Senin, 31 Januari 2011

Mengasah Bakat Terpendam Atlet Pesantren

Rasulullah merupakan olahragawan tangguh. Beliau menyukai latihan fisik dengan berkuda, memanah, dan berenang. Inilah yang membuat beliau selalu bugar sehingga mampu menjalankan ibadah dan melayani umat dengan baik. Ada beberapa kisah tentang olahraga yang dilakukan Rasulullah. Rasulullah pernah beradu lari dengan istri terkasihnya, Aisyah. Pada perlombaan pertama Aisyah menang, tetapi beberapa waktu kemudian, saat melakukan pertandingan ulang, ternyata Rasulullah yang menang. Beliau juga pernah menang bergulat dengan orang Rukanah, pegulat terhebat di Makkah saat itu. Dan beliau memenangkan pertandingan tersebut. Sayangnya, pentingnya berolahraga dan menjaga kebugaran fisik yang dicontohkan oleh Rasulullah kurang mendapat perhatian secara serius dari umat Islam. Hingga kini, tak banyak prestasi olahragawan Muslim yang ditorehkan di tingkat dunia. ? ?

Sebelum era industri, seluruh aktivitas manusia mengandalkan kemampuan fisik. Dengan demikian fisik bergerak yang menjadikan tubuh sehat. Kemajuan teknologi menyebabkan banyak aktivitas fisik diganti oleh mesin. Kini berbagai hal cukup dikendalikan dari ujung jari. Kemudahan-kemudahan tersebut bisa melenakan dan menjadi bencana kesehatan jika tidak awas. Olah fisik tetap perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan. Jika dahulu penyakit yang diderita kebanyakan penyakit menular seperti tipus, pes, flu, dan lainnya, kini pembunuh terbesar manusia adalah penyakit diabetes, stroke, dan jantung. Jika dulu banyak orang kurus kering karena kurang makan, kini obesitas menjadi permasalahan global. Ini merupakan penyakit karena perilaku.

Mengasah Bakat Terpendam Atlet Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)
Mengasah Bakat Terpendam Atlet Pesantren (Sumber Gambar : Nu Online)

Mengasah Bakat Terpendam Atlet Pesantren

Urusan kesehatan bukan hanya soal individu tiap warga negara, tetapi juga menyangkut produktivitas warga negara. Jika banyak warga negara yang sakit, maka produktivitas nasional juga menurun, apalagi saat ini pemerintah memberikan jaminan kesehatan melalui layanan Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Jika banyak warga negara yang sakit, maka negara harus ikut menanggung biaya pengobatannya. Tentu saja, mencegah lebih baik daripada mengobati. Demikian kata bijak yang dajarkan oleh para tetua kita. Untuk mempromosikan pola hidup sehat, negara juga harus lebih aktif dalam mengajak masyarakat untuk mencintai pola hidup sehat dengan berolahraga dan mengkonsumsi makan yang sehat. Di sini, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memegang peranan penting.

Salah satu program yang dilakukan oleh Kemenpora dalam mendorong partisipasi masyarakat untuk giat berolahraga adalah adalah mencari bibit-bibit muda pesepak bola dari kalangan pesantren melalui turnamen Liga Santri Nusantara (LSN) yang merupakan turnamen U-18. Sepak bola sendiri merupakan olahraga yang paling populer sejagad sehingga di pesantren juga banyak penggemar sepak bola. Ini akan mendorong tradisi berolahraga yang semakin baik di kalangan pesantren. Secara tradisional, jenis olah fisik yang digemari santri, adalah pencak silat. Zaman dahulu, selain menyehatkan secara fisik, silat juga sangat bermanfaat ketika menghadapi ancaman bahaya saat berdakwah. NU sudah memberi wadah untuk penggemar pencak silat melalui Ikatan Pencak Silat (IPS) Pagar Nusa yang menggelar berbagai kompetisi untuk mencari bakat-bakat unggul.?

Ada banyak bakat olahragawan di kalangan santri. Untuk menghasilkan prestasi maksimal, tentu para santri butuh pembinaan yang intensif dan maksimal. Pebulu Tangkis Tantowi Ahmad yang meraih medali emas di Olimpiade Rio de Jeneiro sebelumnya pernah belajar agama di sebuah pesantren. Ia mendapatkan pelatihan intensif di klub bulu tangkis untuk mengasah bakatnya sampai akhirnya mampu meraih berbagai juara internasional. Fenomena Owi, panggilan akrab Tantowi menjadi motivasi pengembangan olahraga di pesantren.?

Berbagai ajang internasional menunjukkan prestasi olahraga Indonesia jauh dari memuaskan. Hasil olimpiade dari waktu ke waktu yang hanya memperoleh satu atau dua medali emas tentu tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta. Kita masih kalah jauh dengan Korea Selatan yang penduduknya hanya 51 jutaan, tapi dalam Olimpiade Rio de Jeneiro ini mampu meraih sembilan emas . Di tingkat ASEAN pun, kita hanya berada dalam urutan kelima pada SEA Games di Singapura pada 2015. Tentu upaya menciptakan atlet tangguh bukan pekerjaan semalam. Butuh kejelian merekrut bakat-bakat terpendam, termasuk dari lingkungan pesantren dan kemudian membinanya dengan baik. Prestasi olahraga bisa menjadi motivasi untuk mengkampanyekan hidup sehat di masyarakat. (Mukafi Niam)

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Budaya PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 29 Januari 2011

Kiai Ali Maksum dan Dinamisasi Teks-teks Klasik

Ketika bersantai bersama teman-teman guru dalam suatu obrolan seputar peran ulama, salah seorang dari mereka menyodorkan buku berjudul “Seratus Tokoh Islam Indonesia yang Paling Berpengaruh”. Penulisnya menempatkan KH Hasyim Asy’ari para posisi pertama, disusul kemudian berturut-turut tokoh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan proklamator kemerdekaan Ir Soekarno. Yang menarik ketika membuka daftar isi buku itu adalah tercantumnya nama Kiai Haji Ali Maksum pengasuh pondok pesantren Krapyak Jogjakarta.

Beliau adalah menantu KH Muhammad Moenawwir , pendiri pondok tersebut, seorang ulama Al-Qur’an yang memiliki reputasi hebat, yang mana dari tangan beliau lahir ulama’-ulama’ sekaliber KH Arwani Amin Kudus, KH Muntaha..

Sebagai salah satu lulusan krapyak tentunya secara pribadi bangga mana kala pengasuhnya “dianggap” sebagai sosok yang memiliki pengaruh. Tidak main-main pengaruh itu dalam skala nasional. Namun sesaat kemudian terlintas pikiran “nakal” yaitu pertanyaan” apakah betul bahwa kiai Ali Maksum ini benar-benar  termasuk tokoh yang berpengaruh di Indonesia?

Apakah penulis buku ini benar-benar telah melakukan penilitian serius untuk sampai pada kesimpulan bahwa tokoh Kiai Krapyak ini layak menjadi salah satu dari seratus orang yang berpengaruh!! Apa parameter yang dipakai penulis itu dan apa pula bidang yang telah dipengaruhi oleh kiai Ali ini, sehingga pembaca haqqul yakin bahwa Kiai Ali Maksum ini layak mendapat tempat sebagai tokoh paling berpengaruh. 

Kiai Ali Maksum dan Dinamisasi Teks-teks Klasik (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Ali Maksum dan Dinamisasi Teks-teks Klasik (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Ali Maksum dan Dinamisasi Teks-teks Klasik

KH Ali Maksum adalah generasi kedua selevel dengan KH Wahid Hasyim. Beliau seorang putra dari ulama utara jawa tepatnya kota lasem Rembang jawa tengah yaitu KH Maksum. KH Maksum sendiri juga tercatat sebagai pendiri NU bersama para kiai Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah dan lainnya.

KH Ali beberapa tahun mondok di pesantren termas pacitan setelah sebelumnya belajar pada ayahnya sendiri. Studi beliau berlanjut ke makkah belajar dibawa asuhan ayah ataupun kakek sayyid Muahammad Al-Maliki. Menurut riwayat, Kiai Ali Maksum  belajar dimakkah kurang lebih 2 tahun saja.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selama menjadi pengasuh di Pesantren Krapyak, Kiai Ali juga dipercaya mengajar di IAIN Sunan Kalijaga. Beliau pernah dipercaya menjadi team Lajnah Pentafsir Al-Qur’an. Adapun karir oraganisasi kiai Ali adalah menjabat Rais Aam NU periode 80an setelah Rais Aam KH Bisri Sansuri Jombang wafat.  Pengukuhan kepemimpinan Kiai Ali ini ketika generasi pendiri NU wafat, padahal pada saat itu tokoh-tokoh  NU yang kharismatik( bahkan) secara usia lebih senior dari beliau masih banyak, misalnya KH As’ad Samsul Arifin situbondo, dan KH Ali Mahrus Kediri.

Kiai Ali Maksum tidak diragukan tingkat keilmuannya. Beliau termasuk jenis ulama’ yang berangkat tidak dari bangku sekolah formal layaknya ulama’ sekarang. Justru intelektualitasnya beliau bangun dari pesantren.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Ali sudah kesohor sebagai calon ulama’ handal ketika belajar di Pesantren Termas. Saat itu beliau sudah mendapatkan julukan “Munjid” berjalan, kamus arab karangan non muslim. Beliau juga sedikit berbeda dari ulama’ kebanyakan. Beliau sangat gandrung terhadap logika dan ilmu mantiq. Diantara karya penting yang menjadi petunjuk bahwa kedepan beliau merupakan tokoh penting dan berpengaruh adalah bukunya yang berjudul “Mizanul Uqul fi Ilmil Mantiq” pertimbangan akal dalam ilmu mantiq. Hal inilah tidak mengherankan bila mana santrinya diajak membaca sebanyak-banyaknya kitab apapun dari madzhab apapun, seperti yang pernah dituturkan oleh KH Masdar Farid. Seorang peneliti Belanda Martin van Bruenesen mengklasifikasikan Kiai Ali sebagai kiai alim, sedangkan Kiai As’ad sebagai kiai kanuragan.        

Dalam salah satu tulisan Gus Dur yang berjudul “Baik Belum Tentu Manfaat”, beliau menceritakan satu saat bertanya kepada Kiai Ali Maksum tentang belajar di pesantren sembari melakukan “puasa ngrowot” , yaitu puasa meninggalkan makan nasi dan lauk bernyawa semisal ikan, telur, digantikan sekedar makan ketela dan sejenis umbi-umbi lainnya selama belajar. Gus Dur menyatakan bahwa makanan itu tentunya jauh dari gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan berakibat lemahnya kemampuan santri selama mondok, namun mengapa dalam salah satu karya imam Al-Ghazali “laku” tersebut justru direkomendasinya selama proses belajar? 

Kiai Ali menjawab bahwa “pendapat (Al-Ghazali) itu baik tapi belum tentu manfaat”. Di sini oleh Gus Dur, Kiai Ali dianggap mampu melakukan dinamisasi yang diperlukan terhadap teks-teks klasik. Kiai Ali memahami kebaikan pendapat tersebut namun belum tentu manfaatnya khususnya untuk masa sekarang.

Hal yang tak kalah penting yang mendorong pentingnya posisi beliau dalam pentas nasional adalah momentum estafet kepemimpinan NU pasca wafatnya kiai Bisri Sansuri. Saat itu NU dalam tarikan yang sangat kuat antara NU politik dan NU kultural. Munculnya kelompok Cipete dan kelompok Situbondo menunjukkan indikasi tarik-menarik kepentingan yang sangat kuat saat itu. Bilamana dulu NU salah memilih pucuk pimpinan pengganti Kiai Bisri mungkin saja wajah NU tidak seperti sekarang. Nama-nama seperti KH Ahmad Siddiq, Gus Dur mungkin saja tidak muncul.

Yang menarik, suara-suara pembaharuan dari generasi ketiga NU yang moderat seperti KH Mustofa Bisri, KH Masdar Farid, Gus Dur adalah santri beliau sendiri. Begitu pula suara-suara ulama’sepuh saat itu kompak tertuju pada kiai Ali bahwa beliaulah yang paling cocok mengawal pembaharuan dalam tubuh NU.

Sekarang NU sudah dikenal oleh semua termasuk masyarakat luar. Penelitian tentang NU semakin banyak. Pemerintah nyaman menjalankan roda pemerintahannnya karena dukungan NU terhadap NKRI. Memang semua itu sumbangsih terbesar adalah Gus dur KH Ahmad Siddiq. Namun beliau berdua bekerja mengangkat harkat NU karena back up Kiai Ali Maksum.

Muktamar krapyak 89 menjadi saksi betapa kuatnya dukungan Kiai Ali pada duet kepemimpinan KH Ahmad Siddiq-Gus Dur dari suara ketidakpuasan sebagian kiai terhadap sepak terjang Gus dur selama ini.  Beliau yang mula-mula meredakan situasi internal NU. Beliau yang memberi ruang gerak bagi pikiran-pikiran segar bagi kebaikan NU. Pendek kata kiai Ali Maksum merupakan peletak dasar pikiran moderat NU yang sekarang ini merupakan mainstream NU secara umum.

 

Mohammad Yahya

Alumnus Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Budaya, Hadits, Kajian PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kader NU Jabar Soroti Proses Pengkaderan di Tubuh NU

Bandung, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nahdlatul Ulama merupakan ormas terbesar ? di Indonesia, namun sayang sampai saat ini belum mempunyai skema kaderisasi yang terstruktur dan sistematis. Sehingga arah kaderisasi NU di semua tingkatan tidak jelas.

Kader NU Jabar Soroti Proses Pengkaderan di Tubuh NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Kader NU Jabar Soroti Proses Pengkaderan di Tubuh NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Kader NU Jabar Soroti Proses Pengkaderan di Tubuh NU

Hal tersebut disampaikan oleh skretaris Pergunu Jawa Barat, H Saepuloh di sela-sela diskusi bersama Sekretaris Lakpesdam NU Jawa Barat H Dasuki dan Komisioner KPID Jawa Barat M Syaifurrohman yang merupakan kader muda NU Jawa Barat di Sekretariat PWNU Jawa Barat Jl Terusan Galunggung No 9 Bandung, Jumat (4/3/).

“Sebetulnya PBNU pada periode 2010-2015 membuat gebrakan sangat bagus dalam hal kaderisasi, dengan terselenggaranya PKPU (Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama) tingkat Nasional, namun sayang sampai saat ini kegiatan tersebut tidak terdengar lagi,” tutur Saepuloh.

Hal serupa disampaikan oleh Sekretaris Lakpesdam NU Jawa Barat, Dasuki ? bahwa PBNU harus serius dalam menata dan menyistematisasi kaderisasi NU di semua tingkatan.

“PBNU harus serius dalam menata dan menyistematisasi di seluruh tingkatan NU, hal ini untuk mengantisipasi implementasi AD/AR NU pasal 39, yang berkaitan dengan syarat menjadi pengurus NU harus mengikuti kaderisasi, yang mulai efektif tiga tahun setelah ? Muktamar,” tutur Dasuki

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu, Komisisioner KPID Jawa Barat M Syaifurrohman mengatakan pentingnya kaderisasi agar ? NU tidak hanya hidup dan berkembang hanya karena sejarah dan ritual semata.

“Arus informasi yang begitu bebas dan pertarungan wacana media yang makin keras, mengharuskan NU sebagai organisasi besar memikirkan konsep kaderisasi yang sistematis dan terukur,” tutur Syafurrohman. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 17 Januari 2011

PKB Gus Dur Gelar Muktamar di Surabaya

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Gus Dur akan menyelenggarakan Muktamar III PKB pada tanggal 26-27 Desember 2010 di Surabaya. Penyelenggaraan Muktamar III PKB  ini berlandaskan pada dua pertimbangan, yaitu sebagai tertib organisasi dan amanat Ketua Umum Dewan Syuro DPP PKB KH Abdurrahman Wahid sebelum wafat bahwa Muktamar PKB harus dilaksanakan pada tahun 2010 ini.

Demikian keterangan pers yang disampaikan oleh Ketua Panitia Pelaksana Muktamar III PKB Gus Dur, H Imron Rosyadi Hamid dan Sekretaris Pantia Priyo Sambadha pada wartawan di Kantor DPP PKB Kalibata, Jakarta, Kamis (16/12).

PKB Gus Dur Gelar Muktamar di Surabaya (Sumber Gambar : Nu Online)
PKB Gus Dur Gelar Muktamar di Surabaya (Sumber Gambar : Nu Online)

PKB Gus Dur Gelar Muktamar di Surabaya

Menurut Imron, secara tertib organisasi, status kepengurusan yang ditetapkan oleh Muktamar Luar Biasa (MLB) adalah melanjutkan periodisasi kepengurusan Muktamar sebelumnya. Hal ini berdasarkan pada jurisprudensi, dimana kepengurusan yang ditetapkan MLB PKB yang dilaksanakan di Yogyakarta tahun 2002 paripurna pada Tahun 2005.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Artinya, kepengurusan hasil MLB Yogyakarta pada tahun 2002 ‘hanyalah’ melanjutkan periode kepengurusan yang ditetapkan pada Muktamar I PKB di Surabaya pada tahun 2000.  Demikian pula halnya dengan kepengurusan yang ditetapkan berdasarkan MLB PKB Parung maupun MLB PKB Ancol pada tahun 2008 seharusnya paripurna pada tahun 2010.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hal itu karena sebagai kelanjutan dari periodisasi kepengurusan yang ditetapkan oleh Muktamar II PKB yang dilaksanakan di Semarang pada tahun 2005.  Dengan demikian sudah seharusnya bahwa pada Tahun 2010 ini diselenggarakan Muktamar III PKB. Itu sebagaimana diamanatkan dalam AD/ART PKB Pasal 36 bahwa “Muktamar merupakan forum permusyawaratan tertinggi partai yang berfungsi sebagai representasi dari pemegang kedaulatan partai dan diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali.”

Dan, kedua, baik saat sebelum maupun sesudah wafatnya Ketua Umum Dewan Syuro DPP PKB KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), berbagai elemen dalam PKB sudah berusaha menyatukan (Islah) PKB agar bersatu dan kompak sebagai satu kekuatan politik Nahdlatul Ulama (NU). Salah satu upaya itu adalah diselenggarakannya Muktamar sebagai media islah untuk mengembalikan ruh perjuangan Partai Kebangkita Bangsa tersebut, akan tetapi pelaksanaan Muktamar gagal terwujud.  

Sementara Gus Dur sendiri dalam amanatnya pada Rapat Pleno DPP PKB yang dipimpin langsung oleh beliau pada tanggal 12 dan 24 November 2009 di DPP PKB Kalibata, menegaskan dan menetapkan bahwa Muktamar III PKB diselenggarakan pada tahun 2010. Karena itu wasiat Gus Dur tersebut harus diwujudkan. Sehingga Muktamar III ini merupakan jawaban konkret sekaligus sebagai perjuangan nyata untuk mengembalikan ruh perjuangan PKB dimaksud.

Berdasarkan dua argumentasi mendasar di atas, Panitia Nasional Muktamar III PKB mengundang seluruh DPW dan DPC PKB di seluruh Indonesia untuk mengikuti Muktamar III PKB yang akan digelar pada Ahd-Senin, 26-27 Desember 2010 di GOR Cahaya Lestari Surabaya, Jawa Timur, yang juga akan dihadiri para alim ulama NU, pendiri PKB, tokoh masyarakat dan puluhan ribu massa PKB Gus Dur.(amf)Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita, Nasional, Ubudiyah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 15 Januari 2011

10 Tahun Hubungan Pesantren Darunnajah dengan The Holy Family School Inggris

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pesantren Darunnajah memperingati 10 tahun kerjasama pendidikan dengan The Holy Family School, Keighley Yorkshire, Inggris, Rabu (6/4). Acara ini digelar di Ponpes Darunnajah Pusat di Jalan Ulujami Raya No 86, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Kerjasama ini bermula dari kunjungan PM Inggris, Tony Blair ke Darunnajah pada tahun 2006, kemudian ditindaklanjuti dengan pertukaran pelajar dan guru yang sudah berlangsung selama 10 tahun terakhir ini.

10 Tahun Hubungan Pesantren Darunnajah dengan The Holy Family School Inggris (Sumber Gambar : Nu Online)
10 Tahun Hubungan Pesantren Darunnajah dengan The Holy Family School Inggris (Sumber Gambar : Nu Online)

10 Tahun Hubungan Pesantren Darunnajah dengan The Holy Family School Inggris

"Kebetulan ada santri kami yang kuliah di Inggris, merekalah yang memulai komunikasi," ujar Sofwan Manaf Pimpinan Ponpes Darunnajah di lokasi ? setelah acara peringatan.

Menurut Sofwan, kerjasama ini adalah kerjasama yang saling menguntungkan, utamannya dalam membuka wawasan global santri. Sebab, masyarakat masih ada yang menilai pendidikan di pesantren masih tradisional.

"Kerjasama ini bersifat setara dan saling menguntungkan, pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang punya pengalaman panjang bekerjasama dengan pihak manapun dan negara manapun, ini penting juga untuk meluaskan wawasan para santri," tambah Sofwan Manaf.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu, Sally Goggin dari British Council mengungkapkan rasa syukurnya terhadap 10 tahun kerjasama ini. "Indonesia negara dengan berpenduduk muslim terbesar di dunia yang generasi mudanya punya modal kuat untuk berkiprah di dunia internasional, di pesantren ini kami melihat para santri berbahasa Arab dan Inggris dengan baik, tidak lama lagi mereka akan menjadi calon-calon pemimpin dunia," ujar Sally Goggin.

?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam perjalanannya, kerjasama ini telah memberikan banyak keuntungan bagi kedua belah pihak. Beberapa guru Ponpes Darunnajah yang telah diberangkatkan menilai program ini sangat bermanfaat. Mereka dapat bertukar pikiran dan belajar metode pembelajaran bagi para siswa. Para guru dituntut untuk mampu mengembangkan metodologi dalam mengajar dan menyampaikan materi bagi peserta didiknya.

Pihaknya berharap kerjasama ini terus berlangsung sebagai bentuk komitmen dalam mengembangkan kualitas pendidikan khususnya di kalangan pesantren di Indonesia. Pondok Pesantren Darunnajah dalam umurnya yang ke-55 tahun ini, telah memiliki jaringan kerjasama luar negeri dengan berbagai negara. Diantaranya Inggris, Amerika, Saudi Arabia, Mesir, Qatar, Turki, Malaysia, Thailand dan lain-lain. (Red-Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kiai, Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 29 Desember 2010

Penyandang Disabilitas Gerakkan Biro Hukum dan Advokasi Muslimat NU Lasem

Fatimah Asri merupakan satu perempuan dari puluhan pengurus harian Muslimat NU Lasem periode 2015-2020. Ia ikut dilantik di SMK NU Lasem kabupaten Rembang pada 11 Oktober 2015 lalu. Dirinya mewakili kaum difabel yang memunyai tekad kuat untuk ikut memperjuangkan ajaran Aswaja melalui bendera Muslimat NU Lasem.

Fatimah Asri seorang penyandang difabel. Pada tahun 1994 sebuah kecelakaan menyebabkan ia kehilangan kedua tangannya. Kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, perempuan yang akrab disapa “Aci” itu bercerita kisah singkat hidupnya.

Penyandang Disabilitas Gerakkan Biro Hukum dan Advokasi Muslimat NU Lasem (Sumber Gambar : Nu Online)
Penyandang Disabilitas Gerakkan Biro Hukum dan Advokasi Muslimat NU Lasem (Sumber Gambar : Nu Online)

Penyandang Disabilitas Gerakkan Biro Hukum dan Advokasi Muslimat NU Lasem

Ia, dalam penuturannya, sudah aktif menjadi NU sejak duduk di bangku di salah satu sekolah negeri di SMA Bandung, Jawa Barat. Selain itu Aci merupakan perempuan yang dibesarkan di keluarga yang berlatar belakang nahdliyin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Saya sudah aktif di NU sejak saya sejak saya masih SMA, dan juga keluarga saya merupakan keluarga yang mempunyai latar belakang NU. Sehingga meski dalam kondisi seperti ini tidak mengurangi niatan saya untuk ikut berjuang di NU.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Aci juga sangat menikmati aktivitas di organisasi. Berkat dorongan keluarga, para sahabat, dan rekan seperjuangan di organisasi NU. Ia sudah bertekad, meski dalam kondisi yang sekarang, tidak akan menyurutkan niat untuk berorganisasi yang ia geluti sejak dirinya masih remaja.

"Saya sangat menikmati sekali kegiatan di organisasi. Semua itu berkat dorongan dan dukungan dari suami, keluarga besar serta sahabat seperjuangan yang ada di organisasi.”

Bukan hanya di Muslimat NU, tetapi Aci juga menjadi pengurus aktif Fatayat NU Lasem. Amanah yang dipercayakan kepada seorang penyandang difabel seperti Fatimah Asri juga merupakan jabatan yang sangat penting, Biro Hukum dan Advokasi baik di Muslimat NU maupun Fatayat NU.

Ia berharap kepada para penyandang difabel yang ada di kalangan NU tidak berkecil hati. Ia mengajak mereka untuk ikut serta berorganisasi dan tetap semangat untuk memperjuangkan NU.

?

* Ahmad Asmui, kontributor PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk Rembang

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 28 Desember 2010

Santri Darul Ulum Pasuruan Baca Ratna Indraswari Ibrahim

Pasuruan, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. “Ada yang pernah mendengar nama Ratna Indraswari Ibrahim?” tanya saya kepada 127 santri putri, berusia sekitar sebelas hingga tujuh belas tahun, Pondok pesantren Darul Ulum, Karangpandan, Pasuruan Senin (23/9). 

Santri Darul Ulum Pasuruan Baca Ratna Indraswari Ibrahim (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri Darul Ulum Pasuruan Baca Ratna Indraswari Ibrahim (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri Darul Ulum Pasuruan Baca Ratna Indraswari Ibrahim

Tidak ada jawaban. Hening. Mereka saling menoleh. Beberapa dari mereka nampak berusaha keras memanggil memori tentang nama yang saya tanyakan tadi. Tapi tak ada hasil. 

Suasana ruang belajar TK Ponpes Darul Ulum yang mereka sesaki mulai riuh, beberapa santri mulai berkomentar masygul, “Saya tidak kenal dengan nama itu,” “Tak oneng…, “Apakah dia pengurus Muslimat?”, “Atau  jangan-jangan dia itu alumni pondok kita” 

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Itu beberapa komentar yang saya dan Titik Qomariyah, kawan saya, yang sempat terekam. Kami tersenyum. Satu misi terlaksana dengan baik, yaitu membuat mereka penasaran.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Itulah salah satu cara membuka klinik baca-tulis di hadapan para santri pondok. Bukan semata melemparkan pertanyaan, tetapi membangun rasa ingin tahu mereka. Mulailah saya dan Titik bergantian menampilkan slide show presentasi tentang Ratna Indraswari Ibrahim, penulis yang sudah berpulang ke Rahmatullah, 28 Maret 2011 di usia 61 tahun. 

Ratna adalah penulis yang hampir sepanjang usianya menghabiskan waktunya di atas kursi roda karena radang rachitis yang menyerangnya saat ia menjelang pra remaja. Penyakit yang membuat kaki dan tangannya mengecil hingga tak mampu berkatifitas normal layaknya orang lain. Makan, minum, mandi, dan kebutuhan mobilitasnya banyak dibantu oleh orang lain. Tetapi keterbatasan itu mengalirkan energi untuk menghasilkan ratusan cerpen dan puluhan novel yang salah satunya, 1998, bisa mereka baca secara bergiliran. 

Sampai di sini suasana kelas jadi riuh, bermacam komentar mulai muncul dari para santri. Mulai dari komentar simpati hingga keheranan yang tak henti. “Bagaimana ia menulis atau mengetik?”, “Bagaimana ia bisa menghasilkan banyak tulisan?”Dua pertanyaan itu yang paling banyak mereka lontarkan. 

Saya berkata pada mereka, “Lihat kedua tangan dan kaki kalian. Lengkap dan normal. Kalian bisa menghasilkan ribuan tulisan, baik itu cerpen, puisi, bahkan novel sekalipun. Kalian tidak hidup di atas kursi roda seperti almarhumah dan bebas bergerak kemana saja,”

Kelas pun jadi hening. Saya dan Titik memang hendak membuat mereka menyadari potensi mereka untuk menulis bisa dimulai kapan saja karena mereka punya semua modal, yang bahkan tidak dimiliki oleh seorang Ratna. Hanya butuh niat, dan itu gratis.

Setelah itu saya membacakan puisi Ibu karya D. Zawawi Imron dan satu cerita jenaka yang berjudul ‘Kado Untuk Nenek’ untuk memancing imajinasi mereka. Saat saya tanya apa yang kalian ketahui tentang Zawawi Imron, mereka serentak menjawab: Ustad! 

Saya dan Titik tergelak sembari mengangguk-angguk karena mulanya kami menebak mereka akan menjawab: sastrawan. Mengingat sebelumnya saya sudah membacakan puisi Ibu karya Zawawi Imron. 

Di akhir acara saya diberitahu pengasuh pesantren, Gus Haidar Hafeez bahwa Kiai Zawawi Imron yang sastrawan itu datang berkunjung dan memberi tausiyah pada mereka. Ah, mereka memang tidak salah. Sastrawan asal Batang-Batang, Sumenep itu nyatanya memang ustad.

Sesi berikutnya saya dan Titik membagikan kertas untuk mereka. Apa saja bisa mereka tulis di sana. Puisi, cerita singkat tentang diri dan lingkungan mereka, atau buku yang baru saja mereka baca. Tak lebih dari 15 menit, mereka membuat kami kewalahan karena mereka menulis lebih cepat dari apa yang kami pikirkan dengan hasil tulisan yang membanggakan. 

Umumnya tulisan mereka kental dengan kalimat-kalimat relijius, muncul latar-latar tempat lokal dan kental nuansa santri berikut lingkungan pondok. Bagi saya, ini awal yang baik, karena menulis sejatinya adalah merawat kehidupan. Turunnya Al Qur’an yang disampaikan secara lisan kepada Nabi Muhammad SAWsdan kemudian dituliskan, sebenarnya secara implisit memerintahkan umat untuk aktif membaca sekaligus menulis. Apalagi ayat pertama yang diturunkan Allah Swt adalah “iqra” (Bacalah).

Di sesi pamungkas, kami memberi mereka kenang-kenangan sekadarnya bagi enam tulisan terbaik dan sepakat menulis review tentang Ratna Indraswari Ibrahim, yang akan kami baca bersama-sama pekan ini. Tentu teriring lantunan Al Fatihah untuk almarhumah Ratna Indraswari Ibrahim. Spiritmu kutebar diantara para santri, mbak Ratna, tunggu, mereka tengah menyiapkan tulisan yang akan bisa kau baca dari tempatmu di sana…Gema #SastraSantri mulai kami kumandangkan dari sini, dari lingkungan kami yang hendak merawat kehidupan melalui pena…(Ari Ambarwati/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Aswaja PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah