Minggu, 10 Maret 2013

Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan

Oleh: Gugun El-Guyanie

Kiai Haji Ali Maksum, kerinduan berjuta-juta santri di tanah air ini kepada beliau hingga kini tak kunjung terobati. Dari sentuhan ritmis Mbah Ali Maksum, lahir tokoh-tokoh besar NU yang sekaligus bangsawan dan guru bangsa. Ada Kiai Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU), Gus Mus—yang ulama, budayawan dan cendekiawan, Masdar F Masudi (Syuriyah PBNU), dokter Fahmi Saefuddin—seorang dokter yang menunggui Kiai Ali Maksum menjelang wafat, almarhum KH Cholil Bisri yang mantan Wakil Ketua MPR RI. Ada juga Asad Said Ali yang mantan Wakil Kepala Badan Intelejen Negara (BIN). Tentu juga guru bangsa; Gus Dur yang dipoles khusus oleh Mbah Ali.

Mbah Ali dan sakralitas Krapyak telah melahirkan generasi multitalenta. Santri-santri produk Krapyak zaman Mbah Ali tidak harus menjadi kiai yang berjubah dan berjenggot, namun mengutamakan spirit keulamaan dan keindonesiaan. Ada santri yang budayawan, ada santri yang ulama sekaligus politisi, ada santri yang dokter dan teknokrat.

Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Mbah Ali, NU, dan Politik Kebangsaan

Supremasi keulamaan dalam sosok Mbah Ali, memberi bukti bahwa ulama adalah pewaris para nabi, al ulama waratsatul anbiya. Ulama yang bukan sekedar memiliki otoritas keilmuan agama (ulumuddin), juga bukan semata-mata pencapaian maqam spiritual tertinggi. Atau bukan pula sekedar kuantitas berapa besar pengakuan umat dan para pengikutnya.

Kiai Ali, yang manusia biasa, bukanlah profesor universitas yang ahli dalam satu bidang keilmuan an sich. Bukan pula seorang asketis, yang zuhud-nya meninggalkan keruwetan dan gaduhnya konstelasi dunia fana.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam subyektivisme saya pribadi, Mbah Ali adalah makrokosmos, kemenyeluruhan yang merangkum partikularisme yang sempit. Atau dalam terminologi Al-Quran; ashluha tsaabitun wa faruha fis samaa—bagaikan pohon yang akarnya menghujam di kedalaman bumi, namun cabang dan rantingnya merangkai-rangkai ke langit.

Tipologi ulama yang demikian, yang tercermin dalam keteduhan Mbah Ali, tak akan pernah terperangkap dalam dikotomi dunia-akhirat. Kesibukannya untuk melayani kebutuhan duniawi umat, tak sedikit pun mengurangi derajat kemesraannya dengan Allah. Atau jika dibalik, kekhusyukan dan keintimannya dalam jagad spiritual, tak sedikitpun meninggalkan peran horisontal-sosialnya.

Para nabi dan para ulama, sebagaimana pula Mbah Ali—dalam terminologi Emha Ainun Nadjib—bagaikan rembulan. Cahaya matahari, sebagai simbol ke-Maha Kuasa-an Allah, bumi sebagai simbol pluralitas ciptaan dan kemajemukan peradaban umat. Para nabi, para ulama, juga para pemimpin adalah rembulan yang bertugas memancarkan cahaya cintanya matahari untuk menerangi kegelapan di muka bumi.

Mbah Ali adalah rembulan pada zamannya, yang mentransfer rahmat cinta-Nya Allah untuk menjadi pelayan umat, menerangi kegelapan dengan cahaya. Karena Mbah Ali adalah rembulan yang selalu purnama, hingga akhir hayatnya selalu memancarkan sinarnya.

Masihkah hari ini kita jumpai rembulan bersinar? Adakah kita merasa bahwa bumi kita hari ini selalu gerhana? Ya, generasi yang hidup di abad 21, adalah generasi yang hidup di bumi kegelapan, karena rembulan tak memancarkan cahaya dari matahari. Karena rembulan mereduksi cahaya matahari, sehingga gerhana terus terjadi. Bumi tanpa cahaya, anak-anak hidup tanpa pegangan nilai, umat berjalan menapaki globalisasi tanpa kepengasuhan dari ulama yang tipologi dan kharismanya seperti ulama-ulama terdahulu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tentu masih ada kiai-kiai dari pedalaman pelosok desa yang ketulusannya tak tergerus sedikit pun oleh hiruk pikuk Pemilu, Pilkada, Pilgub, atau Kongres Partai Politik. Namun ada pula sebagian kiai yang berebut kursi legislatif dan kursi gubernur dan bupati—tentu dengan cita-cita kemaslahatan umat. Meminjam humor Gus Mus yang juga santri Mbah Ali; "Kalau kita sowan kepada kiai-kiai zaman dulu, semacam Kiai Ali, begitu sowan semua urusan menjadi lapang. Kalau sekarang, orang sowan kepada kiai, urusannya tambah ruwet, diajak mendukung calon bupati ini, mendukung partai itu..."

Tak ada masalah sebenarnya dengan institusi politik dan segala bentuk manuvernya. Mbah Ali sendiri yang pernah terlibat menjadi anggota konstituante mengajarkan bahwa politik tak bisa dipisahkan dari kehidupan umat Islam, karena memiliki arti penting sebagai bentuk khidmah kepada bangsa dan negara. Beliau sering mengutip pernyataan sahabat Utsman bin Affan "Innallaha layazau bissulthon ma laa yazau bil quran"—Sesungguhnya Allah akan mencegah kemunkaran dengan penguasa apa yang tidak bisa dicegah dengan Al-Quran. Jelas, misi politik Mbah Ali bukanlah politik kekuasaan, tapi tak lain adalah misi politik moralitas kebangsaan, dalam bahasa Al-Quran, disebut misi amar maruf nahi munkar.

Keterlibatan politik Mbah Ali pada wilayah politik yang dianggap tabu pada saat itu, memberikan bukti bahwa hubungan agama dan politik harus dibangun secara harmonis. Mbah Ali, yang terpilih sebagai Rais Aam PBNU (jabatan tertinggi dalam struktur PBNU) dalam Munas Alim Ulama NU di Kaliurang tahun 1981, memiliki kontribusi terbesar dalam menyelamatkan NU dari jebakan politik praktis yang destruktif.

Dalam Munas Alim Ulama 1983 di Situbondo, beliau yang mengawal keputusan NU kembali kepada khittah 1926, sekaligus menerima asas tunggal Pancasila. Suatu keputusan maha penting, karena NU harus berdiri independen, bukan menjadi partai politik, juga tidak berafiliasi kepada partai politik tertentu. Bahkan, penerimaan terhadap asas tunggal Pancasila, seribu langkah lebih maju daripada kelompok Islam lain yang menganggap Pancasila adalah thaghut—sesembahan selain Allah.

Sampai hari ini, fondasi-fondasi ke-NU-an, sekaligus fondasi kebangsaan yang diajarkan Mbah Ali kepada santri-santrinya, memantapkan nasionalisme NU. Mbah Ali mengajarkan; menjadi NU seratus persen, juga menjadi nasionalis seratus persen. Atau dalam perspektif yang lebih umum; menjadi Muslim Indonesia, bukan menjadi Muslim yang hidup di bumi Indonesia, tetapi berbudaya Arab, berjubah gaya Arab dan berjenggot gaya Arab.

Wallahu alam bishawab.





*

Penulis adalah Dosen Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sekretaris LPBH PWNU DIY. 

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU, Ulama, Cerita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PMII Peringati Harlah ke-53 dengan Ragam Kegiatan

Kudus, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Kudus memperingati hari lahir (harlah) ke 53 dengan ragam kegiatan mulai Ahad-Selasa (14-16/4). Kegiatan itu berupa lomba anak-anak, ziarah makam muassis PMII Kudus, diskusi, mimbar bebas dan panggung budaya, tahtimul Quran serta pengajian kebangsaan.

PMII Peringati Harlah ke-53 dengan Ragam Kegiatan (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Peringati Harlah ke-53 dengan Ragam Kegiatan (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Peringati Harlah ke-53 dengan Ragam Kegiatan

Ketua panitia Syaifudin Zuhri mengatakan peringatan harlah ini bertujuan mengenang kembali kelahiran PMII pada 17 April 1960 lalu dan mengenalkan organisasi mahasiswa di tengah-tengah masyarakat.

"Semua kegiatan diperuntukkan bagi masyarakat dan kader-kader PMII sendiri," jelasnya kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sabtu (13/4) kemarin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia menjelaskan ? usia 53 tahun merupakan momentum yang tepat untuk ? mengenalkan dan menegaskan kembali bahwa PMII lahir dari Nahdlatul ulama. keberadaan PMII mampu memperkuat penanaman ideiologi aswaja di kalangan mahasiswa dan masyarakat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kalau tataran pelajar masuk IPNU, sementara mahasiswa bisa masuk PMII sehingga nanti tidak tersesat idiologinya," tandas Syaifudin.

Dalam kegiatan harlah ini, jelasnya, PMII juga mengajak masyarakat selalu menjaga persatuan dfan kesatuan, kerukunan, perdamaian dan keamanan demi bangsa yang dilandasi ilmu pengetahuan dan agama.

"Oleh karenanya, puncak harlah diadakan pengajian kebangsaan bersama Habib Umar ? Muthohar (Semarang) dan habaib serta kyai se Kudus 16 April besok untuk menyuarakan nilai-nilai kebangsaan," terangnya.

Dengan mengusung tema mengawal tradisi-meneguhkan NKRI ini, kegiatan harlah secara keseluruhan dipusatkan di halaman kantor sekretariat PMII Jl Mayor Kusmanto Pedawang Bae Kudus.

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor : Qomarul Adib

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam, Khutbah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 01 Maret 2013

Gubernur Jateng Minta NU Berperan dalam UU Desa

Semarang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi pembicara kunci pada halaqah regional Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama wilayah Jawa Tengah. Halaqah bertema "Peran NU dalam Mengawal Implementasi UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa" tersebut berlangsung Sabtu, (15/11).

Gubernur Jateng Minta NU Berperan dalam UU Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
Gubernur Jateng Minta NU Berperan dalam UU Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

Gubernur Jateng Minta NU Berperan dalam UU Desa

Ganjar mengatakan dengan adanya Undang Undang tersebut, desa akan cepat tumbuh berkembang. Namun, di lain pihak dia juga mengkhawatirkan desa akan menjadi kota. Ganjar berpesan supaya warga NU berperan.

"Nahdliyyin perlu menjaga keaslian desanya," kata gubernur yang menjabat pernah menjadi anggota DPR yang kebetulan menangani lahirnya UU desa tersebut. Waktu itu dengan nama UU Pembangunan Perdesaan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ganjar juga mengamini apa yang dikatakan Ketua PWNU Jawa Tengah Abu Hafsin pada sambutan yang mempertanyakan, apakah UU tersebut menjadi barokah atau musibah. Tapi bagi Ganjar yang terpenting adalah bagaimana cara mengelola UU ini dengan baik dan benar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kata dia, dimulai dengan istilah desa dan kelurahan. Kalau kita tilik di Papua disebut Kampung, di Batak (buta), Sumatera Barat (nagari), Bali (banjar) dan seterusnya. Hal ini akan menjadi pembahasan tersendiri dan perlu kita pahami bersama.

Ia menegaskan, nilai dasar yang tumbuh di desa perlu kita rawat bersama. Di sana terdapat gotong-royong dan musyawarah. Ganjar juga menitipkan pesan dalam pelaksanaan nanti Nahdliyin harus mengawal.

Selain itu, kata dia, pihak provinsi telah melakukan berbagai kegiatan terkait dengan UU desa ini, antara lain, rapat koordinasi penyelenggaraan desa, bimbingan dan teknis, uji coba dan sarasehan.

Selain Ganjar, pembicara lain adalah Abdul Kholiq Arif (Bupati Wonosobo sekaligus ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama wilayah Jawa Tengah).  (Muhammad Zulfa/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Internasional, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 26 Februari 2013

43 Peserta Ikut Seleksi Beasiswa S2 dan S3 Kampus di Riyadh

Pati, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Lembaga Perguruan Tinggi NU (LPTNU) menyeleksi sebanyak 43 peserta dari berbagai penjuru wilayah Indonesia tahap kedua beasiswa S2 dan S3 di Kajen, Margoyoso, Pati, Selasa (3/3). Para peserta harus mengikuti ujian lisan yang meliputi Bahasa Arab, baca kitab, pengetahuan Aswaja, dan baca tulis Al-Quran.

43 Peserta Ikut Seleksi Beasiswa S2 dan S3 Kampus di Riyadh (Sumber Gambar : Nu Online)
43 Peserta Ikut Seleksi Beasiswa S2 dan S3 Kampus di Riyadh (Sumber Gambar : Nu Online)

43 Peserta Ikut Seleksi Beasiswa S2 dan S3 Kampus di Riyadh

Seleksi yang berlangsung pada Senin hingga Selasa ini (2-3/3) ini, diselenggarakan LPTNU yang bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan Bahasa Arab (LPBA), dan perpustakaan Mutamakkin. Seleksi berjalan tertib dan lancar.

“Ujian tahap kedua ini merupakan yang kedua kalinya diadakan LPTNU. Penempatan ujian di Kajen di gedung LPBA dan perpustakaan Mutamakkin memberikan makna tersendiri. Karena selain tabarruk dengan para kiai di Kajen, peserta bisa bersilaturahmi dengan mereka,” kata Kholis Fuad.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Peserta yang dinyatakan lolos akan mengikuti ujian tahap ketiga yang akan diselenggarakan di Jakarta pada pertengahan Maret. Peserta akan diuji langsung oleh pihak dari universitas Imam Ibnu Su’ud Riyadh, Arab Saudi dan juga Menteri Agama Lukman Hakim. (Siswanto/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian, Khutbah, IMNU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 13 Februari 2013

Cegah Pengaruh Buruk Narkoba, MA Futuhiyyah Kunjungi BNN

Bogor, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Untuk mengantisipasi terjadinya bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja, MA Futuhiyyah 2 (MAF2) Mranggen Demak, Jawa Tengah melakukan rihlah (perjalanan) ilmiah ke Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) di Lido Kabupaten Bogor.

Cegah Pengaruh Buruk Narkoba, MA Futuhiyyah Kunjungi BNN (Sumber Gambar : Nu Online)
Cegah Pengaruh Buruk Narkoba, MA Futuhiyyah Kunjungi BNN (Sumber Gambar : Nu Online)

Cegah Pengaruh Buruk Narkoba, MA Futuhiyyah Kunjungi BNN

Kegiatan ini, dilaksanakan untuk memberi pemahaman akan bahayanya penyalahgunaan narkoba bagi para remaja terutama pelajar agar senantiasa terhindar dari pengaruh negatif narkoba dan dampak buruknya yang akhir-akhir ini marak terjadi di kalangan remaja.

Rombongan disambut oleh staf Balai Besar Rehabilitasi BNN Agrippina Decila Putri Siregar. Menurutnya sesuai data dari BNN bahwa 2,2% atau 4,2 juta rakyat Indonesia menyalahgunakan narkoba. Kurang lebih 40 sampai 50 orang perhari meninggal dunia karena overdosis dan 22% dari mereka adalah pelajar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Karena sangat berbahayanya narkoba saat disalahgunakan, maka saya berpesan pada adik-adik jangan pernah sekali-kali mencoba narkoba,” tuturnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam pertemuan ini juga didatangkan residen (pecandu) yang sedang mengikuti rehabilitasi dari berbagai daerah di Indonesia dan bertukar pengalaman dari saat mereka mengenal narkoba, menjadi pecandu sampai direhabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN ini. “Sekali kalian mencoba narkoba, maka narkoba akan menghancurkan masa depan dan hidup kalian,” ungkap salah satu residen dari luar jawa.

Rihlah Ilmiah MAF2 diikuti oleh seluruh siswa kelas XI yang berjumlah 213 dan didampingi oleh 18 guru, berlangsung dari Senin sampai Kamis (16 – 19/11).

Ketua panitia, Mukromin Birry, SPd mengungkapkan bahwa Rihlah Ilmiah ini dilakukan rutin tiap tahun oleh Madrasah. Menurutnya kegiatan ini dilaksanakan tidak hanya sekedar menghibur diri atau bersenang-senang semata, namun dengan melakukan kunjungan dan mengamati berbagai destinasi yang sudah direncanakan oleh panitia, dimana nantinya akan dijadikan sebagai materi dalam penyusunan karya tulis.

“Kegiatan Rihlah Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan pembelajaran outdoor ? dan meningkatkan kompetensi para siswa, karena dari kegiatan ini nantinya siswa dituntut untuk menulis laporan dan membuat karya tulis ilmiah,” jelasnya.

Ia pun melanjutkan, kegiatan ini sesuai visi misi madrasah yakni membekali pengetahuan dan kemampuan siswa melanjutkan pendidikan tinggi, mengembangkan diri di masyarakat dan berakhlak karimah serta menciptakan kehidupan religius di lingkungan madrasah, diekspresikan dengan perilaku disiplin, ikhlas dan bebas berkreasi. ?

Sebelum berkunjung ke Balai Besar Rehablitasi BNN, siswa diajak untuk berziarah dan bertawassul di makam Al Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al Atthas Pekalongan, Makam Syeikh Maulana Syamsuddin Pemalang. Juga melakukan kunjungan ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran Bandung, serta berwisata ke wahana eduwisata trans studio Bandung.

“Saya berharap kegiatan ini bisa memberikan dampak positif dalam pengembangan pengetahuan siswa dalam menangkal adanya berbagai pengaruh buruk tentang narkoba, sehingga mereka dapat membentengi diri di lingkungan masing-masing nantinya,” harap kepala madrasah, H. Helmi Wafa, SE.

Salah satu siswa, Afrida Dwi Rahmwati mengungkapkan rasa syukur dan gembira sekali dapat mengikuti dalam Rihlah Ilmiah ini, banyak pengalaman baru yang didapatkan dalam kegiatan ini, sehingga antar teman semakin tambah akrab karena harus bekerja sama dalam melaksanakan berbagai tugas dari guru.

“Walaupun lelah dan menguras tenaga, kegiatan ini sungguh menyenangkan. Pengalaman pun semakin bertambah terutama tentang bahaya dan dampak buruk penyalahgunaan narkoba,” tuturnya. (Ben Zabidy/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 06 Februari 2013

Lingkar Muda NU Kaji Isu NU dan Politik

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sediitnya 17 anak muda NU menghadiri kajian rutin yang digelar lingkar muda NU di Gedung PBNU lantai lima, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (8/5) sore. Dalam kesempatan ini, mereka mengkaji isu NU dan politik.

Menurut koordinator kajian lingkar muda NU Syaiful Arif, kajian rutin ini memasuki diskusi keempat. Kajian digelar dalam rangka membangkitkan kembali gairah pemikiran di kalangan muda NU.

Lingkar Muda NU Kaji Isu NU dan Politik (Sumber Gambar : Nu Online)
Lingkar Muda NU Kaji Isu NU dan Politik (Sumber Gambar : Nu Online)

Lingkar Muda NU Kaji Isu NU dan Politik

“Kajian rutin itu tidak menunjuk tempat dan hari tertentu. Keduanya ditentukan begitu saja sesuai dengan kesepakatan forum,” kata Syaiful Arif kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah usai kajian, di lokasi kajian.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Diskusi lingkar muda NU kali ini menghadirkan Wakil Ketua Umum PBNU KH Asad Said Ali. Kajian berlangsung selama dua jam penuh. Diskusi kali ini berjalan seperti biasa; pemaparan oleh pembicara dan dialog.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam diskusi itu, KH Asad Said Ali mengatakan bahwa perjuangan politik NU bukan mengedepankan capaian-capaian kekuasaan atau perolehan suara sebanyak-banyaknya. “Perjuangan politik NU lebih didasarkan pada nilai-nilai ke-NUan sebagai esensi politik,” katanya.

Di hadapan peserta diskusi, KH Asad Said Ali mengungkapkan bahwa nilai-nilai dasar ke-NUan yang meliputi keislaman sekaligus kebangsaan Indonesia ini jadi ukuran keberhasilan perjuangan politik NU.

Secara konkret, KH Asad Said Ali menunjuk bahwa basis perjuangan NU berupa kemaslahatan baik materil berupa kesejahteraan rakyat; maupun moril berupa kesusilaan sesuai dengan etika ketimuran.

? Penulis: Alhafiz Kurniawan?

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kiai PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 27 Januari 2013

IPNU-IPPNU Probolinggo Galang Dana Bantuan Korban Kelud

Probolinggo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebagai bentuk kepedulian sesama, Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Probolinggo melakukan penggalangan dana untuk korban letusan gunung Kelud di perempatan desa Laweyan kecamatan Sumberasih, Probolinggo, Selasa (25/2).

Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 09.00 hingga 13.00 WIB ini melibatkan sedikitnya 12 pengurus IPNU dan 13 pengurus IPPNU. Selain pengurus cabang, relawan juga berasal dari pengurus Pimpinan Anak Cabang (PAC) se-Probolinggo.

IPNU-IPPNU Probolinggo Galang Dana Bantuan Korban Kelud (Sumber Gambar : Nu Online)
IPNU-IPPNU Probolinggo Galang Dana Bantuan Korban Kelud (Sumber Gambar : Nu Online)

IPNU-IPPNU Probolinggo Galang Dana Bantuan Korban Kelud

Dari penggalangan dana ini, para relawan mencatat dana terkumpul sebesar Rp. 675.000. “Nantinya, dana ini langsung ditransfer ke rekening Sekretariat PWNU Jatim untuk selanjutnya disalurkan kepada para korban,” kata Ketua PC IPNU Probolinggo Eko Cahyono.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Eko, IPNU dan IPPNU memang harus mempunyai kepekaan sosial tinggi terhadap situasi dan kondisi lingkungan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Melalui kegiatan ini diharapkan rasa kepedulian kader IPNU-IPPNU lebih semakin tajam terhadap lingkungan. Masyarakat terutama pemerintah bisa lebih konsisten dalam mengatasi korban bencana alam,” ujar Eko.

Sementara Ketua PC IPPNU Probolinggo Shofia menambahkan, “Walaupun jumlahnya tidak seberapa, semoga bantuan ini bisa bermanfaat bagi saudara-saudara kita di sana. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Habib PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah