Selasa, 29 Oktober 2013

Siaga Bencana, Banser Nalumsari Adakan Diklatsus Bagana

Jepara, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Barisan Ansor Serbaguna (BANSER) Kecamatan Nalumsari menggelar pendidikan dan latihan khusus (Diklatsus) Banser tanggap bencana (BAGANA) di SMK 2 Hadziqiyyah Desa Tritis Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Jawa Tengah.

Kegiatan pada Sabtu siang (21/3) tersebut diikuti oleh tujuh puluh peserta meliputi Banser dari Kecamatan Nalumsari, Welahan, Mayong dan Kaliyamatan.



Siaga Bencana, Banser Nalumsari Adakan Diklatsus Bagana (Sumber Gambar : Nu Online)
Siaga Bencana, Banser Nalumsari Adakan Diklatsus Bagana (Sumber Gambar : Nu Online)

Siaga Bencana, Banser Nalumsari Adakan Diklatsus Bagana

Ketua panitia Zaenal Anwari mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melatih banser untuk siaga dan tanggap terhadap bencana alam di lingkungan sekitar.

"Menyiapkan kader muda NU supaya peduli, siaga, dan tanggap terhadap bencana alam di lingkungan sekitar," katanya.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kabupaten Jepara, tambah Zaenal, termasuk wilayah yang rawan bencana tanah longsor dan banjir sehingga sangat perlu Banser untuk mengadakan Diklatsus Bagana ini. Dan rencananya akan menempatkan kader-kader Banser di setiap desa dan kelurahan.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Komandan Satkoryon Banser Nalumsari tersebut berharap setelah Diklatsus, para peserta dapat memahami teknik pertolongan pertama dan evakuasi dan mampu menjadi relawan yang tanggap terhadap bencana."Saling tolong-menolong dan membantu terhadap sesama dan tak lupa selalu berkoordinasi dengan team SAR, BPBD dan PMI kapupaten Jepara," tegasnya.

Sementara itu, Ketua GP Ansor kabupaten Jepara, M. Kholil sangat bangga atas terlaksananya Diklatsus Bagana ini. "Kami dari cabang sangat mengapresiasi sekali. Mudah-mudahan ? kegiatan ini nantinya dapat memunculkan kader-kader yang kuat dan tangguh," katanya.

Kholil juga mengingatkan kepada seluruh Banser agar tetap waspada terhadap faham-faham radikalisme yang sekarang muncul. “Hambatan dan tantangan ke depan semakin berat, ini terbukti dengan adanya faham-faham radikalisme yang muncul akhir-akhir ini" terang kholil yang juga mantan ketua IPNU kabupaten Jepara. (Yusrul Wafa/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lomba, Nusantara PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 16 Oktober 2013

Ruang Kosong itu Bernama Doktrinasi

Boyolali, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dikisahkan, ribuan jamaah pengajian NU tengah menunggu kehadiran seorang ulama kharismatis, Kiai Dalhar Watucongol. Setelah berjam-jam menunggu, Kiai Dalhar pun datang dan naik ke atas panggung untuk berpidato.

Namun, penantian panjang para jamaah ternyata tidak sepanjang pidato yang disampaikan Kiai Dalhar. “Assalamualaikum. Sedulur-Sedulur. Panjenengan sedoyo kersane slamet, nunut NU nggih. Wassalamualaikum!” (saudara-saudara semua agar selamat, ikutlah NU!)

Ruang Kosong itu Bernama Doktrinasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Ruang Kosong itu Bernama Doktrinasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Ruang Kosong itu Bernama Doktrinasi

“Zaman dahulu, dengan fatwa dari para kiai seperti Mbah Dalhar tadi, dapat untuk mengajak masyarakat masuk ke NU. Namun, zaman sekarang berbeda, tidak cukup dengan fatwa kiai, tapi juga hal lain,” terang Katib Syuriyah PCNU Boyolali, KH Ahmad Harir, kepada para peserta PKD-Diklatsar GP Ansor Boyolali di MAN Sawit, Jumat (28/11) malam.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hal lain yang dimaksud yakni bagaimana cara membangun militansi dan pemahaman para kader NU. “Pasca kemerdekaan, banyak digalakkan pengajian dimana-mana oleh NU, namun sebetulnya ada ruang kosong yang ditinggalkan, yakni doktrinasi,” ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lebih lanjut dikatakan kiai dari Pesantren Dawar Boyolali itu, ruang kosong tersebut kemudian banyak dimanfaatkan oleh kelompok lain seperti Wahabi. “Baru setelah tahu masjid kita direbut kelompok lain, kita baru sadar dan bersemangat kembali untuk menggalakkan doktrinasi ini,” papar dia.

Ditambahkan Kiai Harir, untuk itu pihaknya akan terus memberikan doktrinasi aswaja, khususnya kepada generasi muda. “Saya ingin ruang kosong (doktrinasi) ini diisi, khususnya kepada generasi muda mereka butuh pendalaman,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, dipaparkan Kiai Harir mengenai konsep pemahaman Aswaja dan bahaya dari kelompok wahabi. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 14 Oktober 2013

Eks Gafatar Bingung Diusir Warga Desa

Pontianak, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Joko (48) Koordinator Kelompok eks Gafatar di Desa Sedahan, Kabupaten Kayong Utara mengaku bingung mau tinggal di mana, terkait desakan warga yang memaksa mereka tidak lagi tinggal di desa tersebut paling lama 1 X 24 jam sejak Senin (18/1).

Eks Gafatar Bingung Diusir Warga Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
Eks Gafatar Bingung Diusir Warga Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

Eks Gafatar Bingung Diusir Warga Desa

"Kami menyerahkan keputusan kepada pemerintah, karena kami tidak tahu mau pindah ke mana lagi, karena sudah tidak punya apa-apa lagi," kata Joko saat dihubungi di Sukadana, Selasa.

Menurut Joko, dirinya pindah dari Lampung lantaran ingin mengembangkan pertanian dari lahan yang ada di Kabupaten Kayong Utara.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Modal yang diperolehnya dari menjual lahan dan harta benda miliknya sudah digunakan untuk pindah dan bercocok tanam di Desa Sedahan. Namun saat ini dirinya bingung mau ke mana dan menggunakan dana dari mana untuk pindah.

"Kami ikut apa keputusan pak kades saja," ujarnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu, di Kabupaten Mempawah, eks Gafatar juga membentuk kelompok tani yang diberi nama Pasir Sejahtera, tepatnya di Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah. Mereka datang sejak Juli 2015 dan membeli sejumlah lahan di desa tersebut.

Dalam surat tertulis yang dikirim atas nama koordinator Kelompok Tani Pasir Sejahtera, Dwi Adiyanto, disebutkan bahwa mereka telah melaksanakan berbagai tahapan, seperti perizinan, sosialisasi serta bersilaturahmi dengan warga dan pihak terkait.

Ia mempertanyakan tuntutan agar mereka hengkang dari areal tersebut. Bagaimana kelanjutan hidup mereka kalau harus pindah sementara mereka tanpa pekerjaan, tabungan, rumah dan tanah pertanian untuk digarap.

Ia mengaku saat ini mereka dalam kondisi yang sudah sangat terbatas, dan yang dimiliki hanyalah tanah yang dihuni saat ini, sehingga berat untuk mengosongkan tanah yang sudah digarap tersebut.

Meski demikian, ada yang tidak percaya dengan ucapan mereka, Ketua RT 02 Desa Sedahan Rony Pasya salah satunya.?

"Mustahil mereka tidak bermodal, buktinya mereka bisa meminjamkan uang ke warga di sini, dan mereka mengolah lahan menggunakan eksavator, sehingga mustahil tidak bermodal," ujarnya.

Ada tiga unit alat berat di Dusun Segua, Desa Pampang Harapan yang digunakan untuk mengolah lahan. Bagi masyarakat lokal, hal itu menunjukkan bahwa petani eks Gafatar merupakan kelompok dengan modal yang besar, katanya. (Antara/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Tegal, Nahdlatul Ulama PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah