Rabu, 24 Februari 2010

Cinta Imam al-Ghazali untuk Lalat

Jika disebutkan nama Imam al-Ghazali maka gambaran yang muncul adalah sosok ulama abad pertengahan dengan reputasi kealiman yang tak diragukan. Ia termasuk cendekiawan muslim yang komplet. 

Wawasannya tak berhenti pada soal teks-teks agama yang rumit. Tokoh bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-SyafiI ini menguasai disiplin filsafat dan menaruh prioritas pada olah rohani sebagai seorang sufi yang taat.

Cinta Imam al-Ghazali untuk Lalat (Sumber Gambar : Nu Online)
Cinta Imam al-Ghazali untuk Lalat (Sumber Gambar : Nu Online)

Cinta Imam al-Ghazali untuk Lalat

Para kritikus al-Ghazali bisa saja berseberangan dengan beberapa pikirannya. Namun, mereka tak dapat membantah kepribadian hujjatul islam ini yang zuhud, wara’, serta amat tekun menjalankan ibadah. 

Kesungguhannya dalam beribadah tampak pula pada beberapa karyanya yang sarat anjuran melaksanakan amalan-amalan tertentu sebagai sarana penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan pengabdian tulus seorang hamba. Kitab tasawuf dasar, Bidayatul Hidayah, yang dikarangnya pun mengungkapkan kenyataan ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hanya saja, terselip kisah unik di balik totalitas Imam al-Ghazali dalam beragama pasca-kewafatannya. Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad menulis cerita seseorang yang berjumpa Imam al-Ghazali dalam sebuah mimpi. “Bagaimana Allah memperlakukanmu?” tanya orang tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Imam al-Ghazali mengisahkan bahwa di hadapan Allah ia ditanya tentang bekal apa yang ia serahkan untuk-Nya. Al-Ghazali pun menimpali dengan menyebut satu per satu seluruh prestasi ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia.

“Aku (Allah) menolak itu semua!” Ternyata Allah menampik berbagai amalan Imam al-Ghazali kecuali satu kebaikannya ketika bertemu dengan seekor lalat.

Suatu saat Imam al-Ghazali tengah sibuk menulis kitab hingga seekor lalat mengusiknya barang sejenak. Lalat “usil” ini haus dan tinta di depan mata menjadi sasaran minumnya. Sang Imam yang merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepas dahaga dari tintanya itu.

“Masuklah bersama hamba-Ku ke sorga,” kata Allah kepada Imam al-Ghazali dalam kisah mimpi itu.

Hikayat ini mengandung pesan tentang betapa dahsyatnya pengaruh hati yang bersih dari egoisme, semata untuk kepentingan diri sendiri. Kasih sayang Imam al-Ghazali yang luas, bahkan kepada seekor lalat pun, membawa tokoh dengan jutaan pengikut ini pada kemuliaan

Peristiwa ini secara samar menampar sebagian kalangan yang kerap membanggakan capaian-capaian keberagamaannya. Karena ternyata penilaian ibadah manusia sepenuhnya milik-Nya, bukan milik manusia. Tak ada ruang bagi manusia menghakimi kualitas diri sendiri ataupun orang lain. Segenap prestasi ibadah dan kebenaran agama yang disombongkan bisa jadi justru berbuah kenistaan.

Imam al-Ghazali sesungguhnya hanya mempraktikkan apa yang diteladankan dan diperintahkan Nabi, “Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama’. Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lomba PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 11 Februari 2010

Tanamkan Nilai, Muslimat NU Jakarta Mendongeng untuk Anak PAUD

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Muslimat DKI Jakarta menggelar pelatihan mendongeng untuk guru PAUD di Gedung PBNU, Kamis (12/11) siang. mereka menilai, mendongeng adalah cara mendidik yang baik untuk anak usia dini. Selain mudah dipahami oleh anak seusia dini juga mengandung kaya akan nasehat dan hikmah.

Ketua Muslimat DKI Jakarta Hj Hizbiyah Rochim mengatakan, untuk dapat mendongeng dengan baik dan menyenangkan, guru harus mampu berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dan dimengerti sehingga pesan yang akan disampaikan bisa ditangkap oleh anak didiknya.

Tanamkan Nilai, Muslimat NU Jakarta Mendongeng untuk Anak PAUD (Sumber Gambar : Nu Online)
Tanamkan Nilai, Muslimat NU Jakarta Mendongeng untuk Anak PAUD (Sumber Gambar : Nu Online)

Tanamkan Nilai, Muslimat NU Jakarta Mendongeng untuk Anak PAUD

“Karena itu, dalam pelatihan ini guru akan dibekali teknik mendongeng yang menyenangkan anak,” katannya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hizbiyah mengatakan, Al-Quran banyak bercerita tentang kisah-kisah umat terdahulu sehingga menjadi pelajaran untuk umat yang akan datang. Teknik bercerita, atau mendongeng dalam pendidikan usia dini juga tepat diterapkan untuk anak-anak yang bersekolah di tingkatan PAUD.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Anak-anak akan lebih senang jika diberi pelajaran dengan mendongeng,” katanya.

Usia dini merupakan masa-masa awal pembentukan pribadi anak yang mudah dibentuk. “Sebaiknya, sejak dini harus dibekali pendidikan berkarakter,” imbuhnya.

Lewat cerita-cerita islami, cerita rakyat, cerita perjuangan para ulama dan santri yang dibungkus dengan mendongeng, selain menyenangkan, anak-anak juga mudah untuk mengerti. Model pendidikan mendongeng merupakan bagian dari penanaman karakter sekaligus membentuk cara berpikir anak. Misalnya cerita Malin Kundang, anak yang durhaka pada orang tua akan mendapat balasan karma.

“Setidaknya anak akan mengerti setiap perbuatan pasti ada balasannya,” ungkapnya.

Dalam pelatihan ini, selain teknik bercerita juga dibekali tentang materi ke-NUan. Sedangkan peserta pelatihan adalah guru PAUD yang mengajar di sekolah-sekolah PAUD binaan Muslimat NU DKI Jakarta. (Faridur Rohman/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kiai, Hadits, Quote PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 27 Januari 2010

Buku Ajar dan Radikalisasi di Dunia Pendidikan

Oleh Ruchman Basori

Belakangan kerap ada buku yang berpotensi mendukung paham radikal, buku yang menyerang paham Ahlussunnah wal-Jamaah yang menjadi paham mayoritas muslim Asia. Ada juga buku-buku yang menghebohkan dari sisi ideologis untuk keselamatan negeri kita.

Apa kesalahan penulisan buku ajar yang dikonsumsi pelajar-pelajar kita baru terjadi akhir-akhir ini? Atau sejak dulu Orde Baru berkuasa?

Buku Ajar dan Radikalisasi di Dunia Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Buku Ajar dan Radikalisasi di Dunia Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Buku Ajar dan Radikalisasi di Dunia Pendidikan

Setahu saya tidak saja saat ini, namun waktu aku sekolah, setidaknya juga terdapat kasus-kasus demikian, namun informasi belum seterbuka dan sebebas ini. Peran negara waktu itu untuk membatasi paham-paham yang relatif berbeda agak ketat, lain dengan sekarang. Kita kenal apa yang disebut sebagai wacana serba negara. Hari-hari ini seakan mendapat momentum, sebuah bom waktu akibat ketertutupan dan faktor “kebebasan” atas nama demokrasi yang justeru menyuburkan paham-paham radikal yang kerap mengatasnamakan agama.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sempitnya pemahaman beragama menyebabkan kurang terbuka terhadap paham-paham yang berbeda dengan dirinya. Akibatnya muncul merasa dirinya yang paling benar (truth claim), intoleransi yang berdampak pada ingin menyerang pihak lain yang berbeda paham. Hal ini tentu memprihatinkan justeru ketika Indonesia menancapkan diri sebagai tonggak demokrasi, tepat berseainya Islam yang rahmatan lil’alamin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam dasawarsa terakhir terakhir ini kita disibukan dengan munculnya Buku-buku Pelajaran Agama Islam (Aqidah Akhlak, Fiqih, Quran Hadits, SKI dan Bahasa Arab) pada Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Umum yang dinilai disusupi oleh paham Salafi Wahabi dan Gerakan Trans Nasional lainnya. Disinyalir juga terdapat buku yang bertendensi merugikan paham keagamaan tertentu yang telah mapan di masyarakat.

Ini masalah serius terkait dengan kebijakan pengadaan buku-buku ajar di MI, MTs dan MA dan PAI oleh pemerintah. Yang paling tertuduh adalah para penyelenggara pendidikan. Karena dampak yang akan ditimbulkannya akan sangat dahsyat, nasib sekian juta anak yang nantinya menjadi pemimpin bangsa dipertaruhkan. Penyebaran paham dan idiologi tertentu akan sangat efektif melalui jalur pendidikan.

Seandainya ramalan Mc Kensey benar, bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi penduduk yang berpotensi mengantarkan Indonesia menjadi negara kuat secara ekonomi dan SDM di tahun 2035. Maka penyebaran buku-buku ajar di Madrasah dan Sekolah dan menyelipkan idiologi paham radikal menjadi efektif. Karena merekalah yang akan memegang tampuk kepemimpinan 10-15 tahun mendatang. Sasarannya adalah anak-anak sekolah usia pendidikan dasar dan menengah bahkan PAUD-pun sudah menjadi titik bidiknya.

Kasus terbaru terjadi pada Buku Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Kelas V SD sebagaimana dilansir oleh metrotabagsel.com, yang dinilai menyesatkan yang beradar di Kabupaten Paluta. Pada halaman 86 buku PAI tersebut disebutkan bahwa urutan nama-nama Rasul Allah tertulis bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi urutan yang ke-13 dan Nabi urutan terakhir adalah Nabi Isa AS. Ini jelas ngawur, ceroboh dan kesalahan yang tidak harus terjadi karena a historis.

Sebelumnya Pimpinan Gerakan Pemuda Ansor menemukan buku-buku Taman Kanak-Kanak (TK) di Depok yang disinyalir berpotensi mengajarkan radikalisasi. Tragisnya sudah dicetak ratusan kali sejak tahun 1999. Dimana kontrol negara atas ini semua? Jangan-jangan negara abai dan lalai karena dianggapnya belum membahayakan untuk integrasi bangsa dan harmoni sosial keagamaan di negeri ini. Belum lagi aksi teror yang kerap terjadi, sebut saja yang terbaru adalah di Jl. MH Thamrin Jakarta beberapa waktu yang lalu yang dramatis, menggugah kesadaran publik bahwa teroris adalah fakta yang harus kita lawan.

***

Menjamurnya paham radikal di tengah masyarakat juga lambat laun berusaha memasuki area yang lebih soft yaitu ke meja-meja belajar dan perkuliahan. Melalui muatan kurikulum, buku-buku palajaran, kultur dan tradisi akademik di marasah dan sekolah dan masuk ke dalam diri seorang guru sebagai penebar ilmu pengetahuan dan pencerah atas berbagai persoalan para murid-muridnya.

Pertanyaannya apakah kita, utamanya komunitas pendidikan akan diam, membiarkan begitu saja atas bahaya laten yang masuk ke jantung pendidikan? Tentu kita harus sama-sama menjawab bersama dengan langkah-langkah konkrit, sistematis, dan menyeluruh karena teror dan sejenisnya menjadi “musuh bersama (common enemy)” kita bangsa yang berpotensi menjadi negara besar.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama harus duduk bersama terkait kebijakan perbukuan PAI, ujian nasional dan hal-hal lain terkait dengan buku dan kurikulum lainnya. Pusat Kurikulum dan Buku (Puskurbuk) Kemdikbud yang selama ini melampaui kewenangan dalam menyusun buku-buku PAI harus berbagi memberikan kewenangan kepada Kementerian Agama, karena kalau terjadi masalah terkait kerap kali Kemenag yang diseret-seret.

Otoritas penyusunan buku-buku PAI apakah di Sekolah dan Madrasah harus dikembalikan kepada Kementerian Agama, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan. Dan Kemenag harus lebih teliti dan jeli sebagai regulator setiap buku-buku yang digunakan oleh Madrasah dan Sekolah, sehingga kesalahan-kesalahan cetak, konten dan ilustrasi dapat dihindarkan.

Terkait dengan problem buku PAI di Madrasah dan Sekolah ada baiknya Kementerian Agama RI mendirikan semacam Pusat Kurikulum dan Perbukuan atau setidaknya semacam Badan atau Kepanitiaan (Ad Hoc) yang bertugas melakukan verifikasi kelayakan buku-buku ajar dan agama yang layak beredar di sekolah dan madrasah. Badan ini untuk membantu tugas berat Subdit Kurikulum dan Evaluasi yang ada pada Direktorat Pendidikan Madrasah.

Pada saat yang sama memperkuat model pelaksanaan evaluasi pembelajaran termasuk pembuatan soal yang dari tahun ke tahun ada masalah. Sebelum buku-buku itu beredar ke masyarakat harus melewati verifikasi (pentashihan) baik secara konten maupun aksesorisnya. demikian juga masalah soal ujian yang dibuat oleh Tim MGMP atau kelompok masyarakat lain harus benar-benar telah diuji kelayakannya sebelum diujikan.

Review atas kurikulum agama di sekolah dan madrasah juga menjadi penting. Langkah ini bisa diawali dengan penyusunan Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai pangkal tolak bagaimana para guru menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP), buku-buku ajar, melaksanakan program pembelajaran di sekolah dan madrasah serta penciptaan kultur akademik di sekolah. Kultur yang memungkinkan berkembangnya budaya damai (peace building), memperkuat semangat kebangsaan dan kemasyarakatan.

Para guru tidak saja guru agama meningkatkann capacity building dan kerjasama akademik dalam membangun kultur sekolah dan madrasah yang ramah, damai dan aman termasuk mencegah bagi timbulnya paham-paham keagamaan yang radikal. Tugas ini jangan hanya dibebankan kepada guru-guru agama namun juga guru lain. Apalagi bagi sekolah yang mempunyai guru-guru umum yang sangat peduli pada kegiatan keagamaan karena semula mereka menjadi aktivis-aktivis keagamaan di kampus-kampus umum.

Sekedar urun rembug bagi para guru di sekolah, madrasah dan TK/RA dapat melakukan langkah-langkah konkrit mengantisipasi masuknya paham radikal atau memicu pemecah belah akibat beda paham keagamaan: Pertama, Meneliti buku-buku ajar utamanya yang akan dikonsumsi oleh para siswanya; Dari mulai sampul, konten sampai aksesoris buku tersebut. Baik pada saat membeli maupun mendapat bantuan buku dari pemerintah dan pihak-pihak donor yang peduli pada pendidikan. Jangan mentang-mentang gratisan menjadi abai diterima begitu saja. Buku-buku yang kerap mendatangkan masalah adalah buku-buku agama.

Kedua, Belilah buku-buku pada penerbit yang kredibilitas dan kualitasnya telah teruji. Bukan penerbit dadakan yang menerbitkan buku atas dasar proyek semata dan hanya berorientasi pada keuntungan material. Cenderung mengabaikan kualitas apalagi abai terhadap dampak yang akan ditimbulkannya.

Ketiga, Jika Bapak/Ibu Guru menjadi Tim Penulisan Buku harus menyandarkan pengambilan rujukan pada sumber primer, kitab-kitab kuning karangan ulama-ulama salaf dan lain sebagainya yang jelas berpaham moderat, inklusif dan toleran. Era kemudahan informasi harus dipandang mendukung pelacakan pada kitab-kitab turats bukan malah sebaliknya asal comot sana-sini hanya didasarkan pada Mbah Google. Pun dalam hal pengambilan gambar-gambar sebagai ilustrasi pendukung pembahasan jangan kerap mendatangkan multi tafsir menggiring pada paham radikal dan menyinggung praktek-praktek keagamaan yang furuiyah.

Keempat, apapun buku yang digunakan termasuk jika terdapat kesalahan peran guru sangat menentukan. Dialah yang berperan sebagai penyeleksi dan penjelas kepada para muridnya jika ada kalimat yang salah yang mengarah pada radikalisasi dan segala hal yang terkait. Guru perlu bersikap dewasa menyikapi kesalahan buku jangan apa-apa diupload di media sehingga malah membuat gaduh dunia pendidikan. Cukup diselesaikan secara akademik sambil menyerahkan persoalan kepada yang mempunyai otoritas.

Hal lain yang tak kalah penting, peran strategis bagi seorang guru adalah membuat soal test. Ini juga harus mempertimbangkan aspek akademik, psikologi siswa, kegunaan untuk masyarakat dan kepentingan nasional. Pemilihan kata, konten soal sampai pada cerita soal harus mempertimbangkan keluasan, pemerataan soal sukar mudah, kedalaman. Dihindarkan membuat soal dengan jawaban multi tafsir dan mendorong ken paham tertentu. Seperti soal Aqidah Akhlak kelas III MI sebagai berikut: Sebaiknya kita tidak berdoa di: a. musholla b. masjid c. makam d. rumah.

Soal itu menjebak, karena jawabannya tentu benar semua. Tapi untuk paham yang tidak setuju berdoa di makam akan menjawab butir (c). Soal-soal seperti ini tentu bermasalah dan harus dihindarkan.

Peran Pemerintah sangat penting sebagai regulator dan fasilitator atas regulasi buku ajar di Madrasah dan Sekolah harus tegas menindak siapa saja penerbit, pengarang dan pihak-pihak lain yang memproduksi buku-buku yang intoleran, mendatangkan kebencian antar pihak dan berpotensi radikal. Apalagi kalau buku-buku tersebut diproduksi oleh Kementerian/Lembaga/Dinas Pendidikan tentu akan mudah mengontrolnya. Pemilihan Tim Penulis harus orang-orang yang profesional yang berasal dari para praktisi dan ahli dibidang keilmuan yang ditulis dan tak kalah pentingnya adalah melibatkan unsur ahli bahasa.

Inilah kegelisahanku melihat fenomena perbukuan dan ujian yang akan silih berganti akan muncul, namun tidak segera mendapatkan solusi. Ini masalah bersama maka penanganannyapun harus bersama. kelalaian kita hari ini akan berdampak mala petaka di kelak kemudian hari. Selamatkan bangsa ini dari kehancuran akibat pikiran sempit dan nafsu pemecah belah umat. Wallahu a’lam bia al shawab.

Ruchman Basori, Pengurus Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor dan Pejabat Eselon IV di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 14 Januari 2010

Misteri di Balik Kegemaran Gus Dur Menggerak-gerakkan Telunjuknya

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Meski sebetulnya hari lahir Gus Dur jatuh pada tanggal 7 September atau pada hari keempat bulan kedelapan tarikh Hijriah (4 Sya’ban), namun masyarakat Indonesia tetap merayakan Harlah Gus Dur tanggal 4 Agustus. Sebab, sebagaimana yang tertulis dalam buku The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid karangan Greg Barton, Gus Dur beserta keluarga dan teman-temannya pun merayakan ulang tahun Gus Dur pada 4 Agustus.

Pada 4 Agustus 2017, warganet membuat tagar #HarlahGusDur untuk merayakannya, dan hingga selama beberapa jam jadi trending topic di jagat Twitter Indonesia. Perayaan Harlah ke-77 Gus Dur, Jumat (4/08) malam, di Rumah Pergerakan Griya Gus Dur, Menteng, Jakarta Pusat berjalan dengan meriah sekaligus khidmat, dengan diisi pembacaan Tahlil, pentas musik, musikalisasi puisi, dan cerita tentang Gus Dur oleh Wahid M. Maryanto, teman dekat Gus Dur.

Misteri di Balik Kegemaran Gus Dur Menggerak-gerakkan Telunjuknya (Sumber Gambar : Nu Online)
Misteri di Balik Kegemaran Gus Dur Menggerak-gerakkan Telunjuknya (Sumber Gambar : Nu Online)

Misteri di Balik Kegemaran Gus Dur Menggerak-gerakkan Telunjuknya

Wahid M. Maryanto atau yang akrab dipanggil Pak Acun mengisahkan, ada satu kebiasaan yang bahkan menjadi ciri khas Gus Dur, yakni menggerak-gerakkan telunjuk. Baik sedang diam maupun ketika ngobrol, kata Pak Acun, Gus Dur selalu menggerak-gerakkan telunjuknya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Saya pernah punya niat, bagaimana ketika Gus Dur menggerak-gerakkan telunjuknya, terus saya pegang,” seloroh Pak Acun, yang kemudian disambut tawa hadirin. Pak Acun adalah salah satu orang yang sering menemani aktivitas Gus Dur di berbagai tempat, termasuk saat Presiden RI ke-4 itu mengisi program rutin Radio 68H di Jakarta Timur.

Pak Acun mengungkapkan bahwa gerak telunjuk Gus Dur adalah dzikir. Gerak telunjuk Gus Dur itu, kata Pak Acun, menuliskan atau melukiskan lafal basmalah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Beliau sedang menuliskan huruf-huruf dalam bacaan bismillahirrahminirrahim. Hal itu juga sebagai klarifikasi atas tuduhan kepada Gus Dur yang dibilang jarang shalat. Mana mungkin Gus Dur jarang shalat sedangkan di setiap saat beliau selalu berdzikir dengan menggerak-gerakkan telunjuknya? Klarifikasi atas tuduhan-tuduhan kepada Gus Dur, dulu sering disampaikan di Radio 68 dalam sesi Kongkow bareng Gus Dur,” tutur Pak Acun.

Malam itu, Pak Acun menceritakan banyak hal tentang Gus Dur, antara lain sosok Gus Dur sebagai presiden yang kere, yang dompetnya kosong, dan sabar akan kemiskinan, tentu di luar guyonan-guyonannya.

Acara perayaan Harlah Gus Dur ke-77 itu disambut oleh putri bungsu Gus Dur, Inayah Wulandari dan dipungkasi dengan iringan lagu-lagu kebangsaan oleh musisi-musisi jalanan. (Wahyu Noerhadi/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Meme Islam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 08 Januari 2010

GP Ansor Boyolali Terus Genjot Kaderisasi

Boyolali, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terus berupaya dalam meningkatkan kuantitas serta kualitas para kader dengan menggelar berbagai kegiatan pelatihan dan kursus.

GP Ansor Boyolali Terus Genjot Kaderisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Boyolali Terus Genjot Kaderisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Boyolali Terus Genjot Kaderisasi

Menurut Ketua PC GP Ansor Boyolali Choiruddin Ahmad, setidaknya pada tahun 2015 ini pengurus cabang memiliki target untuk mengadakan berbagai kegiatan mulai dari PKD dan Dikltasar hingga PKL dan Susbalan.

“Sudah kita jadwalkan di beberapa PAC. untuk PKD sudah kita awali diantaranya di Sawit, Selo dan terakhir di Cepogo. Sedangkan PKL dan Susbalan kita selenggarakan di PAC Klego beberapa waktu lalu,” terang Pengasuh Pesantren Mifathul Huda itu, Ahad (3/5).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu Kasatkorcab Banser Boyolali Muh Abdullah, menerangkan beberapa kegiatan pelatihan yang telah diadakan menggunakan standar 1, antara lain meliputi kedisiplinan, penguasaan medan dan kepemimpinan.

“Para kader yang mengikuti kegiatan ini, kita siapkan untuk menjadi kader penggerak dan pemimpin NU di masa depan,” terangnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain pengkaderan, GP Ansor Boyolali juga mengganti beberapa kepengurusan di PAC yang telah lama tidak mengalami pergantian kepengurusan. (Ajie Najmuddin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 29 Desember 2009

Batal Gelar Pasar Murah, GP Ansor Negeri Besar Langsung Bagi Sembako

Way Kanan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pimpinan Anak Cabang GP Ansor Negeri Besar, Way Kanan, Lampung, batal menggelar pasar murah yang rencananya digelar, Rabu (21/6). Bahkan bahan pokok yang sedianya dijual justru langsung dibagikan kepada warga yang kurang mampu.

“ Ada 50 paket bahan pokok, berisi gula pasir dua kilogram, satu kilogram tepung terigu dan satu liter minyak goreng. Setiap paket rencananya dijual dengan harga Rp35 ribu,” ujar Ketua PAC Ansor Negeri Besar Imam Muhtadi melalui Ketua Ranting Ansor Tegal Mukti, Filial Saadilah.

Batal Gelar Pasar Murah, GP Ansor Negeri Besar Langsung Bagi Sembako (Sumber Gambar : Nu Online)
Batal Gelar Pasar Murah, GP Ansor Negeri Besar Langsung Bagi Sembako (Sumber Gambar : Nu Online)

Batal Gelar Pasar Murah, GP Ansor Negeri Besar Langsung Bagi Sembako

Namun paket sembako murah itu, yang rencananya dijual dikatakannya tidak jadi dijual. Justru dibagikan secara cuma-cuma 50 paket Sembako kepada masyarakat kurang mampu di Kampung Tegal Mukti Bahkan.?

“Semua paket sembako murah dibeli Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (KBNU) yang ada di Negeri Besar dan sembako langsung dibagi kepada warga yang kurang mampu,”bebernya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Masih menurut Saat, dari hasil penjulan sembako murah itu, keuntungannya, didonasikan untuk ? pembangunan sarana air wudhu Masjid Al Falakusaadah Kampung Way Pisang Kecamatan Way Tuba yang digalang bersama komunitas Kampung Lebah.

” Satu paket disepakati dibeli KBNU tetap dengan harga Rp50 ribu, sesuai harga pasar. ? Dan Rp5 ribu untuk donasi pembangunan sarana air wudhu. ? Kami doakan semua donatur mendapat berkah dunia dan akhirat”tandasnya.

Ketua PC GP Ansor Way Kanan Gatot Arifianto mengapresiasi kemampuan kader Ansor Negeri Besar menangkap gagasan dan mengucapkan terima kasih atas semangat, energi dan keberanian kader PAC Ansor Negeri Besar.

"Kader Ansor harus selalu memberi manfaat dengan segala keterbatasan yang ada. Satu syaratnya memiliki kreativitas. Atas nama organisasi, saya menghaturkan terima kasih kepada jajaran KBNU Negeri Besar yang terus memfasilitasi eksistensi Gerakan Pemuda Ansor. Yakinlah, catatan kebaikan tak akan pernah terlewatkan dari Malaikat Raqib," kata Gatot. (Erli Badra / Muslim Abdurrahman)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah, Syariah, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 26 Desember 2009

Mahasiswa Indonesia Bershalawat di China

Nanchang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. “Ya Nabi salaam alaika… Ya Rasul salaam alaika…,” kalimat tersebut. Mungkin terdengar biasa dari mushala-mushala di Indonesia. Tapi kali ini terdengar dari gedung asrama mahasiswa internasional Nanchang University.

Kalimat tersebut didendangkan puluhan mahasiswa Indonesia yang sedang studi di China dalam memperingati kelahiran Rasulullah SAW. Setiap malam puluhan anggota Asosiasi Mahasiswa Islam Indonesia Nanchang (AMIIN) tersebut, selama 12 hari membaca shalawat barzanji.

Mahasiswa Indonesia Bershalawat di China (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa Indonesia Bershalawat di China (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa Indonesia Bershalawat di China

Kegiatan tersebut dilakukan bergiliran di asrama anggota yang berbeda-beda. Tujuannya, selain mengumandangkan shalawat, juga mempererat tali silaturahim para anggota.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Organisasi yang baru dibentuk menjelang awal Januari tersebut beranggotakan mahasiswa berasal dari Jawa Tengah, Makassar dan Aceh yang sedang belajar di Nanchang University, Kota Nanchang, Provinsi Jiangxi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebagian dari mereka adalah alumnus beberapa pondok pesantren di daerahnya masing-masing. Saat ini mereka mendapatkan beasiswa belajar S2 diantaranya jurusan IT, Matematika, Jurnalistik dan sebagian pendidikan bahasa Mandarin dari pemerintah China.

“Alhamdulillah, selama 12 hari kami laksanakan di tengah ujian akhir semester berlangsung dan puncak musim dingin. Tapi tidak membuat teman-teman kendur semangatnya. Malah banyak teman-teman rasakan semakin tenang dalam menjalankan aktivitas keseharian selama di sini,” ujar Nurwidiyanto selaku koordinator AMIIN.

Setiap malam, selama satu jam kumandang shalawat mereka baca. Pada malam ke-12 atau Selasa (14/1) digelar khataman maulid. Lalu diskusi meneladani Rasulullah bersama Boihaki dari Aceh, Khoirudin dan Nurwidiyanto yang sama-sama dari Kendal Jawa Tengah.

Diskusi tersebut ditutup dengan makan malam bersama dan saling bertukar makanan yang dimasak sendiri.

Chalik, mahasiswa asal Makassar yang kebetulan baru satu semester tinggal di Nanchang mengatakan sangat berbahagia bisai kut acara tersebut. Menurut dia, selain bisa menambah kecintaan akan Rasul juga merekatkan hubungan diantara satu sama lain.

Di China sendiri dengan minoritas muslim berjumlah sekitar 20 juta orang, sebagian besar menganut madzab Imam Hanafi. Walaupun mereka mengerti shalawat, tapi peringatan maulid nabi tidak sesemarak di Indonesia. (Ahmad SyaifuddinZuhri/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah