Jumat, 10 November 2017

Doa Bersama

Rezim Orde Baru menghadapi akhir otoritarianismenya dengan mengurai dan membubarkan simpul-simpul gerakan sosial. Mereka melakukannya untuk memecah simpul gerakan sosial dengan cara diciptakannya keretakan sosial. Dengan demikian sangat mudah terjadi konflik sosial yang bersifat horizontal.?

Sejak tahun 1997 hingga 1999 terjadi banyak konflik antara kelompok dan bahkan kemudian konflik antaragama. Seringkali konflik ini tidak disadari oleh masyarakat di sekitar tempat itu sendiri, bahkan seringkali para pelakunya juga tidak sadar bahwa dirinya bisa bertindak brutal, misalnya melakukan pembakaran tempat ibadah, merusak pertokoan, rumah dan sebagainya. Padahal selama ini mereka saling hidup rukun, saling bantu membantu, tetapi tiba-tiba digiring pada konflik yang tidak mereka kehendaki.

Doa Bersama (Sumber Gambar : Nu Online)
Doa Bersama (Sumber Gambar : Nu Online)

Doa Bersama

Berbagai pengalaman konflik yang memakan banyak korban fisik dan psikologis itu mulai mereka sadari bahwa konflik tersebut tidak semata karena adanya ketegangan antarkelompok atau antaragama, melainkan adanya pihak luar yang mengadu domba.

Sering kali konflik terjadi setelah masuknya orang tertentu dari luar yang mengobarkan permusuhan. Atau sekelompok orang dari luar yang melakukan serangan terhadap suatu kelompok, sementara orang yang ada sekitar tempat tersebut hanya bisa menonton atau sebagian terprovokasi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pada awalnya, kejadian demi kejadian semacam itu memunculkan kecurigaan antarkelompok dan antaraagama, sehingga bisa mengarah pada konflik horizontal yang lebih luas. Adanya konflik horizontal itulah yang dikehendaki para pembuat skenario kerusuhan tersebut.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tujuannya, agar mereka tidak melakukan konflik yang sifatnya vertikal, yakni melawan pemerintah orde baru yang sudah mulai goyah dan kehilangan legitimasi.

Untuk menepis rasa saling curiga di kalangan masyarakat dan antar agama dan sebagai usaha untuk merajut kohesifitas sosial, maka para kiai NU yang dipimpin oleh Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid mengadakan acara do’a bersama.?

Doa bersama ini dihadiri oleh wakil dari masing-masing agama, mulai dari Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu bahkan beberapa agama lokal seperti Kaharingan, Sunda Wiwitan dan sebagainya. Dengan adanya forum ini, kelompok minoritas merasa terlindungi oleh kelompok mayoritas Islam, yaitu NU, sehingga kelompok ini mendapatkan jaminan keamanan dengan demikian konflik bisa dihindari dan kesatuan Negara bisa dipertahankan.

Doa bersama yang dimulai di level pimpinan PBNU, kemudian dikembangkan di berbagai daerah. Kelompok Islam puritan Islam sangat mengutuk tindakan ini karena dianggap sebagai bentuk kemusyrikan yang mencampurdukkan antar kepercayaan agama.?

Tetapi sebagai kelompok Islam terbesar NU menganjurkan tindakan ini, demi menciptakan kerukunan bersama. Para ulama NU menempatkan ini sebagai forum kerukunan sosial, bukan pelaksanaan ritual agama, karena mereka berkumpul dan berdoa sesuai dengan agama mereka masing-masing.?

Sejak saat itu ? kalangan antaragama mulai terbiasa menjalankan doa bersama, yang selama ini dianggap tabu atau minimal sama-sama merasa risi, tetapi sejak saat itu telah menjadi kebiasaan, tanpa harus merasa terintimidasi dan merasa tercemari keyakinan agama mereka. (Abdul Mun’im DZ)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pahlawan, Hikmah, Pesantren PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Peci Hitam Simbol PKD PMII Komfisip

Tangerang Selatan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Para peserta putra Pelatihan Kader Dasar (PKD) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Komfisip) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenakan peci hitam. 

Peci Hitam Simbol PKD PMII Komfisip (Sumber Gambar : Nu Online)
Peci Hitam Simbol PKD PMII Komfisip (Sumber Gambar : Nu Online)

Peci Hitam Simbol PKD PMII Komfisip

Kegiatan kaderisasi organisasi mahasiswa NU yang diikuti 24 mahasiswa dan mahasiswi tersebut diadakan di Pesantren LBSM Parung, Bogor, Jawa barat pada tanggal 10-13 Oktober 2013. 

“Kami disuruh pakai peci hitam oleh instruktur PKD sebagai simbol Islam Indonesia dan juga sebagai simbol kepemimpinan nasional,” ujar Muhammad Sulton kepada kontributor NU di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, pada Jumat (18/10).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Samsul Anwar, salah seorang panitia PKD mengatakan, dalam pelatihan tersebut ada 10 materi yang diberikan, serta games-games yang mengandung filosofi tentang kepemimpinan. “Selain diberikan materi-materi seminar, kegiatan PKD ini juga memunculkan games outbound yang mengandung filosofi, jadi games juga termasuk materi dalam PKD,” katanya.

Selain itu, dia menambahkan, juga ada kegiatan kultum Subuh, tahlilan, wiridan, shalawatan serta khataman Al-Qur’an.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lebih jauh ia menjelaskan, posisi FISIP sebagai fakultas umum di UIN Syarif Hidayatullah, membuat para pengurus Komisariat PMII FISIP lebih mengedepankan nilai-nilai tradisi Nahdliyin, “Dikarenakan merebaknya Islam garis keras yang sering menjadikan fakultas umum sebagai target sasaran dalam perekrutan,” jelasnya.

Turut hadir dalam PKD ini mantan Ketua Umum Pengurus Besar PMII Hery Herianto Azumi sebagai narasumber dalam materi Pradigma PMII. (Adriansyah/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Cerita, Warta, Pahlawan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ada Pihak Berkepentingan di Balik Konflik Bernuansa Agama

Bandung, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Konflik bernuansa agama yang belakangan pecah di Indonesia selain disebabkan sempitnya wawasan si pemeluk dan kurangnya sikap toleransi di masyarakat, juga lantaran ada pihak yang berkepentingan dengan konflik itu.

Ada Pihak Berkepentingan di Balik Konflik Bernuansa Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Pihak Berkepentingan di Balik Konflik Bernuansa Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Pihak Berkepentingan di Balik Konflik Bernuansa Agama

Demikian kata Sekretaris PWNU Imron Rosyadi dalam diskusi kebangsaan bertajuk "Membincang Kembali Toleransi Beragama" di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tidak hanya itu, kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi, juga diduga menjadi salah satu pemicu timbulnya konflik agama di Indonesia. Pemicu lain adalah timbulnya kecurigaan masing-masing pemeluk agama dan kejujuran pihak lain baik internal umat beragama maupun antar umat beragama.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Toleransi sudah diajarkan oleh Rasulullah hingga ada perang yang dikarenakan pihak ketiga yaitu kafir Quraisy," katanya, Kamis (19/11).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya, toleransi telah dicontohkan dengan baik oleh Wali Songo melalui pilihan untuk menggunakan pendekatan budaya dalam berdakwah. Dalam konteks Indonesia, toleransi itu kemudian rusak oleh sekelompok orang pengganggu.

Para pengganggu ini tiada lain adalah para pemilik kepentingan. "Adanya ISIS juga bukan karena agama, melainkan kepentingan. Kepentingan materi saja.  Kalau tidak pakai agama tidak laku dagangannya," ujarnya.

Dialog agama pada hakikatnya  adalah suatu percakapan  bebas, terus terang, dan bertanggung jawab, yang didasari oleh saling pengertian dalam menanggulangi masalah kehidupan bangsa,baik material maupun spiritual.

Kegiatan ini diadakan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar selalu merawat harmoni hubungan antarumat beragama dan berkeyakinan bahwa Pancasila sebagai ideologi negara harus dijaga.  

Hadir dalam forum ini Engkos Kosasih (Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan) dan Rosihon Anwar (Dekan Fakultas Ushuluddin). Sebagai pembicara hadir Abdul Syukur (antropolog dari UIN SGD Bandung) dan  Miftah Fauzi Rakhmat (kepala sekolah Muthahhari Bandung dan anggota Dewan Syuro IJABI).

Diskusi Kebangsaan yang dilaksanakan di gedung Multi Puspase ini dihadiri oleh sekitar 300 peserta, dari mahasiswa UIN Bandung sendiri maupun undangan dari luar kampus. (Ahmad Damar Samana/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PMII Sukoharjo Ajak Masyarakat Hargai Perbedaan

Sukoharjo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mengajak seluruh masyarakat untuk hidup berdampingan dalam perbedaan. Hala itu mengemuka pada seminar yang digelar Sabtu (4/1).

Seminar bertema “Merayakan Keberagaman; Keberagaman Sebagai Upaya Membangun Budaya Demokrasi” tersebut diselenggarakan dalam rangka pelantikan pengurus PMII Sukoharjo masa khidmat 2013-2014.

PMII Sukoharjo Ajak Masyarakat Hargai Perbedaan (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Sukoharjo Ajak Masyarakat Hargai Perbedaan (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Sukoharjo Ajak Masyarakat Hargai Perbedaan

Ketua PMII Sukoharjo, Wahid Anderiyanto, yang menajdi salah satu narasumber dalam seminar tersebut mengatakan bahwa masyarakat banyak yang belum sadar akan perbedaan yang ada.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Ada tawuran antara suporter bola Solo dan Yogya. Ini menunjukkan contoh kecil bahwa masyarakat masih belum bisa menerima perbedaan yang bahkan dalam sekup yang kecil,” ujarnya.

Untuk itu, dalam kesempatan tersebut pihaknya mengajak kepada seluruh masyarakat, untuk bisa bijak dalam menghadapi perbedaan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Tidak saling menyalahkan. Khususnya di tahun 2014 yang disebut sebagai tahun politik ini, perbedaan yang ada hendaknya kita bingkai disatukan dengan Bhineka Tunggal Ika,” tutur Wahid.

Wahid menambahkan, nilai toleran yang terkandung dalam ajaran Aswaja juga dinilai dapat menjadi dasar bagi para kader PMII untuk lebih menghargai perbedaan. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Ujung Tombak, Tembak, dan Tombok

Mojokerto, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Kongres Kedua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) mengalami beberapa kali hambatan. Kongres ini kemudian terselenggara akhir Oktober di Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Rabu (26/10). Ada beberapa alasan kenapa kongres yang seharusnya diadakan di awal tahun.

Ketua Panitia H Gatot Suyono menjelaskan, di bulan Januari semua guru sibuk dengan even porseni anak didiknya. Pada pertengahan tahun para guru juga disibukkan dengan ujian nasional.

Kiai Ujung Tombak, Tembak, dan Tombok (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Ujung Tombak, Tembak, dan Tombok (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Ujung Tombak, Tembak, dan Tombok

Sedangkan di bulan Juni ada kelulusan yang tentunya menyita tenaga para guru. Di bulan Juli-September sumber daya difokuskan pada pembangunan Institut KH Abdul Chalim yang saat ini menjadi lokasi Kongres II Pergunu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Terima kasih saya ucapkan kepada semua Pengurus Pusat Pergunu, terutama Ketua Umum yang telah mendedikasikan waktu, tenaga serta pikirannya untuk Pergunu," kata Sekretaris Umum PP Pergunu ini.

KH Asep Saifuddin Chalim, menurut ketua panitia, adalah seorang kiai dan juga ketua umum yang menjadi ujung tombak, tembak, dan ujung tombok Pergunu. Ujung tombak karena kiai kelahiran Majalengka ini selalu berada di garda terdepan. Ujung tembak karena Kiai Asep selalu menunjukkan dedikasinya kepada Pergunu.

"Yang terakhir beliau juga sebagai ujung tombok dalam setiap acara Pergunu, termaksud Kongres II Pergunu," kata Gatot disambut tepuk tangan para peserta. (Rof Maulana/Alhafiz K)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Aswaja, Ubudiyah, Hadits PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 09 November 2017

2000 Km Kirab Resolusi Jihad NU 2016

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. PBNU menggelar Kirab Resolusi Jihad NU 2016 untuk memperingati Hari Santri Nasional pada bulan Oktober nanti. Kirab yang akan dimulai dari Banyuwangi (Jawa Timur) sampai Cilegon (Banten). Agenda tersebut dimulai13 Oktober dan rencananya akan berakhir 21 Oktober.? Banyuwangi-Cilegon-Jakarta dengan rute berkelok-kelok, diperkirakan akan menempuh 2000 km.

Kirab dengan seratus orang peserta dari banom dan lembaga NU tersebut akan menumpangi 5 bus. Namun demikian, mereka akan berjalan kaki dengan jarak tertentu di setiap kota, bergabung dengan peserta lokal. ?

2000 Km Kirab Resolusi Jihad NU 2016 (Sumber Gambar : Nu Online)
2000 Km Kirab Resolusi Jihad NU 2016 (Sumber Gambar : Nu Online)

2000 Km Kirab Resolusi Jihad NU 2016

“Perjalanan Kirab Resolusi Jihad NU ini relatif jauh dan melelahkan sehingga peserta harus siap lahir dan batin,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Ishfah Abidal Aziz Senin (19/9).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bahkan, menurut dia, peserta hampir tidak ada istirahatnya. Mereka kemungkinan akan banyak tidur di bus dalam perjalanan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Secara rinci, Ishfah menyebutkan prakiraan jarak antarkota rute Kirab Resolusi Jihad NU sebagai berikut: Banyuwangi ke Situbondo 144 km. Dari Situbondo ke Probolinggo 80 km. Dari Probolinggo ke Pasuruan 59 km, Pasuruan Malang 54 km, Malang ke Sidoarjo 72 km, Sidoarjo ke Bangkalan 59 km, Bangkalan ke makam Sunan Ampel 39 km, Sunan Ampel ke PCNUU Surabaya di Bubutan 5 km. Bubutan ke PWNU Jatim 12 km.

Kemudian dari Surabaya ke Mojokerto 43 km. Dari Mojokerto-Rejoso (Jombang)? 28 km. Dari Rejoso ke Tebuireng 11 km. Tebuireng? ? ? ke Denanyar 11 km. Dari Denanyar ke Tambak Beras 4 km. Tambak Tambak beras-Kertosono 22 km. Kertosono-Kediri 32 km. Kediri-Tambak Ngadi 20 km. Tambak Ngadi-Blitar 42 km. Blitar-Tulungagung 38 km. Tulungagung-Trenggalek 32 km. Trenggalek-Ponorogo 44 km. Ponorogo-Madiun 33 km. Madiun-Magetan 22 km. Magetan-Ngawi 23 km. Ngawi-Mantingan 44 km.

Dari Mantingan-Sragen 18 km. Sragen-Solo 35 km. Solo-Klaten 30 km. Klaten-Yogyakarta 46 km. Yogyakarta-Mlangi 12 km. Mlangi-Magelang 27 km. Magelang-Parakan 45 km. Parakan-Wonosobo33 km. Wonosobo-Banjarnegara 52 km. Banjarnegara-Ajibarang 64 km. Ajibarang-Majenang 48 km. Majenang-Banjar 36 km.

Banjar-Ciamis 32 km. Ciamis-Tasikmalaya 29 km. Tasikmalaya-Garut 43 km. Garut-Bandung? ? ? 69 km. Bandung-Cianjur 70 km. Cianjur-Bogor 61 km. Bogor-Tangerang Selatan 48 km. Tangerang Selatan-Tangerang 14 km. Tangerang-Tanara 51 km. Tanara-Serang 37 km. Serang-Pandeglang 20 km. Pandeglang-Cilegon 50 km. Cilegon-Jakarta 120 km. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah RMI NU, Meme Islam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Resolusi Jihad Sumbangsih NU untuk Negara Multikultur

Waykanan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah? . Wakil Ketua PCNU Kabupaten Waykanan Lampung Kiai Mustajab menegaskan, Resolusi Jihad 22 Oktober yang melatarbelakangi peristiwa 10 November 1945 merupakan sumbangsih Nahdlatul Ulama (NU) untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang multikultur.

Resolusi Jihad Sumbangsih NU untuk Negara Multikultur (Sumber Gambar : Nu Online)
Resolusi Jihad Sumbangsih NU untuk Negara Multikultur (Sumber Gambar : Nu Online)

Resolusi Jihad Sumbangsih NU untuk Negara Multikultur

"NU dibentuk untuk ukhuwah Islamiyah, mempererat tali persaudaran antar manusia, apa pun agama dan sukunya NU akan mewadahinya," demikian disampaikan Kiai Mustajab di Blambangan Umpu yang berada sekitar 220 km sebelah utara Kota Bandar Lampung, Kamis (22/10).

Resolusi Jihad 22 Oktober yang hari ini diperingati sebagai Hari Santri Nasional, demikian Kiai Mustajab lagi, adalah upaya dan karya para ulama terhadap republik multikultur ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Hadratus Syekh Hasyim Asyari setelah bermusyawarah dengan para ulama selama dua hari menandatangani Resolusi Jihad agar warga NU membela Indonesia. Karena itu, wajib bagi warga NU untuk mengawal pemerintahan. Wajib hukumnya orang NU untuk membuat perbaikan bangsa, tidak ada dalam sejarah NU memberontak pada negara. NKRI Harga Mati dan Pancasila Jaya harus dipegang teguh oleh warga NU," kata dia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia melanjutkan, NU didirikan 1926 sebagai jamiyah diniyah ijtimaiyah atau organisasi sosial keagamaaan ? berbasis pondok pesantren dengan sejumlah tujuan. "Seperti mengingatkan ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan bangsa dan ukhuwah basyariyah ? atau persaudaraan umat manusia," paparnya.

Karenanya, dengan mengamini hal tersebut, NU terus berpartisipasi agar Waykanan, Indonesia menjadi Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur, demikian Kiai Mustajab. (Gatot Arifianto/Mukafi Niam)? ? ? ? ?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah RMI NU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah