Minggu, 20 Februari 2011

Pesantren Al-Muayyad Windan Bedah Materi Muktamar NU

Sukoharjo, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Puluhan santri Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan Makamhaji Sukoharjo mengikuti kegiatan kelas “Bedah Materi Muktamar NU ke-33”. Acara yang dipusatkan di aula pondok setempat ini dilaksanakan selama dua hari (16-17/8).

Pesantren Al-Muayyad Windan Bedah Materi Muktamar NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Al-Muayyad Windan Bedah Materi Muktamar NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Al-Muayyad Windan Bedah Materi Muktamar NU

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan, KH M Dian Nafi’, selama dua hari tersebut para peserta yang juga ada dari luar Windan, akan mengkaji berbagai hasil materi yang telah dibahas pada Muktamar NU di Jombang, belum lama ini.

“Secara umum, materi muktamar yang didiskusikan meliputi kajian dari empat komisi pada Muktamar NU,” terang Wakil Syuriyah PWNU Jateng itu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Empat komisi tersebut antara lain Komisi Bahtsul Masail Waqiiyah (kajian masalah kontemporer), Komisi Bahtsul Masail Maudluiyah (masalah tematik), Komisi Bahtsul Masail Qanuniyah (masalah perundang-undangan), dan Komisi Program.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Pengkajian ini diharapkan menjadi bekal penting bagi para santri untuk terjun di masyarakat dan saat mereka menjadi pemimpin kelak,” imbuh Gus Dian.

Koordinator pelaksana acara ini, Ahmad Asrof Fitri menambahkan pihaknya mendatangkan beberapa narasumber yang kompeten.

“Selain Kiai Dian, juga ada narasumber lain untuk membahas pelbagai persoalan seperti Hukum BPJS, Ketenagakerjaan, hukum mati, pasar bebas dan lain sebagainya,” ujar dia. (Ajie Najmuddin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah, Makam, Meme Islam PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 18 Februari 2011

Saat Gerhana Bermuhasabah dan Bersedekahlah

Bandung, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Gerhana bulan total pada Rabu (8/10) mulai pukul 17.25 dan berakhir pada 20.33. Di Masjid Iqomah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung digelar shalat Khusufil Qomar sesudah melaksanakan Shalat Maghrib.

Menurut DKM Masjid Iqomah, gerhana bulan ialah bukti tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Karena itu kejadian luar biasa, umat Islam perlu bermuhasabah terhadap diri. "Gerhana bulan adalah semacam keagungan Allah. Untuk mengagungkan kekuasaan Allah, memperbanyak zikir," ujar dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi ini.

Saat Gerhana Bermuhasabah dan Bersedekahlah (Sumber Gambar : Nu Online)
Saat Gerhana Bermuhasabah dan Bersedekahlah (Sumber Gambar : Nu Online)

Saat Gerhana Bermuhasabah dan Bersedekahlah

Dia mengatakan bahwa memperbanyak istighfar di saat gerhana bulan adalah sebagai permohonan ampun kepada Allah sehingga pada saat itu tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan seperti bencana alam.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Istighfar gunanya adalah doa mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa, tidak pula terjadi hal bencana yang luar biasa. Memohon ampun pada Allah agar tidak terjadi apa-apa," jelasnya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rais Syuriyah Majellis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamata Panyileukan ini juga menjelaskan pentingnya bersedekah saat gerhana untuk membersihkan diri. Logikanya ketika memohon ampun kepada Allah, pasti penyelesaiannya dengan aspek sosial. "Ketika kita berbuat kesalahan pada saat menunaikan haji, maka diselesaikan dengan aspek sosial, seperti melakukan dam," jelasnya.

Tetapi berbeda, lanjutnya, ketika kita mempunyai kesalahan kepada manusia, tidak mungkin meminta maaf langsung kepada Allah sebab perlu meminta maaf terlebih dahulu kepada orang tersebut. "Kalau kesalahan kepada manusia harus diselesaikan kepada manusia. Kalau kesalahan kepada Allah diselesaikan dengan bersedekah," pungkasnya. (Bakti Habibie Yasin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 14 Februari 2011

Ini Pesan Ketum Pergunu untuk Perguruan Tinggi NU

Mojokerto, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Forum Silaturahim Kongres Pergunu II merupakan ajang silaturahim yang digelar menjelang Pembukaan Kongres. Berlangsung di Ponpes Amanatul Ummah, Pacet Mojokerto, Kamis (27/10), forum ini menghadirkan sejumlah pembicara, diantaraya Penasihat Pergunu KH As’ad Said Ali, Ketua Pergunu KH Asep Saifuddin Chalim, Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Asep Kadarusman, dan Katib Syuriyah PBNU KH M Mujib Qulyubi.

Ini Pesan Ketum Pergunu untuk Perguruan Tinggi NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Pesan Ketum Pergunu untuk Perguruan Tinggi NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Ini Pesan Ketum Pergunu untuk Perguruan Tinggi NU

Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah KH Asep Saifuddin Chalim mengatakan forum silaturahim tersebut dilaksanakan sebagai ajang peningkatan ukhuwah, mengetahui aspirasi dan masukan peserta yang bisa menjadi tambahan materi kongres.

Ia mengingatkan bahwa kita harus tetap berbaik sangka saat menghadapi setiap persoalan. Ia mengatakan Allah tidak memberikan sesuatu kepada seseorang kecuali itu akan baik baginya. Oleh karena itu setelah bersikap tawakal, pasti akan berhasil.

Menurutnya umat Muslim tidak boleh putus asa. Termasuk dalam perebutan dominasi idealisme yang paling baik bagi kita, yang akan bermanfaat tidak hanya untuk sebagian pihak, namun juga untuk rahmatan lil alamin.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Saat ini Pergunu tengah dan terus memperjuangan idealisme yaitu menebarkan ajaran aswaja. Idealisme tersebut jangan sampai hanya menuruti kemauan kelompok pemodal, karena akan menyebabkan kekacauan.

Kiai Asep juga menyebutkan problem yang saat ini tampak kasat mata di NU adalah lahirnya Uiversitas NU di mana-mana. Ia mempertanyakan, mau apa setelah lahir? Tentu saja Universitas NU lahir untuk keberhasilan. Jangan sampai Universitas NU lahir untuk mati karena tidak menyiapkan diri.

Sumber daya manusia (SDM) yang tangguh menjadi keperluan mendesak yang harus disiapkan sekolah dan perguruan tinggi NU. Kiai Asep mengatakan di Institut Kiai Haji Abdul Chalim yang merupakan pengembangan dari Ponpes Amanatul Ummah, diberlakukan pekan penyempurnaan yaitu penambahan jam mata kuliah untuk mengantisipasi adanya kekurangtercapaian jumlah pertemuan tatap muka bagi dosen pengajar.

Institut atau perguruan tinggi NU juga hendaknya tidak sekadar atau asal-asalan didirikan dan dikelola. Pengetahuan bahasa asing seperti Bahasa Arab dan Inggris, serta Ilmu Akuntansi, perlu diajarkan kepada mahasiswa.?

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selanjutnya wawasan mahasiwa harus dibangun. Para mahasiswa diwajibkan mengikuti seminar nasional dan internasional. Dengan itu, Pergunu akan mampu mempertanggungjawabkan kualitas pendidikan, dan menjadi andalan. (Kendi Setiawan/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Santri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah