Sabtu, 01 Maret 2008

’Ayat-Ayat Cinta’ Digandrungi karena Menyodorkan Budaya Konsumtif

Canberra, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

’Ayat-Ayat Cinta’ (AAC) baik film maupun novelnya digandrungi karena berhasil memenuhi kebutuhan kalangan Muslim di Indonesia untuk mengkonsumsi budaya-budaya yang dianggap bernilai islami.



’Ayat-Ayat Cinta’ Digandrungi karena Menyodorkan Budaya Konsumtif (Sumber Gambar : Nu Online)
’Ayat-Ayat Cinta’ Digandrungi karena Menyodorkan Budaya Konsumtif (Sumber Gambar : Nu Online)

’Ayat-Ayat Cinta’ Digandrungi karena Menyodorkan Budaya Konsumtif

Menjadi Muslim ternyata tidak cukup hanya dengan bersyahadat, shalat, zakat, tirakat dan berhaji di tanah Arab. Seseorang merasa lebih mantap menjadi Muslim dalam tatanan dunia pasar bebas ini dengan mengkonsumsi barang-barang dan budaya-budaya islami itu.

Demikian dikemukakan Amrih Widodo, antropolog dan pakar pop-culture dari Australian National University (ANU) dalam diskusi Fenomena Ayat-Ayat Cinta yang diselenggarakan Pengurus Cabang istimewa Nahdatul Ulama (PCINU) Canberra bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) ANU dan Minaret—sebuah kelompok studi sosial keagamaan di Canberra, Kamis (17/4) lalu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Para panelis, demikian dilaporkan kontributor PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Canberra Yasir Alimi, menilai, AAC lahir karena tuntutan mapannya Muslim kelas menengah ke atas, yang terbentuk sejak Haji Suharto menampilkan identitas Islam.

Kemapanan kelas menengah atas ini, menurut Amrih, melahirkan kebutuhan dan sirkulasi barang yang bernilai Islam. Kesuksesan AAC karena ‘ideologi estetik popular’ yang mengondisikannya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Amrih, AAC dianggap memberikan teladan nilai-nilai Islam serta juklak untuk hidup secara Islami. "Ia memberikan ‘manual for living in Islamic ways’,” katanya.

Namun Islam yang disajikan di sana ternyata Islam model Ikhwan. Demikian tegas Nabiela, dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya yang menjadi pembicara setelah Amrih. Hal ini tampak di antaranya dalam penolakan Fahri untuk bersalaman dengan perempuan yang bukan muhrimnya, walaupun dengan penolakan itu Fahri masih sering ber-khalwat (mojok) dengan Maria.

Meski ada elemen-elemen yang menarik seperti pembelaan Fahri terhadap seorang Amerika diatas bus kota, namun secara umum Islam yang ditampilkan AAC, menurut Nabiela, adalah Islam yang bernuansa Timur Tengah dari pada Islam Indonesia.

Hal itu disepakati Amrih dengan mengutip tulisan Hanung--sang sutradara film, yang menganggap dirinya mengamati Islam dari dekat sekali ketika ia sedang mempersiapkan film tersebut di Kairo.

Dalam kesempatan yang sama, Aris Mundayat—Dosen senior Anthropologi UGM—menegaskan bahwa AAC adalah bentuk moral panics kelas menengah atas serbuan budaya pop barat yang luar biasa deras. Saking derasnya pemerintah pun tak kuasa menahan lajunya.

Disamping kepanikan simbolik ini, kelas menengah juga menghadapi kepanikan yang sangat riil, yaitu drug. "Oleh karena itu, kalau tahun 80-an di kelas saya hanya 1 atau 2 orang yang pakai jilbab sekarang banyak sekali. Pembengkakan jumlah jilbaber ini tidak hanya terjadi di dalam kelas tapi juga di luar kelas," tandasnya.

Yang mencengangkan, menurut Aris, AAC hamper sama dengan film 30/S/PKI dalam penggalangan penonton. Kalau film PKI yang menggerakkan adalah pemerintah, film AAC yang menggerakkan adalah lembaga kerohanian yang menguasai SMA-SMA. Lembaga kerohanian ini adalah perluasan setelah dikuasainya kampus-kampus umum.

Salah satu contoh penguasaan yang nyaris sempurna adalah di sebuah SMAN favorit di Yogyakarta. Disana siswa saling mengawasi (surveillance). Kalau ada siswa yang berpacaran dengan tidak secara Islami, maka akan dilaporkan.

“Penguasaan itu berkembang menjadi diskriminasi sehingga para alumni yang beragama non-Muslim pun sekarang juga takut menyekolahkan anaknya disekolahan tersebut,” katanya. (yas)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 21 Desember 2007

Keluarga Maslahah

Keluarga Maslahah adalah konsep untuk menyebut keluarga yang bahagia, sejahtera, dan taat kepada ajaran agama di lingkungan NU. Secara khusus, konsep keluarga maslahah ini dikembangkan oleh LKK-NU.

Maslahah berasal dari akar kata sha-lu-ha yang secara harfiah berarti baik, manfaat, dan penting. Maslahah adalah kepentingan pribadi (perorangan), keluarga, dan masyarakat, karena maslahah adalah terpeliharanya kebutuhan primer manusia, baik agama, jiwa, harta benda, keturunan, serta akal atau kehormatan. Oleh karena itu, maslahah merupakan cita-cita setiap orang atau kelompok, khususnya kaum muslimin.

Keluarga Maslahah (Sumber Gambar : Nu Online)
Keluarga Maslahah (Sumber Gambar : Nu Online)

Keluarga Maslahah

Teori al-Maslahah telah dikemukakan oleh para pemikir hukum Islam, seperti asy-Syatibi dan al-Ghazali. Menurut al-Ghazali, maslahah adalah ungkapan yang pada intinya guna meraih kemanfaatan atau menolak kesulitan. Yang dimaksud adalah memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Sedangkan al-Khawarizmi mendefinisikan maslahah dengan ”memelihara tujuan hukum Islam dengan menolak bencana atau kerusakan yang merugikan makhluk.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari pengertian di atas dapat ditarik pemahaman bahwa maslahah adalah sarana untuk menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan manusia yang bersendi pada prinsip menarik manfaat dan menolak mafsadat (kerusakan). 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dilihat dari kandungannya, maslahah dibagi dua, yakni: maslahat umum (al-maslahat al-’am), yakni maslahat untuk kepentingan orang banyak, dan maslahat khusus (al-maslhat al-khash), yakni maslahat untuk kepentingan pribadi.

Keluarga maslahah adalah keluarga yang dapat memenuhi atau memelihara kebutuhan primer (pokok), baik lahir maupun batin. Terpenuhi atau terpeliharanya kebutuhan lahir dimaksudkan bahwa keluarga tersebut terbebas dari lilitan kemiskinan dan penyakit jasmani. Sedangkan terpenuhi atau terpeliharanya kebutuhan batin dimaksudkan bahwa keluarga tersebut terbebas dari kemiskinan akidah (iman), rasa takut, stres, dan penyakit-penyakit batin lainnya.

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Program Keluarga Berencana dan Pendidikan Kependudukan yang diterbitkan LKKNU dan BKKBN disebutkan, terpeliharanya keseimbangan antara kebutuhan lahir dan batin adalah:

1. Terpeliharanya kesehatan ibu dan anak, seperti terjaminnya keselamatan jiwa dan raga ibu selama hamil, melahirkan, dan menyusui serta terjaminnya keselamatan anak sejak dalam kandungan.

2. Terpeliharanya keselamatan jiwa, kesehatan jasmani dan ruhani anak serta tersedianya pendidikan bagi anak.

3. Terjaminnya keselamatan agama orang tua yang dibebani kewajiban menyediakan kebutuhan hidup keluarga.

Adapun ciri dari kemaslahatan keluarga (mashalihul usrah) adalah keluarga yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:  

1. Suami-istri yang saleh, yakni yang dapat mendatangkan manfaat dan faedah untuk dirinya, anak-anaknya dan lingkungannya, sehingga darinya tecermin perilaku dan perbuatan yang dapat menjadi suri teladan (uswatun hasanah) bagi anak-anaknya maupun orang lain.

2. Anak-anaknya baik (abrar), dalam arti berkualitas, berakhlak mulia, sehat ruhani dan jasmani. Mereka produktif dan kreatif sehingga pada saatnya dapat hidup mandiri dan tidak menjadi beban orang lain atau masyarakat.

3. Pergaulannya baik. Maksudnya, pergaulan anggota keluarga itu terarah, mengenal lingkungan yang baik, dan bertetangga dengan baik tanpa mengorbankan prinsip dan pendirian hidupnya.

4. Berkecukupan rezeki (sandang, pangan, dan papan). Artinya, tidak harus kaya atau berlimpah harta, yang penting dapat membiayai hidup dan kehidupan keluarganya, dari kebutuhan sandang, pangan dan papan, biaya pendidikan, dan ibadahnya. (Sumber: Ensiklopedi NU)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kiai, Pendidikan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 18 Desember 2007

NU Harus Terus Aktif Bentengi Umat dari Paham Radikal

Padangpariaman, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. PWNU Sumatera Barat mengajak para ulama dan santri untuk meningkatkan peran aktifnya membentengi umat dari paham-paham keagamaan radikal, yang selalu membidahkan amaliah yang dilakukan umat Islam, dan mengkafirkan pihak lain.

NU Harus Terus Aktif Bentengi Umat dari Paham Radikal (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Harus Terus Aktif Bentengi Umat dari Paham Radikal (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Harus Terus Aktif Bentengi Umat dari Paham Radikal

Ketua PW NU Sumatera Barat, Maswar mengungkapkan hal itu pada pelantikan PCNU Kabupaten Padangpariaman, Kamis (15/10), di Hall Saiyo Sakato Pemkab Padangpariaman, di Pariaman. Pelantikan PCNU masa khidmat 2015-2020 dihadiri Bupati Padangpariaman Ali Mukhni, Ketua PC GP Ansor Padangpariaman Zeki Aliwardana, Ketua PC IPNU Padangpariaman Fauzan Ahmad, MWC NU se-Padangpariaman.

Menurut Maswar, PCNU Padangpariaman harus berperan aktif mengantisipasi munculnya aliran radikal, seperti ISIS. "Sekarang sudah ada kelompok yang menamakan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang berkedok berkegiatan sosial. Namun dalam aksi sosialnya, disebarkan paham bahwa shalat itu tidak wajib, zakat tidak wajib. Sasaran rekruitmennya adalah anak-anak pintar yang tidak mampu. Setelah direkruitmen, didoktrin, akhirnya anak-anak itu melawan terhadap orangtuanya. Kalau anak tersebut sudah dibaiat, maka anak itu lebih radikal lagi," tutur Maswar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dikatakan Maswar, ada paham yang banyak mengharamkan kegiatan yang sudah tumbuh di masyarakat. Peringatan Isra Miraj haram, maulud Nabi Muhammad Saw juga haram, berdoa dan berzikir bersama usai shalat wajib, juga haram. Pakaian yang tidak ada pada zaman Nabi Muhammad Saw, juga haram. "Semua itu adalah tantangan ulama, khususnya Nahdlatul Ulama untuk membentengi umat dari paham yang keliru tersebut," kata Maswar.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua PCNU Padangpariaman Masri Can sebelumnya menyampaikan, NU di Padangpariaman sudah banyak berbuat sejak lama. Tahun 1960-an, khususnya 1965 saat meletus pemberontakan G 30 S/PKI, NU Padangpariaman sangat aktif membentengi umat dari ancaman PKI itu. Ada apel besar yang dilaksanakan NU bersama Ansor dengan dihadiri belasan ribu orang.

"Pasca bencana gempa 30 September 2009, yang menghancurkan daerah Padangpariaman, NU juga berperan aktif melakukan rehabilitasi, pembangunan sarana dan prasana yang dibutuhkan masyarakat, bantuan pengobatan dan pelatihan dai siaga bencana. Apa yang diberikan NU tersebut, sangat bermanfaat bagi masyarakat Padangpariaman yang terkena bencana gempa saat itu," kata Masri Can yang juga Kepala Kantor Kementerian Agama Padangpariaman ini. (Armaidi Tanjung/Fathoni)

Foto:Ketua PWNU Sumatera Barat Maswar melantik Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Padangpariaman, Kamis (15/10/2015), di hall Saiyo Sakato Pemkab Padangpariaman, di Pariaman.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian, Hikmah, RMI NU PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 08 November 2007

PBNU: Marinir Penembak Rakyat Harus Dihukum

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak Tentara Nasional Indonesia (TNI) agar memecat anggota Korps Marinir TNI AL yang menembak warga Pasuruan dari dinas militer dan membawanya ke meja pengadilan.



PBNU: Marinir Penembak Rakyat Harus Dihukum (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU: Marinir Penembak Rakyat Harus Dihukum (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU: Marinir Penembak Rakyat Harus Dihukum

"Pihak aparat bersenjata, dalam hal ini oknum marinir, harus dicopot dari dinas dan dihukum," kata Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi di Jakarta, Kamis (31/5).

Hasyim mengemukakan hal itu menanggapi peristiwa bentrok antara warga Grati, Pasuruan, Jawa Timur dengan anggota marinir yang menyebabkan empat warga tewas diterjang peluru, Rabu (30/5).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Berkali-kali rakyat menjadi korban dari peluru yang dibeli dengan uang rakyat," kata mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur itu dengan nada prihatin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Seperti dilaporkan kantor berita Antara, terkait pernyataan Komandan Korps Marinir (Dankormar), Mayjen (Mar) Syafzen Noerdin bahwa penembakan yang dilakukan anggotanya dalam rangka membela diri, Hasyim menyatakan sulit menerima.

"Alasan masyarakat menyerang dulu rasanya sulit diterima. Bagaimana mungkin rakyat menyerang pasukan bersenjata?" kata pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, Malang, tersebut.

Menurut Hasyim, dengan kasus Pasuruan itu, sekali lagi TNI mencoreng mukanya sendiri. Hasyim juga mendesak TNI AL menyantuni keluarga korban dan anak-anak yang menjadi yatim.

Sebelumnya, kepada wartawan di markas Pasukan Marinir (Pasmar) I Surabaya, Rabu sore, Dankormas menjelaskan, anggotanya terpaksa melakukan penembakan karena terdesak oleh warga yang menyerang dengan senjata tajam.

"Waktu itu anggota kami betul-betul terdesak, sedangkan warga mengejar anggota marinir menggunakan celurit dan lemparan batu. Tembakan itu dilakukan, karena betul-betul membahayakan," katanya.

Namun demikian, Safzen menyatakan sangat menyesalkan kejadian itu.

"Saya sangat menyesal atas kejadian ini, karena selama ini marinir selalu dekat dengan rakyat. Dekat dan selalu membela rakyat. Itu merupakan visi dari prajurit marinir," katanya.

Bentrokan antara warga dengan anggota marinir di Grati, Pasuruan, mengakibatkan empat warga tewas dan enam orang luka-luka yang dirawat di RS Bangil dan RSSA Malang.

Sementara itu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai yang memiliki basis massa terbesar di Jawa Timur, melalui Ketua Umum Dewan Syura KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengecam peristiwa itu dan akan menuntut pelaku secara hukum. PKB juga akan membentuk tim advokasi bagi warga. (dar)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 28 Oktober 2007

PCNU Sumedang Bantu Korban Kebakaran di Gunung Cupu

Sumedang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumedang menyerahkan bantuan kepada para korban kebakaran di kawasan kontrakan pedagang di Lingkungan Sayang RT 03/05 kelurahan Kota Kulon, Sumedang Selatan, Jumat (2/5) siang. Musibah ini menghanguskan sedikitnya 16 rumah.

PCNU Sumedang Bantu Korban Kebakaran di Gunung Cupu (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Sumedang Bantu Korban Kebakaran di Gunung Cupu (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Sumedang Bantu Korban Kebakaran di Gunung Cupu

Penyerahan berlangsung usai ibadah Jumat. Sebelum diserahkan kepada korban di Sumedang Selatan yang lazim disebut Gunung Cupu, sejumlah bantuan ditempatkan di kompleks Islamic Center.

Sampai di lokasi, perwakilan pengurus yang dipandu Bendahara PCNU Sumedang H Agus Wahid Muslim beserta beberapa pengurus IPNU menyambangi posko ? bencana. Mereka menemui Ketua RW setempat.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kita pengurus NU Sumedang turut berbelasungkawa sebesar-besarnya atas kebakaran di sini. Semoga keluarga korban yang kehilangan harta-bendanya diberi ketabahan dan cepat mendapat ganti dari Allah SWT,” ujar Agus kepada perwakilan warga.

Ketika ditanya penyebabnya, Ketua RW setempat menyatakan kepada rombongan PCNU Sumedang bahwa penyebab kebakaran lantaran kebocoran tabung gas salah seorang korban yang tengah menyiapkan jualan mie ayamnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Awal penyebab kebakaran, kompor salah seorang warga,” terang Ketua RW.

Hari sebelumnya Kamis (1/5) sore, rombongan PCNU melihat lokasi pascakebakaran. Tampak terlihat puing-puing kayu rumah yang umumnya terbuat dari material semi permanen. Sementara sekitar lokasi kebakaran dilingkari garis polisi. (Salman Farisi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 13 September 2007

Pelarangan HTI Harus Disertai Pembinaan

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pelarangan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah tepat, meskipun dinilai terlambat karena organisasi transnasional ini sudah berkembang dan mempunyai banyak pengikut. Karena itu, proses pelarangan HTI harus disertai dengan pembinaan terhadap para "korban" yang sudah terlanjur mengikuti organisasi ini.

Demikian dalam diskusi dan peluncuran buku "Gerakan Politik Hizbut Tahrir Indonesia Mampukah Menjadi Gerakan Dakwah?" karya Sofiuddin di Islam Nusantara Center (INC), Ciputat, Tangsel, Selasa (13/6). Diskusi dihadiri Wasekjen PBNU H Abdul Munim DZ, Sekjen Pimpinan Pusat GP Ansor Adung Abdul Rahman, dan mantan staf khusus Wantimpres Hilmi Asshidiqie.

Dalam pemaparan bukunya, Sofiuddin mengatakan, pembubaran HTI bukan tanpa implikasi. "Justru mereka akan bergerak dan semakin militan jika tidak dibarengi dengan pembinaan," katanya.

Pelarangan HTI Harus Disertai Pembinaan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelarangan HTI Harus Disertai Pembinaan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelarangan HTI Harus Disertai Pembinaan

Lebih lanjut, kata Sofiuddin, para anggota HTI yang berjumlah lebih dari 10 ribu orang merupakan bagian dari warga negara Indonesia yang mempunyai kewajiban dan hak yang sama dengan warga lain.

Hal senada disampaikan Hilmi Asidiqie. Menurutnya, HTI sudah sepantasnya dibubarin karena menentang ideologi negara. "Silakan bentuk organisasi tapi jangan seperti sebelumnya menentang ideologi negara. Jangan pertentangkan lagi agama dan negara," katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mengutip pernyataan KH Hasyim Muzadi (alm), ia mengatakan bahwa syariat Islam sebenarnya sudah diterapkan 92 persen di Indonesia. Hanya sedikit yang tidak diterapkan di Indonesia sebagaimana di negara lain, terutama terkait pelaksanan hukum pidana qishas dan rajam. Selebihnya Indonesia adalah salah satu negara yang paling islami di dunia.

Dikatakan, Pancasila memberi ruang yang luas bagi umat Islam untuk menjalankan syaraiat Islam yang berisi aspek akidah, syariah, dan akhlak.

Sekjen GP Ansor Adung Abdul Rahman dalam kesempatan itu menegaskan kembali dukungannya kepada pemerintah untuk membubarkan HTI. "Kalau membaca buku ini, semua ditolak HTI: Pancasila, kebhinekaan, dan NKRI, karena tidak sesuai Islam kaffah menurut mereka," ujarnya.

Indonesia didirikan oleh para pejuang dengan mengorbankan harta dan nyawa. "Termasuk nyawa para senior kami di GP Ansor," tegasnya. Karena itu tidak boleh ada yang merongrong Indonesia.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia juga menyesalkan perilaku HTI yang seringkali memanipulasi dukungan para tokoh dan warga NU. Sikap mereka juga seringkali ambigu. "Mereka anti Pancasila dan NKRI tapi banyak anggota mereka yang menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Mereka menghidupi keluarga mereka dari anggaran negara," ujarnya.

Wasekjen PBNU dalam kesempatan itu menegaskan bahwa bagi NU, Pancasila bukan saja pilihan politik (siyasi) tetapi juga sesuai dengan ketentuan syariat Islam (syari).

"Pancasila adalah syariat Islam. Pada Munas alim ulama NU di Situbondo Jawa Timur tahun 1983, para ulama telah menegaskan bahwa menjalankan Pancasila sama dengan menjalankan syariat Islam. Pancasila itu sendiri dirumuskan oleh ulama NU lengkap dengan (dalil) Quran dan haditsnya," demikian Munim DZ. (Red-Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah AlaNu PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 08 September 2007

Ujian MTs/SMP Ma’arif Jateng Diikuti 57.500 Siswa

Pati, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ujian Madrasah (UM) untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselenggarakan 6-11 April 2015. Di Jawa Tengah, UM diikuti oleh ratusan madrasah yang berada di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU.

Ujian MTs/SMP Ma’arif Jateng Diikuti 57.500 Siswa (Sumber Gambar : Nu Online)
Ujian MTs/SMP Ma’arif Jateng Diikuti 57.500 Siswa (Sumber Gambar : Nu Online)

Ujian MTs/SMP Ma’arif Jateng Diikuti 57.500 Siswa

Ketua Panitia Ujian Madrasah Pimpinan W LP Ma’arif NU Jateng Muh Junaidi mengatakan, peserta UM tingkat MTs/SMP tahun ini mencapai 57.500 siswa. Jumlah tersebut berasal dari 597 MTs dan 79 SMP yang tersebar  di seluruh cabang LP Ma’arif NU Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah.

Lebih lanjut Junaidi mengungkapkan bahwa untuk melihat langsung pelaksanaan UM di daerah-daerah, PW LP Ma’arif NU Jateng melaksanakan pengawasan ke beberapa madrasah/sekolah. Beberapa daerah  yang dijadikan sampel pengawasan, antara lain Kabupaten Pati, Kabupaten Magelang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan, dan Kota Semarang.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Tujuan monitoring ini untuk mengetahui apakah pelaksanaan UM ini sudah sesuai ketentuan atau belum. Merespon aspirasi cabang terkait pelaksanaan ujian. Memonitor  kendala-kendala yang muncul seperti validitas soal, kualitas cetak naskah, dan lain sebagainya,” kata Junaidi yang juga menjadi Kepala MTsN 1 Semarang ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jamal, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di MTs Perguruan Islam Munomen (PIM) Gembong Pati saat menerima kunjungan PW LP Ma’arif NU Jateng mengatakan, secara garis besar soal-soal UM dari wilayah cukup baik. “Sudah sesuai Standar Kelulusan (SKL), bahasa yang digunakan juga bagus. Hanya memang masih ada beberapa kesalahan teknis. Tetapi bisa kami atasi,” jelasnya.  (Muslihudin el Hasanudin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul, Anti Hoax PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah