Kamis, 09 November 2017

Resolusi Jihad Sumbangsih NU untuk Negara Multikultur

Waykanan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah? . Wakil Ketua PCNU Kabupaten Waykanan Lampung Kiai Mustajab menegaskan, Resolusi Jihad 22 Oktober yang melatarbelakangi peristiwa 10 November 1945 merupakan sumbangsih Nahdlatul Ulama (NU) untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang multikultur.

Resolusi Jihad Sumbangsih NU untuk Negara Multikultur (Sumber Gambar : Nu Online)
Resolusi Jihad Sumbangsih NU untuk Negara Multikultur (Sumber Gambar : Nu Online)

Resolusi Jihad Sumbangsih NU untuk Negara Multikultur

"NU dibentuk untuk ukhuwah Islamiyah, mempererat tali persaudaran antar manusia, apa pun agama dan sukunya NU akan mewadahinya," demikian disampaikan Kiai Mustajab di Blambangan Umpu yang berada sekitar 220 km sebelah utara Kota Bandar Lampung, Kamis (22/10).

Resolusi Jihad 22 Oktober yang hari ini diperingati sebagai Hari Santri Nasional, demikian Kiai Mustajab lagi, adalah upaya dan karya para ulama terhadap republik multikultur ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Hadratus Syekh Hasyim Asyari setelah bermusyawarah dengan para ulama selama dua hari menandatangani Resolusi Jihad agar warga NU membela Indonesia. Karena itu, wajib bagi warga NU untuk mengawal pemerintahan. Wajib hukumnya orang NU untuk membuat perbaikan bangsa, tidak ada dalam sejarah NU memberontak pada negara. NKRI Harga Mati dan Pancasila Jaya harus dipegang teguh oleh warga NU," kata dia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia melanjutkan, NU didirikan 1926 sebagai jamiyah diniyah ijtimaiyah atau organisasi sosial keagamaaan ? berbasis pondok pesantren dengan sejumlah tujuan. "Seperti mengingatkan ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan bangsa dan ukhuwah basyariyah ? atau persaudaraan umat manusia," paparnya.

Karenanya, dengan mengamini hal tersebut, NU terus berpartisipasi agar Waykanan, Indonesia menjadi Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur, demikian Kiai Mustajab. (Gatot Arifianto/Mukafi Niam)? ? ? ? ?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah RMI NU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ini Tips Pemutih Alami Cerahkan Kulit Wajah

Sidoarjo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Kepala Humas Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo dr Silvy Rahmah Yanthy mengingatkan bahwa masker pemutih kulit wajah dapat diambil dari bengkoang atau kentang. Menurutnya, masker ini lebih aman dari bahan berbahaya seperti merkuri atau hydroquinone yang terkandung dalam pemutih wajah kemasan.

Untuk membuat kulit putih atau lebih cerah, dokter yang bertugas di Rumah Sakit NU ini menyarankan warga agar menggunakan tabir surya apabila di ruang terbuka (SPF), melakukan scrubing dan peeling (merawat kulit wajah) untuk mengelupas sel kulit mati yang sering membuat kulit wajah terlihat kusam atau gelap.

Ini Tips Pemutih Alami Cerahkan Kulit Wajah (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Tips Pemutih Alami Cerahkan Kulit Wajah (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Tips Pemutih Alami Cerahkan Kulit Wajah

Scrubing atau peeling maksimum digunakan seminggu dua kali, bisa juga ditambah masker bahan alami seperti bengkoang atau kentang.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Tanpa mengurangi arti kecantikan pada umumnya, yang terpenting adalah kecantikan dalam diri kita, dan kita merasa cantik. Nantinya yang terpancar adalah apa yang kita pikirkan (cantik)," kata dr Silvy, Sabtu (30/7).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Perlu diketahui, setiap individu mempunyai batas maksimum kecerahan kulit, yang artinya hasil pemutih tidak sama antara satu dan yang lain.

“Bila dipaksakan, hasilnya bukan putih, tapi patologik alias sakit,” jelasnya. (Moh Kholidun/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahlussunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rais ‘Aam PBNU Paparkan Dua Jenis Jihad

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin mengatakan, sejarah Resolusi Jihad penting terus dikumandangkan di lingkungan Nahdlatul Ulama sebagai upaya memupuk semangat jihad agar tak kunjung padam. Namun, jihad di sini tak bermakna perang fisik sebagaimana diartikan oleh sekelompok orang.

Rais ‘Aam PBNU Paparkan Dua Jenis Jihad (Sumber Gambar : Nu Online)
Rais ‘Aam PBNU Paparkan Dua Jenis Jihad (Sumber Gambar : Nu Online)

Rais ‘Aam PBNU Paparkan Dua Jenis Jihad

“Jihad bisa dua makna: qitâlan atau perang dan ishlâhan atau perbaikan,” tuturnya di hadapan ribuan warga yang memadati Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (21/10) malam, dalam acara pembacaan shalawat Nariyah sebagai bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri Nasional.

Menurutnya, jihad paling relevan dalam konteks bangsa Indonesia hari ini adalah jihad dalam pengertian kedua. Sebab, Indonesia sedang bukan dalam suasana perang sehingga yang perlu dilakukan adalah upaya pembenahan-pembenahan

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di momen hari santri itu, ia juga mengingatkan para santri untuk menjalankan tugas utama seorang santri, yakni mempertahankan, menyebarkan, dan pemperjuangkan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Ma’ruf lantas mengurai ciri-ciri ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja), di antaranya tawassuth (moderat). Islam menolak ekstremisme agama maupun ekstremisme sekuler. Baginya, Aswaja juga menekankan prinsip tasamuh (toleransi) dan karenanya menghargai perbedaan agama, madzhab, hingga pandangan politik.

Nilai lain yang dijunjung tinggi ajaran Aswaja adalah rasa cinta (tawaddudiyah). Islam, kata Kiai Ma’ruf, memiliki karakter lembut dan menyayangi siapa saja sebagaimana tercermin dalam tiga persaudaraan, yakni ukhuwah islamiyah (internal umat Islam), ukhuwah wathaniyah (lintas agama sesama bangsa), dan ukhuwah insaniyah (lintas bangsa di level global).

Turut hadir dalam kesempatan ini Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, Katib ‘Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU H Helmy Faishal Zaini, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, Mustasyar PWNU DKI Jakarta KH Maulana Kamal Yusuf, pejabat daerah setempat, dan segenap pengurus syuriyah dan tanfidziyah PWNU DKI Jakarta.

Acara pembacaan shalawat Nariyah tersebut menjadi bagian dari agenda Pembacaan 1 Miliar Shalawat yang digelar secara serentak di Indonesia. Selain di Jakarta, pembacaan shalawat Nariyah juga dipusatkan di Lamongan, Lirboyo, Pasuruan, Situbondo, Lampung Tengah, Balikpapan, dan Samarinda. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU, AlaNu PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Meriahkan Harlah, IPNU Gelar Workshop Kebudayaan

Probolinggo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam rangka untuk meneguhkan komitmen menghidupkan kembali iklim budaya di Kabupaten Probolinggo, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kraksaan Kabupaten Probolinggo menggelar workshop kebudayaan di Gedung Islamic Center (GIC) Kraksaan.

Meriahkan Harlah, IPNU Gelar Workshop Kebudayaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Meriahkan Harlah, IPNU Gelar Workshop Kebudayaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Meriahkan Harlah, IPNU Gelar Workshop Kebudayaan

Workshop yang dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo Asy’ari tersebut digelar untuk memeriahkan Hari Lahir (Harlah) IPNU ke-59. Dalam workshop tersebut juga dikaji tentang seni dan budaya di Kabupaten Probolinggo untutk dicatat dan disosialisasikan kepada masyarakat luas.

Kegiatan yang diikuti oleh siswa/siswi tingkat SLTP maupun SLTA ini dihadiri oleh Ketua Tanfidziyah PCNU Kraksaan KH. Nasrullah Ahmad Suja’i beserta segenap lembaga, lajnah dan badan otonom.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bahkan dalam kesempatan tersebut hadir pula seorang sastrawan ternama sebagai penyaji yang juga Ketua Umum Teater Taman Ismail Marzuki Jakarta Pepenk. Dalam penyampaiannya, Pepenk menjelaskan dalam peningkatan kualitas itu ada empat yaitu menjadi, analisa, relaksasi dan meditasi.

“Saya sangat mendukung sekali kegiatan yang digagas oleh IPNU Kraksaan ini. Dalam acara ini kader-kader muda dapat menggali potensi diri dan menambah pengetahuan untuk mengenal lebih dekat seni dan budaya di Kabupaten Probolinggo,” ungkap Ketua Tanfidziyah PCNU Kraksaan KH. Nasrullah Ahmad Suja’i.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara Ketua PC IPNU Kraksaan Muhlisun kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kamis (28/2) mengatakan workshop kebudayaan ini digelar dengan tujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat khususnya kader-kader muda untuk bisa mengenal dan mencintai seni dan budaya di Kabupaten Probolinggo.

“Sasaran yang ingin dicapai adalah membangun kesadaran, sikap dan pola pikir sebagai masyarakat berkebudayaan yang dapat membanggakan dan mencintai kebudayaannya sendiri sebagai kekayaan asli Kabupaten Probolinggo,” ujarnya.

Redaktur     : A. Khoirul Anam

Kontributor : Syamsul Akbar

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, Pondok Pesantren PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menengok Perencanaan Strategis Majalah NU, AULA dan AULEEA

Pasuruan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selama dua hari yakni sejak 23 hingga 24 Januari 2016, pimpinan, staf dan karyawan PT Aula Media Nahdlatul Ulama melangsungkan kegiatan SWOT atau perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di Finna Golf and Country Club Resort Pandaan Pasuruan, Jawa Timur. Acara ini sebagai wahana untuk melakukan evaluasi terhadap kiprah majalah AULA dan AULEEA sebelumnya, sekaligus proyeksi yang akan direngkuh untuk tahun mendatang.

Pada sambutan di acara pembukaan, H Arif Affandi selaku Pemimpin Umum media ini mengemukakan bahwa kekurangan yang harus segera ditutupi oleh NU adalah menjalankan usaha secara profesional. "Kegiatan selama dua hari ini hendaknya diikuti secara serius untuk membahas berbagai hal demi perkembangan Majalah AULA dan AULEEA di masa mendatang," kata mantan Wakil Walikota Surabaya ini. Arif, lanjutnya, juga mengingatkan bahwa segala hal yang selama ini terjadi dalam keseharian di kantor dan lapangan hendaknya dapat didiskusikan demi menemukan formula terbaik bagi perkembangan media.

Menengok Perencanaan Strategis Majalah NU, AULA dan AULEEA (Sumber Gambar : Nu Online)
Menengok Perencanaan Strategis Majalah NU, AULA dan AULEEA (Sumber Gambar : Nu Online)

Menengok Perencanaan Strategis Majalah NU, AULA dan AULEEA

Ketua PW Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Jawa Timur ini mengemukakan bahwa kesempatan mengikuti acara hendaknya dapat dioptimalkan untuk mencari tahu bagaimana mengelola media secara baik dan profesional.

Karena media kita sudah berbentuk Perseroan Terbatas atau PT, tambahnya, maka tidak ada pilihan lain bagi seluruh pimpinan dan karyawan untuk menjadikannya sebagai sarana bisnis. Ukuran bagi kelayakan bisnis adalah dikelola secara baik dan menguntungkan. Kendati demikian, bisnis yang diinginkan adalah bukan semata mencari keuntungan, namun juga membawa visi besar NU sebagai penyebar Islam rahmatan lilalamin.

Mantan Pemimpin Redaksi Harian Pagi Jawa Pos ini kemudian memaparkan sejumlah fakta bahwa semakin banyak warga NU yang telah sukses menjadi profesional dengan berbagai usaha yang digeluti. "Oleh sebab itu, frame dalam pengelolaan media ini sangatlah jelas yakni harus profesional dan berorientasi bisnis," tegasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Saling berbagi kritik dan masukan

Di hari pertama, yakni usai shalat Ashar berjamaah, setiap divisi diberikan kesempatan memberikan gambaran kondisi yang dialami. Demikian pula kendala yang dihadapi sembari menyampaikan proyeksi yang diharapkan pada tahun 2016.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pada sesi pertama tampil Muhamad Jamil bersama Subhan dan serta Ahmad. Devisi periklanan ini memaparkan sejumlah perolehan iklan di Majalah AULA maupun AULEEA tahun 2015 sebagai penyumbang pendanaan media disamping oplah dan sejumlah ivent. "Kami berharap, ada sinergi antara semua pihak untuk mendongkrak iklan yang masuk di media kita," kata Abah Jamil, sapaan akrabnya. Karena berdasarkan evaluasi iklan yang masuk selama ini adalah buah kerjasama yang terjadi bagi semua pihak. "Baik di redaksi maupun kawan yang berada di devisi lain," katanya.

Saat sesi tanya tawab, catatan kritis diberikan terkait dengan prosedur mendapatkan iklan, materi iklan yang masuk serta eksekusi dalam penagihan. "Mohon ada koordinasi yang lebih intensif pihak yang memperoleh iklan dengan bagian tata letak sehingga tidak ada materi iklan yang terlewatkan," kata Johan dari bagian tata letak.

Demikian pula pihak iklan mendapat masukan untuk membuat jadwal waktu yang dapat dioptimalkan untuk mendapatkan tambahan iklan. "Seperti Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, serta hari besar lain yang bisa dimaksimalkan untuk memperoleh iklan dari berbagai pihak," kata Afif Amrullah.

Bapak Arif Affandi juga mengingatkan bahwa bila terdapat iklan partai politik, hendaknya dapat dicarikan perimbangan dari partai berbeda. "Agar tidak ada kesan bahwa majalah kita hanya dikuasai partai politik tertentu," pesannya. Pak Arif kemudian menceritakan saat pelaksanaan Pemilihan Presiden RI, yang mana akhirnya media ini berhasil mendapat iklan dari masing-masing kontestan Pilpres.

Usai devisi iklan memberikan paparan, giliran berikutnya adalah pemasaran. Karena bagian ini sebagai ujung tombak distribusi media hingga ke pelanggan dan agen, maka diskusinya lumayan panjang karena banyak masukan demi perbaikan layanan.

Baik Ibu Riamah (AULEEA) maupun Iwan Setiono (AULA) memberikan ? paparan seputar perkembangan media ini sejak tahun lalu dan perkiraan capaian untuk tahun berikutnya. Sejumlah ikhtiar disampaikan oleh keduanya dalam upaya meningkatkan image media di mata masyarakat. Dari mulai menyelenggarakan ivent yang bekerjasama dengan sponsor, bergabung dengan para loper koran, agen majalah hingga terobosan lain yang dapat saling menguntungkan.

"Meskipun secara usia, Aula telah berumur lumayan lanjut, namun untuk pasar di sejumlah kota ternyata masih kurangmenggembirakan," kata Iwan Setiono. Karenanya, sejumlah terobosan harus dilakukan dalam rangka membangun image sebagai majalah kebanggaan dari NU yang juga diakui berbagai kalangan.

Hal yang sama juga dilakukan AULEEA yang memasuki satu setengah tahun. "Perlu kerja keras agar majalah life style muslimah ini dapat diterima pasar dengan baik," kata Ibu Riamah. Dan sejumlah perusahaan tidak serta merta berkenan memberikan support terhadap media cetak ini. Ada juga beberapa perusahaan yang justru lebih tertarik menyelenggarakan kegiatan bersama karena pertimbangan produknya dapat langsung dikenal konsumen.

Banyak masukan yang disampaikan peserta terkait pengembangan majalah di masa depan, khususnya kerjasama dengan sejumlah lembaga atau kepengurusan struktural NU. Bahkan bila memang dibutuhkan, akan diupayakan terbitnya surat himbauan kepada kepengurusan NU di seluruh wilayah di tanah air. "Surat tersebut bisa diupayakan oleh PBNU," kata Muhammad Rofii Boenawi.

Keharmonisan kerja dan koordinasi turut mendapat sorotan dalam upaya mengembangkan majalah. "Keluhan dari pelanggan hendaknya dapat direspon dengan cepat, serta dicarikan solusinya," kata Yudi Arianto. Seperti keterlambatan majalah ke tangan agen dan pelanggan, adanya petugas pemasaran saat pagi serta hari Sabtu dan keluhan lain.

Yang tidak kalah menarik adalah ketika Riadi Ngasiran (AULA) dan Hikmah Bafaqih (AULEEA) memberikan laporan terkait perkembangan majalah di pasaran dari sisi muatan atau isi yang selama ini diangkat menjadi bahasan.

"Tema-tema yang diangkat di Majalah AULA cukup merespons kecenderungan pasar dengan tetap dalam bingkai Islam rahmatan lilalamin," kata Riadi Ngasiran, yang juga pemimpin redaksi.

Dan yang cukup fenomenal adalah rencana majalah yang terbit sejak tahun 1978 ini untuk melakukan tour Sumatera dalam rangkaian menggali Islam Nusantara. "Itu merupakan obsesi redaksi dalam menyambut 40 tahun majalah kita," kata Riadi. Ia juga menandaskan bahwa rencana tersebut sebagai upaya mengenalkan dan mengembangkan media agar semakin dikenal masyarakat luar, khususnya di luar Jawa, lanjutnya.

Upaya untuk menggebrak pasar turut dilakukan Majalah AULEEA. Hikmah Bafaqih selaku pemimpin redaksi kemudian menyampaikan fakta bahwa media yang dipimpinnya harus bersaing dengan majalah serupa yang sudah menasional. "Fakta bahwa AULEEA harus bersaing dengan media yang lebih lama eksis tentu membutuhkan strategi khususnya dari sisi konten," kata Ketua PW Fatayat NU Jatim tersebut.

Sepakat menjawab tantangan

Beberapa masukan yang disampaikan peserta SWOT telah diinventarisir untuk menjadi program bersama di tahun 2016 ini. Upaya mengejar banyaknya pelanggan yang di dalamnya diisi dengan penguatan sumber daya manusia dan kelengkapan pendukung telah menjadi pekerjaan bersama.

"Saya senang karena seluruh peserta antusias mengikuti kegiatan ini," kata Arif Afandi. Ia juga optimis bahwa baik AULA maupun AULEEA akan menjadi salah satu media yang berkembang lebih pesat di masa mendatang. Apalagi jumah warga NU mencapai angka jutaan orang. "Ini pangsa potensial yang harus digarap serius," pesan Arif.

Hal yang sama juga disampaikan Direktur Utama PT AULA Media Nahdlatul Ulama, H Ichwan Siswadi. "Prinsipnya, kami akan memberikan support bagi kebutuhan operasional seluruh kru demi meingkatkan oplah dan pemasukan untuk majalah," kata Abah Ichwan, sapaan akrabnya. Demikian pula, Wakil Bendahara PWNU Jatim ini akan terus mengupayakan peningkatan kesejahteraan bagi karyawan. Karena pemilik saham dari media ini adalah para karyawan sendiri, lanjutnya.

Demikianlah komitmen seluruh pihak yang terhimpun dalam media kebangaan NU Jatim ini. Kebersamaan yang telah terjalin selama dua hari menjadi modal bagi kemajuan media di masa mendatang. Tantangan media cetak memang tidak ringan, seiring dengan penetrasi media online dan elektronik lainnya. Tidak sedikit media cetak baik Koran maupun majalah yang dulunya beroplah besar dan menjadi referensi sejumlah kalangan akhirnya tumbang lantaran tidak bisa bersaing dengan baik.

Caruk pembaca dan potensi iklan bagi Majalah AULA dan AULEEA sebenarnya masih sangat besar. Jutaan warga NU yang tersebar di sejulah kawasan yang ditopang dengan kian meningkatnya taraf hidup masyarakat serta kemunculan reading society, menjadi salah satu alasan optimisme menejemen media ini dalam menghadapi tantangan. Hal ini tentu saja harus dijawab dengan profesionalitas di semua lini baik redaksi, pemasaran, iklan serta perusahaan secara umum. Mampukah? Semoga. (Ibnu Nawawi/Fathoni)?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Meme Islam, Sejarah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 08 November 2017

Mencicipi Makanan Favorit Sunan Kudus

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Selepas maghrib Selasa (5/5) tim Ekpedisi Islam Nusantara sampai di kota kretek, Kudus, Jawa Tengah. Tim langsung menuju makam pemuka agama Islam di kota tersebut, Sunan Kudus. Di situ mereka turut memperingati 100 tahun Madrasah Qudsyiyah yang didirikan KH Asnawi, salah seorang pendiri NU.

Mencicipi Makanan Favorit Sunan Kudus (Sumber Gambar : Nu Online)
Mencicipi Makanan Favorit Sunan Kudus (Sumber Gambar : Nu Online)

Mencicipi Makanan Favorit Sunan Kudus

Sesampai di madrasah tersebut, tim ekpedisi diminta panitia untuk mengenakan ikat kepala batik corak hitam, kuning dan putih. Dominasi warnanya ada yang kuning dan hitam. Tapi mesti ada putihnya.  

Kemudian mereka diajak ke kompleks makam Sunan Kudus. Di situ telah berkumpul orang-orang yang berikat batik juga. Tapi mereka berbaju putih berlengan panjang dan bersarung batik.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tim penulis, fotografi, dan video menyebar ke berbagai sudut dengan benteng-benteng berlapis. Benteng yang terbuat bata merah setinggi dua meter dengan tebal sekitar 30-40 cm. Kemudian mereka duduk bersama jamaah.

Dari pengeras terdengar bacaan Al-Quran diikuti gemeremang jamaah lain yang tak kurang 500-600 orang. Mereka akan mengkhatamkan Al-Quran 100 kali yang diselesaikan 6 orang. Kemudian surat Al-Ikhlas 100 ribu kali.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di salah satu bangunan, yang beratap sirap jati, beberapa orang mulai meletakkan nampan. Nampan kaleng tersebut dialasi daun pisang muda. Di atasnya diletakkan nasi putih. Di atas nasi tersebut kemudian dialasi kembali dengan daun pisang muda. Di atasnya terdiri ayam kampung utuh yang telah dimasak, acar, kereng atau tahu digoreng berkuah, kuah untuk ayam,

Ayam utuh dari kepala sampai kaki tersebut dinamakan ingkung. Cara memasaknya dikukus terlebih dahulu, kemudian dibakar. Sementara jeroannya tergantung selera, ada yang dibuang ada yang dibiarkan. Dan mesti ayam kampung. Bukan ayam ras gemuk yang pada masa hidupnya susah bergerak dan bertulang rapuh.

Konon, kata Ketua Yayasan Madrasah Qudsyiyah KH Najib Hasan, itu makanan favorit Sunan Kudus, Syekh Ja’far Shodiq, ulama yang menamakan kota tersebut sebagai Kudus yang berarti suci.  

Sampai pukul 22.16 ingkung tersebut masih berbaris rapi di tempatnya. Mereka tak bergerak dan digerakkan sama sekali di tempat Sunan Kudus menerima tamu, tempat yang mungkin sekali dia menikmati ingkung ratusan tahun lalu.

Tim Ekspedisi Nusantara yang diganjal perutnya terakhir kali siang di Demak, mulai menggeliat-geliat. Tapi belum ada tanda-tanda mencurigakan ingkung untuk bisa diganyang.

Malah kemudian pukul 22.58, di pengeras suara mulai ada bacaan-bacaan berbahasa Arab. Surat Ath-Thin sampai An-Nas dibacakan dengan langgam lambat-lambat sehingga hak-hak huruf berdasarkan tajwid, terpenuhi dengan pas. Kemudian berdoa. Doa yang panjang sampai jarum panjang melampaui angka 12.  

Selepas assalamu’alaikum pembaca doa, barulah kemudian ingkung itu boleh diganyang. Berdasarkan intruksi pengeras suara, satu nampan harus dimakan 6 orang. Sesekali, cobalah menikmati ingkung Kudus.  Tak perlu menunggu bosan ayam Mc Donald dan KFC. (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, Nahdlatul PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Forum Konferensi Amanahkan KH Atam dan KH Abun Pimpin NU Tasik

Tasikmalaya, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tasikmalaya menggelar konferensi cabang NU di Cipasung, Kamis-Jumat (29-30/12). Setelah melalui beberapa rangkaian akhirnya Konfercab XVI mengamanahkan KH Atam Rustam sebagai Ketua Tanfidziyah dan KH Abun Bunyamin Ruhiyat Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Tasikmalaya periode 2016-2021.

KH Atam Rustam terpilih sebagai ketua dalam pemilihan langsung di putaran kedua. Kiai asal Sukamanah ini terima amanah forum konferensi untuk memimpin PCNU Kabupaten Tasikmalaya periode 2016-2021.

Forum Konferensi Amanahkan KH Atam dan KH Abun Pimpin NU Tasik (Sumber Gambar : Nu Online)
Forum Konferensi Amanahkan KH Atam dan KH Abun Pimpin NU Tasik (Sumber Gambar : Nu Online)

Forum Konferensi Amanahkan KH Atam dan KH Abun Pimpin NU Tasik

Cucu pahlawan nasional KH Zainal Musthafa Sukamanah ini bertekad melaksanakan aqidah, syariah, dan akhlaq Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyyah dari berbagai bidang secara menyeluruh dari yang terkecil sampai terbesar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Insya Allah dengan bantuan semua pihak akan terlaksana,” kata Pengasuh Pesantren Sukamanah Kiai Atam.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebelumnya tim Ahlul Halli wal Aqdi yang terdiri atas lima kiai yaitu H Abun Bunyamin Ruhiyat Cipasung, KH Anwar Nasihin Leuwisari, KH Ee Sulaeman Rajapolah, KH Abdul Mu‘in Salopa, dan KH Acep Amin Bantarkalong menggelar musyawarah terbatas.

Tim ini selanjutnya memutuskan Pimpinan Pesantren Cipasung KH Abun Bunyamin Ruhiyat sebagai Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Tasikmalaya. (Husni Mubarok/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, Aswaja PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah