Senin, 16 November 2009

PKL GP Ansor Se-Jatim, Ajang Konsolidasi Antarpengurus

Sumenep, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) Gerakan Pemuda Ansor se-Jawa Timur berlangsung di Gedung Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Batuan Sumenep, Jawa Timur, 9-10 April 2016). Salah satu jenjang kaderisasi di organisasi pemuda NU ini menjadi ajang konsolidasi antarpengurus di berbagai tingkatan.

Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jatim H. Rudi Tri Wahid menyampaikan, untuk menjamin konsistensi dan keberlanjutan kaderisasi di tubuh organisasi pemuda Nahdliyyin, diperlukan adanya konsolidasi antarpengurus, dari pimpinan ranting, anak cabang, cabang, wilayah hingga pusat.

PKL GP Ansor Se-Jatim, Ajang Konsolidasi Antarpengurus (Sumber Gambar : Nu Online)
PKL GP Ansor Se-Jatim, Ajang Konsolidasi Antarpengurus (Sumber Gambar : Nu Online)

PKL GP Ansor Se-Jatim, Ajang Konsolidasi Antarpengurus

“Jika konsulidasi dan komunikasi antarpengurus ini terjaga mulai dari tingkatan bawah hingga pimpinan pusat maka Ansor ke depan akan menjadi ikon organisasi kepemudaan yang andal dan disegani,” terangnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua PC GP Ansor Kabupaten Sumenep Muhri menjelaskan, Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) ini merupakan salah satu upaya dalam membentuk kader-kader Gerakan Pemuda Ansor untuk siap mengawal ulama, menjaga aqidah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah, dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Selain menjaga aqidah dan keutuhan NKRI, PKL juga bertjuan untuk menyiapkan kader-kader GP Ansor di masing-masing cabang agar menjadi pemimpin yang visioner,” tegas mantan Ketua PC PMII Sumenep ini.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bupati Sumenep A Busyro Karim yang hadir dalam kesempatan itu menerangkan, sebuah organisasi yang bisa menjawab tantantangan globalisasi ke depan membutuhkan pemimpin yang visioner, inovasi, dan organisasi yang berbasis massa riil serta pola managemen yang baik. “Dan ketiga ini semua ada di Gerakan Pemuda Ansor,” imbuhnya disambut tepuk tangan para hadirin.

Untuk diketahui, peserta kegiatan PKL ini diikuti oleh 21 PC GP Ansor Kabupaten/Kota se- Jawa Timur. Turut Hadir dalam kegiatan tersebut Rukman Bashori, Ketua Bidang Kaderiasasi PP GP Ansor serta sejumlah instruktur dan pengurus PW GP Ansor Jatim, serta jajaran pengurus PCNU setempat. (Mohammad Madani/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anti Hoax, Olahraga, Berita PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 13 November 2009

Dukung Kembali ke NU, Ini 8 Landasan PMII Institut PTIQ dan IIQ Jakarta

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dialektika mengenai kembalinya PMII pun ramai menjadi bahan diskusi di kalangan kader pergerakan pada berbagai tingkatan.?

PMII Komisariat Kebayoran Lama, kampus Institut PTIQ dan IIQ Jakarta sebagai salah satu Komisariat tertua di Jakarta menyikapi wacana tersebut dalam diskusi bulanan yang digelar pekan lalu di Sekretariat PMII Komisariat Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Dukung Kembali ke NU, Ini 8 Landasan PMII Institut PTIQ dan IIQ Jakarta (Sumber Gambar : Nu Online)
Dukung Kembali ke NU, Ini 8 Landasan PMII Institut PTIQ dan IIQ Jakarta (Sumber Gambar : Nu Online)

Dukung Kembali ke NU, Ini 8 Landasan PMII Institut PTIQ dan IIQ Jakarta

“Pada diskusi yang diawali dengan tahtimul Qur’an ini dihadiri lebih kurang 40 kader yang telah berhasil menelurkan pernyataan persetujuan dan dukungan akan kembalinya PMII menjadi Banom NU,” ujar Ketua Komisariat M Syakir Romdloni dalam rilis yang diterima PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kamis (9/4).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Oleh karena itu, lanjutnya, berbagai alasan berikut kami sampaikan sebagai landasan sikap tersebut, diantaranya:

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

1. Ideologisasi Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam tubuh PMII semakin kabur dan tanpa jalur yang jelas. Sebagai contoh dalam materi pengkaderan PMII di kampus umum seing berbeda dengan di kampus yang berbasis agama bahkan tanpa arah jalur ideologi yang jelas.

2. Dialektika wacana dalam tubuh PMII seringkali keluar dari jalur ideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah dimana Aswaja yang seharusnya sebagai manhajul fikr seringkali terkaburkan, bahkan dilupakan. Pondasi berfikir tersebut rapuh dikarenakan ideologi yang kurang begitu tertanam.

3. Ideologi transnasional yang sejak beberapa dekade ini ramai berseliweran dalam ranah berfikir mahasiswa masuk semakin dalam pada mainstream berfikir para kader pergerakan, termasuk PMII. Arabisasi, liberalisasi, kapitalisasi dan ideologi lainnya ramai menjadi cara berfikir para kader dengan, disayangkan, mencerabut ideologi ASWAJA sendiri.

4. Paradigma politik praktis sebagai imbas dari tercerabutnya cara berfikir ASWAJA yang netral. Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada tahun 1984, NU menyatakan sikap untuk kembali ke khittah 1926 saat kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), maka Gus Dur sudah sejak lama sejalan dengan cita-cita PMII untuk menjauhkan NU dari politik praktis dan kembali menjadi organisasi kemasyarakatan.

5. PCNU dan Partai yang berafiliasi dengan NU banyak diisi oleh kader-kader yang bukan dari PMII, mereka tidak mendapatkan materi Ahlussunnah wal Jamaah seperti kader-kader PMII. Maka, apabila PMII kembali ke NU, syarat utama menjadi pengurus PBNU, PCNU, Muslimat, dan ? Fatayat, haruslah orang-orang yang sudah melalui kaderisasi di PMII.

6. NU sudah diserang dari mana-mana, maka NU haruslah kembali diperkuat, salah satu cara memperkuatnya adalah dengan menarik kembali PMII sebagai banom NU. KH. Nuril Huda (Pendiri PMII) berkata, "PMII adalah anak kandung NU maka sewajarnya untuk kembali ke NU (secara organisasi, red), saya sebagai pendiri NU paham kenapa dulu PMII harus independen, keputusan untuk independen dari NU tahun 1972 diambil karena jika tidak PMII terancam diberangus akibat suasana politik saat itu, kalau saat ini situasinya berbeda, maka ada baiknya kita (PMII) merapat.”?

7. PMII menyatakan indepensi karena saat itu memosisikan sebagai vis a vis Negara pada masa Orde Baru, kini era demokrasi, pemerintah lebih terbuka, persaingan juga lebih terbuka, NU akan menjadi lebih kuat jika bergabungnya organisasi kemahasiswaan seperti PMII. Ditambah lagi masih adanya kebingungan PB PMII dalam perumusan paradigma baru, maka daripada berputar-putar dengan kebingungan alangkah baiknya menyatukan paradigma antara PMII dan NU lalu berjuang bersama.

8. Ketakutan akan hilangnya independensi PMII dalam bersikap jikalau tergabung sebagai Banom NU tidak beralasan sama sekali karena pada kenyataannya semua Banom NU sama sekali tidak bisa diintervensi oleh para petinggi PBNU. (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khutbah, Lomba PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 11 November 2009

Lesbumi Gelar Peringatan 500 Tahun Sunan Kalijaga di Yogyakarta

Jakarta, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU menggelar Peringatan ke-500 Sunan Kalijaga pada Rabu-Jumat, 12-14 April 2017. Ketua panitia pelaksana M Jadul Maula mengungkapkan acara diawali dengan ajang Silaturrahim Budayawan LESBUMI NU dari tingkat PC dan PW.

Lesbumi Gelar Peringatan 500 Tahun Sunan Kalijaga di Yogyakarta (Sumber Gambar : Nu Online)
Lesbumi Gelar Peringatan 500 Tahun Sunan Kalijaga di Yogyakarta (Sumber Gambar : Nu Online)

Lesbumi Gelar Peringatan 500 Tahun Sunan Kalijaga di Yogyakarta

“Silaturahim dilangsungkan di Pondok Pesantren Kaliopak, Jl. Wonosari km 11, Klenggotan RT 04 Srimulyo Piyungan Bantul, Yogyakarta. Silaturahim ini juga dalam rangka menyelaraskan kinerja berorganisasi dan juga mensosialisasikan, saling urun rembug tentang implementasi nyata strategi kebudayaan Lesbumi PBNU sebagai hasil Rakernas tahun lalu yang di beri nama SAPTAWIKRAMA,” ungkap Kiai Jadul, Selasa (11/4).

Pengasuh Pesantren Kaliopak dan sekaligus Wakil Ketua Lesbumi PBNU ini menambahkan gerakan budaya yang dilakukan elemen Lesbumi di daerah masing-masing diharapkan menjadi masukan bersama dan dikonsolidasikan dalam diskusi, dialog dan urun rembug, sehingga lebih terlihat benang merah pergerakan seni budaya Lesbumi.

“Strategi budaya Lesbumi PBNU yang dikenal sebagai ‘Al-Qoid As-Sab’ah atau ‘SAPTAWIKRAMA’ nantinya akan disosialisasikan lebih luas ke seluruh jaringan Lesbumi di tingkat PW/PC pada khususnya, dan nahdlyin pada umumnya,” lanjut Kiai Jadul.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain silaturahim, kegiatan yang bekerjasama dengan PWNU DI Yogyakarta dan Universitas Nahldatul Ulama (UNU) Yogyakarta, dirangkai dengan mujahadah dan khataman Al-Quran, seminar nasional, workshop upacara adat desa, gelar ragam seni tradisi dan kontemporer.

Selain itu juga akan dilakukan pengobatan tradisional, bazaar sembako murah, pagelaran wayang kulit, lomba quote instagram dan penulisan esai, melukis sketsa bersama, orasi Kebudayaan, serta tausiyah kebangsaan.

Kegiatan-kegiatan tersebut menempati lokasi di Pesantren Budaya Kaliopak dan Kompleks UNU Yogyakarta.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Jadul menyebut peringatan hari lahir Sunan Kalijaga menjadi penting karena Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Raden Sahid termasuk figur penting dalam sejarah pembentukan karakter arif umat Islam Nusantara, khususnya di Tanah Jawa, yang berwajah budaya, liat-lentur, toleran, berkeadilan, dan berkeseimbangan.?

“Sebagai anggota dari Walisongo, Sunan Kalijaga adalah arsitek budaya Islam Jawi (Nusantara), dan peletak dasar ideologi pendirian Kesultanan Mataram. Tidak hanya itu, beliau adalah tokoh terpenting lintas-generasi yang “menjaga” proses krusial transisi kerajaan-kerajaan nusantara: Majapahit, Demak, Pajang dan Mataram (Islam),” tegas Kiai Jadul.

Di samping itu, tumbuh sebagai tokoh ruhani yang mumpuni, Sunan Kalijaga adalah juga seniman dengan penguasaan khazanah budaya yang mendalam, dan memiliki proyeksi politik kebudayaan yang berkarakter. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sholawat PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah