut bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat kepada Sang Pencipta.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia menuturkan partisipasi masyarakat yang tinggi untuk membangun masjid menunjukkan peningkatan keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT.

Pada peresmian masjid dan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW tersebut Said Aqil mengkisahkan kembali masa jahiliyah barat dan timur, sampai lahirnya Nabi Muhammad SAW.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia mengatakan, Nabi Muhammad SAW pantas menjadi orang besar, karena buyut-buyutnya memang orang terpandang di antara suku Quraisy di kota Makkah.

"Meskipun beliau dibesarkan sebagai yatim piatu dan biasa menggembala kambing orang lain, akan tetapi banyak sekali hikmah yang bisa diambil dari kisah Rasulullulah," katanya.

Ia mengatakan, betapa sabarnya Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah. Meskipun beliau dilempari batu oleh orang-orang Thaif, beliau tidak merasa dendam pada saat malaikat menawarkan untuk membalas mereka.

"Bahkan pada akhirnya beliau berhasil mendirikan masyarakat mutamaddin di Madinah, di mana sistem negara bisa berjalan dengan baik dan benar," katanya. (antara/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaSantri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 29 Maret 2010

KH Makruf Amin: Hari Santri untuk Pengakuan Peran Santri

Bogor, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Makruf Amin menegaskan bahwa penetapan hari santri penting karena merupakan salah satu bentuk pengakuan terhadap peran ulama dan santri.

“Penetapan hari santri itu berarti ada pengakuan terhadap peran santri, tentu saja peran ulama, di dalam kehidupan berbangs adan bernegara, baik sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan. Itu yang penting,” demikian penegasan KH. Makruf Amin saat menjadi pembicara pada Focus Group Discussion (FGD) Pendidik dan Kependidikan Keagamaan dengan tema “Hari Santri dalam Perspektif Lembaga Keagamaan”, Bogor, Kamis (23/04) seperti dilansir oleh situs kemenag.go.id.

KH Makruf Amin: Hari Santri untuk Pengakuan Peran Santri (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Makruf Amin: Hari Santri untuk Pengakuan Peran Santri (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Makruf Amin: Hari Santri untuk Pengakuan Peran Santri

Menurut Kiai Makruf, penanaman rasa cinta tanah air sudah ditanamkan sejak dulu kepada para santri di lingkungan pesantren. Bahkan, lanjut Kiai Makruf, di pesantren dikenal ungkapan hubbul wathan minal Iman. “Intinya cinta Tanah Air itu termasuk dari pada iman. Itu penanaman yang hidup di dalam pesantren,” jelas Kiai Makruf.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Oleh karena itu, para ulama mengajarkan kita untuk mencintai Tanah Air dan merasa memiliki. Kalau orang jawa istilahnya handarbeni negara,” tambahnya.

Kiai Makruf menggarisbawahi bahwa semangat membela tanah air yang diyakini para ulama dan santri bahkan terus dipegang erat ketika Indonesia merdeka. Ini ditunjukan ketika proses pembahasan dasar negara, demi kemaslahatan yang lebih luas, para ulama dan santri mau berkompromi untuk tidak menjadikan negaranya sebagai negara Islam. “Jika ulama ingin negara ini negara Islam, tentu tidak akan terbentuk NKRI,” tegasnya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Momentum

Disinggung mengenai waktu yang akan ditetapkan sebagai hari santri, Kiai Makruf mengaku tidak mempunyai pilihan tertentu. “Bagi saya tanggal tidak penting, yang penting ada hari santri, perlu ada ittifak,” tegasnya.

Namun demikian, Kiai Makruf mengingatkan para peserta FGD dengan dua momentum besar dalam sejarah perjuangan bangsa. Momentum yang pertama adalah tahapan perjuangan yang oleh Sartono Kartodirjo disebut sebagai kebangkitan agama (religious revival).

Menurutnya, perjuangan ulama dan santri di Indonesia ? dalam membebaskan negara dari kolonialisme sudah dilakukan jauh sebelum lahirnya ? Kebangkitan Nasional. ? “Sebelum itu (Kebangkitan Nasional), sudah ada perlawanan-perlawanan terhadap Belanda yang oleh Sartono Kartodirjo disebut sebagai religious revival atau kebangkitan agama, mulai dari Diponegoro, Imam Bonjol, dan lainnya,” jelasnya.?

“Pemberontakan yang terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, seperti Geger Cilegon itu adalah pemberontakan kaum ulama,” tambahnya.?

Momentum kedua adalah Resolusi Jihad. Menurut Kiai Makruf, Kebangkitan Nasional tidak serta merta muncul, tapi ada prolognya berupa proses kebangkitan ulama. Dari proses itu, lahirlah apa yang kita sebut dengan fatwa jihad yang kemudian menjadi Resolusi Jihad yang memberikan dorongan kepada para santri dan ulama berjuang melawan penjajahan.

“Karena itu saya sependapat perlu ada penetapan hari santri karena adanya gerakan para ulama sampai munculnya kebangkitan nasional dan gerakan mempertahankan pemerintahan,” tegasnya.?

Kiai Makruf menambahkan bahwa semangat para ulama untuk bela Tanah Air dan mengusir penjajah ini terus terpelihara sampai era setelahnya, yaitu revolusi kemerdekaan dan pesantren tetap menjadi basis perlawanan kolonialisme. Menurutnya, santri dan ulama menjadi faktor penting perlawanan penjajahan, baik Belanda maupun Jepang. Mereka mempunyai pengaruh kuat untuk menggerakakan perlawanan.?

“Fatwa ulama menjadi faktor penting tumbuhnya jiwa pantang menyerah para laskar. Dalam kontek inilah fatwa jihad Syekh Hasyim yang kemudian menjadi Resolusi Jihad menjadi faktor penting dalam setiap perlawanan,” tuturnya.

Kiai Makruf membuka ruang pertimbangan untuk penetapan ? hari santri, apakah akan mengambil momentum Resolusi Jihad, atau ditarik ke belakang ketika terjadi kebangkitan awal. “Tentang hari itu tinggal dipilih saja. Ada beberapa momentum: Resolusi Jihad, momentum ketika terjadi gerakan yang oleh Sartono disebut sebagai kebangkitan agama. Semua menggambarkan bahwa itu perjuangan dan pergerakan para ulama dan santri di Indonesia,” tutupnya. (mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, Anti Hoax, Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 23 Maret 2010

Asparagus Jember Diresmikan

Jember, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Meskipun Asparagus (Asosiasi Para Gus) tidak masuk struktural Nahdlatul Ulama (NU), maupun Ma’ahid al-Islamiyah (RMI), para lora dan gus yang tergabung dalam Asparagus ini harus menjaga tradisi Islam Ala Ahlusunnah wal Jamaah di Indonesia.?

Asparagus Jember Diresmikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Asparagus Jember Diresmikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Asparagus Jember Diresmikan

Para kiai-kiai pengasuh-pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) dulu, seperti KH Hasyim Asyari, Abah KH Ahmad Sidiq dan Kiai-kiai lain, selalu bersilaturahmi dan melakukan pertemuan, sehingga hubungan baik beliau selalu terus terjaga.

Disamping ? melakukan diskusi Agama, sosial, kemasyarakatan, juga membahas soal Nahdlatul Ulama, hingga persoalan kebangsaan. Motto Asparagus “Menjalin Silaturahmi dan Menjaga Tradisi” seiring tujuan itu. Sehingga tradisi baik ini harus dilanjutkan, karena kiai masa depan adalah Lora dan Gus Sekarang.

Demikian disampaikan Mohammad Balya Firjaun Barlaman (Putra sulung mantan Rais ‘Aam PBNU 1984-1991, Almagfullah KH Ahmad Sidiq), ketika meresmikan Aspirasi para Lora dan Gus (Asparagus) Kabupaten Jember, Sabtu (17/9) di Ponpes Darus Solah Tegal Besar.

Kiai yang akrab dipanggil Gus Firjaun ini, yakin bahwa ratusan lora dan Gus yang hadir dalam pertemuan malam itu di ponpes yang didirikan Gus Yus tersebut, mayoritas adalah warga Nahdlyin, sebagai pewaris para kyiai, sudah seharusnya melestarikan tradisi yang dilakukan para kyai pendahulunya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pengasuh Pesantren Al-Falah Ploso Kediri ini juga optimistis, keberadaan ratusan anggota Asparagus di kabupaten Jember Jawa Timur ini akan mampu menjadi pelopor penggerak Nahdlatul Ulama dan menjaga tradisi Islam Ala Ahlussunnah Waljamaah khususnya di Jember dan di Indonesia.

Sebagai penutup Gus Firjaun berharap agar Asparagus mampu tegak lurus, sebab jika terjebak dalam politik praktis, dia kawatir akan berjarak. “Jika yang lain terkotak, Asparaguslah yang harus bisa menjadi juru damainya. Semua demi kemaslahatan umat,” saran putra.

Menurut Lora Rodi, salah-satu penggagas, bahwa awal terbentuknya Asparagus ini di Kabupaten Jombang, lalu diilkuti didaerah-daerah lain “Di Kabupaten Banyuwangi juga sudah terbentuk, Untuk di Jember baru malam ini dilaunching,” ujarn Pengasuh Ponpes Al Azhar Muktisari, Sumbersari.

Adapun kegiatan yang akan dilakukan Para lora dan gus menurutnya, lebih diarahkan kepada kegiatan keagamaan, sosial dan kemasyarakatan. “Kami kumpul hanya ingin para Lora dan Gus ini bersatu dan berdiskusi untuk kemaslahatan umat, bukan kepentingan lain,” jelasnya. (Khoerus/Fathoni)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, Habib, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 21 Maret 2010

Kiai Nawawi Kisahkan Karomah Syekh Nawawi

Subang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Syekh Nawawi Al-Bantani dikenal sebagai ulama Nusantara yang diakui dunia karena karya-karyanya serta keluasan ilmu di bidang fiqh, tafsir, aqidah, tasawuf dan ilmu keislaman lainnya. Karena kealiman dan keluhuran akhlaknya, Allah SWT memberikan karomah kepadanya.

Karomah Syekh Nawawi tersebut disampaikan Mustasyar PCNU Kabupaten Subang KH Nawawi saat berkunjung ke Pesantren Al-Mukhtariyyah, Kalijati, Subang, Jawa Barat pada Ahad (10/1).

Kiai Nawawi Kisahkan Karomah Syekh Nawawi (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Nawawi Kisahkan Karomah Syekh Nawawi (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Nawawi Kisahkan Karomah Syekh Nawawi

"Suatu hari ketika dalam perjalanan, Syekh Nawawi mampir istirahat di sebuah tempat. Kemudian dia adzan karena akan shalat. Setelah adzan, ternyata tidak ada orang yang datang, akhirnya ia qamat lalu shalat sendirian," ungkapnya di depan puluhan santri.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Usai shalat, lanjut dia, Syekh Nawawi kembali melanjutkan perjalanan, tapi ketika menengok ke belakang, ternyata ada seekor ular raksasa dan mulutnya sedang menganga. "Akhirnya diketahui ternyata tadi Syekh Nawawi shalat di dalam mulut ular yang sangat besar itu," ujarnya.

Ia menambahkan, karomah Syekh Nawawi yang lain adalah ketika makamnya di Mala, Arab Saudi, akan dibongkar untuk kepentingan pelebaran jalan, alat berat yang digunakan untuk membongkar makamnya tersebut malah rusak.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketika dipaksa dibongkar, lanjut kiai yang sudah 5 kali ke Makkah ini, para pekerja kaget karena ternyata di dalam makam tersebut ada orang yang sedang sujud. Akhirnya makam dia tidak jadi dibongkar, dan dibuatlah jalan layang.

Mantan Rais PCNU Subang itu menceritakan, perpustakaan sebuah kampus di Mesir pernah terbakar. Kitab-kitab yang ada di situ hangus, kecuali satu, yaitu Marah Labid atau Tafsir Munir karya Syekh Nawawi Al-Bantani.

Menurut dia, karomah tersebut diberikan Allah SWT karena kealiman dan kesaolihan Syekh Nawawi. Orang yang alim dan saleh akan disayangi Allah SWT.

Kiai Nawawi mendorong kepada para santri agar menjadi anak yang alim dan saleh karena alim tanpa saleh atau pun sebaliknya, tidak cukup, keduanya harus menjadi sebuah kesatuan. (Aiz Luthfi/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail, Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 11 Maret 2010

Jajaki Kerja Sama, LTMNU Terima Kunjungan dari Jepang

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) mendapat kunjungan kerja rombongan dari Jepang, Senin (27/4) siang, di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta. Mereka bermaksud mengenalkan diri dan menjajaki kemungkinan kerja sama dengan lembaga yang bergerak di bidang pemberdayaan masjid itu.

Rombongan terdiri dari Direktur Olinas Ltd Soichi Abe, didampingi Shoji Harada, Junichiro Harada, dan seorang penerjemah, Iwan. Kunjungan silaturahim ini disambut Ketua Pengurus Pusat LTMNU KH Abdul Manan A Ghani, Sekretaris PP LTMNU H Ibnu Hazen, Wakil Ketua PP LTMNU Mansur Syaerozi, dan sejumlah pengurus LTMNU lainnya.

Jajaki Kerja Sama, LTMNU Terima Kunjungan dari Jepang (Sumber Gambar : Nu Online)
Jajaki Kerja Sama, LTMNU Terima Kunjungan dari Jepang (Sumber Gambar : Nu Online)

Jajaki Kerja Sama, LTMNU Terima Kunjungan dari Jepang

Melalui penerjemah, pihak tamu menyampaikan keinginannya mengenal lebih dekat tentang NU dan potensi kemitraan yang bisa dijalin. Dalm hal ini, Harada menawarkan kerja sama di bidang tenaga magang pendidikan di perusahaan elektronik bagi para remaja masjid.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Saya senang atas kunjungan Bapak-bapak, karena masih menjaga hubungan baik dengan NU,” kata Abdul Manan menyambut tamunya. Ia mengatakan, pada 2014 lalu LTMNU juga melakukan kunjungan serupa di Universitas Tokyo serta lembaga pendidikan dan rumah sakit di Jepang.

Ibnu Hazen juga memaparkan serangkaian program LTMNU dalam waktu dekat, yakni Festival Kebudayaan Islam berskala Internasional. Dalam perhelatan yang meliputi tourisme, pendidikan, dan seminar peradaban Islam, pihaknya mengajak rambongan dari Jepang berpartisipasi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kita ingin menunjukkan Islam ala NU yang rahmatan lil alamin di tengah carut-marut dunia Islam yang diterpa konflik dan kekerasan. Kita tunjukan bahwa NU bisa menjadi rujukan, bukan kelompok garis keras yang kini masuk ke sejumlah negara, seperti Prancis, dan saya kira termasuk Jepang,” katanya. (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Quote, News, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 08 Maret 2010

Pro dan Kontra Full Day School

Oleh: Dhilla Nuraeni Az-zuhri



Potret dunia pendidikan kita dari tahun ketahun selalu saja diwarnai dengan perubahan kebijakan. Ada saja kebijakan baru pemerintah yang menyangkut dunia pendidikan. Mulai dari perubahan kurikulum hingga perubahan sistem pembelajaran, sering dilakukan pemerintah khususnya oleh kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pro dan Kontra Full Day School (Sumber Gambar : Nu Online)
Pro dan Kontra Full Day School (Sumber Gambar : Nu Online)

Pro dan Kontra Full Day School

Untuk perubahan kurikulum, sejak Indonesia merdeka tercatat sudah? 11 kali terjadi pergantian kurikulum. Seringnya terjadi pergantian sistim pendidikan di negeri ini, sering membuat masyarakat bingung, bahkan terkadang memunculkan pernyataan yang bernada sinis, seperti, setiap ganti menteri pasti berganti pula? sistem belajar atau kurikulumnya.? ?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di awal tahun pelajaran 2017/2018 ini polemik dunia pendidikan kita kembali mencuat? kepermukaan, menyusul adanya rencana penerapan full day school atau lima hari sekolah oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rencana penerapan FDS tersebut mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pihak yang pro mengatakan, dengan FDS dapat membantu orang tua yang bekerja. Artinya, orang tua dapat fokus bekerja, sementara kegiatan anak dapat terkontrol oleh sekolah. Saat ini memang banyak sekolah menawarkan kurikulum FDS bahkan dalam bentuk sekolah berasrama (boarding school). Kegiatan siswa selama 24 jam dipantau pihak sekolah. Dan faktanya, banyak orang tua yang berminat menyekolahkan anak ke boarding school walau harus membayar mahal.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sejalan dengan pihak yang pro, Kemendikbud menjawab kritikan terhadap rencana penerapan FDS dengan memberikan alasan dan pertimbangan. Pertama, kebijakan lima hari sekolah merupakan implementasi dari program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Kedua, akan mengintegrasikan nilai utama yaitu religius, nasionalis, gotong-royong, mandiri, dan integritas. Ketiga, siswa tidak harus belajar selama 8 jam penuh di kelas, tetapi diisi kegiatan variatif dengan proporsi pengetahuan 30% dan pembentukan karakter 70% Keempat, guru diminta mengurangi ceramah di kelas, diganti aktivitas-aktivitas yang terkait pembentukan karakter.

Pihak yang kontra berpandangan, kegiatan FDS akan menambah beban guru dan siswa. Guru bukan hanya mengurus murid-muridnya di sekolah, tapi juga memiliki suami, istri, atau anak yang harus diurus alias perlu diperhatikan. Kalau guru harus stand by di sekolah sampai sore, tentunya suami, istri, anak mereka akan protes. Selain guru, siswa juga berpotensi mengalami kebosanan atau stres karena dikurung sepanjang hari di sekolah. Apalagi jika program yang dilaksanakan sekolah kurang menarik atau kurang variatif. Waktu bermain anak juga menjadi berkurang, termasuk untuk mengisi kegiatan belajar pasca belajar sekolah, anak juga belajar atau mengaji pada sore hari di TKA/TPA/ Madrasah Diniyah Takmiliyah.

Dalam konteks kemasyarakatan, FDS dinilai menjauhkan siswa dari lingkungan bermainnya atau bersosialisasi dengan tetangganya. Hal ini dapat menimbulkan siswa merasa asing dengan lingkungan tempat tinggalnya, merasa minder, tidak mau bergaul, dan tertutup terhadap tetangganya walau di sekolah anak tersebut mungkin memiliki banyak teman. Bagi sekolah yang memberlakukan sistem dua shift (belajar pagi dan siang), penerapan FDS tentunya akan menjadi kendala karena mereka mengalami keterbatasan tempat dan guru. Siswa yang jarak dari rumah ke sekolahnya jauh tentunya juga akan mengalami kendala karena dia sampai rumah pada saat magrib.

Para pakar pendidikan yang kontra dengan kebijakan ini menilai, penerapan FDS ini bentuk kekeliruan menyikapi pendidikan dan persekolahan. Seolah-olah pendidikan identik persekolahan, padahal pendidikan maknanya jauh lebih luas. Pendidikan dapat dilakukan di rumah, sekolah, dan di lingkungan masyarakat. Dengan demikian, sekolah hanya salah satu unsur dalam pendidikan. Banyak bukti empirik menunjukkan, orang-orang sukses bukan hanya orang yang berprestasi seacara akademik yang baik di sekolah, tetapi yang memiliki life skill yang bagus.

Penulis adalah mahasiswi Sekolah Pascasarjana UNINUS Bandung



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal, Bahtsul Masail, Kajian Islam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah