Minggu, 12 November 2017

Al-Quran, antara Penyimpangan dan Fungsi

Oleh Anwar Kurniawan

Kelesetarian Al-Qur’an, sejak diturunkan 23 abad lalu secara gradual, nyata masih eksis hingga kini. Al-Qur’an, secara sederhana merupakan respon Tuhan terhadap berbagai persoalan dan diyakini adaptif-solutif terhadap segala persoalan umat manusia.

Lebih jauh, ragam persepsi masyarakat, baik generasi Islam awal maupun setelahnya dalam menyikapi rangkaian firman Tuhan yang termanifestasikan dalam kitab suci umat Islam ini juga menarik untuk diperhatikan.

Secara umum, tujuan orang membaca Al-Qur’an dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok besar (Ahmad Rafiq: 2006). Pertama, membaca Al-Qur’an sebagai ibadah. Tujuan ini berhubungan dengan ajaran yang selama ini dipegangi kaum muslimin bahwa "membacanya adalah ibadah". Sehingga, hal itu mendorong kaum muslimin untuk membacanya sebanyak mungkin, terlepas dari ada tidaknya pemahaman terhadap teks yang sedang dibaca. ?

Al-Quran, antara Penyimpangan dan Fungsi (Sumber Gambar : Nu Online)
Al-Quran, antara Penyimpangan dan Fungsi (Sumber Gambar : Nu Online)

Al-Quran, antara Penyimpangan dan Fungsi

Kedua, membaca Al-Qur’an untuk mencari petunjuk. Untuk tujuan ini, seorang muslim atau bahkan non-muslim yang pengkaji Al-Qur’an, akan membaca sebagian atau keseluruhan. Pembacaan tersebut ditujukan supaya mendapatkan petunjuk tertentu dari Al-Qur’an.? Petunjuk yang dimaksud bisa berupa kejelasan makna yang dimaksudkan lafaz Al-Qur’an atau isyarat-isyarat tertentu yang dapat ditangkap dari susunan lafaz Al-Qur’an.

Apapun bentuk petunjuk di sini, ia bisa diterima secara positif, dalam pengertian untuk menguatkan keyakinan si pembaca akan kebesaran Al-Qur’an dan pesan-pesan yang dibawanya. Hal ini lazim dijalani oleh pembaca muslim.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara, petunjuk tersebut bisa pula diterima secara netral, sebatas untuk memuaskan rasa keingintahuan si pembaca, di mana hal ini biasa dilakoni oleh para pengkaji Al-Qur’an, ? baik Muslim ataupun tidak. Tetapi, petunjuk di sini bisa pula menjadi paradoks. Artinya ia dicari dan diterima untuk menegasikan atau melemahkan kebenaran Al-Qur’an atau bahkan Islam. Hal inilah yang sering terdapat pada karya-karya Orientalis.?

Ketiga, membaca Al-Qur’an sebagai alat justifikasi. Dalam hal ini pembaca menggunakan—bagian tertentu dari— Al-Qur’an untuk mendukung pikiran ataupun keadaannya pada saat tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan berbagai kepentingan tertentu baik yang bersifat personal maupun kolektif. Secara sederhana, poin ketiga tersebut dapat ditemukan misalnya, pada kelompok-kelompok teologi ataupun politik dalam sejarah Islam yang saling berhubungan erat.

Di masa kekhalifahan Usman dan Ali, para pendukung Ali mulai menyuarakan ketinggian posisi Ali dan keturunannya. Kelompok ini kemudian dikenal dengan Syiah. Dalam menyuarakan dukungannya, mereka mengutip sejumlah ayat-ayat tertentu.

Tak mau kalah dengan Syiah, kelompok khawarij juga turut mewarnai panggung sejarah, yang mengisyaratkan perang terhadap Muslim di luar sektenya. Lebih-lebih, terkadang ayat yang mereka kutip adalah sama, namun dipahami secara berbeda, atau bahkan bertolak belakang.

Demikian pula, pada masa Dinasti Umayyah yang mengutip beberapa bagian ayat Al-Qur’an, guna memproklamirkan eksistensi kekhalifahannya sebagai takdir Tuhan sebagai perlawanan terhadap kelompok oposisi yang tidak sepakat dengan kekhalifahannya. Hal ini kemudian menandai lahirnya faham fatalism (jabariyah) dalam Islam.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pembacaan Atomistik?

Jika ditilik melalui kacamata penafsiran, sekilas terdapat sebuah "penyimpangan" dari pesan menyeluruh Al-Qur’an atas cara baca terhadap kitab suci yang seperti itu. Penyimpangan, atau cara baca seperti itulah yang kemudian dinamakan sebagai "pembacaan yang atomistik" terhadap Al-Qur’an, kendati belum ada definisi yang tegas tentang cara baca seperti itu (Ahmad Rafiq: 2006). Apapun tujuan orang dalam membaca Al-Qur’an berpotensi untuk masuk ke dalam cara baca ini. ?

Secara historis, cara baca ini, sebagian besarnya, lahir dari kepentingan-kepentingan, baik perorangan maupun kelompok. Kepentingan tersebut, tentu saja akan berubah dan berbeda seiring perubahan waktu dan tempat.?

Sementara secara teoritis, pembacaan yang atomistik terhadap Al-Qur’an ini telah melupakan dua elemen inheren dalam penafsiran Al-Qur’an, yakni konteks dan hubungan internal Al-Qur’an.?

Pada masa turunnya Al-Qur’an, para sahabat akan menanyakan kepada Nabi tentang pengertian setiap ayat yang diturunkan. Sementara itu, Nabi terkadang menunda jawabannya untuk menunggu turunnya ayat yang baru sebagai penjelasan atas pertanyaan tersebut.?

Usaha para sahabat untuk melakukan penelusuran makna ayat dengan keadaan yang mereka hadapi itu membentuk konteks eksternal ayat, sementara tanggapan Nabi terhadap usaha tersebut dengan menggunakan ayat lain menunjukkan hubungan internal ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Kedua bagian ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk memahami Al-Qur’an secara utuh. ?

Kendati demikian, penyimpangan tersebut secara faktual masih eksis hingga kini. Seorang pemikir kontemporer, Farid Esack, menggambarkan suasana masa kecilnya di Afrika. Orang-orang memperlakukan Al-Qur’an dengan sangat luar biasa.?

Sebagian besar waktunya, di Madrasah, kata Esack, setiap hari dihabiskan untuk membaca Al-Qur’an. Selama di perjalanan berangkat dan pulang sekolah, mereka harus mengusung Al-Qur’an di atas kepala, dan di rumah harus diletakkan di tempat yang bersih dan terhormat. ?

Bagi Esack, semua itu melambangkan sebuah upaya apresiasi yang luar biasa terhadap Al-Qur’an, baik sebagai kitab suci, atau sekedar naskah. Apresiasi itu juga diungkapkan dengan cara berbeda sampai saat ini. Orang-orang membacakan potongan-potongan tertentu ayat Al-Qur’an, tanpa perlu memahami maknanya, untuk melindungi diri dari sesuatu yang dianggap berbahaya.?

Esack juga menemukan fenomena di Dubai, di mana ayat-ayat atau surah tertentu sering ditemukan tergantung di dinding dengan alasan yang bermacam-macam: untuk menjaga dari pencurian, sakit, keuntungan dalam usaha, atau bahkan untuk mendatangkan "cahaya" ke dalam rumah. Di Indonesia, pola serupa, dengan cara yang berbeda juga sering kita jumpai.?

Fenomena di atas, baik berupa "penyimpangan" maupun fungsi, akan selalu eksis selama Al-Qur’an masih ada dan kehidupan manusia dengan berbagai kebutuhannya terus berjalan. Menghadapi hal tersebut, maka menjadi tanggung jawab umat Islam secara umum, dan sarjana Muslim khususnya untuk meluruskan penyimpangan yang ada, dengan tanpa menghilangkan fungsi positifnya.?

Penulis adalah Kepala Litbang Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Se-Indonesia (FKMTHI), Santri Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pesantren, AlaSantri, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 11 November 2017

Pembukaan Muskerwil NU Jatim Bertabur Tokoh

Jombang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Suasana halaman Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas Jombang Jawa Timur ramai oleh banyak tokoh. Tenda berukuran besar menutup pintu halaman depan kantor pesantren. Sejumlah tokoh penting di Jawa Timur berkenan hadir memadati area Muskerwil.

Tokoh yang tampak hadir pada pembukaan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) Pertama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur masa khidmat 2013-2018 di kursi depan, Rais Syuriyah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar, Ketua PWNU Jatim KH Hasan Mutawakkil Alallah (Ketua), Gubernur Jatim H Soekarwo beserta wakilnya, Saifullah Yusuf.

Pembukaan Muskerwil NU Jatim Bertabur Tokoh (Sumber Gambar : Nu Online)
Pembukaan Muskerwil NU Jatim Bertabur Tokoh (Sumber Gambar : Nu Online)

Pembukaan Muskerwil NU Jatim Bertabur Tokoh

Sementara jajaran pimpinan PPBU yang tampak hadir Ketua Majlis Pegasuh KH Hasib Wahab Chasbullah, KH Ketua Umum Yayasan M Irfan Sholeh,? Bupati Jombang Ec Nyono Suharli Wihandoko bersama wakilnya, Hj Mundjidah Wahab.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kecuali itu, sejumah pejabat di tingkat provinsi berkenan datang memenuhi undangan Muskerwil di samping sejumlah kiai dan tokoh cabang NU di tingkatan kota dan kabupaten se-Jawa Timur.

Sebenarnya, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dijadwalkan hadir. “Namun ia tengah menyiapkan acara penyambutan tamu dari Jordania yang akan berkunjung ke PBNU,” tandas Ketua PBNU Saifullah Yusuf, Selasa (25/2).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pembukaan Muskerwil berlangsung di tengah hujan cukup lebat sejak menjelang Magrib. Bahkan sejumlah pintu masuk sempat tergenang air. Rombongan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur juga harus disambut dengan payung menuju dalem kasepuhan.

“Hujan diluar perkiraan,” kata Ketua PC Fatayat NU Jombang Ema Ummiyyatul Chusnah. Ning Ema rela menunggu undangan sembari membawa payung. Pakaian sejumlah kiai dan gus di PPBU juga terlihat basah lantaran harus terlibat dalam mengatur jalan menuju dalem kasepuhan.

“Semua pimpinan daerah dan kiai diterima di sini,” tandas dr H Edy Labib Patriadin.

Namun saat pembukaan jam 19.30 WIB dimulai, hujan reda. Para undangan dan peserta Muskerwil memasuki ruangan utama. Sejumlah kiai dan tokoh memberikan sambutan dan pengarahan pada acara yang akan berlangsung hingga Kamis (27/2).

“Hadirnya para tokoh, kiai dan ulama serta pejabat merupakan kebanggan bagi pesantren kami,” tandas KH Hasib Wahab Chasbullah. (Syaifullah/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail, Daerah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pemuda Probolinggo Gelar Aksi Peduli Intan Olivia

Probolinggo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam rangka memperingati Hari Toleransi Nasional, pemuda Kabupaten Probolinggo yang tergabung dalam “Aliansi Pemuda Tolerasi Peduli“ menggelar aksi peduli Intan Olivia, seorang anak kecil yang meninggal karena terkena bom di Kota Samarinda.

Pemuda Probolinggo Gelar Aksi Peduli Intan Olivia (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemuda Probolinggo Gelar Aksi Peduli Intan Olivia (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemuda Probolinggo Gelar Aksi Peduli Intan Olivia

Para pemuda ini terdiri dari Gusdurian Probolinggo, Pimpinan Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Inzah Genggong, Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Inzah Genggong dan Bosan (Bocah Skuteris Kraksaan).

Aksi peduli ini diisi dengan acara musikalisasi puisi, pembacaan Surat Yaasin dan tahlil bersama serta ditutup dengan mengheningkan cipta di Alun-alun Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo, Rabu (16/11) malam.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Korlap Aksi Peduli Novan Fawaid mengungkapkan kegiatan ini bertujuan menanamkan jiwa toleran terhadap pemuda mengingat hari ini kita sebagai warga Negara lupa akan hakikat toleransi itu sendiri.

“Untuk solidaritas Intan Olivia, kami mengutuk keras atas kelompok yang mengatasnamakan agama yang mengakibatkan anak kecil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa menjadi korbannya, bahkan sampai ia meninggal pun tidak ada dari mereka tahu dan bertanggungjawab,” katanya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Melalui aksi ini Novan mengharapkan para pemuda, ormas dan kelompok apapun untuk selalu meningkatkan dan menanamkan jiwa toleransi. “Hal ini penting agar setiap pemuda bisa saling menghargai dan menghormati demi terwujudkan daerah yang aman dan konsusif,” harapnya. (Syamsul Akbar/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, Pendidikan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Chalwani Ingatkan Nahdliyin tentang Amalan Bulan Rajab

Purworejo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rajab adalah bulan ketujuh pada kalender Hijriyah. Selain ada momentum peringatan Isra Miraj Nabi Besar Muhammad SAW, di bulan ini juga memiliki banyak keutamaan.

Kiai Chalwani Ingatkan Nahdliyin tentang Amalan Bulan Rajab (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Chalwani Ingatkan Nahdliyin tentang Amalan Bulan Rajab (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Chalwani Ingatkan Nahdliyin tentang Amalan Bulan Rajab

Pengasuh Pesantren An-Nawawi Purworejo KH Achmad Chalwani mengingatkan kembali keutamaan bulan Rajab kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Senin (27/3).

"Besok malam, (malam Rabu Pon) tanggal 1 Rajab/28 Maret 2017, jangan lupa untuk memperbanyak dzikir dan baqiyatus sholihat," (amalan-amalan yang kekal lagi salih, seperti membaca tahlil, tashbih, hauqalah, dll. - red) tulis Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah.

Ia juga mengungkapkan keutamaan puasa sunah di bulan Rajab jika dilaksanakan kaum muslimin.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Pertama, puasa tanggal 1 Rajab, melebur dosa selama tiga tahun; kedua, puasa tanggal 2 Rajab, melebur dosa dua tahun; ketiga, puasa tanggal 3 Rajab, melebur dosa selama satu tahun, dan; keempat, puasa satu hari di bulan Rajab selain tgl 1,2,3, melebur dosa selama satu bulan," tulis Mursyid Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah, Berjan, Purworejo.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Chalwani berharap, kepada segenap alumni khususnya dan kaum muslimin umumnya, untuk saling mengingatkan dan menyebarkan kebaikan, khususnya ? amalan-amalan dalam Islam. (Ahmad Naufa/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hikmah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 10 November 2017

Qasidah Al-Karimiyyah Meriahkan Pembukaan Makesta

Subang, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Grup Qasidah “Band Kepret” dari Pesantren Al-Karimiyyah turut berpartisipasi dalam memeriahkan kegiatan Pembukaan Masa Kesetiaan Anggota (Makesta) dan sekaligus Pelantikan Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU-IPPNU Kecatamatan Patokbeusi, Subang, Jawa Barat, di gedung Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Al-Huda, Ahad (10/3) kemarin.

Qasidah Al-Karimiyyah Meriahkan Pembukaan Makesta (Sumber Gambar : Nu Online)
Qasidah Al-Karimiyyah Meriahkan Pembukaan Makesta (Sumber Gambar : Nu Online)

Qasidah Al-Karimiyyah Meriahkan Pembukaan Makesta

Salah satu keunikan dari Grup Qasidah yang digawangi oleh Nashori, Cecep, Ino, Epul, Wisnu, Gofur, Irfan, Radi, Yadi dan Sopyan tersebut ketika tampil di hadapan sedikitnya 78 orang peserta dan 30 orang panitia adalah berhasil membawakan beberapa lagu shalawat dengan beberapa arransemen dan para penabuh yang mengiringinya pun dapat menyesuaikan dengan arransemen yang dibawakan oleh Nashori, sang vokalis.

Selain itu, keunikan lainnya adalah dalam Grup Qasidah ini pun terdapat beberapa alat musik yang tidak biasanya hadir dalam Grup Qasidah “Band Kepret”, karena selain alat musik konvensional dari “band kepret”, juga dilengkapi dengan tam-tam, kotek, symbal dan drum tenor.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Nashori, kolaborasi alat musik tersebut merupakan hasil karyanya sendiri, naluri dan imajinasi musiknya berhasil membuat inovasi suara dalam “band kepret” apalagi kemampuan musiknya selalu dilatih dalam seminggu paling tidak 2 kali.

“Jadwal latihan kita seminggu dua kali, hari jum`at sore dan minggu sore,” ujarnya

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut mahasiswa STAI Riyadlul Jannah ini, dibandingkan dengan marawis dan hadroh, qasidah dihitung lebih mudah dalam melakukan inovasi.

“Menurut saya, untuk membuat kreasi dan inovasi musik lebih gampang qasidah daripada marawis dan hadrah,” ungkapnya

Dalam kegiatan yang dihadiri oleh Pengurus MWCNU Patokbeusi, PC IPNU Subang, Sekretaris Kecamatan dan beberapa tokoh masyarakat tersebut grup qasidah Al-karimiyyah cukup menghibur hadirin dan hadirin pun terlihat khusu dalam mendengarkan beberapa lantunan shalawat yang dibawakan oleh mereka.

Redaktur? ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor : Aiz Luthfi

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Quote, Kiai PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketika Syntia Berjilbab

Oleh A. Khoirul Anam

Guru besar kita ini mengaku terkejut ketika Syntia, karyawati bank swasta bersuara cantik yang menghubunginya lewat telepon itu ternyata berjilbab. Syntia bekerja di bank internasional swasta yang beraliran liberal, bukan bank syariah. Yang membuat sang guru besar terkejut sebenarnya bukan karena Syntia berjilbab, tapi karena nama "Syntia" itu. "Kalau nama Anda Nur Hasanah atau sejenisnya mungkin saya maklum," katanya.

Ketika Syntia Berjilbab (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketika Syntia Berjilbab (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketika Syntia Berjilbab

Sang guru besar melanjutkan cerita, masih soal perempuan yang menghubunginya lewat telepon. Namanya Tiara. Ia bekerja sebagai guest booker di salah satu media nasional. Ketika sang guru besar hadir memenuhi undangan sebagai narasumber, Tiara menyambutnya di loby gedung. Ternyata Tiara juga berjilbab.

Tiara bekerja di media nasional yang oleh sebagaian orang diidentikkan dengan medianya orang Katholik. Tahun 1980-an beberapa karyawan media ini mengundurkan diri karena tuntutan mereka untuk disediakan musholla di kantor tidak dikabulkan. Sekarang, bukan hanya setiap lantai kantor menyediakan tempat shalat, tapi banyak sekali wartawan dan karyawan kantornya yang lalu lalang mengenakan jilbab.

Masih soal jilbab. Orang Barat mengidentikkan jilbab sebagai urusan domestifikasi. Dengan jilbab itu perempuan dikungkung di rumah. Mungkin orang Barat melihat Saudi Arabia atau sebagian negara muslim di Timur Tengah. Tapi di Indonesia, perempuan-perempuan berjilbab mengambil banyak peran di ranah publik.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Banyak sekali perempuan Arab yang segera melepas jilbab dan berbagai penutup tubuh mereka yang membuat gerah ketika mereka berada di mobil, di pesawat, di tempat wisata, bepergian keluar daerah atau tempat lain yang sudah tidak menerapkan peraturan wajib jilbab. Di Indonesia, perempuan tetap memakai jilbab dimana pun, bahkan ketika pergi ke pasar, mall, ke Hongkong atau ke New York. Jilbab dikenakan kapan pun selama berada di tempat umum. Jilbab adalah ekspresi keislaman perempuan Indonesia, itu saja.

Tentu saja sang guru besar tidak sedang ingin membicarakan jilbab saja, tapi lebih luas soal gaya hidup Islami yang sekarang ini dipertontokan para profesional muslim di Indonesia. Bukan saja soal busana, kata "assalamualaikum" atau "alhamdulillah" dan istilah-istilah Islami lainnya juga beredar di tempat-tempat umum dan di media sosial.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Para pakar kependudukan saat ini sedang ramai membicarakan soal bonus demografi, yakni besarnya penduduk Indonesia yang berusia produktif. Ini berbeda dengan Jepang misalnya yang penduduk berusia lanjutnya besar sekali. Nah sang guru besar kita ini lebih fokus membicarakan bonus demografi muslim. Keberhasilan dakwah para penyebar Islam di Indonesia telah menyebabkan mayoritas penduduk beragama Islam, bahkan terbesar dibandingkan dengan jumlah warga muslim di berbagai negara.?

Setelah Indonesia mengalami bonus demografi, umat Islamlah sebenarnya yang mengalami bonus itu. 85 persen warga Indonesia beragama Islam dan sebagian besar sudah mengalami mobilitas sosial yang luar biasa terutama melalui jalur pendidikan, baik lewat jalur Kemendikbud atau Kemenag. Kata sang guru besar, persebaran para profesional muslim di berbagai pos penting dan berbagai bidang keahlian itu tidak bisa dihalangi oleh siapapun.

Jadi, apakah yang membuat Anda risau jadi warga muslim Indonesia, lalu membuat ribut-ribut?

Penulis adalah Dosen UNU Indonesia (Unusia) Jakarta, Kandidat Doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Berkunjung ke PBNU, Dubes Korea Ingin Tahu Islam Indonesia

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Selain Duta Besar India Gurjit Singh, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Selasa (4/6) kemarin juga menerima kunjungan Duta Besar Korea Selatan Kim Young-sun di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat. 

Berkunjung ke PBNU, Dubes Korea Ingin Tahu Islam Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Berkunjung ke PBNU, Dubes Korea Ingin Tahu Islam Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Berkunjung ke PBNU, Dubes Korea Ingin Tahu Islam Indonesia

Kim Young-sun bersama rombongan disambut langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Bendahara Umum PBNU H Bina Suhendra dan beberapa staf PBNU urusan kerjasama luar negeri.

“Dubes Korea baru pertama kali berkunjung ke PBNU. Mereka ingin tahu tentang NU khususnya, dan tentang Islam Indonesia secara umum. Ia menanyakan, kenapa Islam di Indonesia yang mayoritas bisa hidup berdampingan dengan non muslim dengan baik,” kata KH Said Aqil Siroj kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah usai pertemuan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kepada Kim Young-sun, ia menjelaskan, karakter bangsa Indonesia semenjak awal memang saling menghargai berbagai keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Karakter ini dikembangkan oleh NU dengan prinsip tasamuh, atau toleransi.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Saya jelaskan semua, kenapa Islam Indonesia bisa berdampingan dengan non muslim. Ya walaupun di sana-sini masih ada beberapa kasus, tapi jika dibandingkan dengan Timur Tengah, Indonesia masih lebih baik,” kata Kang Said.

Suasana kunjungan itu berlangsung akrab dan penuh canda tawa, terutama ketika Kim Young-sun dicecar banyak pertanyaan oleh PBNU tentang Ginseng Korea.

Dalam kunjungan itu Dubes Korea menawarkan kerjasama dengan PBNU dalam pendirian rumah sakit di Indonesia. Dubes juga mengundang secara khusus PBNU untuk datang ke kantor kedutaan dan berkunjung ke negeri ginseng.

Penulis: A. Khoirul Anam

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai, Pesantren PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah