Rabu, 25 Februari 2015

Sayyidina Ali Jual-Beli dengan Dua Malaikat

Kisah ini diriwayatkan Ja’far bin Muhammad, yang memiliki sanad dari ayahnya, lalu dari kakeknya. Suatu ketika, cerita kakek Ja’far, Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramaLlahu wajhah mengunjungi rumahnya selepas silaturahim kepada Rasulullah.

Di rumah itu Ali menjumpai istrinya, Sayyidah Fathimah, sedang duduk memintal, sementara Salman al-Farisi berada di hadapannya tengah menggelar wol.

Sayyidina Ali Jual-Beli dengan Dua Malaikat (Sumber Gambar : Nu Online)
Sayyidina Ali Jual-Beli dengan Dua Malaikat (Sumber Gambar : Nu Online)

Sayyidina Ali Jual-Beli dengan Dua Malaikat

“Wahai perempuan mulia, adakah makanan yang bisa kau berikan kepada suamimu ini?” tanya Ali kepada istrinya.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Demi Allah, aku tidak mempunyai apapun. Hanya enam dirham ini, ongkos dari Salman karena aku telah memintal wol,” jawabnya. “Uang ini ingin aku belikan makanan untuk (anak kita) Hasan dan Husain.”

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Bawa kemari uang itu.” Fathimah segera memberikannya dan Ali pun keluar membeli makanan.

Tiba-tiba ia bertemu seorang laki-laki yang berdiri sambil berujar, “Siapa yang ingin memberikan hutang (karena) Allah yang maha menguasai dan mencukupi?” Sayyidina Ali mendekat dan langsung memberikan enam dirham di tangannya kepada lelaki tersebut.

Fatimah menangis saat mengetahui suaminya pulang dengan tangan kosong. Sayyidina Ali hanya bisa menjelaskan peristiwa secara apa adanya.

“Baiklah,” kata Fathimah, tanda bahwa ia menerima keputusan dan tindakan suaminya.

Sekali lagi, Sayyidina Ali bergegas keluar. Kali ini bukan untuk mencari makanan melainkan mengunjungi Rasulullah. Di tengah jalan seorang Badui yang sedang menuntun unta menyapanya. “Hai Ali, belilah unta ini dariku.”

”Aku sudah tak punya uang sepeser pun.”

“Ah, kau bisa bayar nanti.”

“Berapa?”

“Seratus dirham.”

Sayyidina Ali sepakat membeli unta itu meskipun dengan cara hutang. Sesaat kemudian, tanpa disangka, sepupu Nabi ini berjumpa dengan orang Badui lainnya.

“Apakah unta ini kau jual?”

“Benar,” jawab Ali.

“Berapa?”

“Tiga ratus dirham.”

Si Badui membayarnya kontan, dan unta pun sah menjadi tunggangan barunya. Ali segara pulang kepada istrinya. Wajah Fatimah kali ini tampak berseri menunggu penjelasan Sayyidina Ali atas kejadian yang baru saja dialami.

“Baiklah,” kata Fatimah selepas mendengarkan cerita suaminya.

Ali bertekad menghadap Rasulullah. Saat kaki memasuki pintu masjid, sambutan hangat langsung datang dari Rasulullah. Nabi melempar senyum dan salam, lalu bertanya, “Hai Ali, kau yang akan memberiku kabar, atau aku yang akan memberimu kabar?”

“Sebaiknya Engkau, ya Rasulullah, yang memberi kabar kepadaku.”

“Tahukah kamu, siapa orang Badui yang menjual unta kepadamu dan orang Badui yang membeli unta darimu?”

“Allah dan Rasul-Nya tentu lebih tahu,” sahut Ali memasrahkan jawaban.

“Sangat beruntung kau, wahai Ali. Kau telah memberi pinjaman karena Allah sebesar enam dirham, dan Allah pun telah memberimu tiga ratus dirham, 50 kali lipat dari tiap dirham. Badui yang pertama adalah malaikat Jibril, sedangkan Badui yang kedua adalah malaikat Israfil (dalam riwayat lain, malaikat Mikail).”

Kisah yang bisa kita baca dari kitab al-Aqthaf ad-Daniyah ini menggambarkan betapa ketulusan Ali dalam menolong sesama telah membuahkan balasan berlipat, bahkan dengan cara dan hasil di luar dugaannya.

Keluasan hati istrinya, Fathimah, untuk menerima keterbatasan juga melengkapi kisah kebersahajaan hidup keluarga ini. Dukungan penuh dari Fathimah telah menguatkan sang suami untuk tetap bermanfaat bagi orang lain, meski untuk sementara waktu mengabaikan kepentingannya sendiri: makan. (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Santri PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 21 Februari 2015

Pemudik Banser Bisa Makan Gratis di Sop Ikan Abah Anwar

Cirebon, PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ramadhan membawa berkah. Semangat itulah yang menjadi motivasi pemilik rumah makan sop ikan Abah Anwar, Mohammad Aan Anwarudin untuk memberikan pelayanan khusus di bulan puasa ini, terutama saat arus mudik Lebaran.

Kuliner yang berada di rest area kilometer 207 Mundu ruas tol Palimanan-Kanci (Palikanci) Kabupaten Cirebon itu memberikan layanan gratis bagi konsumennya. Eit..., ketentuan dan syarat berlaku loh.

Pemudik Banser Bisa Makan Gratis di Sop Ikan Abah Anwar (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemudik Banser Bisa Makan Gratis di Sop Ikan Abah Anwar (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemudik Banser Bisa Makan Gratis di Sop Ikan Abah Anwar

Kepada koresponden PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pemuda yang akrab disapa Aan itu mengatakan, layanan makan gratis tersebut diperuntukkan bagi konsumen tertentu.?

"Oh, tidak semua konsumen gratis mas, ada syaratnya," kata mantan aktivis mahasiswa itu, Selasa (20/6).

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lalu apa saja syaratnya? Aan menjelaskan, layanan gratis hanya diperuntukkan bagi para pemudik dari kalangan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) dan wartawan media nasional.

Untuk memastikan keanggotaan Banser, pihaknya cukup melihat baju yang dikenakan atau kartu anggotanya. Pun demikian dengan wartawan nasional, harus memiliki identitas dan media yang jelas, bukan abal-abal.

"Monggo, bagi anggota Banser atau wartawan media nasional singgah di Rumah Makan Sop Ikan Abah Anwar. Kami akan berikan gratis 100 persen," lanjut pengurus PC GP Ansor Kabupaten Cirebon itu.

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurutnya, pelayanan gratis diberikan sebagai bentuk apresiasi atau penghormatan atas pengabdian Banser GP Ansor dalam menjaga bangsa dan atas profesi para kuli tinta. (Kalil Sadewo/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga PP Muhammadiyah - Pimpinan Pusat Muhammadiyah