Hawa dingin gunung Gede menusuk dasar sumsum. Tatkala masayarakat Nagrog terlelap, santri-santri Pondok Pesantren Azzainiyah melek. Mereka menekuri kitab kuning, menghinggapi satu demi satu jalinan kalimat mirip barisan semut hitam. Dalam istilah pesantren Sunda, mereka sedang ngalogat.?
| Ragam “Menu†Pasaran di Pesantren Azzainiyyah (Sumber Gambar : Nu Online) |
Ragam “Menu†Pasaran di Pesantren Azzainiyyah
Ngalogat atau memaknai kitab-kitab kuning tersebut merupakan aktivitas sehari-hari para santri Azzainiyyah yang terletak di Desa Nagrog Sinar Barokah, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Namun, pada bulan Ramadhan, jadwal diperketat dan jumlah kitab ditambah.Menurut salah seorang pengajar Azzainiyyah KH Aang Abdullah Zein, pada bulan Ramadhan, beragam kitab dikaji para santri mulai Al-Quran, dan beragam disiplin ilmu semisal tata bahasa Arab atau nahwu dan sharaf, balaghah dan mantiq, serta tauhid, fiqih, dan tasawuf. ?
PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Ia menerangkkan, santri Azzainiyah terdiri dari 3 tingkatan, yaitu persiapan, kelas satu, dua, dan tiga. Tingkat persiapan belajar membaca Al-Quran. Kelas satu mengaji Al-Jurumiyah, Kailani, Tijan, Safinah Naja, Sulam Taufiq, Ta’limul Mutaalim. Kelas dua Jauhar Maknun, Sulam Nauraq, Alfiyah Ibnu Malik. Sementara kelas 3 mengaji Al-Hikam.?PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Kelas tiga yang mengaji karya masyhur Ibnu Athoillah tersebut langsung dibawah bimbingan Pengasuh Pesantren Azzainiyyah KH Zezen Zainal Abidin Bazul Asyhab, kiai yang juga Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Barat dan salah seorang rais di Jam’iyyah Tariqah Muktabaroh An-Nahdliyah (JATMAN) di tingkat pusat.?“Pengajian tersebut digelar di beberapa tempat sesuai kelas masing-masing di komplek pesantren Azzainiyyah,” kata Ajengan Aang kepada PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Selasa malam, (16/7).
Pengajian bulan Ramadhan tersebut atau pasaran di Pesantren Azzainiyyah, selain diikuti para santri pesantren tersebut, diikuti sekitar 600 santri dari pesantren luar, serta masyarakat umum.?
Dalam pantauan PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pengajian mulai digelar pukul 08.00 sampai Dhuhur. Kemudian mulai lagi pukul 13.00 sampai Ashar. Mulai lagi pukul 16.00 sampai buka puasa. Sementara malam hari dimulai selepas Tarawih hingga menjelang sahur.?
Tentu saja, tidak semua santri kuat dengan jadwal demikian. Di antara mereka ada yang tertidur di majelis ta’lim atau pergi ke pemondokan. Karena hawa dingin yang mencucuk tulang, para santri membungkus tubuh dengan jaket tebal dan serban di malam hari. Bahkan para santri tamu meggunakan kaos kaki. Bagi mereka, menyentuh air Nagrog ibarat es.
Begitu juga para pengajar, mereka digilir sesuai jadwal. Kecuali pengajian Al-Hikam, kajian tetap diasuh Ajengan Zezen dengan jadwal demikian. ?
Menurut Ajengan Zezen, pada bulan puasa “menu” pengajian diperketat atau ditambah dari biasanya karena pada Ramadhan tersebut banyak keberkahan.?
Kiai yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Sukabumi tersebut menerangkan, kajian kitab kuning tersebut ditambah dengan jadwal ketat, karena waktu para santri sendiri sangat singkat dalam mempelajarinya sehingga melalui pasaran bisa dipercepat.
Penulis: Abdullah Alawi?
Dari Nu Online: nu.or.id
PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, PonPes, Sunnah PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah