Jumat, 29 Desember 2017

Diresmikan, Klinik Kesehatan NU Lumajang Langsung Beroperasi

Lumajang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Klinik kesehatan milik Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, yang telah lama digadang-gadang warga akhirnya terwujud.

Prosesi peresmian klinik tersebut dilakukan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Kamis (19/3), dan disaksikan ribuan warga NU, Ketua Komisi C DPRD Jawa Timur H Thoriqul Haq, Bupati Lumajang H Asat Malik beserta jajaran muspida kabupaten, dan para pimpinan partai politik Lumajang.

Diresmikan, Klinik Kesehatan NU Lumajang Langsung Beroperasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Diresmikan, Klinik Kesehatan NU Lumajang Langsung Beroperasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Diresmikan, Klinik Kesehatan NU Lumajang Langsung Beroperasi

Dengan ditandatanganinya prasasti oleh Wakil Gubernur Jatim dan Bupati Lumajang, klinik NU langsung beroperasi. Terdapat 8 kamar dengan 8 bed untuk rawat inap, 2 bed unit gawat darurat, dan sebuah ambulance siap dijalankan. Ada 3 orang dokter yang siap melayani pasien dibantu 11 perawat dan 7 bidan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam acara yang diadakan di halaman Masjid Al Kautsar depan kantor PCNU setempat itu, Thoriqul Haq selaku ketua Komisi C DPRD Jatim menyerahkan bantuan dana 15 juta rupiah dan sebuah sepeda motor untuk kegiatan operasional klinik baru. Sementara Bupati Lumajang turut menyumbang sebesar 10 juta rupiah.

Ketua PCNU Syamsul Huda menyampaikan terima kasih terutama kepada H Thoriqul Haq, warga NU asli Lumajang, yang ikut memprakarsai berdirinya klinik sejak awal. Tahun anggaran 2015 Provinsi Jatim melalui APBD akan membantu 1 Miliar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ke depan, PCNU merencanakan pengembangan klinik menjadi sebuah rumah sakit NU dengan pembebasan lahan di belakang klinik. Hingga saat ini sudah terkumpul donasi warga sebesar 460 juta.

Gus Ipul berharap kekurangan dana bisa segera teratasi dengan keterlibatan Bupati Lumajang yang juga ketua MWCNU di salah satu kecamatan setempat.

“Dimana-mana pemimpin itu, termasuk bupati, harus komunikasi. Teko-muni-kasih (datang-bicara-memberi),” sentil Gus Ipul kepada bupati disambut gerr hadirin. “Jangan berlagak datang-bicara-langsung pergi (tidak memberi bantuan),” lanjutnya disambut tawa hadirin yang kian ramai. (Saiful Ridjal/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Perkaya Wawasan Budaya Agar Tak Keliru Pahami Islam Nusantara

Pacitan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Konsep Islam Nusantara yang dicetuskan oleh PBNU selalu menarik untuk diperbincangkan dalam berbagai kesempatan. Baik dalam forum resmi seperti seminar ilmiah maupun dalam kajian lesehan.

Berdiskusi secara lesehan, puluhan kader Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Pacitan, Jawa Tengah dengan serius mendiskusikan Islam Nusantara sebagai upaya memperkaya wawasan budaya dan intelektualitas kader.

Perkaya Wawasan Budaya Agar Tak Keliru Pahami Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)
Perkaya Wawasan Budaya Agar Tak Keliru Pahami Islam Nusantara (Sumber Gambar : Nu Online)

Perkaya Wawasan Budaya Agar Tak Keliru Pahami Islam Nusantara

Ketua Pengurus Komisariat Perguruan tinggi (PKPT) IPNU Sekolah Tinggi Agama Islam NU (STAINU) Pacitan, Mawan Hedianto mengatakan, wawasan para kader tentang keislaman dan politik kebangsaan harus selalu diperbarui seiring dengan berkembangnya problematika zaman. para kader tidak boleh tertinggal dengan isu-isu kekinian yang terjadi di tengah persoalan bangsa.

“Kader IPNU IPPNU juga harus mempunyai wawasan politik untuk membangun dan memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Tentunya dengan santun dan sesuai dengan ajaran Islam Nusantara,” katanya saat membuka diskusi di gedung MUI Pacitan, Ahad (13/3).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pada diskusi yang bertema ‘Posisi politik dan budaya dalam Islam Nusantara” ini, Aktivis Lakpesdam NU Pacitan, Dani Patria Krisna memaparkam apa itu Islam Nusantara, bagaimana Islam Nusantara menyatu dengan budaya dan kearifal lokal serta seperti apa hubunganya dengan politik kebangsaan.

Menurut Dani, salah satu definisi Islam nusantara adalah ajaran yang memegang erat kearifan lokal. Islam dibawa masuk ke Indonesia, katanya, bukan hanya melalui ajaran syar’i saja, akan tetapi melalui nilai filosofis, toleransi, kasih sayang, dan menghargai budaya yang telah lama ada di Nusantara. Sehingga Islam dengan mudah masuk dan diterima masyarakat pribumi.

“Pelajar NU diharap lebih dalam lagi dalam menelaah konsep Islam Nusantara ini,” katanya.

Dani mencontohkan, di Pacitan saja, tumbuh bermacam-macam budaya lokal. Semuanya memiliki dasar dan nilai tersendiri. Sehingga perlu dilakukan pemahaman secara utuh agar tidak mudah memvonis budaya lokal bertentangan dengan agama. Bukan berarti budaya terdapat unsur menyekutukan Tuhan.

“Memahami budaya merupakan salah satu wujud syukur kepada Allah. Tanpa kita sadari selama ini kita juga kurang, bahkan tidak bersyukur akan segala nikmatnya,” imbuhnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Melalui kajian ini, Dani mengajak para pelajar NU mampu menjaga dan mempelajari Islam Nusantara dalam bidang politik dan budaya, untuk menanggulangi masuknya aliran dan paham radikal di kalangan pelajar. (Zaenal Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Nahdlatul Ulama, Hikmah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

GP Ansor se-Tondano Raya Diskusi Nilai-nilai Kebangsaan

Minahasa, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - GP Ansor Kabupaten Minahasa menggelar Konferensi Pimpinan Anak Cabang GP Ansor se-Tondano Raya yang dirangkai dengan dialog kebangsaan di Aula Asrama Kamasan Papua Tataran Patar Tondano, Sabtu, (13-14/5).

Ketua panitia Dody Hendrawan Arbi mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang turut membantu panitia, terutama sahabat Theo Umbas selaku Ketua KNPI Minahasa.

GP Ansor se-Tondano Raya Diskusi Nilai-nilai Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor se-Tondano Raya Diskusi Nilai-nilai Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor se-Tondano Raya Diskusi Nilai-nilai Kebangsaan

Dalam dialog kebangsaan bertema "Meneguhkan semangat kebangsaan dan pluralisme di Tanah Minahasa" panitia menghadirkan narasumber Kapolres Minahasa AKBP Syamsubair, akademisi Denni Pinontoan dan Kebudayaan Minahasa, dan Pengurus Pusat Lesbumi Irfan Basri.

Kegiatan dihadiri dan resmi dibuka oleh Wakil Bupati Minahasa Ivan Sarundajang. Ivan mengapresiasi pemuda Ansor atas pelaksanaan kegiatan konferensi GP Ansor dan dialog kebangsaan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ivan menjelaskan pentingnya saling menghargai dan menghormati tanpa memandang perbedaan-perbedaan ideology. Saling menghargai dan menghormati itulah yang terpenting. Ia menegaskan, “Pancasila dan NKRI adalah hasil warisan para pendiri bangsa yang peting kita jaga secara bersama.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kapolres Minahasa Syamsubair menjelaskan pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban sehingga bisa menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat.

Denni Pinontoan menjelaskan pentingnya menjaga keberagaman di Minahasa, karena Minahasa itu tidak hanya satu agama, tetapi semua agama ada di Minahasa sehingga Minahasa itu seperti Indonesia kecil.

Sementara itu, Irfan Basri mempertegas pentingnya menjaga persaudaraan Nusantara yang sudah sekian lama ada, sebelum ada agama-agama yang diakui oleh negara. problem di bangsa ini bukan soal siapa yang benar dan salah, tetapi soal ekonomi politik.

Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan organisasi kepemudaan (OKP) baik Cipayung maupun paguyuban yang ada di Minahasa. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pondok Pesantren, News, Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Seminar Nasional Bersarung

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kain sarung dari berabad-abad lalu bukan hanya menjadi simbol perlawanan kolonialisme, tetapi juga telah menjelma menjadi simbol dan identitas budaya Nusantara. Selain itu, sarung yang identik dengan santri juga mampu membentuk akhlak luhur sebab secara nyata digunakan untuk beribadah, ngaji, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.

Hal itu mengemuka dalam Seminar Nasional Sarung Nusantara yang digelar Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU, Kamis (6/4) di Gedung PBNU Jakarta bertajuk Sarung sebagai Identitas Budaya Indonesia. Dalam acara tersebut, bukan hanya sebagian peserta seminar yang mengenakan sarung, tetapi sarung juga mengikat di pinggang para narasumber utama yang mengisi acara itu.

Seminar Nasional Bersarung (Sumber Gambar : Nu Online)
Seminar Nasional Bersarung (Sumber Gambar : Nu Online)

Seminar Nasional Bersarung

LTM PBNU mengundang narasumber di antaranya Ketua Lesbumi PBNU KH Agus Sunyoto, Budayawan yang juga Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dan Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Imam Suprayogo. Mereka secara bergantian mengurai makna sarung dari berbagai perspektif.

Imam Suprayogo yang menjadi pembicara pertama mengungkapkan bahwa sarung mempunyai banyak fungsi ketika dipakai oleh seseorang. Ia mencontohkan santri di pesantren yang selama ini lekat dengan sarung di berbagai kegiatannya di pesantren.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Jika sudah memakai sarung, maka tidak perlu memakai celana karena ia sudah bisa menggantikan celana. Sarung juga bisa menggantikan selimut, maka dari itu tidak ada santri yang memakai selimut. Sarung itulah selimut mereka,” papar mantan Rektor UIN Malang ini.

Ia menerangkan, sarung yang dipakai santri dan masyarakat Indonesia pada umumnya tidak hanya berhasil menjadikan identitas budaya, tetapi juga mampu menumbuhkan akhlak baik karena selain sarung juga dipakai oleh orang-orang mulia seperti kiai, ia juga mampu menundukkan santri dari hal-hal negatif sebab identitas kesantriannya yang melekat saat memakai sarung.

Berbeda dengan Imam Suprayogo, Dedi Mulyadi mengurai sarung secara filosofis, terutama dalam perspektif Budaya Sunda. Dia mengartikan sarung dengan mengurai kata “Sa” dan “Rung”.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Sa dalam bahasa Sunda berarti tidak terbatas, berlebihan. Ini sifat dasar manusia yang di dalam dirinya mengandung tanah, air, udara, dan api. Sudah mempunyai sertifikat tanah, tetapi manusia terus ingin memperlebar kepemilikan tanahnya,” ujar Kang Dedi, sapaan akrabnya.

Begitu juga dengan air, imbuhnya, manusia mempunyai kecenderungan memompa air sebanyak-banyaknya, padahal yang diminum hanya dua gelas. Menurutnya, udara dan api juga sama yang jika dimanfaatkan atau dikuasai secara belebihan akan mendatangkan bencana.

“Sebab itu diteruskan dengan kata ‘Rung’, artinya dikurung. Segala ketamakan manusia yang terdapat dalam keempat unsur tersebut berusaha dibatasi atau dikurung,” jelas Kepala Daerah mempunyai misi penguatan seni dan budaya Indonesia dalam tata kelola pemerintahannya ini.

Sementara itu, Ketua Lesbumi PBNU KH Agus Sunyoto memaparkan sarung secara historis. Ia menungkapkan bahwa sebetulnya sarung lahir dari bangsa Yaman. Tetapi bangsa Indonesia berhasil memodifikasi sarung sesuai dengan identitas lokal masing-masing dari orang-orang Nusantara sejak dulu.

Sebab itu, kain sarung yang lahir dari sejumlah suku di Indonesia mempunyai nama-nama yang berbeda seperti di antaranya Songket yang banyak diproduksi di sejumlah daerah, Ulos di Sumatera Utara, Tapis di Lampung, dan sarung tenun yang terdapat di berbagai wilayah di Indonesia. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hadits PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 28 Desember 2017

Pidato Sayyidina Umar Diprotes Seorang Perempuan

Jika Rasulullah pernah menyebut beberapa sahabat yang mendapat jaminan masuk surga maka Sayyidina Umar bin Khattab adalah salah satunya. Bahkan dalam riwayat at-Tirmidzi, Al-Hakim, dan Ahmad, disebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Seandainya ada nabi setelahku maka ia adalah Umar”.

Atas dasar itu tidak heran bila Abu Bakar ash-Shiddiq yang juga mendapat pujian mirip dari Nabi menunjuk Umar bin Khattab sebagai khalifah penerusnya.

Pidato Sayyidina Umar Diprotes Seorang Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pidato Sayyidina Umar Diprotes Seorang Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pidato Sayyidina Umar Diprotes Seorang Perempuan

Namun demikian, apakah kedudukan istimewa tersebut membuat Umar bin Khattab arogan dan tinggi hati? Jawaban untuk pertanyaan ini salah satunya bisa kita simpulkan dari cerita berikut ini.

Syekh Jaluliddin as-Suyuthi dalam kitab tafsirnya, ad-Durrul Mantsûr fî Tafsîril Ma’tsûr, saat menjelaskan Surat an-Nisa ayat 20 menyinggung kisah respon seorang perempuan terhadap isi pidato Umar bin Khattab.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Suatu hari Sayyidina Umar naik ke atas mimbar lalu berpidato di depan khalayak. "Wahai orang-orang, jangan kalian banyak-banyak dalam memberikan mas kawin kepada istri. Karena mahar Rasulullah shallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya sebesar 400 dirham atau di bawah itu. Seandainya memperbanyak mahar berniliai takwa di sisi Allah dan mulia, jangan melampaui mereka. Aku tak pernah melihat ada lelaki yang menyerahkan mahar melebihi 400 dirham."

Dalam riwayat lain, Sayyidina Umar mengancam akan memangkas setiap kelebihan dari mahar itu dan memasukkannya ke baitul mal.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Seorang perempuan Quraisy berdiri lalu melontarkan protes ketika Sayyidina Umar turun dari podium. "Hai Amirul Muminin, kau melarang orang-orang memberikan mahar kepada istri-istri mereka lebih dari 400 dirham?"

"Ya."

“Apakah kau tak pernah dengar Allah menurunkan ayat:

? ? ? ?

"... kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak (sebagai mahar)..." (QS an-Nisa: 20)

Protes tersebut disambut hangat oleh Sayyidina Umar. Ia membaca istighfar dan berujar, "Tiap orang lebih paham ketimbang Umar."

Ini adalah kalimat retorik Sayydina Umar dari kepribadiannya yang rendah hati dan karakter kepemimpinannya yang tidak antikritik. Dalam riwayat lain ia mengatakan, "(Kali ini) perempuan benar, lelaki salah."

Selanjutnya khalifah kedua ini kembali ke atas mimbar dan berkata, "Wahai khalayak, tadi aku larang kalian memberikan mahar kepada istri melebihi 400 dirham. Sekarang silakan siapa pun memberikan harta (sebagai mahar) menurut kehendaknya."

Kisah ini juga tertuang dalam kitab tafsir lain meski dengan redaksi yang berbeda-beda, seperti al-Kasysyâf karya Syekh Zamakhsyari, Lubâbut Ta’wîl fî Ma‘ânit Tanzîl karya al-Khazin, dan Mafâtihul Ghaib karya ar-Razi. Namun, tak ada yang menyebutkan siapa nama perempuan asal Quraisy tersebut.

Pendapat Sayyidina Umar mungkin mengandung kebenaran karena menghindarkan para calon pengantin dari hal-hal yang memberatkan dan sikap berlebih-lebihan. Bukankah Rasulullah pernah mengatakan sebaik-baik mahar adalah yang paling mudah? Pendapat perempuan itu juga memiliki aspek kebenarannya, yakni diperbolehkanya memberikan mahar yang banyak kepada perempuan yang dinikahi.

Ada hal yang lebih menarik dari soal perdebatan tentang jumlah mas kawin. Yakni cara Sayyidina Umar sebagai khalifah kala itu dalam menyikapi kritik dari warganya. Ia menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin teladan dengan tanpa sungkan mengakui kekurangannya. Sayyidina Umar juga tanpa ragu merevisi isi pidatonya meski koreksi datang dari seorang perempuan, bagian dari kelompok manusia yang pernah ia rendahkan pada zaman jahiliyah. (Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Myanmar dan Bangladesh Sepakat Pulangkan Pengungsi Rohingya

Naypyitaw, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pemerintah Myanmar dan Bangladesh menjalin kesepakatan pada Selasa kemarin untuk merepatriasi atau memulangkan pengungsi Rohingya, dan mengambil langkah peningkatan keamanan perbatasan menyusul hubungan kedua negara yang sempat tegang lantaran arus pengungsi ke Bangladesh yang terus berlangsung.

Myanmar dan Bangladesh Sepakat Pulangkan Pengungsi Rohingya (Sumber Gambar : Nu Online)
Myanmar dan Bangladesh Sepakat Pulangkan Pengungsi Rohingya (Sumber Gambar : Nu Online)

Myanmar dan Bangladesh Sepakat Pulangkan Pengungsi Rohingya

(Baca: Krisis Rohingya Perpanas Hubungan Bangladesh-Myanmar)

Lebih dari 600.000 Muslim Rohingya telah meninggalkan Myanmar sejak 25 Agustus ketika gerilyawan gerilyawan Rohingya menyerang sejumlah pos keamanan Myanmar dan memicu serangan balasan oleh militer negara setempat. PBB menyebut menuding Myanmar berusaha melakukan pembersihan etnis.

Seperti dilansir Reuters, keduanya telah menandatangani dua kesepakatan, yakni kerja sama bidang keamanan dan perbatasan. Prosesi penandatanganan dilakukan pada pertemuan di Naypyitaw, ibukota Myanmar, yang dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri  Myanmar, Letnan Jenderal Kyaw Swe dan mitranya dari Bangladesh Asaduzzaman Khan.

Sekretaris tetap Kementerian Dalam Negeri Myanmar Tin Myint mengatakan, kedua pihak juga sepakat untuk menghentikan arus keluar penduduk Myanmar ke Bangladesh, dan membentuk sebuah kelompok kerja bersama.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tin Myint menyampaikan, kedua negara sepakat untuk memulihkan keadaan di Rakhine agar warga Myanmar yang sedang mengungsi bisa pulang dari Bangladesh sesegera mungkin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hal senada juga dinyatakan Sekretaris Kementerian Dalam Negeri Bangladesh Mostafa Kamal Uddin. Menurutnya, kedua negara bersama-sama akan mengatur berbagai langkah yang memungkin Muslim Rohingya kembali ke tanah air dengan selamat, terhormat, dan aman.

Ia tidak merinci langkah-langkah spesifik apa yang akan diambil pihak berwenang untuk aksi pemulangan tersebut. Yang jelas, katanya, sebagian besar diskusi ditujukan untuk kesepakatan kerja sama perbatasan dan keamanan yang telah lama dilakukan.(Red: Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai, Pesantren PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 27 Desember 2017

Lakut IPNU Jepara Siapkan Kader Masa Depan NU

Jepara, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Latihan Kader Utama (Lakut) IPNU Jepara bertujuan mempersiapkan kader NU untuk 30 tahun mendatang. Ketua PC IPNU Jepara Chusni Maulana menyatakan, kaderisasi merupakan sebuah proyek untuk membangun masa depan NU dengan menyiapkan kader berkualitas.

“Mereka pada gilirannya nanti akan menggerakkan NU,” Chusni Maulana.

Lakut IPNU Jepara Siapkan Kader Masa Depan NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Lakut IPNU Jepara Siapkan Kader Masa Depan NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Lakut IPNU Jepara Siapkan Kader Masa Depan NU

Lakut berlangsung di pesantren Al-Haromain desa Rajekwesi kecamatan Mayong kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Jum’at-Ahad (15-17/11). Lakut IPNU Jepara diikuti 20 peserta yang menerima sejumlah materi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Materi yang diutarakan antara lain, ke-IPNU-IPPNUan, ke-NUan, Aswaja, Manajemen Program, Jaringan, Teknik Sidang dan Tata Cara Melantik, Geopolitik Global, Strategi Perencanaan, dan Metode Pengorganisasian Pelajar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kegiatan ini bertujuan membentuk kader yang memiliki kedalaman ideologis dan mampu mengejawanwantahkan ideologi Aswaja dalam pergumulan sosio-politik, sosio-budaya, dan sosio-ekonomi, tambah Ketua Panitia Hidayatun Nikmah.

“Tujuan yang tidak kalah penting ialah untuk proyeksi pengurus cabang IPNU-IPPNU masa khidmah berikutnya,” lanjut Nikmah.

Senada dengan Chusni, Ketua PCNU Jepara KH Asyhari Syamsuri menyampaikan, Lakut merupakan upaya untuk meneruskan pengganti NU 30 tahun ke depan. Asyhari menyebut usianya yang kini sudah 55 tahun. “30 tahun ke depan, Anda lah yang akan menggantikan perjuangan kami.” (Syaiful Mustaqim/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nasional, Amalan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah